DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



It's Always About You - Chapter 2

Chapter 2, The New Life
by Oswald



Di depan gw sekarang berdiri bangunan sekolah SMA yang besar. Bangunan sekolah itu dihiasi oleh pohon-pohon besar berdaun rindang. Bangunan itu terlihat cukup tua. Dan di papan namanya bertuliskan Sekolah Katolik St. Yoseph.
Jantung gw berdebar-debar kencang. Seperti genderang yang mau perang. Hahaha!! Lebay...
Tapi bener deh, memasuki sekolah baru itu membuat gw gugup sekaligus bergairah. Secara dari SD kan gw gak pernah ganti sekolah, jadi udah terbiasa dengan lingkungan lama dan teman-teman lama. Jadi pas sekarang harus menghadapi lingkungan baru, gw rada-rada da dig dug juga. Di otak gw cuma mikirin, anak-anak sekolah ini kayak apa yah? Jangan-jangan pada kayak penari kecak semua lagih... Weww...
Ya masa kalo ngomong musti teriak KECAK!! dulu sih... Cak! Cak! Cak!!

Akhirnya gw langkahi kaki dan masuk ke sekolah baru gw itu..

Hidup gw di Denpasar baru saja mulai. Kami sekeluarga tinggal di sebuah rumah sederhana yang telah di beli oleh orang tua gw sebelum kami pindah. Kami mengurusi semua perlengkapan perabot rumah tangga. Hingga gw pun kebagian mengurusi perabotan seperti lemari dan rak-rak dinding. Abang gw kebagian mengurusi peralatan komputer dan elektronik baru kami.
Beberapa hari menjelang jadwal masuk sekolah,gw banyak mengelilingi kota Denpasar. Kami harus segera mengisi rumah baru kami dengan perabotan yang diperlukan.
Perabotan besar seperti lemari, ranjang, dan perabot besar telah di masukan ke dalam rumah, sebelum kami tiba di Denpasar. Tapi masih banyak kebutuhan kecil lainnya yang harus dibeli.

Pernah suatu sore, bokap ngajak gw ke pantai Kuta. Kita berdua duduk di pinggir pantai sore-sore gitu, sambil minum Milo. Bokap emang lebih deket sama gw, sedangkan abang gw lebih deket sama tukang sapu jalanan. He..he..he.. (tawa evil)
Bokap mulai angkat bicara. Dia minta maaf karena mendadak banget pindah ke Bali. Tapi bokap meyakinkan bahwa inilah jalan terbaik untuk masa krisis ini.
Ketika melihat langit sore itu, matahari yang mulai terbenam dengan kemegahan cahaya emasnya, debur ombak di pantai, angin yang berdesir di sekitar gw, pasir yang menempel di kaki gw, suara anak-anak yang bermain di pantai, layangan kelelawar hitam yang terbang-terbang di langit, Beach Boy yang terus menerus menawarkan penyewaan papan surf, dan ibu-ibu yang menawarkan jasa kepang rambut dan pijat relaksasi, maaaaaaannnnn..... idup gw bakal beda bangeettt mulai sekarang ini. Biasanya yang gw liat di Jakarta adalah gedung-gedung dan mal-mal mewah di sini yang gw liat adalah pantai, pantai dan pantai lagi....
Well, basicly gw suka pantai, dan gw orangnya back to nature banget... so, i hope, it will not as hard as i thought before... Gw belajar untuk mengambil hikmah positifnya aja dulu... huff!!

Gw merasa sangat asing di perumahan baru tempat sekarang gw sekeluarga tinggal. Sangat berbeda dengan tempat tinggal yang di Jakarta.
Di perumahan baru ini tidak ada anak sebaya gw. Setiap malam gw naik ke atas genteng dan memandangi langit sambil tiduran.
Gw akui, pemandangan bintang di langit malam di Denpasar lebih indah jauh daripada di Jakarta. Langit malamnya begitu cerah, tidak ada polusi yang menutupi langit, dan rasi-rasi bintang terlihat jelas di sini. Gila man! Pemandangan langit malamnya kayak lautan bintang. Asli indah bangettt!!!

Pikiran gw menerawang, apa yang sedang dilakukan oleh teman-teman gw yang di Jakarta sekarang.
Gw telah mengirimkan email dan sms kepada teman-teman di Jakarta mengenai kondisi gw di Denpasar. Mereka membalas email gw dengan berbagai cerita terbaru yang terjadi belakangan ini di sekolah.
Setiap membaca email dan sms dari mereka, tanpa sadar air mata gw menetes lagi.
Aku sangat merindukan teman-teman gw di Jakarta.

Di Sabtu malam gw menelepon salah seorang teman di Jakarta ke HPnya, dan terdengarlah suara teman-teman gw lagi rame banget. Mereka lagi perjalanan ke Asaf dan Parkir Timur Senayan.

"Halo?" jawab suara di telepon
"Halo Den!" teriak gw kesenangan mendengar suara teman baik gw, si Denny.
"Oy sob! Apa kabar lo di sana?" teriak Denny, di belakangnya ada suara ribut-ribut teman-teman yang bercanda di dalam mobil, dan suara musik keras banget.
"Woi! Baik Den, lo lagi pada ngapain sih?" tanya gw penasaran. "Koc berisik banget nyet?"
"Eh sori sob, kita lagi pada otw nih ke Asaf. Trus si Reza mau beli tas olahraga di Parkit Senayan." jawab denny, kedengaran lagi suara-suara berisik dibelakangnya. Suara ketawa dan sapa teman-teman gw memanggil nama gw. "Tuh pada bilang kangen tuh Os!" teriak Denny lagi.
Kemudian ada suara cewek teriak cempreng banget, "Waldooo!!! Waldooo!!!" itu si Jessica yang teriak. Suaranya emang asli kayak panci kaleng jatoh.
Dia meneriakan nama gw. Terkadang gw di panggil Os, tapi ada beberapa anak lagi memanggil gw Waldo.
"Hi Jesss.." sapa gw ngambang. Terdengar lagi teriakan-teriakan anak-anak lain. "Buset rame banget sih Den di situ." komplain gw.
"Iya nih Os, seru banget di sini bro. Pada rusuh gila. Hahahahahaaaaa!!!" Denny ketawa-tawa seru banget. "Makanya lo balik sini lagi aje!!"
"Sumpah Den, kalo bisa mah gw juga maooo!!!" teriak gw gak sabaran.
Terus tiba-tiba telepon putus. Tut.. tut.. tut..
"Halo? Halo Den??" teriak gw berhalo halo. Wew.. Hp Denny pasti lowbat lagi. Gw taruh lagi telepon wireless ke tempatnya.

Anjriiiitttt!!!! Gw yang di sini sunyi sepi, sumpah sirik banget sama temen-temen gw yang di sana lagi pada seru hangout bareng. Mann!! I was their hang out member!! Gw yang biasa petakilan gak bisa diem di tengah-tengah mereka. Bacot gw yang paling gede kedengeran. Dan sekarang.. gw di sini, di rumah baru yang sunyi, sepi, and gak ada siapa-siapa. Weekend pula. Sendirian di tempat tinggal baru di weekend ini. *Sigh...

Kemudian, setelah mengkonfirmasi pendaftaran, beli buku sekolah, beli seragam sekolah dan ini itu ini itu, hari pertama di sekolah pun akan segera di mulai.

Di hari minggu malamnya, satu hari sebelum sekolah dimulai, gw jalan-jalan bareng abang gw di Kuta. Buset dah! Sepanjang jalan gw ditawarin,

"Cimeng-cimeng."

"Enggak mas, makasih."

"Mushroom.. mushroom."

"Wew, apan lagi tuh, enggak ah.."

"Tato.. tato.."

"Wah mas, saya bilang enggak mas.." gw mulai kesel, tuh mas koc nawarin maksa bener sambil ngikutin gw jalan.

"Inek.. ekstasi.."

"Set dah mas, kaga..kaga..!"

"Cewek.. cewek.."

"Kagaaaaa maaass... makasih yaaahhhhh...!!!"

"Vila.. vila.."

"Ya oloh masss... kagak.. titik!!" tukas gw mulai mengeluarkan tanduk.

Untung akhirnya dia pergi.
Maksa banget nawarinnya, sampe semua ajah dia mau nawarin gw, salut juga tuh kekeuh banget.
Untung aje dia abis itu langsung pergi. Coba kalo lama-lama die nawarin "Siomay.. siomay.." Bisa gw godok tuh mas.

Gw terus jalan sama abang gw di sekitar Kuta-Legian. Ternyata gini toh idup sebagai turis tetap. Kita jalan-jalan di daerah wisata, tapi sebenarnya kita tinggal di situ juga. Gw yang baru beberapa hari stay di Bali, merasanya masih seperti turis untuk liburan.

"Bang laper nih.." gerutu gw.
"Ya sud, mao makan di mana?" tanya abang gw sambil smsan ama ceweknya.
"Terserah deh, yang cepet ajah."
"Ya kalo gitu kita balik ke Legian deh." abang gw ngerangkul pundak gw, dan kita berbalik arah.

Setibanya di Legian, di depan gang-gang Poppies, ada beberapa bule mabok yang nari-nari di jalanan sambil nyanyi-nyanyi. Daerah itu memang terdapat beberapa bar yang memperdengarkan musik berisik jeduk-jeduk.

"We are Australiaann!!!" teriak salah satu cowok bule. Umurnya sekitar 30 tahun. Wajah dan tubuhnya merah semua akibat kebanyakan minum alkohol. Rambutnya cepak pendek, blonde. Kancing baju motif kembang sepatunya sudah terbuka setengah. Badannya kekar dan atletis. Sebenarnya dia cukup tampan, kalau tidak dalam kondisi mabok begitu.

"Kiss me!" temannya yang berambut brunette dan memakai sunglasses Oakley, meski ini sudah malam hari, merangkulnya sambil menyodorkan bibir monyongnya. Mereka pun berciuman sekejap.
Mereka pun tertawa bersama-sama sambil bernyanyi berangkulan melompat-lompat. Kira-kira 5 orang banyaknya.

Gw dan abang gw, berhati-hati melewati gerombolan bule sableng itu. Kami berusaha berjalan sambil menjaga jarak dari keramaian.

Tiba-tiba sebuah tangan merangkul pundah gw. Spontan gw menengok dan gw melihat si bule ganteng berbaju kembang sepatu itu tersenyum jahil di sebelah gw. Tangan satunya memegang kalengan bir Guiness.

"Ola!! My name is Zack!" teriaknya dikuping gw.

Gw kebingungan harus apa. Apa gw harus nangis, atau ngejerit, atau boker di tempat.. wew..

Abang gw yang melihat ekspresi menahan boker gw itu, langsung menarik lengan gw dan berjalan cepat-cepat.

Tapi si Zack tidak menyerah. Dia lalu menggandeng tangan gw, dan mulai kembali melompat-lompat. Teman-temannya ikut berlompatan di sebelah gw dan abang gw.
Gw kebingungan. Akhirnya gw cuma bilang, "Haha! stop Mister, stop.. haha!"

Lalu si Zack memasang muka cemberut sambil tersenyum nakal. "Oow, why we should stoopp? We have a great time, huh?" katanya sambil mendekatkan wajahnya dan menaruh kedua telapak tangannya di pipi gw. "Do you have a great time?"

"Err.. yeah.." jawab gw ragu plus bingung plus mau mencret.

"Tatz good!! Muuuuaaaccchhh!!!" Zack mencium bibir gw dalem-dalem.

Oh My Gossshhh!!!! Gw merasakan bibirnya basah dan berbau alkohol banget.

"Hey, don't forget me, young man!" katanya sambil masih mendekatkan wajahnya ke wajah gw. Kemudian dia mengedipkan mata kirinya.
Dan dia berjalan lagi ke kelompoknya sambil menyanyikan lagu kebangsaan Australia dengan tangan terentang lebar.
Gw dan abang gw buru-buru lari. Gw mengusap-usap bibir gw dengan lengan baju. Bete gw!

Terus abang gw mulai ngeledek. "Ciee.. First kiss di Bali nih yeee..."

"Anjrit!" tukas gw.


Wew.. hidup di Bali sumpah beda banget sama di Jakarta. Di Bali semua serba natural. Dan penduduk asli Balinya ramah sekali. Tidak seperti di Jakarta yang elu-elu gue-gue.
Setelah malam gw dicium sama si Zack bule gila itu, gw mulai bisa belajar menerima perbedaan hidup di Bali dan di Jakarta. Baru mulai belajar. Belom bisa menerima sepenuhnya. Hati ini masih nyantol di Jakarta.
Gw berpikir, hidup di Bali harus di bawa asik, karena memang gaya hidup di Bali lebih santai. Harus dianggap seperti liburan yang panjaaaannggg...

Well, tanpa gw sadari pada malam itu, gw akan merindukan liburan yang panjang tersebut di suatu hari nantinya.

-----------------------------------------------------------------------------

Chapter 1 - It's Hard to Say GOODBYE

0 comments:

Post a Comment