DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 29

Sheet 29
by be_biant




Begini jadinya, mending dicuekin aja daripada dibenci atau di omongin. Asli, gak enak rasanya! kali ini, semua orang update ngebahas status si "Rakha Gay". Sampe ada cowok yang bener bener suka ke dia, langsung nyatain.. sinting! atau mereka hanya sekedar menganggap itu, lelucon?! Lucu sih, tapi Rakha sama sekali gak tertarik ngeladeni gosip murahan, bahkan tersenyum, apalagi tertawa. Mending biarkan saja mereka bertanya tanya, jangan sampe ada jawaban yang keluar dari mulut Rakha.

Dan nyata sekali, gak ada satupun pandangan orang yang berfikiran positif terhadapnya. Permainan meledek Rakha emang paling asik akhir akhir ini. Semakin mereka mempermainkan perasaan Rakha, semakin Rakha tidak ingin lagi menganggap mereka ada. Rakha jadi semakin sombong sekali, seakan menjaga jarak ataw mencari cela untuk mendapatkan posisi yang aman. Gak salah, kalo semua jadi ilfil ngadepin sikap Rakha yang aneh, namun, untuk prestasinya.. masih belom ada yang dapat menggantikan posisinya. tetap dibilang gemilang! Gitu deh, Rakha dianggap tak ada, tapi jelas jelas ia nyata.

Dipikirnya. Semenjak gak ada Biant, hidup berasa tak berguna, hampa, gak ada lagi yang memperhatikannya. Dunia bagai sunyi, pudar, Pahit, serta aneh dan ini sepertinya bukan hari yang terindah.

Biant telah pergi.. entah, akankah ia kembali? Rakha tidak peduli dimana Biant berada sekarang? Rakha cuman kangen berat. Andai ia tau, ini sudah satu semester Rakha lewati. Disekolah ini banyak yang mencemoohkannya, cercaan, hinaan, dan bayang bayang ketidak nyamanan berada dilingkungan sekitarnya, untung dipihak keluarga masih percaya siapa Rakha. Seandainya saat ini Biant ada, dan mengetahui kabar ini, Rakha ngejamin seratus lebih persen.. setiap orang yang melukainya, itu pasti dipukulnya, dihajarnya atau minimal dibentaknya... Biant emang superhero bagi Rakha, dan ia justru baru menyadari itu dikala musuhnya sudah menyerbu bentengnya yang hampir runtuh. rasa batin ingin berteriak "Biaaaaannt... dimana kamuuuu... gue butuh kamu sekarang!!!.."

Sayang, lagi lagi hanya kesunyian yang menghampirinya. Kejenuhan, mungkin mengakhiri hidup akan jauh lebih tenang.

Dan kabar terakhir kali yang didengar Rakha tentang Biant, adalah percakapan antaranya dengan Mili. Sebuah pengakuan yang dramatisir. kaget, tapi ledakan ini bukan petasan!

"Rakha, Gue minta maaf sebelumnya. Bukan maksud hati ingin menghalangi hubungan antara kalian berdua, antara lo dengan Biant." Aku Mili tiba tiba.

Trus terang, waktu itu Rakha belom ngerti dengan maksudnya memulai berbicara

"Gue tau, gue sadar setelah sekian lama gue curiga kalo ada seseorang yang memang disukai Biant selain gue, kalo cewek, tadinya mo gue labrak. dan nggak mungkinnya.. orang itu adalah elo, Ka!" Jelas Mili sedikit shock menyatakannya kala itu, Rakha ngerasa ia tak begitu rela membicarakan masalah ini "kenapa bagi gue gak mungkin.. kalian (sambil memaksa tawanya) terlahir sama sama cowok, apa bisa, kalian jalani ini selamanya?? enggak, kan? tapi, gak ngerti deh, gue masih belom paham, cinta itu bagaimana datangnya..." Mili kemudian menghela nafas letihnya, seakan sejauh ini.. ia yang lebih mengejar cintanya, dan hasilnya, ia kelelahan sekarang.

"Permainan akal sehat, semestinya" dengan entengnya Rakha menerangkannya "mengalir, Mil.. Bukan datang! Gue mungkin adalah sosok orang yang pernah dia sayangi.. gue adalah bayang bayang Faisal. Tapi, gue gak peduli.. gue adalah gue.. namun, Biant keras kepala. Dia sampe nekat ingin ada disamping gue, seakan mungkin mengingatkan ia padanya, walau tadinya gue risih! gue gak pernah mau bilang macem macem ke dia.. meski bersama nya adalah saat saat paling indah. Dan paling tidak, sekarang, gue udah kehilangan dia, Mil. Mungkin untuk selamanya.. dan darinya menyayangi seorang teman, tanpa memandang jenis kelamin ataw latar belakang apapun.. ialah pelajaran untuk gue nantinya. Kita memang harus dekat, Mil. Erat, tanpa pandang itu siapa.. menyayangi orang lain melebihi diri sendiri, maka perhatian kitalah yang kan dicari, selamanya."

"Dan elo emang menyadarinya sekarang? elo mencintai Biant, Ka?!" Tanya Mili serius.

"Gak musti kan, Mil. Gue sadar itu tak mungkin! Biant itu milik lo, itu baru dibilang wajar! Gue nyesel, kenapa gak musti gue yang pergi diantara kalian?"

"Lo salah, kalo lo pikir kami pacaran karna Biant yang nembak. Justru gue, gue yang emang ditugasin agar jangan sampai Biant belok orientasi seksualnya. Itu sudah diperhitungkan, Ka. Sama Eyangnya.."

"Tugas??? sampe elo rela ngejual harga diri lo, Mil???"

"iyah, Ka! demi uang.. gue penuhi perjanjian agar bisa ngelunasi biaya rumah sakit nyokap gue, dan jika gue bisa ngebuatnya jatuh cinta ma gue, tentu gue akan dihadiahkan suatu pernikahan. Saat itu, mungkin gue masih bingung

Gue awalnya sama sekali gak mencintai Biant. Gue juga punya pacar.. dan gue rela mutusin pacar gue demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat keluarga gue. Meski gue tau, ini jalan yang salah. Dan, sekarang.. gue punya perasaan yang sama kayak lo, kita sama sama menyadari bahwa kasih sayangnyalah tidak lebih penting, bukan segalanya dari dia. Bukan hartanya, bukan perhatiannya, tapi dia... hanya dia.. kita butuh Biant sekarang, gue juga udah pertahankan agar Biant tidak dibawa keluar kota. Gue rela kalo gue akan membayar semuanya dengan menjaga dan merawatnya saja. Tanpa imbalan apapun. Tapi Eyangnya tidak setuju, ia bilang, 'gue gak becus menjaganya.. gue hanya mengincari hartanya.' Jadi sekarang, gue pasrah.."

"Dan, soal Corrie? elo sekongkol bareng dia, sejak kapan?? ataw jangan jangan lo sudah mengerti skenario Corrie dan lo terlibat?
lo emang udah tau kalo Corrie bakal ngelampiasin dendemnya ke Biant, iya kan?"

"Gue gak mo bohong lagi ama lo, Ka. Sebenernya, gue cuma curhat ke Corrie.. kalo gue ngerasa Biant tidak mencintai gue, dan Corrie bilang.. dia pernah denger lo nyatain cinta buat Biant. Dan lebih kebuktinya lagi, setiap kali ML, Biant mintanya gue ditembak dari belakang, Ka! Apa lo gak heran?? Dan gue denger pula dari percakapan antara Corrie sama almarhum Valent secara diem diem, maaf ya Ka. Gue denger kalo lo sama Valent pernah gituan dikamarnya Valent. Gue sebenernya gak mo ngebahas soal itu, tapi gue udah terlajur kebuka.. yah, gue jujur sekarang. karna gue Juga kesel, akhirnya gue sama Corrie emang sepakat ngejaga rahasia ini. Rencana ini bahkan terlalu cepat dari perkiraan gue, Ka. Disaat gue lagi sayang sayangnya ma dia."

"Elo mencintai Biant, Mil?"

"Enggak, Ka! Cintanya emang gak bisa dipaksa. Kalo seandainya dia milih lo, ya gue musti lapang dada! toh, gue juga sekarang balikan lagi sama mantan gue, urusan nyokap gue juga, udah kelar. Asal lo tau, hidup gue udah hancur sekarang ini, tapi gue tetep percaya dan optimis kalo cinta yang sebenarnya hanyalah perasaan saja. Tidak harus memiliki.."

syukurlah, pembicaraan itu berakhir setelah melihat wajah Mili yang polos itu tersenyum. Mili bersumpah, bahwa ia takkan pernah dendam atas apa yang terjadi pada dirinya. Hebatnya lagi, selama satu musim semester yang terlewati itu, antara Rakha sama Mili kian terlihat seperti adik kakak. Hanya Mili seorang yang mengerti tentang penderitaan Rakha, menggantikan posisi Vidya pada awalnya... yang hidup ditengah terjangan omongan kasar dari orang orang yang tak mengerti tentang perasaan. Mili selalu melindungi Rakha, menemani kesepian Rakha, dan hanya pada Mili lah, Rakha ingin bicara selain daripada gurunya.

***

"Ka, gue dapet kabar soal Rara..!" Tereak Mili dari kejauhan. Tentu Mili sedang memanggil Rakha dengan perasaan bangganya bukan kepalang. Ya, jelas.. Mili kembali berusaha nyomblangin Rakha agar balik lagi sama Rara.

Rakha refleks senyum liat tingkahnya yang kalang kabut, berhasil bikin orang yang memandang nya jadi iri liat kebahagiannya siang itu.

"Nih,! " Mili menyodorkan ponselnya. "Cepetan ngomong, kalo elo emang laki!"

"Apaan, sih. Elo gak perlu nyolot gitu ngomongnya.. biasa aja!"

"Abis, baru sekarang Rara mau bicara ama lo. Setelah perjuangan kita mendekatinya susah payah.. cepetan, kali aja gue sama ayang gue dapet traktiran siang ini.. he he!" Ketauan deh, makelarnya..

Sumpah, kala itu perasaan Rakha jadi gugup. Jantungnya berasa berdegup degup. Ia mengambil alih siponsel dan mulai melekatkannya ketelinga, serta mendengar dengan seksama akan kerinduan suara yang hadir dalam benaknya. Rakha menyelusuri jalan menuju kawasan yang sunyi dari teriakan. Disebuah ruang yang sempit, diseputaran labor, Rakha berbicara pada sipenelpon

"Pha kabar, Ka?!" Tanya suara disebelah sana.

"Baik, Rara sendiri?"

"Sama, hanya agak cape aja.. baru nyelesai in semesteran."

"mm.. Ra, entar malem lo ada waktu gak? kita jalan, yok?" Ajak Rakha to the point.

"Mm.. maaf, Ka. Rara gak bisa, bukan untuk hari ini saja.. tapi untuk hari kedepannya juga. Rara mo ngejelasin ini ke Rakha seharusnya sejak lama, tapi selama ini Rara sendiri gak pernah dapet kabar dari Rakha, jadi Rara ambil keputusan ini sendirian. Bahwasanya, Rara sekarang sudah resmi bertunangan. Rencananya, paling cepat setahun mendatang, tamat sekolah ini.. Rara akan dilamar

Semoga ini bukan berita buruk bagi Rakha. Dan selamanya, Rara gak mungkin nutupin kabar bahagia Rara sampai akhirnya nanti, malah akan mengecewakan Rakha. Rara tak mungkin tega berniat ngebuat Rakha kecewa, namun hikmahnya, semoga jalinan persahabatan kita bukan saat ini jadi yang terakhir kalinya.. Rara sayang Rakha."

Apa yang mo diungkapin, coba? Seandainya jadi Rakha. Rakha gak mo bicara lantaran bukan kata yang keluar dari bibirnya, malah suara isakan tangis yang takutnya akan ngebuat Rara tau, dan jadi kepikiran yang enggak enggak.

Sudahlah, Tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Rakha mencoba menerima kenyataan pahit yang bertubi tubi dan belajar mengikhlaskannya. Kini, Habislah cinta yang terbagi dalam hatinya Rakha yang selama ini ia jaga. ya tuhan, siapa lagi yang berhak mendapatkan cinta seorang Rakha?? akankah ia bisa benar benar membahagiakan orang yang Engkau pilih kelak?

Hati ini telah letih
Jalani kisah yang kau rasa perih
Seolah hatimu yang paling terluka
Tak pernah kau lihat sisi hatiku
Dimatamu, kau anggap ku selalu salah
Didepanmu aku kan bersumpah mengalah

Aku yang telah merelakanmu
Karena kini aku merasa
Tak mampu bahagiakanmu
Tuhan jagalah jiwa dan raganya
Hidup matiku hanya untuknya
Walau ku tak bersamanya

(Yang telah merelakanmu by seventeen)

tak perlu menebak sebagaimana parahnya gontaian kaki Rakha berjalan menelusuri rute perjalanan dari tempat sekolah hingga menuju kerumahnya. Berat! Perasaan masih berkilo kilo lagi perjalanan ini, saking lamanya. Dan untungnya, ujian semester udah dilewati dengan aman. Masa bodo kalo Rakha gak dapet peringkat, toh, gak ada lagi manusia yang bisa bikin hati Rakha bersemangat untuk pamer hana hini disekolahnya. Namun andai saja, Biant masih disini..

Selintas Rakha melihat sebuah motor hijau mencolok bernama ninja, wuiih.. Rakha langsung mikir ke Biant. Kontan, pergelangan tangannya ada yang narik merasup kebalik tembok rumah orang yang tidak Rakha kenal.

Gak ada ekspresi apapun dari Rakha, setelah matanya menatap sepasang mata yang selama ini membuatnya merasa rindu. Rakha benci mata dan wajah itu! Karenanyalah, betapa Rakha harus merasakan perihnya kehilangan. Dan, dalam hatinya bergeming.. jangan ambil dia lagi, dan jangan pernah ia pergi lagi, bila ini bukan mimpi.

Wajah itu, wajah Brilliant. Tentu saja, selama enam bulan lebih... banyak hal yang berubah darinya. Antara percaya dan tak percaya.. sambutan tatapan rindu mereka sama sekali tak memancing emosi ntuk berkata yang manis, say hi? apalagi pha kabar? mereka kini sama sama munafik!

"Minggat, yuk?!" Begitu saja yang Biant katakan. sepertinya ia sengaja, ingin memutar kembali memori mereka.

Kenangan adegan ini membuat mata Rakha berkaca kaca. Kemanapun ia pergi, rasanya Rakha harus ikut.

Pandangan Biant terlalu dalam untuk dihayati, sampai tak satu ucapanpun terlontar dimulut Rakha, saking bangganya. Ketika itu, Biant hanya ingin mengusap wajah cutenya sambil tersenyum malu malu.

"Tak ada yang berubah,.." Ujarnya menghibur Si lara hati ini. "Sumpah, gue kangen banged.. pengen ketemu. Taw gak, sewaktu gue terbaring, gue masih sadar dan hanya bisa tenang dan merekam semua kata yang elo bicarakan.. gimana?? Bersedia minggat lagi, ga?." Tambahnya lagi, Rakha sama sekali ngambek, gak mo bicara saking keselnya, karna baru tau kalo waktu itu, si Biant ini licik sekali.

"apa aja yang lo inget?!" Rakha rada jengkol, eh dongkol.

"Gak!.. gue gak mo bahas!.. ke mall aja, ataw kemana kek.. gue kangen Palembang nih!"

"Kangen Palembang apa kangen gue, sebenernya?" Umpat Rakha.

Biant tak bicara lagi, hanya tersenyum sambil berjalan mendekati motornya dan menawarkan helm pada Rakha.

Ya ampun, saking nggak ngeh nya sampe gak nyadar kalo motor yang parkir didepan matanya ialah motor Biant! Rakhapun tak segan segan lagi menyambutnya, dan langsung duduk di jok belakang si ninja hijau. Sambil memeluk erat tubuhnya.

Angin mulai berhembus merasuki kedua insan yang sedang membelah jalan. Kepenatan siang itu tak membuat keduannya terhenti bercanda tawa diatas kendaraan yang kian melaju kencang, menyerbu segala bahasa yang tertahan untuk sekian lamanya.

Rakha dibuatnya bagai melupakan dunia, saking senengnya menyambut kehadiran sang pahlawannya, bener, Rakha patut merayakan ini. cengkraman tubuhnya tentu sudah mewakili rasanya untuk tak ingin membuang hari itu dengan sia sia.

Mempersingkat waktu, Biant membawa Rakha ke suatu tempat yang bukan rumahnya. Tapi tempat tinggal baru Biant di salah satu gang yang tak jauh dari seputaran mall ternama.

"Baru beberapa hari ngekost disini.. gue gak nyaman tinggal dirumah untuk sementara ini. H eh ehe.." terangnya sambil cengengesan. Dasar gila, batin Rakha sebel

Rakha masih celingak celingukan mengintari ruangan asing ini. Terlalu sederhana untuk seorang Biant yang ia kenal. Namun, dengan segala perlengkapan seadanya, sepertinya bukan itu yang dibutuhkannya, percuma memiliki rumah mewah, kamar tidur luas, ranjang nyaman, udara segar, fasilitas lengkap, tapi tidak ada Rakha disampingnya.. tentu tak terungkap oleh kata katanya.

Rakha masih berdiri tegap menikmati isi ruangan, kontan saja Biant merangkulnya segitu erat dari belakang, sampai sampai dada Rakha dibuatnya sesak, dan bebannya kian terasa berat. Namun, kali ini tak ada keluhan yang keluar dari bibirnya, nikmati saja, apalagi kecupan mulut Biant mulai terasa merambat disekujur lehernya. Bikin ngerangsang.. wuiihhh.. Hanya sentuhan lembut yang bisa memenuhi segala keinginannya sore itu.

ruangan sepetak ini amatlah sempit.. Rakha hanya bisa memilih tepi ranjang sebagai kursinya dan berbaring senyaman mungkin dengan beragam bantal bantal yang mendampinginya. Sementara Biant sedang menutup rapat dan mengunci pintu kamar. Tanpa basa basi lagi, Biant langsung terjun disisi Rakha. Rakha tak perduli. Walau jiwa dan raganya bergetar akan rasa takut yang melanda, hatinya masih meyakini kalau semua ini akan baik baik saja, seginipun tak sampai berdosa.

Biant membaringkan tubuhnya disamping Rakha. Tidak ada obrolan serius, seakan terjadi apa apa, Rakha berdoa sambil mengatur nafas. Hingga akhirnya tangan Biant kembali merambat disekujur tubuh Rakha yang lemas. Ini bukan yang pertama, tak akan membuat jantung Rakha berdegup kencang, ia belajar untuk santai. yah, santai dan berharap segera diteruskan.

Herannya, kepalang kurang ajar, Biant tak meminta izin lagi untuk merapatkan bibirnya dengan bibir Rakha. Pelan pelan si cowok yang dikenal jutek itu membalas kemunafikan kecupan sinting itu, keduanya mulai kecanduan. sekedar narik nafas, mungkin? sepertinya, mereka tidak punya jedah untuk menghentikannya, terlanjur tau rasa basahnya lidah.

Geliatan tubuh Rakha yang semakin dinikmati dan direjang keras oleh tubuh Biant. Tak peduli Rakha sedikit meronta ronta kehabisan oksigen, tapi Biant lebih tidak perduli.! Rakha terjerat dalam balutan tubuh Biant yang sedikit lebih memaksa. Kian pasrah dibuatnya semakin lemah tak berdaya. Rakha sudah terlalu capek menggerakkan ototnya supaya lepas, tapi malah lemas. Kekuatan dan kerinduan Biant bahkan lebih besar dari kenyataan dan kesadarannya.

tiba saja Biant melepas ciumannya sesaat "bilang, kalo lo sayang ma gue, Ka!"

"Gak!" Suntak Rakha keukeuh

Biant kembali memangut bibir Rakha kali ini dengan lembut. Sempat menggigit bibir bagian bawah Rakha. Dicumbunya sekujur leher yang membuat Rakha makin gugup. Geli geli gimana gitu.. h ehe..

Adik kecil Rakha mulai merangsang, bahkan Sepupu Biant lebih berpengalaman soal ini, bahkan lebih parah.

Diatas tubuh Rakha yang terkunci, Biant menanggalkan pakaiannya, dibuangnya kelantai. Juga memaksa Rakha untuk melakukan hal sama, seragam sekolahnyapun terlepas. Selanjutnya, Biant menumpunya lagi sambil menjilati puting Rakha hingga dibuatnya jadi ketagihan. Tak lama kemudian, Biant berasa jenuh dan kali itu Rakha yang mengajaknya kembali bercumbu. Ia belum puas, posisi Rakha kini berada diatas tubuhnya Biant. Merayap hingga menyuruh Biant melepaskan celana jeans yang dikenakannya, sang Mr P nya langsung nongol dari balik celana dalamnya. Hangat dan super keras. Ukurannya lumayan besar dengan ujung kepala yang klimis lalu Rakha menjilatinya untuk kali pertamanya, natural dan lezat. lebih berasa lagi, kalo penisnya segera dilahap, HAP!...K*nt*l Biant pure berada didalam mulut Rakha, jika bisa ditelan, mungkin sudah dilakukan olehnya.

Tongkatnya beda sekali dengan keadaannya semula, sewaktu dirumah sakit, kali ini kelewat elastis. Sumpalan asupan yang diemut Rakha, kayak gimanapun gak bakalan abis. Meski awalnya agak sedikit kerepotan, namun proses terus berjalan lancar apalagi pada saat mendengar suara rintihan Biant, uh.. ah.. ahh... uh uh akh akh,.. aahh.. tak membangunkan emosi yang punya kostan. Dan tak menghentikan permainan Rakha kian bergerilya. Makin menarik saja, kalo ngeliad Biant bugil dan pasrah akan diapain sama Rakha, tenang,.. Rakha juga cowok, jadi tau persis bagian mana yang permainannya harus dibikin hati hati meski kocokan demi kocokan kian membuat darah Biant jadi naik, seakan minta nambah. taw sendirilaa... gak perlu akurat, Kan?

Kenikmatan tiada tara itu tak hanya dirasakan Biant saja, tentunya Biant tak kalah ingin memberikan apa yang ia mengerti soal hrm.. hm.. hm.. nya entah dari mana? video kah?. Bahkan lumatan yang diberikannya untuk Rakha jauh lebih hebat dari apa yang pernah Valent kasih. Desahan Rakha yang kian mengerang, hingga telanjang bersama tanpa sadar, ia hanya berusaha menahan perih bagai sebuah tantangan baginya. Apalagi, Biant nambahinnya dengan menyusuri jilatannya sampai keliang dubur, ouw!.. Rakha reflek ngasih aksi yang lebih, bak akrobatik yang lentur tubuhnya bisa dilipat sesuai hati Biant, sakit pinggang gak langsung terasa lagi deh, mungkin setelahnya... kali!

Yang lebih hebatnya, saat penetrasi pertama. Biant yang perlahan siap berusaha duduk diatas tubuh Rakha yang terlentang. sembari mencobloskan penis Rakha kedalam lubangnya. Cerita sebelumnya, beberapa menit yang lalu, Biant yang terlalu tak sabar ingin memaksakan keponakannya masuk tanpa latihan, alhasil, Biant kontan kena terjang oleh Rakha, Yaa Rakha sempet ngambek setengah jam gak mo nerusin. tapi Biant ngalah, ia pun bersedia menjadi yang pertama. menahan sendiri rasa sakitnya, walau Rakha tak tega... iapun sebenarnya tak merasa kuat melakukannya. Hanya saja, memang ini yang diimpikan seorang Rakha, untuk membuat Biant Bangga, apapun caranya.. dan tidak mengecewakan terhadap apa yang dipinta dan dirindukannya.

Gerakan yang awalnya sulit, makin diusahakan, makin terbuka lebar.. apanya?? Gak taw akh!.. Bluuussshhh.. sudah! jantung mulai kerasa tenang. Setelah masuk keseluruhan, berhenti tuk bernafas sejenak, lalu lanjutkan, lambat lambat kian menjadi cepat. Biant menahan tereakan kesakitannya, sedang Rakha hanya mampu mengusap tubuhnya dan memantau wajah Biant kalo kalo ngasih kode kesakitan, akan dihentikan Rakha secepatnya, malah wajahnya tak mau anggur gitu aja, dan makin mendekat kemuka Rakha, mereka kembali berciuman mesra. sambil bergoyang tentunya.

Lanjut, ketika Biant melepas sendiri sambungan kabelnya, Biant lelah.. iapun berganti posisi untuk menyuruh si Rakha yang nungging.

"Kalo sakit, gue gak mo tau, Iant.." protes Rakha sebelum melanjutkan untuk menikmati dosa terindahnya.

"Rileks kayak gue tadi, sakit bentar koq.. masukinnya emang rada sukar. Namanya juga pertama kali, kan? Kira kira abis masuk kepalanya, diameternya udah kerasa, tinggal lo nahan batangnya yang menjalar kedalem. Pokoknya lo coba santai, jangan diapit .... entar, lo sendiri yang ngerasa perihnya.

"Gimana gue bisa santai?? Penis lo segede itu, ngulum tadi aja agak kualahan,.." Rakha masih ragu dibuatnya..

Dan oops!.. satu jari Biant perlahan bisa masuk ke dalem dubur. Aneh! Biasanya area situ terus berasa keluar, kali ini, ada sesuatu yang masuk, sepertinya jari telunjuk itu mulai terbiasa nusuk cabut, setelah terbiasa, dua jari kemudian.. sinting!.. Rakha mulai gak sabar pengen nyoba yang agak bertantangan.. akhirnya dia mengangguk siap!

Giliran Biant yang harus banyak bergerak. Sekuat tenaga, ia berusaha kembali menyambungkan kabel yang tadinya terlepas kedalam lubang pas. Yup!.. pelan pelan hingga merapat. Kali ini Rakha benar benar tak kuat, kata siapa bisa nyaman?? Damn it, f*ck up! menahan rasa sakitnya untuk kali pertama dibuat lubang pantatnya diganjal akan sesuatu, dan satu gerakan masukan perlahan dimulai, sebisa mungkin, Rakha mencoba tenang menerima sesuatu itu.. dari situ Biant sudah nampak kenikmatan. ia terpuaskan.

Alunan irama ngebuat suasana semakin nyaman, seolah vital Biant sedang bekerja mengaduk aduk adonan isi dalam tubuh Rakha. Ia sendiri mulai merasa terbiasa, meski awalnya rada janggal tuk berfikiran kalo ini tidaklah normal!

Rakha kini nampak gerah, keringatnya makin bercucuran, ia berucap "gue lelah, Iant!" Rakhapun terhenti sesaat.

Biant mencabutnya, lalu memindahkan posisi Rakha jadi terlentang sambil dua kakinya dibuka lebar. Apa yang hendak terjadi???, yang harus rela tenang dan membiarkan penis Biant yang besar berusaha menyelinap masuk kembali diliang duburnya. Rakha sibuk mengatur nafas, hingga usaha Biant tentunya dengan mudah menembus angan angannya, Rakha sudah tak kuat.. namun Biant baru saja memulai.. pantatnya bergoyang dengan lihai menusuk nusuk dengan nikmat, tereakan Rakha yang tertahan tak membuat Biant sadar bahwa Rakha sedang kesakitan.. mereka bermandi air keringat sore itu, untuk sekian lama.. akhirnya untuk hari ini, ia berani menyerahkan segalanya yang ia punya, Biant terhenti sesaat ketika melihat detik detik air peju milik Rakha sudah keluar lebih dulu. Tumpah diseputaran perutnya, cairan putih, kental, merekat serta beraroma segar mengundang Rakha yang tiba saja menginginkan cairan milik Biant yang kan masuk dalam mulutnya.

Demi Rakha, Biantpun siap ngebuat adegan yang diinginkannya. Rakha dengan sabar menunggu detik detik masturbasi Biant didepan wajah imutnya, satu... dua... tiga!... air moneynya muncrat sana sini. Betapa hangat dan asinnya cairan itu, tapi lumayan nikmat untuk penyegaran aura.. (sok taw, alias ngarang) Eit,.. tidak sampai ditelan yaa.. ngeri sama efeknya. Namanya juga duo anak ini masih awam.. wkwkkk...lugu!

Keduanya asli kelelahan dan tak bisa memulai berkata apa apa.. yang kali ini sudah, yah sudah! gak usah dibahas, dan sebaiknya diam, nampak anak bodoh yang tak bisa ngebedain arti dosa ama kepalangan! terpejam, dan terlelap.. bagai sebuah pesawat tempur yang lewat. saling menembak dan,.. mati!

***

Jarum jam menunjukan pada pukul 8 malam, Rakha baru bangun, dan Biant sudah selesai mandi. Keduanya tersenyum saat pertama kali bertatapan. Ngeliat Biant telanjang dada sama pake anduk dipinggul, jadi bikin memori Rakha kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu, sebelum ia tertidur diatas dadanya Biant, begitu nyaman.. gagah banged cowok gue!... Rakha udah nunggu ntuk adegan berikutnya, terlanjur Biant udah ngelempar mukanya pake bantal

"Bangun dong, kita cari makan. laper!.." ujarnya lalu tersenyum ngeliat muka Rakha yang belum rapi dari kusutnya.

"Lo aja yang keluar, dibungkus aja buat gue!" Bantah Rakha rada males bangun.

"Kayak cewek yang lagi ngidam lo, ayok!.. gue maunya makan ditemeni bareng elo. Kapan lagi bisa kayak gini?" Celoteh Biant gak kalah. "cepetan bangun dan mandi, ya!"

eit, Rakha baru sadar akan merasa kesakitan dibagian selangkangannya yang lumayan nyerih.. gak taw deh, bakal tahan apa kagak? Sampe kapanpun, Rakha gak tau!

"Gak apalah,.. gue tadinya juga ngerasa gitu.. wajar koq, nahan dikit.. paling bentar lagi sembuh.. taruhan deh, besok besok.. lo minta lagi."

ADUUUUHH.. gak taw deh, gimana bisa rasa sakit ini akan dirasakan secara berulang ulang dalam waktu yang singkat, kebayang kalo ini yang pertama, jadi gak kepikiran.

***

Suasana warung tenda malam itu ramai akan penikmat kuliner.. beragam orderan menu seafood tersaji disatu meja yang sudah di boking.. gila! cuma berdua saja??

"Kata siapa?" Bantah Biant.. sejenak saja, tiba tiba mereka kehadiran tamu lainnya yang kedatangannya sengaja dibikin surprise..

Sebut saja Emili, Arjunot, Melani, Tasya muncul bagai tamu yang tak diundang.. dan reunian pun dimulai dadakan.

"Gue kira lo kemana aja, bro.. lama gak da kabar, bb lo juga gak aktif sekarang.. sombong banget jadi orang." Alih Arjunot antusias

"Iya nih, kita kita kangen banget pengen bisa ngumpul kayak gini." Tasya menambahkan

Mereka mulai celoteh, kecuali Rakha yang spontan jadi diem. Gak lucu kali, ngadain pesta dadakan gini, pikirnya ke Biant sebel.

Sedikit sedikit, mereka menyela antar hubungan masing masing. Seperti Arjunot sama Melani yang makin sehati, malah udah saling mengerti akan selera masing masing, ataw ngeledek hubungan Rakha ma Biant. Yaa, paling tidak, mereka gak perlu taw kalo mulai hari ini Rakha ma Biant udah resmi jadian.

Perayaan yang gak jelas maknanya.. seburuk apapun ledekan mereka, Rakha hanya menilainya bercandaan. sedikit sedikit ngeless ngindari pipi merona,. Gak penting diambil ati.. kali, kecuali abis acara ini, niat Rakha sudah mo ngotot marah marah diujung lidahnya sama Biant, siapa lagi?????

to be continued





next chapter

0 comments:

Post a Comment