DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 29

Sheet 29
by be_biant




Begini jadinya, mending dicuekin aja daripada dibenci atau di omongin. Asli, gak enak rasanya! kali ini, semua orang update ngebahas status si "Rakha Gay". Sampe ada cowok yang bener bener suka ke dia, langsung nyatain.. sinting! atau mereka hanya sekedar menganggap itu, lelucon?! Lucu sih, tapi Rakha sama sekali gak tertarik ngeladeni gosip murahan, bahkan tersenyum, apalagi tertawa. Mending biarkan saja mereka bertanya tanya, jangan sampe ada jawaban yang keluar dari mulut Rakha.

Dan nyata sekali, gak ada satupun pandangan orang yang berfikiran positif terhadapnya. Permainan meledek Rakha emang paling asik akhir akhir ini. Semakin mereka mempermainkan perasaan Rakha, semakin Rakha tidak ingin lagi menganggap mereka ada. Rakha jadi semakin sombong sekali, seakan menjaga jarak ataw mencari cela untuk mendapatkan posisi yang aman. Gak salah, kalo semua jadi ilfil ngadepin sikap Rakha yang aneh, namun, untuk prestasinya.. masih belom ada yang dapat menggantikan posisinya. tetap dibilang gemilang! Gitu deh, Rakha dianggap tak ada, tapi jelas jelas ia nyata.

Dipikirnya. Semenjak gak ada Biant, hidup berasa tak berguna, hampa, gak ada lagi yang memperhatikannya. Dunia bagai sunyi, pudar, Pahit, serta aneh dan ini sepertinya bukan hari yang terindah.

Biant telah pergi.. entah, akankah ia kembali? Rakha tidak peduli dimana Biant berada sekarang? Rakha cuman kangen berat. Andai ia tau, ini sudah satu semester Rakha lewati. Disekolah ini banyak yang mencemoohkannya, cercaan, hinaan, dan bayang bayang ketidak nyamanan berada dilingkungan sekitarnya, untung dipihak keluarga masih percaya siapa Rakha. Seandainya saat ini Biant ada, dan mengetahui kabar ini, Rakha ngejamin seratus lebih persen.. setiap orang yang melukainya, itu pasti dipukulnya, dihajarnya atau minimal dibentaknya... Biant emang superhero bagi Rakha, dan ia justru baru menyadari itu dikala musuhnya sudah menyerbu bentengnya yang hampir runtuh. rasa batin ingin berteriak "Biaaaaannt... dimana kamuuuu... gue butuh kamu sekarang!!!.."

Sayang, lagi lagi hanya kesunyian yang menghampirinya. Kejenuhan, mungkin mengakhiri hidup akan jauh lebih tenang.

Dan kabar terakhir kali yang didengar Rakha tentang Biant, adalah percakapan antaranya dengan Mili. Sebuah pengakuan yang dramatisir. kaget, tapi ledakan ini bukan petasan!

"Rakha, Gue minta maaf sebelumnya. Bukan maksud hati ingin menghalangi hubungan antara kalian berdua, antara lo dengan Biant." Aku Mili tiba tiba.

Trus terang, waktu itu Rakha belom ngerti dengan maksudnya memulai berbicara

"Gue tau, gue sadar setelah sekian lama gue curiga kalo ada seseorang yang memang disukai Biant selain gue, kalo cewek, tadinya mo gue labrak. dan nggak mungkinnya.. orang itu adalah elo, Ka!" Jelas Mili sedikit shock menyatakannya kala itu, Rakha ngerasa ia tak begitu rela membicarakan masalah ini "kenapa bagi gue gak mungkin.. kalian (sambil memaksa tawanya) terlahir sama sama cowok, apa bisa, kalian jalani ini selamanya?? enggak, kan? tapi, gak ngerti deh, gue masih belom paham, cinta itu bagaimana datangnya..." Mili kemudian menghela nafas letihnya, seakan sejauh ini.. ia yang lebih mengejar cintanya, dan hasilnya, ia kelelahan sekarang.

"Permainan akal sehat, semestinya" dengan entengnya Rakha menerangkannya "mengalir, Mil.. Bukan datang! Gue mungkin adalah sosok orang yang pernah dia sayangi.. gue adalah bayang bayang Faisal. Tapi, gue gak peduli.. gue adalah gue.. namun, Biant keras kepala. Dia sampe nekat ingin ada disamping gue, seakan mungkin mengingatkan ia padanya, walau tadinya gue risih! gue gak pernah mau bilang macem macem ke dia.. meski bersama nya adalah saat saat paling indah. Dan paling tidak, sekarang, gue udah kehilangan dia, Mil. Mungkin untuk selamanya.. dan darinya menyayangi seorang teman, tanpa memandang jenis kelamin ataw latar belakang apapun.. ialah pelajaran untuk gue nantinya. Kita memang harus dekat, Mil. Erat, tanpa pandang itu siapa.. menyayangi orang lain melebihi diri sendiri, maka perhatian kitalah yang kan dicari, selamanya."

"Dan elo emang menyadarinya sekarang? elo mencintai Biant, Ka?!" Tanya Mili serius.

"Gak musti kan, Mil. Gue sadar itu tak mungkin! Biant itu milik lo, itu baru dibilang wajar! Gue nyesel, kenapa gak musti gue yang pergi diantara kalian?"

"Lo salah, kalo lo pikir kami pacaran karna Biant yang nembak. Justru gue, gue yang emang ditugasin agar jangan sampai Biant belok orientasi seksualnya. Itu sudah diperhitungkan, Ka. Sama Eyangnya.."

"Tugas??? sampe elo rela ngejual harga diri lo, Mil???"

"iyah, Ka! demi uang.. gue penuhi perjanjian agar bisa ngelunasi biaya rumah sakit nyokap gue, dan jika gue bisa ngebuatnya jatuh cinta ma gue, tentu gue akan dihadiahkan suatu pernikahan. Saat itu, mungkin gue masih bingung

Gue awalnya sama sekali gak mencintai Biant. Gue juga punya pacar.. dan gue rela mutusin pacar gue demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat keluarga gue. Meski gue tau, ini jalan yang salah. Dan, sekarang.. gue punya perasaan yang sama kayak lo, kita sama sama menyadari bahwa kasih sayangnyalah tidak lebih penting, bukan segalanya dari dia. Bukan hartanya, bukan perhatiannya, tapi dia... hanya dia.. kita butuh Biant sekarang, gue juga udah pertahankan agar Biant tidak dibawa keluar kota. Gue rela kalo gue akan membayar semuanya dengan menjaga dan merawatnya saja. Tanpa imbalan apapun. Tapi Eyangnya tidak setuju, ia bilang, 'gue gak becus menjaganya.. gue hanya mengincari hartanya.' Jadi sekarang, gue pasrah.."

"Dan, soal Corrie? elo sekongkol bareng dia, sejak kapan?? ataw jangan jangan lo sudah mengerti skenario Corrie dan lo terlibat?
lo emang udah tau kalo Corrie bakal ngelampiasin dendemnya ke Biant, iya kan?"

"Gue gak mo bohong lagi ama lo, Ka. Sebenernya, gue cuma curhat ke Corrie.. kalo gue ngerasa Biant tidak mencintai gue, dan Corrie bilang.. dia pernah denger lo nyatain cinta buat Biant. Dan lebih kebuktinya lagi, setiap kali ML, Biant mintanya gue ditembak dari belakang, Ka! Apa lo gak heran?? Dan gue denger pula dari percakapan antara Corrie sama almarhum Valent secara diem diem, maaf ya Ka. Gue denger kalo lo sama Valent pernah gituan dikamarnya Valent. Gue sebenernya gak mo ngebahas soal itu, tapi gue udah terlajur kebuka.. yah, gue jujur sekarang. karna gue Juga kesel, akhirnya gue sama Corrie emang sepakat ngejaga rahasia ini. Rencana ini bahkan terlalu cepat dari perkiraan gue, Ka. Disaat gue lagi sayang sayangnya ma dia."

"Elo mencintai Biant, Mil?"

"Enggak, Ka! Cintanya emang gak bisa dipaksa. Kalo seandainya dia milih lo, ya gue musti lapang dada! toh, gue juga sekarang balikan lagi sama mantan gue, urusan nyokap gue juga, udah kelar. Asal lo tau, hidup gue udah hancur sekarang ini, tapi gue tetep percaya dan optimis kalo cinta yang sebenarnya hanyalah perasaan saja. Tidak harus memiliki.."

syukurlah, pembicaraan itu berakhir setelah melihat wajah Mili yang polos itu tersenyum. Mili bersumpah, bahwa ia takkan pernah dendam atas apa yang terjadi pada dirinya. Hebatnya lagi, selama satu musim semester yang terlewati itu, antara Rakha sama Mili kian terlihat seperti adik kakak. Hanya Mili seorang yang mengerti tentang penderitaan Rakha, menggantikan posisi Vidya pada awalnya... yang hidup ditengah terjangan omongan kasar dari orang orang yang tak mengerti tentang perasaan. Mili selalu melindungi Rakha, menemani kesepian Rakha, dan hanya pada Mili lah, Rakha ingin bicara selain daripada gurunya.

***

"Ka, gue dapet kabar soal Rara..!" Tereak Mili dari kejauhan. Tentu Mili sedang memanggil Rakha dengan perasaan bangganya bukan kepalang. Ya, jelas.. Mili kembali berusaha nyomblangin Rakha agar balik lagi sama Rara.

Rakha refleks senyum liat tingkahnya yang kalang kabut, berhasil bikin orang yang memandang nya jadi iri liat kebahagiannya siang itu.

"Nih,! " Mili menyodorkan ponselnya. "Cepetan ngomong, kalo elo emang laki!"

"Apaan, sih. Elo gak perlu nyolot gitu ngomongnya.. biasa aja!"

"Abis, baru sekarang Rara mau bicara ama lo. Setelah perjuangan kita mendekatinya susah payah.. cepetan, kali aja gue sama ayang gue dapet traktiran siang ini.. he he!" Ketauan deh, makelarnya..

Sumpah, kala itu perasaan Rakha jadi gugup. Jantungnya berasa berdegup degup. Ia mengambil alih siponsel dan mulai melekatkannya ketelinga, serta mendengar dengan seksama akan kerinduan suara yang hadir dalam benaknya. Rakha menyelusuri jalan menuju kawasan yang sunyi dari teriakan. Disebuah ruang yang sempit, diseputaran labor, Rakha berbicara pada sipenelpon

"Pha kabar, Ka?!" Tanya suara disebelah sana.

"Baik, Rara sendiri?"

"Sama, hanya agak cape aja.. baru nyelesai in semesteran."

"mm.. Ra, entar malem lo ada waktu gak? kita jalan, yok?" Ajak Rakha to the point.

"Mm.. maaf, Ka. Rara gak bisa, bukan untuk hari ini saja.. tapi untuk hari kedepannya juga. Rara mo ngejelasin ini ke Rakha seharusnya sejak lama, tapi selama ini Rara sendiri gak pernah dapet kabar dari Rakha, jadi Rara ambil keputusan ini sendirian. Bahwasanya, Rara sekarang sudah resmi bertunangan. Rencananya, paling cepat setahun mendatang, tamat sekolah ini.. Rara akan dilamar

Semoga ini bukan berita buruk bagi Rakha. Dan selamanya, Rara gak mungkin nutupin kabar bahagia Rara sampai akhirnya nanti, malah akan mengecewakan Rakha. Rara tak mungkin tega berniat ngebuat Rakha kecewa, namun hikmahnya, semoga jalinan persahabatan kita bukan saat ini jadi yang terakhir kalinya.. Rara sayang Rakha."

Apa yang mo diungkapin, coba? Seandainya jadi Rakha. Rakha gak mo bicara lantaran bukan kata yang keluar dari bibirnya, malah suara isakan tangis yang takutnya akan ngebuat Rara tau, dan jadi kepikiran yang enggak enggak.

Sudahlah, Tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Rakha mencoba menerima kenyataan pahit yang bertubi tubi dan belajar mengikhlaskannya. Kini, Habislah cinta yang terbagi dalam hatinya Rakha yang selama ini ia jaga. ya tuhan, siapa lagi yang berhak mendapatkan cinta seorang Rakha?? akankah ia bisa benar benar membahagiakan orang yang Engkau pilih kelak?

Hati ini telah letih
Jalani kisah yang kau rasa perih
Seolah hatimu yang paling terluka
Tak pernah kau lihat sisi hatiku
Dimatamu, kau anggap ku selalu salah
Didepanmu aku kan bersumpah mengalah

Aku yang telah merelakanmu
Karena kini aku merasa
Tak mampu bahagiakanmu
Tuhan jagalah jiwa dan raganya
Hidup matiku hanya untuknya
Walau ku tak bersamanya

(Yang telah merelakanmu by seventeen)

tak perlu menebak sebagaimana parahnya gontaian kaki Rakha berjalan menelusuri rute perjalanan dari tempat sekolah hingga menuju kerumahnya. Berat! Perasaan masih berkilo kilo lagi perjalanan ini, saking lamanya. Dan untungnya, ujian semester udah dilewati dengan aman. Masa bodo kalo Rakha gak dapet peringkat, toh, gak ada lagi manusia yang bisa bikin hati Rakha bersemangat untuk pamer hana hini disekolahnya. Namun andai saja, Biant masih disini..

Selintas Rakha melihat sebuah motor hijau mencolok bernama ninja, wuiih.. Rakha langsung mikir ke Biant. Kontan, pergelangan tangannya ada yang narik merasup kebalik tembok rumah orang yang tidak Rakha kenal.

Gak ada ekspresi apapun dari Rakha, setelah matanya menatap sepasang mata yang selama ini membuatnya merasa rindu. Rakha benci mata dan wajah itu! Karenanyalah, betapa Rakha harus merasakan perihnya kehilangan. Dan, dalam hatinya bergeming.. jangan ambil dia lagi, dan jangan pernah ia pergi lagi, bila ini bukan mimpi.

Wajah itu, wajah Brilliant. Tentu saja, selama enam bulan lebih... banyak hal yang berubah darinya. Antara percaya dan tak percaya.. sambutan tatapan rindu mereka sama sekali tak memancing emosi ntuk berkata yang manis, say hi? apalagi pha kabar? mereka kini sama sama munafik!

"Minggat, yuk?!" Begitu saja yang Biant katakan. sepertinya ia sengaja, ingin memutar kembali memori mereka.

Kenangan adegan ini membuat mata Rakha berkaca kaca. Kemanapun ia pergi, rasanya Rakha harus ikut.

Pandangan Biant terlalu dalam untuk dihayati, sampai tak satu ucapanpun terlontar dimulut Rakha, saking bangganya. Ketika itu, Biant hanya ingin mengusap wajah cutenya sambil tersenyum malu malu.

"Tak ada yang berubah,.." Ujarnya menghibur Si lara hati ini. "Sumpah, gue kangen banged.. pengen ketemu. Taw gak, sewaktu gue terbaring, gue masih sadar dan hanya bisa tenang dan merekam semua kata yang elo bicarakan.. gimana?? Bersedia minggat lagi, ga?." Tambahnya lagi, Rakha sama sekali ngambek, gak mo bicara saking keselnya, karna baru tau kalo waktu itu, si Biant ini licik sekali.

"apa aja yang lo inget?!" Rakha rada jengkol, eh dongkol.

"Gak!.. gue gak mo bahas!.. ke mall aja, ataw kemana kek.. gue kangen Palembang nih!"

"Kangen Palembang apa kangen gue, sebenernya?" Umpat Rakha.

Biant tak bicara lagi, hanya tersenyum sambil berjalan mendekati motornya dan menawarkan helm pada Rakha.

Ya ampun, saking nggak ngeh nya sampe gak nyadar kalo motor yang parkir didepan matanya ialah motor Biant! Rakhapun tak segan segan lagi menyambutnya, dan langsung duduk di jok belakang si ninja hijau. Sambil memeluk erat tubuhnya.

Angin mulai berhembus merasuki kedua insan yang sedang membelah jalan. Kepenatan siang itu tak membuat keduannya terhenti bercanda tawa diatas kendaraan yang kian melaju kencang, menyerbu segala bahasa yang tertahan untuk sekian lamanya.

Rakha dibuatnya bagai melupakan dunia, saking senengnya menyambut kehadiran sang pahlawannya, bener, Rakha patut merayakan ini. cengkraman tubuhnya tentu sudah mewakili rasanya untuk tak ingin membuang hari itu dengan sia sia.

Mempersingkat waktu, Biant membawa Rakha ke suatu tempat yang bukan rumahnya. Tapi tempat tinggal baru Biant di salah satu gang yang tak jauh dari seputaran mall ternama.

"Baru beberapa hari ngekost disini.. gue gak nyaman tinggal dirumah untuk sementara ini. H eh ehe.." terangnya sambil cengengesan. Dasar gila, batin Rakha sebel

Rakha masih celingak celingukan mengintari ruangan asing ini. Terlalu sederhana untuk seorang Biant yang ia kenal. Namun, dengan segala perlengkapan seadanya, sepertinya bukan itu yang dibutuhkannya, percuma memiliki rumah mewah, kamar tidur luas, ranjang nyaman, udara segar, fasilitas lengkap, tapi tidak ada Rakha disampingnya.. tentu tak terungkap oleh kata katanya.

Rakha masih berdiri tegap menikmati isi ruangan, kontan saja Biant merangkulnya segitu erat dari belakang, sampai sampai dada Rakha dibuatnya sesak, dan bebannya kian terasa berat. Namun, kali ini tak ada keluhan yang keluar dari bibirnya, nikmati saja, apalagi kecupan mulut Biant mulai terasa merambat disekujur lehernya. Bikin ngerangsang.. wuiihhh.. Hanya sentuhan lembut yang bisa memenuhi segala keinginannya sore itu.

ruangan sepetak ini amatlah sempit.. Rakha hanya bisa memilih tepi ranjang sebagai kursinya dan berbaring senyaman mungkin dengan beragam bantal bantal yang mendampinginya. Sementara Biant sedang menutup rapat dan mengunci pintu kamar. Tanpa basa basi lagi, Biant langsung terjun disisi Rakha. Rakha tak perduli. Walau jiwa dan raganya bergetar akan rasa takut yang melanda, hatinya masih meyakini kalau semua ini akan baik baik saja, seginipun tak sampai berdosa.

Biant membaringkan tubuhnya disamping Rakha. Tidak ada obrolan serius, seakan terjadi apa apa, Rakha berdoa sambil mengatur nafas. Hingga akhirnya tangan Biant kembali merambat disekujur tubuh Rakha yang lemas. Ini bukan yang pertama, tak akan membuat jantung Rakha berdegup kencang, ia belajar untuk santai. yah, santai dan berharap segera diteruskan.

Herannya, kepalang kurang ajar, Biant tak meminta izin lagi untuk merapatkan bibirnya dengan bibir Rakha. Pelan pelan si cowok yang dikenal jutek itu membalas kemunafikan kecupan sinting itu, keduanya mulai kecanduan. sekedar narik nafas, mungkin? sepertinya, mereka tidak punya jedah untuk menghentikannya, terlanjur tau rasa basahnya lidah.

Geliatan tubuh Rakha yang semakin dinikmati dan direjang keras oleh tubuh Biant. Tak peduli Rakha sedikit meronta ronta kehabisan oksigen, tapi Biant lebih tidak perduli.! Rakha terjerat dalam balutan tubuh Biant yang sedikit lebih memaksa. Kian pasrah dibuatnya semakin lemah tak berdaya. Rakha sudah terlalu capek menggerakkan ototnya supaya lepas, tapi malah lemas. Kekuatan dan kerinduan Biant bahkan lebih besar dari kenyataan dan kesadarannya.

tiba saja Biant melepas ciumannya sesaat "bilang, kalo lo sayang ma gue, Ka!"

"Gak!" Suntak Rakha keukeuh

Biant kembali memangut bibir Rakha kali ini dengan lembut. Sempat menggigit bibir bagian bawah Rakha. Dicumbunya sekujur leher yang membuat Rakha makin gugup. Geli geli gimana gitu.. h ehe..

Adik kecil Rakha mulai merangsang, bahkan Sepupu Biant lebih berpengalaman soal ini, bahkan lebih parah.

Diatas tubuh Rakha yang terkunci, Biant menanggalkan pakaiannya, dibuangnya kelantai. Juga memaksa Rakha untuk melakukan hal sama, seragam sekolahnyapun terlepas. Selanjutnya, Biant menumpunya lagi sambil menjilati puting Rakha hingga dibuatnya jadi ketagihan. Tak lama kemudian, Biant berasa jenuh dan kali itu Rakha yang mengajaknya kembali bercumbu. Ia belum puas, posisi Rakha kini berada diatas tubuhnya Biant. Merayap hingga menyuruh Biant melepaskan celana jeans yang dikenakannya, sang Mr P nya langsung nongol dari balik celana dalamnya. Hangat dan super keras. Ukurannya lumayan besar dengan ujung kepala yang klimis lalu Rakha menjilatinya untuk kali pertamanya, natural dan lezat. lebih berasa lagi, kalo penisnya segera dilahap, HAP!...K*nt*l Biant pure berada didalam mulut Rakha, jika bisa ditelan, mungkin sudah dilakukan olehnya.

Tongkatnya beda sekali dengan keadaannya semula, sewaktu dirumah sakit, kali ini kelewat elastis. Sumpalan asupan yang diemut Rakha, kayak gimanapun gak bakalan abis. Meski awalnya agak sedikit kerepotan, namun proses terus berjalan lancar apalagi pada saat mendengar suara rintihan Biant, uh.. ah.. ahh... uh uh akh akh,.. aahh.. tak membangunkan emosi yang punya kostan. Dan tak menghentikan permainan Rakha kian bergerilya. Makin menarik saja, kalo ngeliad Biant bugil dan pasrah akan diapain sama Rakha, tenang,.. Rakha juga cowok, jadi tau persis bagian mana yang permainannya harus dibikin hati hati meski kocokan demi kocokan kian membuat darah Biant jadi naik, seakan minta nambah. taw sendirilaa... gak perlu akurat, Kan?

Kenikmatan tiada tara itu tak hanya dirasakan Biant saja, tentunya Biant tak kalah ingin memberikan apa yang ia mengerti soal hrm.. hm.. hm.. nya entah dari mana? video kah?. Bahkan lumatan yang diberikannya untuk Rakha jauh lebih hebat dari apa yang pernah Valent kasih. Desahan Rakha yang kian mengerang, hingga telanjang bersama tanpa sadar, ia hanya berusaha menahan perih bagai sebuah tantangan baginya. Apalagi, Biant nambahinnya dengan menyusuri jilatannya sampai keliang dubur, ouw!.. Rakha reflek ngasih aksi yang lebih, bak akrobatik yang lentur tubuhnya bisa dilipat sesuai hati Biant, sakit pinggang gak langsung terasa lagi deh, mungkin setelahnya... kali!

Yang lebih hebatnya, saat penetrasi pertama. Biant yang perlahan siap berusaha duduk diatas tubuh Rakha yang terlentang. sembari mencobloskan penis Rakha kedalam lubangnya. Cerita sebelumnya, beberapa menit yang lalu, Biant yang terlalu tak sabar ingin memaksakan keponakannya masuk tanpa latihan, alhasil, Biant kontan kena terjang oleh Rakha, Yaa Rakha sempet ngambek setengah jam gak mo nerusin. tapi Biant ngalah, ia pun bersedia menjadi yang pertama. menahan sendiri rasa sakitnya, walau Rakha tak tega... iapun sebenarnya tak merasa kuat melakukannya. Hanya saja, memang ini yang diimpikan seorang Rakha, untuk membuat Biant Bangga, apapun caranya.. dan tidak mengecewakan terhadap apa yang dipinta dan dirindukannya.

Gerakan yang awalnya sulit, makin diusahakan, makin terbuka lebar.. apanya?? Gak taw akh!.. Bluuussshhh.. sudah! jantung mulai kerasa tenang. Setelah masuk keseluruhan, berhenti tuk bernafas sejenak, lalu lanjutkan, lambat lambat kian menjadi cepat. Biant menahan tereakan kesakitannya, sedang Rakha hanya mampu mengusap tubuhnya dan memantau wajah Biant kalo kalo ngasih kode kesakitan, akan dihentikan Rakha secepatnya, malah wajahnya tak mau anggur gitu aja, dan makin mendekat kemuka Rakha, mereka kembali berciuman mesra. sambil bergoyang tentunya.

Lanjut, ketika Biant melepas sendiri sambungan kabelnya, Biant lelah.. iapun berganti posisi untuk menyuruh si Rakha yang nungging.

"Kalo sakit, gue gak mo tau, Iant.." protes Rakha sebelum melanjutkan untuk menikmati dosa terindahnya.

"Rileks kayak gue tadi, sakit bentar koq.. masukinnya emang rada sukar. Namanya juga pertama kali, kan? Kira kira abis masuk kepalanya, diameternya udah kerasa, tinggal lo nahan batangnya yang menjalar kedalem. Pokoknya lo coba santai, jangan diapit .... entar, lo sendiri yang ngerasa perihnya.

"Gimana gue bisa santai?? Penis lo segede itu, ngulum tadi aja agak kualahan,.." Rakha masih ragu dibuatnya..

Dan oops!.. satu jari Biant perlahan bisa masuk ke dalem dubur. Aneh! Biasanya area situ terus berasa keluar, kali ini, ada sesuatu yang masuk, sepertinya jari telunjuk itu mulai terbiasa nusuk cabut, setelah terbiasa, dua jari kemudian.. sinting!.. Rakha mulai gak sabar pengen nyoba yang agak bertantangan.. akhirnya dia mengangguk siap!

Giliran Biant yang harus banyak bergerak. Sekuat tenaga, ia berusaha kembali menyambungkan kabel yang tadinya terlepas kedalam lubang pas. Yup!.. pelan pelan hingga merapat. Kali ini Rakha benar benar tak kuat, kata siapa bisa nyaman?? Damn it, f*ck up! menahan rasa sakitnya untuk kali pertama dibuat lubang pantatnya diganjal akan sesuatu, dan satu gerakan masukan perlahan dimulai, sebisa mungkin, Rakha mencoba tenang menerima sesuatu itu.. dari situ Biant sudah nampak kenikmatan. ia terpuaskan.

Alunan irama ngebuat suasana semakin nyaman, seolah vital Biant sedang bekerja mengaduk aduk adonan isi dalam tubuh Rakha. Ia sendiri mulai merasa terbiasa, meski awalnya rada janggal tuk berfikiran kalo ini tidaklah normal!

Rakha kini nampak gerah, keringatnya makin bercucuran, ia berucap "gue lelah, Iant!" Rakhapun terhenti sesaat.

Biant mencabutnya, lalu memindahkan posisi Rakha jadi terlentang sambil dua kakinya dibuka lebar. Apa yang hendak terjadi???, yang harus rela tenang dan membiarkan penis Biant yang besar berusaha menyelinap masuk kembali diliang duburnya. Rakha sibuk mengatur nafas, hingga usaha Biant tentunya dengan mudah menembus angan angannya, Rakha sudah tak kuat.. namun Biant baru saja memulai.. pantatnya bergoyang dengan lihai menusuk nusuk dengan nikmat, tereakan Rakha yang tertahan tak membuat Biant sadar bahwa Rakha sedang kesakitan.. mereka bermandi air keringat sore itu, untuk sekian lama.. akhirnya untuk hari ini, ia berani menyerahkan segalanya yang ia punya, Biant terhenti sesaat ketika melihat detik detik air peju milik Rakha sudah keluar lebih dulu. Tumpah diseputaran perutnya, cairan putih, kental, merekat serta beraroma segar mengundang Rakha yang tiba saja menginginkan cairan milik Biant yang kan masuk dalam mulutnya.

Demi Rakha, Biantpun siap ngebuat adegan yang diinginkannya. Rakha dengan sabar menunggu detik detik masturbasi Biant didepan wajah imutnya, satu... dua... tiga!... air moneynya muncrat sana sini. Betapa hangat dan asinnya cairan itu, tapi lumayan nikmat untuk penyegaran aura.. (sok taw, alias ngarang) Eit,.. tidak sampai ditelan yaa.. ngeri sama efeknya. Namanya juga duo anak ini masih awam.. wkwkkk...lugu!

Keduanya asli kelelahan dan tak bisa memulai berkata apa apa.. yang kali ini sudah, yah sudah! gak usah dibahas, dan sebaiknya diam, nampak anak bodoh yang tak bisa ngebedain arti dosa ama kepalangan! terpejam, dan terlelap.. bagai sebuah pesawat tempur yang lewat. saling menembak dan,.. mati!

***

Jarum jam menunjukan pada pukul 8 malam, Rakha baru bangun, dan Biant sudah selesai mandi. Keduanya tersenyum saat pertama kali bertatapan. Ngeliat Biant telanjang dada sama pake anduk dipinggul, jadi bikin memori Rakha kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu, sebelum ia tertidur diatas dadanya Biant, begitu nyaman.. gagah banged cowok gue!... Rakha udah nunggu ntuk adegan berikutnya, terlanjur Biant udah ngelempar mukanya pake bantal

"Bangun dong, kita cari makan. laper!.." ujarnya lalu tersenyum ngeliat muka Rakha yang belum rapi dari kusutnya.

"Lo aja yang keluar, dibungkus aja buat gue!" Bantah Rakha rada males bangun.

"Kayak cewek yang lagi ngidam lo, ayok!.. gue maunya makan ditemeni bareng elo. Kapan lagi bisa kayak gini?" Celoteh Biant gak kalah. "cepetan bangun dan mandi, ya!"

eit, Rakha baru sadar akan merasa kesakitan dibagian selangkangannya yang lumayan nyerih.. gak taw deh, bakal tahan apa kagak? Sampe kapanpun, Rakha gak tau!

"Gak apalah,.. gue tadinya juga ngerasa gitu.. wajar koq, nahan dikit.. paling bentar lagi sembuh.. taruhan deh, besok besok.. lo minta lagi."

ADUUUUHH.. gak taw deh, gimana bisa rasa sakit ini akan dirasakan secara berulang ulang dalam waktu yang singkat, kebayang kalo ini yang pertama, jadi gak kepikiran.

***

Suasana warung tenda malam itu ramai akan penikmat kuliner.. beragam orderan menu seafood tersaji disatu meja yang sudah di boking.. gila! cuma berdua saja??

"Kata siapa?" Bantah Biant.. sejenak saja, tiba tiba mereka kehadiran tamu lainnya yang kedatangannya sengaja dibikin surprise..

Sebut saja Emili, Arjunot, Melani, Tasya muncul bagai tamu yang tak diundang.. dan reunian pun dimulai dadakan.

"Gue kira lo kemana aja, bro.. lama gak da kabar, bb lo juga gak aktif sekarang.. sombong banget jadi orang." Alih Arjunot antusias

"Iya nih, kita kita kangen banget pengen bisa ngumpul kayak gini." Tasya menambahkan

Mereka mulai celoteh, kecuali Rakha yang spontan jadi diem. Gak lucu kali, ngadain pesta dadakan gini, pikirnya ke Biant sebel.

Sedikit sedikit, mereka menyela antar hubungan masing masing. Seperti Arjunot sama Melani yang makin sehati, malah udah saling mengerti akan selera masing masing, ataw ngeledek hubungan Rakha ma Biant. Yaa, paling tidak, mereka gak perlu taw kalo mulai hari ini Rakha ma Biant udah resmi jadian.

Perayaan yang gak jelas maknanya.. seburuk apapun ledekan mereka, Rakha hanya menilainya bercandaan. sedikit sedikit ngeless ngindari pipi merona,. Gak penting diambil ati.. kali, kecuali abis acara ini, niat Rakha sudah mo ngotot marah marah diujung lidahnya sama Biant, siapa lagi?????

to be continued





next chapter

Cowok Keripik Jengkol Sheet 28

Sheet 28
by be_biant



Malam yang tak biasanya. Rakha tak henti hentinya mikir sambil mandangin jam ditangannya berkali kali, yang baru nunjukin pukul setengah satu dini hari.. Rakha sendiri tengah sibuk merapikan tempatnya bekerja, menjelang nutup, dan dibenaknya hanya ingin menjumpai rumahnya dan segera tidur, karna malam ini seluruh badannya kerasa gak tenang.. gelisah, seakan mau meriang.
Rakha sempat kebingungan akan malam yang aneh ini. Tadi si Biant yang datang dan makan,sekarang malah Arjunot? sahabat satu kelas lainnya. Gak salah lagi, mata Rakha belom rabun ataupun ngantuk total. Dari kejauhan, untuk persekian kalinya, mata Rakha menyorotkearah sosok remaja sebayanya yang sedang duduk tak tenang di jok motornya sendiri. Seakan serius menunggu seseorang. Kenapa sih?? kalo emang ada perlu, ataw laper, atow apalah.. dia kan bisa masuk sambil ngobrol! Nyebelin gak, kalo ngeliat pemandangan seperti itu terus?
ketika dirasa tugas dan tanggung jawabnya terselesaikan, Rakha langsung menghampiri si Junot dengan perasaan tenang sambil bawa segelas air putih dibarengin senyum sambutanyang ramah
"Arjun, lo lagi nunggu melani kesini,? tumben!"sapa Rakha berbasa basi.
"Enggak, gue sengaja nunggu lo disini. " sahutnya tegas "kerjaan lo beres semua, kan? Yok, ikut gue sekarang "
"Gue mo pulang bareng Rizky Jun. Gue udah cape! "
"Cape?? Lo pikir, gue mo ngajakin lo maen futsal tengah malem gini" Arjunot shock, nada bicaranya kian tegang "lo gak liat, mata gue bengkak gara gara abis bangun tidur! kalo gak penting gini, gue mana mau dadakan keluar rumah dijam segini! trus nungguin lo ampe kerjaan lo beres gitu" lanjutnya dengan nada berubah pake style emotional.
Rakha mengernyitkan dahi, sama sekali gak ngeh dengan maksud pembicaraan Arjunot barusan. Kenapa Rakha malah jadi bahan pelampiasan kemarahannya? lagian Rakha gaknyuruh dia ngejemputnya pulang, heran!
"Lo cepetan naek! kita kerumah sakit sekarang, keadaan Biant sekarat!" Sambungnya tak merasa penting lagi dengan ekspresi sambutan dan usaha Rakha yang masih rela menenteng segelas air bening, sambil ia bergegas menstarter motornya.
Mendengar nama Biant disebut, tubuh Rakha serasa nerima isyarat yang janggal. Gak ada kabar tentang dia sejak beberapa jam yang lalu dan gak sempat mikir lagi "kenapa bisa separah itu?" Rakha hanya penasaran dan bisaikut terpancing gak sadar serta rasa cape'nya spontan jadi keram, ia terpaksa ngikut pergi bareng Junot yang masih tampak kesal.
Semenjak diperjalan menuju rumah sakit, si Junot gak bicara sama sekali. Sekalipun Rakha bertanya serius, selalu ditepisnya dengan nadayang kurang enak dengernya. Rakha akhirnya hanya bisa diam dan mencoba menelisik sambil berfikiran positif.
Biant sekarat?? pasti Junot bercanda! dia gak tau kalo Rakha sudah ngeliat kondisinya beberapa jam yang lalu. Ia nampak sehat, penuh senyuman semangat khasnya, perhatiannya tentu saja tidak ada yang berubah. Mungkin, ini hanya sebagian tak tik dari sketsa skenarionya Corrie semata.
"Ha ha! Rakha gak bakal tertipu!" Pikir picik Rakha sambil terkekeh geli. "Apakah buaya bisa dikadali? "
Arjunot terus memotong jalan penuh konsentrasi ditengah rasa dongkolnya, ia membawa Rakha masuk serta kerumah sakit yang bertempat dipusat kota, menerobos sunyinya situasi lobby, disetiap liku jalan, hingga diantarnya naik ke tangga dan menuju kelantai 2.. disebuah kamar berukuran besar dan dilengkapi enam tempat tidur yang sudah ada penghuninya dimasing masing tempat. Tentu buat Rakha tak begitu memperdulikan yang lainnya.
Hanya, diantara pasien pasien itu.. ada salah satu dari sekiannya ingin sekali dihampiri Rakha. Kamarnya berada paling sudut ruangandan paling dekat dengan jendela luar dan pintu beranda. Pelan pelan Rakha tergerak mendekati segerombolan anak muda yang Rakha kenal. Jika diabsen satu2.. rasanya semua telah hadir mengelilingi satu tempat tidur. Melani, Mili, Tasya sedang berduka memperhatikan salah satu teman mereka yangsepertinya menerima signal kuat akan kehadiran orang yang dirasa dekat dihatinya.
Sangat tak terbayangkan, yang dipandang Rakha sekarang adalah sosok raga seorang sahabat yang paling Rakha kenal seantero sekolahannya. Biant yang terbaring lemah tak berdaya, dengan kondisi yang nyaris bikin Rakha gak bisa koment saking bolotnya.
Ia tidak sedang tertidur, Biant begitu getar merasakan kedatangan Rakha, hendak memaksa tubuhnya untuk bangun, tapi nampak begitu sulit dan terlihat sakit.

Jangankan dipaksakan gerak, ngomong saja udah takkan mungkin. Hanya sepatah dua patah kata yang terucap berkali kali.. ialah sebuah nama yang misteri.
"Lo kenal faisal, Ka?" Tanya Mili disela pikiran Rakha yang masih belom normal atas apa yangbaru saja diterima oleh matanya. Wajar, Mili juga tampak sama saja. Shock banged..
"Faisal??" Gak salah lagi, Rakha memaksakan memutar kembali memory yang telah sekian lama terlewati. "Yang gue tau, Faisal temen kecilnya Biant yang punya banyak kesamaan dengan gue. Hanya, Faisal tidak pernah ada lagi didunia ini. Mungkin hanya kenangannya saja yang masih tertinggal diingatannya Biant"jelas Rakha seraya menatap wajah Mili dengan raut muka yang turut menyesal sedalam dalamnya atas kejadian yang menimpa Biant dan hubungannya kali ini. "Lalu, siapa yang bikin Biant jadi gini?" Ujar Rakha kontan seriuskepingin tau.
"Biant baru saja keluar dari ruang rongent sewaktu kita kita pada datang. Seseorang yang membawanya kesini menyebutkan salah seorang nama sahabat kita. Corrie yang melakukannya." Jelas Tasya begitu geram.
"Corrie?" Rakha rada gak yakin ngedenger namanya "Corrie rumanggit? sahabat kita?!"
"Yah!" Sahut Tasya malah jadi gak yakin pula setelah menyebut nama itu.
"Kita gak tau, kenapa dia bisa ngelakuin ini? yang jelas, pasti ada hubungannya dengan Faisal.. bisa rasa dendam ataw apalah.. tiba saja juga no hapenya Corrie gak bisa dihubungi.. aneh, kan?" Melani gak kalah berang.
Rakha mengernyitkan dahi sambil bertanda tanya besar. Sementara Mili yang dilihatnya nampak ikut tak berdaya yang tidak bisa melakukan apapun, kecuali bersedih sambil meratapi wajah kekasihnya yang terbaring lemah dan gelisah. Tasya juga tak kalah sibuk merangkul Mili, terus mengusap pundaknya serta merasakan kepedihannya pula dan menenangkan pikiran Mili yang kacaw. SedangRakha, kini nyaris sama perasaannya dengan Mili, bahkan lebih parah!.
"Keluarga Biant udah dihubungin, Mil?" Tanya Rakha ke Mili, sekalian mengalihkan pembicaraan yang tadinya sempet bikin kesel.
"Tantenya udah gue kabari, mereka sekarang berada di Jakarta sedang mengurusi jam penerbangan yang lebih awal." Nada bicara Mili tampaknya sama kusutnya dengan kondisiBiant sekarang
Sekali lagi Rakha ngerececk dari ujung kepala hingga ujung kaki, kira kira apakah masih ada luka yang lebih parah dari ini? Tidak! Biant tidak punya luka yang serius pastinya, ia hanyapingsan saja. Mudah mudahan besok sudah bisa pulang... Rakha hanya ingin melihat ia bahagia, bercanda, tawa, gembira ria, sehat serta rindu akan senyumnya. Bukan Biant yangseperti ini,.. yang tidak bisa membuat Rakha bersemangat jalani hidup, seperti ada perasaan yang hilang dari sisi Biant. Semoga saja hal ini tidak terjadi, karna Rakha belum lama ini telah kehilangan seorang Valent. ya tuhan, beri gue kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang tak jelas ini. Jangan sampai engkau lebih dulu mengambilnya seperti engkau dengan mudahnya mengambil nyawa sahabat gue sebelumnya.
ow my god,.. gak tega rasanya ngeliat orang yang dicintai jadi seperti ini, kenapa enggak Rakha saja yang seharusnya menerima ini sebagai pelajarannya, kenapa harus Biant? Selama ini yang Rakha taw, Biant adalah orangyang tangguh. Tidak pernah takut dengan masalah, tidak pernah mengeluh tentang apa yang dirasakannya, apalagi menyangkut hal yang buruk baginya, ia tidak pernah ingin membaginya. Ia sosok yang patut dibanggakan, Rakha benar benar mengaguminya.. hanya saja Rakha terlalu takutmengakuinya, ia sekedar takut bila lelaki mengidolakan sesama akan beda pandangannya. Rakha gak mau menyebut ini janggal namanya, ia hanya menganggap ini mudah mudahan normal adanya.
"Dokter bilang apa soal kondisinya?" Tanya Rakha ke Mili.
"Belum ada Dokter yang mendiagnosanya.. sedari tadi yang hilir mudik cuma beberapa perawat saja, bahkan ada kakak mahasiswa yang magang" jelas Mili
Benar saja, beberapa waktu kemudian hadir sepasang perawat yang mengenakan seragamserba putih, langsung ngrecheck kondisi Biant
Rakha hanya diam memperhatikan sisuster yang memasukkan selang kehidung Biant. Entah diapakannya kemudian? Tiba saja dari selang itu keluar darah kotor yang lumayan cukup ngebuat si Rakha melongo
"Penyakitnya serius gak, Sus?" Tanya Rakha gak sabar, pengen denger kalo adegan yang barusan dia liat tidak begitu berbahaya.
Si Suster membisu, membiarkan pertanyaan Rakha melintas begitu saja. Tapi Rakha ngerti kok, mungkin mereka sedang sibuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
Salah satu perawat pria itu yang maju kemudian, ia menyiapkan jarum suntik dan nampak terlihat begitu ragu, dimana ia harus mengambil sample darahnya si Biant?. Sepertinya kakak satu ini belum mengerti apa apa alias Anak magang. "Disebelah sini ya?" Tanya nya kepada perawat perempuan yang lebih senior.
Rakha jadi bernegatif thinking.. "awas saja kalo salah suntik.." batin Rakha sambil tangannya mengepal geram.

Semua tertidur, beberapa jam kemudian. Mata mereka keburu nyerah pas diatas jam 2an dinihari. Satu persatu dari mereka tewas dalem suasana perang. Padahal, tadi udah diniatin maksa akan begadang sampe esok pagi, gak peduli kesiangan.. gak peduli sekolah berantakan. Pokoknya sampe kedatangan tante Biant yang lebih bertanggung jawab.
Itukan maunya mereka sendiri, mana tahanlah,mata mereka tak sekuat Rakha sekarang yang begitu perhatian sambil mandangin wajah Biant beserta ingin merasakan rasa sakitnya bersamaan.
Sesekali, Rakha mengusap jidatnya Biant yang kondisinya makin lama makin membengkak dan membesar.
"Gue minta maaf, iant.. gue emang terlalu gengsi ngomongin masalah ini, tapi sejujurnyague gak mo kehilangan elo. Gue sayang ama lo, gue harep bila mata lo kebuka nanti,.. gue pengen ngejelasin ini semua. Gimana kedepannya untuk kita berdua, meski kenyataannya takkan selamanya bisa bersama.
Tapi, minimal kita bisa bikin kenangan indah yang cukup hanya kita berdua saja yang tau.. tanpa seorang pun! Mungkin itulah impian gue, agar lo bisa tau. Dan jika saja sekarang lo bisa mendengar ucapan gue, gue minta lo sembuh... lo gak kan mungkin selamanya berbaring, kan? gak mungkin tega ninggalin gue sendirian, kan? Bukannya elo pernah ngomong, akan menjaga gue sebisa lo, sekarang gue tagih kata kata lo, lo juga harus buktiin kalo lo bisa ngadepin masalah ini sendiri, gue dan temen temen akan berdoa buat lo, iant."
pembicaraan Rakha terputus tiba tiba, dikarenakan muncul dua perawat lagi yang memang bertugas se jam sekali mengontrol kondisi setiap pasiennya.
Mereka menghampiri ranjang Biant, menggeser serta menutup tirainya sedemikianrapat. Dan hanya ada sepasang perawat dan Rakha tentunya. Mereka tiba saja menyuruh Rakha membantunya membukakan seluruh celana Biant.
"Mo diapain, kakak saya, Sust?" Rakha bengong
"Mo dipasangkan selang pada alat vitalnya, biar kalo buang air kecil nya lebih gampang" jawab si Suster rada santainya, seakan ini sudah terbiasa dijalankannya.
Tak sempat terfikirkan lagi oleh Rakha seberapa parah penyakit yang diidam sahabatnya ini. Dengan tergesa Rakha siap menarik selimut yang menutupi tubuh Biant, dan memang harus memeloroti hingga terlihatsekali kalo ini pertama kalinya Rakha ngeliat si Biant bugil, seperti anak kecil yang polos sekali. Nafsu Rakha tertahan, pengen dikulum langsung. Gak perduli keadaannya lagi lemas sekarang. gak kebayang kalo seandainya hanya ada mereka berdua saja dikamar itu, pasti beda lagi ceritanya.. tentu Rakha akan mengambil kesempatan pertama ini bagai takkan pernah datang dua kali.
Sayang, scene berikutnya Rakha tidak diharuskan terlibat lebih jauh lagi. Ia terpaksa keluar dari dalam tirai dan menunggu hasil yang mendebarkan. Tidak sampai setengah jam, tirai dikembalikan pada posisi awal. Rakha sudah melihat Biant kembali terselimuti kain tebal. Perasaannya yang tadinya gelisah, dan mulai kembali tenang ketika tubuh Rakha kembali merapat. Meski matanya terpejam, tapinuraninya masih tak ingin kehilangan.
Menemaninya serasa tidak mengenal waktu, reflek mata Rakha terpejam dan tertidur diposisi dekat sekali dengan Biant. Biantpun tak kalah menggenggam erat tangan Rakha. Sementara yang lainnya, masih tak tergoyahkan tidur di lantai dengan fasilitas ambal yang telah pihak rumah sakit sediakan, kecuali makanan minuman.
Belum sempat ku membagi kebahagiaanku
Belum sempat ku membuat dia tersenyum
Haruskah Ku kehilangan tuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu
Sebab ku sayang dia, sebab ku kasihi dia
Sebab ku tak rela, tak slalu bersama
Kurapuh tanpa dia seperti kehilangan harap...
Jikalau memang harus ku alami duka
Kuatkan hati ini, menerimanya..
(Rapuh by Agnes Monica)
Andai tubuh Rakha bisa menghangatkannya lebih dari selimutnya, Andai nyawa Rakha bisa menggantikan posisinya, Andai waktu dapat berputar ulang, Andai kala pertemuan Rakha dan Biant tidak pernah ada, Andai Rakha dan Biant terpisah dari cerita yang berbeda... mungkin semuanya belum sempat terfikirkan oleh Rakha. Tapi kini begitu indah, setelah sekian lama Rakha merindukan pelukan kekasihnya, yang ada malah seorang Biant yang merangkulnya sambil berbisik pelan ingin selamanya seperti ini. Mesra sekali, takkan mungkin terjadi kan? Ini pasti bukan Biant, ia sedang terbaring dirumah sakit sekarang! Rakha pasti sedang bermimpi basah... "jangaannn... ini tempat umum soalnyaa..."
"Rakha bangun.." Mili tiba saja berusaha mengembalikan Rakha ke alam nyatanya.
Ketika mata Rakha perlahan terbuka, telah ada seorang wanita tua Berwajah masam berdiri dihadapannya. Kontan, batin Rakha nyeplos"Siapa beliau?"
"Eyangnya Biant.." jelas Mili tertahan.

"Saya ucapkan banyak terima kasih pada kalian yang telah menjaga cucu saya semalaman, tapi sebaiknya kalian segera pulang sekarang.. Supir saya yang akan mengantarkan kalian semuanya. tinggalkan Brilliant, biar saya dan Tantenya yang akan mengurus segalanya. Yang penting, kalian semua harus kembali kesekolah pagi ini, jangan sampe bolos, jika jam belajar kalian selesai, kalian saya perbolehkan menjenguknya lagi" nada bicaranya jelas sekalitak membuat Rakha dan lainnya suka begitu saja.
Walau caranya tidak diterima, namun mau tak mau mereka semua terpaksa bubar. Yah, mo gimana lagi? Mereka takkan mungkin berani menentang omongan nenek sihir itu, dan Rakha yang seharusnya prepare sekolah, yah harus memenuhi kewajibannya, ia terpaksa menahan rasa rindunya pada Biant hanya untuk beberapa jam saja.
Anak anak seperti mereka ini memang tampakpolos dan tidak mengerti jika yang berkuasa selalu punya rencana yang lebih besar. merekamelewatkan Biant begitu saja, padahal batin Biant berharap agar bisa mencegah mereka untuk tidak jauh darinya. Kondisinya jadi bertambah parah, sebab itu yang sedang ada dalam pikirannya.. Brilliant akan terancam ditangan Eyangnya.
***
Sialan!... hari ini, batang idungnya Corrie gak keliatan. Bangku sebelah Rakha kosong melompong. Padahal, rasa kantuk Rakha kontan ilang demi kepengen nanya ke Corrie langsung, apa hubungannya Biant sampe dibuat babak belur olehnya? Terus, apakah Biant membalasnya.? Apakah Corrie juga sama terluka parahnya?? bener bener bikin penasaran! mana pelajaran hari ini gak bikin konsen, bapak tua yang ngajarnya rada nyebelin. Klop dah! gini deh, kalo dapet cobaansekalian. Gak tanggung tanggung rasa sakitnya.
Dijam istirahat, ketika pasukan makalah ngumpul di warung yang diketuai sama Arjunot. Mereka sudah menyusun rencana kepingin ngajak anggota siswa konvoi menjenguknya, agar Biant tambah semangat melewati masa kritisnya.
Melani berteriak keras sambil menunjuk kearah keluar, "itu dia orangnya...." serunya memancing pandangan semua manusia mengarah ke luar ruangan kepala sekolah.
Benar! Corrie, yang bagi Rakha dan teman teman menyebutnya sebagai saksi kunci itu baru saja mengurusi perjanjian penting, hebohnya, ia datang bukan dengan seragam sekolah, tapi pakaian bebas pantas. Belum sempat Melani dan kawan kawan menahan, tapi Rakha udah keburu kabur mengejar Corrie. Ia bergegas, tanpa aba aba lagi. Bbbeerrrrr.... bunyinya...
"Rie, lo gak bisa ngelak lagi. Percuma kalo lo sembunyi.. kemanapun pasti akan gue cari." Tahan Rakha disertai rasa dongkolnya yang memuncak. Dan betapa herannya Rakha, yang ia lihat sama sekali gak ada luka secarik apapun disekujur tubuhnya, gak fair namanya!"pecundang lo, Rie.. apa yang udah lo lakuin sama sahabat lo sendiri?"
"Sorry, Ka! ini sebenernya urusan gue sama Biant. Gak da sangkut pautnya ama elo, kecualikalo lo udah jadian sama dia."
Disaat Corrie ngomong itu, ia sudah tau kalo formatur lainnya baru nyampe dari perjalanan nyusul jauh, dan sempet selintas denger apa yang Corrie jelasin barusan. Semuanya Shock kecuali Arjunot rada bloon dan gak nyambung.
"Bajingan lo, Rie!" Akhirnya, satu bongkahan buku buku jari menghantam muka Corrie. Hasilnya, Corrie tersadar akan penganiayaannya, tapi malah ketawa gak jelas..
"Gak usah diperpanjang lagi, Ka! biarkan temen lo tau.. kepada siapa perasaan lo sebenernya. Biant mengakuinya koq, kalo permintaan terakhirnya pada gue, dia gak maungelukai lo sedikitpun. Gue setuju! karna kalian berdua, emang cocok!"
"Yang bener lo, Ka?" Ceploz Melani shock berat.
"Apa sih?" Sambung Arjunot, sementara Tasya ma Mili CBB alias cuma bisa bengong.
"Lo gak usah ngomong panjang lebar Rie, lo sebenernya punya dendem apa sama Biant?" Rakha mengerang, sempet terjadi kehebohan yang membludak seantero bangunan, termasuk dewan guru tak kalah ikutan keluar.
"Gak usah khawatir, Ka! masalah gue udah impas. Meski Biant sekarang sekarat, tapi gue puas udah ngebalas semua penghianatan dia sama sepupu gue, Faisal! maafin gue, buat semuanya.. ini hari terakhir gue nginjek sekolah ini, sekarang tergantung ma mukjizat..bilamana Biant sehat, gue gak akan nyampuri urusan dia lagi, apalagi urusan antara Rakha tentunya.. Ka, gue juga kangen ma Faisal setiapkali liat lo. Tapi kadang gue sedih, seandainya Faisal masih ada.. dia juga takkan bisa mampu seperti lo. Cuma itu, setelah ini, gue akan pindah sekolah ke pesantren.. kalian tetap sahabat gue.. sampai kapanpun.. never ending.. i'll be say goodbye for while.."
"Rie, lo pikir masalah ini akan selesai?".. sekali lagi Rakha menegaskan.
"Belum, Ka! masih ada yang pengen gue omongi ke lo, berdua.." terang Corrie
Rahasia apa lagi yang disembunyiin si brengsek ini? setelah ia mengobrak abrik perasaan Rakha paling dalem pada sahabat lainnya. Parah! gimana mo ngejelasin pada sesi jumpa pers nantinya? Bakal heboh! yakin deh,.. gak cewek, gak cowok... semua mulai menatap Rakha sedikit curiga.

Tak perduli sama pandangan keponya mereka,yang jelas Rakha sudah cukup jauh mengantarkan Corrie sampe depan pintu gerbang sekolah.
"Apa yang mo lo bilang ke gue, Rie? lo mo coba fitnah gue lagi?"
"Ka, lo emang sasaran gue belakangan ini, buat jadi tumbal agar jatidiri Biant ketauan. Dari dulu, gue udah curiga sama anak baru itu.. wajahnya saat kecil tidak berubah hanya postur tubuhnya saja, tapi herannya kenapa ia tidak mengenakan nama sebenarnya. Selidik demi selidik, gue sadar. Ternyata bukan cuma Biant masa lalu gue, elo juga, Ka. Gue emang sengaja jeburin elo diempang, supaya ingetan Biant pulih..
Demi menebus rasa bersalah gue, gue rela nungguin elo sampe lo bener bener sadar. Danapa yang gue denger dari bibir lo, ternyata lo ngungkapin perasaan lo ke Biant. Gue kaget bukan main, sempet kepikiran.. apa yang Biantkasih ke elo, sampe lo berani jatuh hati sama dia, tanpa memandang persamaan jenis kalian." Corrie tersenyum melecehkan.
"Gue ngomong apaan?..." Rakha berusaha keras untuk mengingatnya.
"Gue udah lupa! Sudahlah, Lo harus ngelupain dia mulai sekarang. Karna Biant tak kan kembali lagi selamanya.."
"Lo bilang apa, Rie.." Rakha rada beringasan.. Dia pikir, Biant akan mati??
"Lo tenang dulu, dengerin gue ngomong ampeabis..!" Corrie ngotot. "Sekarang lo udah telat, biant akan berobat diluar kota. mereka sudah berangkat sekitaran jam 8 pagi.. dan gue mo bilang, lo lebih pantes jadi cowok normal sekarang, karna gue care ama lo, kayak adek gue sendiri sebelum lo disakiti sama dia."
"Dari mana lo bisa tau? lo mo ngebohongi gue lagi?"
"lo tanya sendiri ama Mili.."
"Mili???!!! Ada apa lagi sih?"
"Mili akan cerita banyak ke elo.. gue gak bisa lama lama disini.. sampai jumpa, sobat. Gue juga akan pergi jauh,.. bye!"
Dan Rakha kembali bengong menatap kepergian Corrie yang dibonceng oleh ayahnya. Ya Tuhan, apa lagi ini?? haruskah guenanya terbuka soal ini ke Mili?? gak,! Mili gak bakal tau jawabannya.
Sementara dibelakang Rakha. Mili membaca Sms yang datang dari Corrie tiba tiba,
"Ia sudah mengerti.. tinggal lo jelasin yang perlu ia ketahui, semuanya..."

Tak perduli sama pandangan keponya mereka,yang jelas Rakha sudah cukup jauh mengantarkan Corrie sampe depan pintu gerbang sekolah.
"Apa yang mo lo bilang ke gue, Rie? lo mo coba fitnah gue lagi?"
"Ka, lo emang sasaran gue belakangan ini, buat jadi tumbal agar jatidiri Biant ketauan. Dari dulu, gue udah curiga sama anak baru itu.. wajahnya saat kecil tidak berubah hanya postur tubuhnya saja, tapi herannya kenapa ia tidak mengenakan nama sebenarnya. Selidik demi selidik, gue sadar. Ternyata bukan cuma Biant masa lalu gue, elo juga, Ka. Gue emang sengaja jeburin elo diempang, supaya ingetan Biant pulih..
Demi menebus rasa bersalah gue, gue rela nungguin elo sampe lo bener bener sadar. Danapa yang gue denger dari bibir lo, ternyata lo ngungkapin perasaan lo ke Biant. Gue kaget bukan main, sempet kepikiran.. apa yang Biantkasih ke elo, sampe lo berani jatuh hati sama dia, tanpa memandang persamaan jenis kalian." Corrie tersenyum melecehkan.
"Gue ngomong apaan?..." Rakha berusaha keras untuk mengingatnya.
"Gue udah lupa! Sudahlah, Lo harus ngelupain dia mulai sekarang. Karna Biant tak kan kembali lagi selamanya.."
"Lo bilang apa, Rie.." Rakha rada beringasan.. Dia pikir, Biant akan mati??
"Lo tenang dulu, dengerin gue ngomong ampeabis..!" Corrie ngotot. "Sekarang lo udah telat, biant akan berobat diluar kota. mereka sudah berangkat sekitaran jam 8 pagi.. dan gue mo bilang, lo lebih pantes jadi cowok normal sekarang, karna gue care ama lo, kayak adek gue sendiri sebelum lo disakiti sama dia."
"Dari mana lo bisa tau? lo mo ngebohongi gue lagi?"
"lo tanya sendiri ama Mili.."
"Mili???!!! Ada apa lagi sih?"
"Mili akan cerita banyak ke elo.. gue gak bisa lama lama disini.. sampai jumpa, sobat. Gue juga akan pergi jauh,.. bye!"
Dan Rakha kembali bengong menatap kepergian Corrie yang dibonceng oleh ayahnya. Ya Tuhan, apa lagi ini?? haruskah guenanya terbuka soal ini ke Mili?? gak,! Mili gak bakal tau jawabannya.
Sementara dibelakang Rakha. Mili membaca Sms yang datang dari Corrie tiba tiba,
"Ia sudah mengerti.. tinggal lo jelasin yang perlu ia ketahui, semuanya..."

to be continued





Cowok Keripik Jengkol Sheet 27

Sheet 27
by be_biant



Valent itu,.. ibarat handphone canggih! Bukan hanya nomer telpon penting, isi memory penting, ratusan lagu lagu yang ngedapetnya gak sekedar gampang didonlot, data data penting, applikasi penting, memo penting, schedule penting, foto foto penting, bahkan video video penting kayak punyanya nazriel.. juga ada,

bayangkan disaat semuanya hilang gitu aja! Entah kerampokan, korban penodongan, kecopetan, atau karna ketinggalan disusatu tempat karna kelalaian.. tentu gelisah saja tidak cukup! Kesal, benci memaki diri sendiri, dan rasanya ingin mengutuk, mengamuk atau apapun yang bisa bikin kita harus rela kehilangan semuanya, sama persis kayak kehilangan nyawa sendiri. Kalo pun Rakha bisa membeli ponsel baru dengan merk yang sama sekalipun, tentu gak akan bisa menyempurnakan seperti ponselnya yang telah hilang itu.

Bukan hanya Rakha saja yang merasa ditinggal Valent. Semua teman, keluarganya mantan mantan pacarnya masih belom percaya mendengar kabar kepergiannya yang tiba tiba. Bahkan hot topic yang lagi mengudara di sekolah saat ini, sedang heboh membicarakan kronologi kecelakaannya dengan beragam versi.

Sepertinya semua tau kalo Valent doyan ngebut! Apalagi kondisi saat itu sedang mengejar waktu, tak mau ketinggalan sama kompetisi Rakha yang sedang berlangsung. Nyokapnya sudah memperingatinya sebelumnya untuk bersabar saat dijalan, tapi yaa, cara Valentlah, tambeng! Ia menganggap maut adalah tantangan, dan itulah akibatnya.. yang pembalap berpengaman lengkap aja masih kalap, apalagi Valent kelas kakap??

Kata saksi mata, Valent datangnya dengan kecepatan tinggi dengan berniat agar bisa menyusul mobil pickup didepannya. Ia berusaha melintasi jalan kanan, menyerobot batas garis tengah jalan. Lalu ketika nyaris lolos dari pick up, tiba saja dari arah berlawanan nampak mobil avanza yang nyaris menabrak motor yang dikendarai Valent. Valent berusaha menghindari senggolan dari mobil tersebut, yang ada malah oleng dan menabrak sana sini sampe terpelanting kearah yang lumayan bikin badannya terkikis.

Sayang, gimana jasad terakhirnya Valent gak sempat Rakha liat. Hanya beberapa teman dekatnya saja hadir mewakili keberangkatan Valent ketempat peristirahatan terakhirnya, dipemakaman milik kerabatnya di Inderalaya sana.

Yah! Mo disesali juga percuma.. toh orangnya sudah gak akan pernah muncul lagi. Sampe rasa dongkol Rakha kebawa bawa dalem mimpi, Valent pernah nongol dimimpi Rakha sekali, dan Rakha kontan marah marah kedia saking dendemnya, ingin melampiaskan kekesalannya. Namun Valent hanya diam, malah tersenyum menatap Rakha, tanpa mengucap sebuah pesan apapun, bahkan kata perpisahan untuk yang terakhir kalinya yang Rakha harap bisa berkesan dan meninggalkan kenangan. Setelah melihatnya dalam dunia maya, akhirnya Rakha terbangun dari tidurnya, dan berniat pengen ngegambar wajahnya dengan ukuran yang lebih besar.

“Lo bilang lukisan ini mirip sama Valent! Gue gak ngerasa gitu!” gumam Biant yang tiba saja muncul sambil mandangin karya Rakha, terus terang aja, Rakha ngelakuin ini karna ia gak punya fotonya Valent yang bisa ia lirik.

Rakha terpaksa noleh kesampingnya, mandang balik sibilant penuh kedongkolan. Rakha tau, Biant iri karna yang digambar bukan wajahnya. Atau hatinya Biant lagi senang karna Valent bukan lagi seorang yang akan jadi penghalangnya mengambil perhatian Rakha.

“Lo gak punya feels, Iant! Justru, kalo gue menatap lukisan ini berasa sedang berkomunikasi sama dia. Rasa kangen gue ilang. Coba seandainya gue ada diboncengannya..” lamun Rakha disela ngobrolnya.

“Elo gak boleh ngomong gitu, Ka! Pamali!” Biant melotot ke Rakha “Lagian, siapa bilang elo sendirian, meski gue gak bisa berikan apa yang telah Valent kasih ke lo. tapi gue berusaha jadi yang terbaik buat lo, bahkan lebih baik darinya, kalo perlu.” Tepis Biant gak mao kalah disaingi

“Gak ada yang bisa gantiin dia, Iant! Gak akan pernah ada!” Rakha keukeuh

“Gue akan selalu ada, meski lo gak pernah anggap gue ada!”

“Gak usah ngayal! Elo sendiri, blom ada kabar putus sama Emili?!” Rakha menundukan wajah karna kecewa “Jangan pernah pikir kalo elo bisa dapet cinta gue sama Emili sekaligus. Lo harus bisa komit, minimal bisa nyenengi gue.. kalo sudah dari awal niatan lo ke situ!”

“Ka, gue masih mencari cara agar bisa lepas darinya”

“Sampe sekarang gue belom liat tindakan elo! kalo gini gini aja, mending kita jauhi perasaan suka kita dari sekarang!”

“Gue akan tetep ngejagain lo, seperti nyawa gue sendiri”

“Lo tetep gak bisa bikin gue percaya ama lo”

“Gue bakal buktiin itu, Ka!”

Rakha menghela nafas beratnya sebelum meninggalkan Biant, betul betul menghadapi sosok Biant yang keras kepala, gak akan berkesudahan debatnya! Mending setelah itu Rakha diem, atau berusaha menghindar sampe ada tanda tanda langkah baik darinya. Bukan kata kata yang tak sudah sudah.

***

Hari hari tanpa Valent tidak membuat Rakha selalu murung. lambat laun ia sudah bisa menerima kenyataan kalo Lelaki yang innocent itu takkan lagi bisa mengajaknya bercanda, ngobrolin soal kejelekan Biant atau mungkin mengajaknya jalan jalan kesuatu tempat, nginep bareng atau ngisep lagi tuk yang kedua, ketiga dan bahkan mungkin ada yang untuk kesekian kalinya. Untung nyawanya sudah diambil sekarang, kalo tidak.. dosanya mungkin bakal nambah banyak. Enak aja! Emang Rakha Setan yang mempengaruhinya??

Btw, sendiri lagi itu gak enak rasanya! Kayak minum jamu, pait! Susah cari sahabat yang nyambung kayak Valent. Corrie yang deket sama Valent aja, belom tentu bisa dipaksain nyamar karakternya kayak Valent, karna Corrie sendiri punya cirri khas yang gak bisa diubah.. GODAK, GERATAK dan GAK ADA OTAK.. masih untung enggak botak!

Rakha begitu lapar siang itu, ia berniat sekali pengen keluar kelas sekali kali menampakkan wajah cembetutnya, berjalan menuju warung makan yang ada diluar area kandang sekolah.

Begitu sampe, mata Rakha kontan tertuju pada segerombolan pemuda berseragam sekolah yang tentu saja diantaranya ada Mohad yang stanby lebih dulu, mereka sedang asik ngebahas satu permasalahan tentang kematian Valent yang berkesan mendadak. Tapi mereka tidak terlihat sedang berbela sungkawa, seakan lebih keliat senang mengejek orang yang tak ada dan memperkeruh status Rakha dengan Valent, ngebuat Rakha ingin mengurungkan niatnya.

Tiba saja, Rakha jadi keinget Valent yang sempet ngebelanya sewaktu Rakha nyaris mo berantem sama Mohad ditempat ini. Tapi kali ini, siapa yang mo diharep Rakha bisa ngontrol emosinya, kalo setan diotaknya sudah gak sabar pengen keluar dari sarangnya?. Pasti kacau bentar lagi!

Status muka Rakha jadi bete.. Akibat tampangnya, banyak anak sekolahan yang gak berani negor dia. Mereka Cuma berani natapnya sambil curiga.. atawa takut jadi bulan bulanannya.

“Kasihan banget si Rakha” pikir jahat mereka. Tunggu!! Bukannya dari dulu, mereka gak pernah negor Rakha??? Rakha juga gak ngarep ditegor mereka.. apalagi minta dikasianin?? Bukan Rakha banget deh! Daripada berabe, mending gak usah mikirin gelagat mereka yang usil!

Dan kalo mencoba mundur dari hadapan Mohad?? Man, Rakha bukan banci! Ia gak takut sama sekali.. matipun bukan anceman dasyat baginya! Malah seneng, bisa ketemu Valent lebih cepet. So, focus aja sama perut! Perduli setan ama makhluk yang sedang menatapnya garang.

“JODI,.. jomblo ditinggal mati!” tereak salah satu dari mereka, ngebuat suasana warung yang tadinya sepi jadi berubah drastic ramenya bukan kepalang, seperti ada yang tampak lucu, semua tertawa terbahak bahak. Kecuali Rakha seorang, ia tersenyum meremehkan setiap orang yang pengen nyindir dia langsung.

“Itulah akibatnya kalo jadi orang yang gak gaul. Sok pinter! Sok bisa hidup sendiri, Cuma ngandalin satu temen, sekali mati. Siapa lagi yang mo gantiin?? Ada yang mo berminat??” lantang suara Mohad kedengeran bak provokator paling narsis.

Semua makhluk hidup seruangan sepertinya memaksakan keadaan seolah habis menyaksikan presenter olga yang lagi ngelawak. Mereka bukan saja terpingkal pingkal, tapi lebih keliatan merendahkan! Dan Rakha sendiri masih bersabar.. menahan rasa amarahnya dan hanya bernafas berat, berdiri tegap diantara kerumunan orang yang berfikiran selama ini Rakha jahat, dan sedang tertimpa azab.

“Kenapa? Lo sekarang bisa apa? Gak ada seorangpun disini yang perduli ama lo! mereka semua disini gak suka ama jengkol! BAU!..” kecam Mohad menambahkan sambil mengeja kata B.A.U nya jelas banget, tidak sadarkah dia?? Kalo yang dia maksud itu, dan yang lebih parah itu adalah mulutnya.

Rakha hanya bisa diem sambil menahan temperature suhu badanya yang mulai meningkat dan detak jantungnya yang terpompa deras, mana ia gak sempet melirik situasi buat ngabsenin siapa aja yang sedang nonton pertunjukan ini,.. mudah mudahan Biant gak ada, malu deh rasanya kalo ada Biant yang ikut tertawa seneng ngeliat Rakha jadi sasaran empuk serigala serigala yang laper akan hiburan.

“Lo gak pantes disini! Seharusnya, elo lebih pantes sekolah ditempat yang sesuai ama nem lo yang gede! Sayang,.. orang tuanya pengangguran,.. dan gak mampu bayar biaya yang cuma lima ratus ribu doang,.. hahahha…” Ledeknya lagi “Selera lo tinggi amat sih! Liat kondisi dong, kalo mo berharap bisa bergaul sama orang yang kalangan atas!.. toh, disini sekolahnya aja miskin, tapi disini satu satunya sekolah unggulan juga yang berdiri diantara hutan belantara, banyak anak orang kaya yang terdaftar disekolah disini.. semua sama aja, asal tidak pilih pilih..”

Rakha sudah kepalang gerem. Niat ngebantah Rakha udah diujung lidah, ia makin gak sabar melontarkan kata kata yang terpendam dari lubuk hatinya, mengingat Mohad bagai api kompor yang siap meledakkan gas tabung disebelahnya

“Lo gak pernah ngerasa jadi gue yang punya impian dan kerja keras buat ngedapetin itu! Selama ini gue tertekan! Gue merasa kalah, dan gue masih bisa mencoba tersenyum diatas kepedihan gue sendiri dan diatas dugaan orang yang pastinya senang dan tertawa melihat pengalaman hidup gue yang begitu miris! Gue hanya contoh dari sebagian manusia yang tak ingin mengumbar rasa perih,. Dan hanya bisa memendam ini sebagai cobaan terberat yang harus bisa gue atasi sendiri.

Bahkan yang gue heran,.. kenapa otak elo yang ada didengkul itu bisa dapet peringkat kelas? kalo bukan dari hasil ngebeli nilai?!,.. jangan mentang mentang keluarga lo sanggup bayarin segalanya,.. ngebuat elo jadi bangga memanipulasi keadaan seolah ini hanya dengan permainan uang. Terus terang, elo gak nyadar kalo elo Srasanya kayak Anjing yang sedang ngejilatin kaki majikan lo sendiri, sambil memohon minta makan tanpa secuilpun daging yang menempel pada tulang… menjijikkan!”

Mendengar setiap ocehan Rakha bikin muka Mohad memerah, gak pake kuah! langsung saja.. satu hantaman bogem mentah melayang mengenai muka Rakha yang tidak mengira akan begitu balasannya. Rakha kurang cermat, ia tidak sempat memprediksi atau mengantisipasi keadaan seperti ini. Yang ia rasa sekarang, hidungnya kerasa patah, bibirnya kerasa begitu keras kena tabrakan giginya sendiri, dan tak ada pikiran mo ngebales tindakannya. Tapi ia masih bisa bertahan..

Sementara yang namanya penonton tetap asik berada di bangku masing masing sambil antusias menunggu adegan berikutnya lagi. Gak ada satu anak pun yang rela ngebela si cowok mungil ini. Memang miris nasibnya.. Rakha hanya ditatap bengong

“Lo puas??” delik Rakha ke Mohad yang masih belom percaya kalo pukulan termaksimalnya tidak ngebuat Rakha pingsan. Sejujurnya, mimic wajah Rakha hanya duplikat. Tentu saja ia merasa keperihan, tapi ia berusaha senang agar semua penonton yang menyaksikan tidak terbawa rasa prihatin atau terharu yang berlebihan

Rakha masih siap berhadapan, sedang Mohad sama sekali tidak bertindak menghantam tuk yang kedua kali, Ia mungkin menyesal dalam kediamannya. Dan satu kejutan tiba saja datang dari seorang yang mengalihkan perhatian banyak orang,.. siapa lagi??

Biant menyambut hangat wajah Mohad siang itu dengan sapaan “Bangsat!” lalu satu tinju mentah Biant telah mendarat ke muka Mohad yang lagi asik bengong. Sebagai balasan atas penghinaan seorang yang ia cintai “Elo Cuma berani nantangi orang yang lemah!”

Ekspresi penonton berdecak shock memandang dua pukulan terjadi berurutan.. yang cewek pada berteriak histeris karna takut berkelanjutan kalo petarungnya sama sama kuat. “Hentikaaaann!!..” sementara yang cowoknya berharap perang belom selesai. Mereka masih penasaran, siapa yang menang? Kalo jagoannya seimbang?

“ANJING lo, Biant! Gue gak punya urusan sama lo!” tuding Mohad geram. Seraya nahan sakit pada tempat yang sama yang diderita Rakha.

“Sekarang Lo berurusan sama gue! Kalo sampe Rakha kenapa napa.. lo musti tanggung jawab!” Tukas Biant sok kepahlawanan.

Nah, begitu kata kata Biant berakhir.. ada tiga nama yang dipanggil dengan nada yang begitu tinggi serta fals oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan seragam dinasnya, sebut saja mereka adalah Mohad, Rakha sama Biant.. “Selamaaat...!” secara ekslusive mereka telah mendapatkan tiket resmi masuk VIP dikantor sekolah. Karna Bu Virgo selaku wali kelas baru mereka akan mengawali konser tunggalnya.. siap siap??,.. satuuu,… duaaaaa,… tigaaaa,… empaaaaaat,.. “MAKE SOME NOISE….”

Akhirnya ketiga calon penggemar Bu Virgo ini pasrah melangkahkan kakinya menuju ruang konser dan dikawali sama Pak Muslim beserta dibuntuti sama rombongan fans berat yang masih penasaran sama jalan cerita lanjutannya.. apakah hanya akan dihukum ringan atau bahkan ada korban yang bakal di D.O?? gak tau deh?!

***

“Apa maksud lo, bilang gue lemah?” sungut Rakha ke Biant, rasa bencinya kian nambah

“Gue gak maksud ngomong gitu sama lo, intinya gue cuma mo ngelindungi lo dari serangan mereka yang bertubi tubi! Elo nyadar gak sih, kalo lo bakal di keroyok abis abisan!” sangkal Biant tetep pada pendiriannya.

“Tapi sikap lo kelewatan, Iant! Gue gak butuh bodyguard.. dan cara lo nolong gue barusan bisa bikin yang laennya curiga! Semua ngebenci gue, dan elo malah sebaliknya!”

“Jadi tindakan gue tadi gak bisa narik perhatian lo? musti gimana lagi supaya lo percaya kalo gue sudah serius..”

“Terserah lo deh! Gue udah males ngebahasnya..”

Sementara mata Bu Virgo tertuju sama kedua lelaki yang sedang berdebat dalam bisikan “Sudah diskusinya Biant? Rakha? Bisa Ibu mulai lagi sidangnya?” Bu Virgo memotong pembicaraan penting mereka.

Terpaksa Rakha sama Biant nurut sebelum keluar keputusan vonis final.

“Ibu kecewa sama kalian bertiga! Ibu tau kalo kalian punya ketangkasan, otot baja, tulang besi,. tapi otak kalian bisa berfungsi gak? Kalian sudah dewasa, seharusnya berfikir sepantasnyalah. Kenapa bisa terlibat perkelahian di warungnya Bu Mimin? Kalo barang yang ada diwarungnya hancur, itu mudah saja dikembalikan.. tapi kalo gara gara perkelahian kalian barusan, bikin warung Bu Mimin sepi, siapa yang mau tanggung jawab??”

Rakha mendengus, dari dulu juga.. Bu Mimin gak merasa keberatan kalo warungnya sepi. Artinya, masakannya gak enak, kali!

“Pokoknya, balik ke permasalahan! Saling minta maaf sekarang juga, dan jangan sampai Ibu denger kejadian ini terulang lagi!”

“Soal maaf memaafkan gampang, Bu! Tapi Mohad tadi mukul muka saya sekali, dan gue belom ngebales mukul mukanya..” bantah Rakha.

“Gue sudah dipukul sama Biant Bu,” Mohad mengadu sambil nunjukin wajahnya yang ancur “Silahkan Rakha pukul muka Biant sebagai balasannya. Atau biar gue balik pukul Biant dulu supaya gak ada utang! Dan silahkan Rakha kalo mo mukul gue” Mohad meralat dengan cepat dan tangkas.

“DIAAAAMMM!!!..” Tegas Bu Virgo full emosi “Kalian pikir siapa yang ada didepan kalian?? Saya adalah wali kelas! Bukan renternir,.. Ibu gak mo tau siapa yang berhutang, berbunga atau debit kredit sekalipun! Mata pelajaran ibu Fisika, bukan akuntansi! Ibu gak punya bakat dibidang keuangan.. tapi kalo masalah nilai.. semua tau kalo Ibu paling akurat!” Bu Virgo langsung narik nafas dan minum segelas air putih sesaat kemudian dilanjutkannya lagi “Pokoknya, kalo sekali lagi Ibu kedapetan kabar kalian kembali berkelahi,.. ibu gak segan segan mengeluarkan es pe.. atau bukan SP lagi, tapi DO! Gak ada tolerant, titik!”

Rakha, Biant sama Mohad langsung mengernyit ketakutan gara gara emosi Bu Virgo tertuju pada klimaksnya. Sumpeh! Muka Bu Virgo, MONSTER BANGET,..

***

Mengingat baru kemarin Rakha nyumbang tropi atas prestasinya, namanya belum terhapus dari mading, dan piala itu masih diurutan terdepan di etalase lemari Pak Najmi selaku kepala sekolah. Lalu, hari berikutnya ia harus menelan kenyataan pahit atas namanya yang berhasil tembus kejaringan buku hitam siswa pula. Cepat sekali dunia kebalik? Setau Rakha, dunia hanya berputar saja deh..

Gak tau deh, kerja jadi gak konsen gara gara kebawa pengaruh sama kejadian tadi siang disekolah. Untung aja suasana malem ini gak rame, sama kayak hatinya Rakha yang gundah dan terpuruk. Rakha mengisi waktu senggangnya buat ngelamun. Rasanya bosen, hidup kayak gini mulu. Ya iyalah, ngelamun.. coba deh ngerjain sesuatu, pasti dijamin gak suntuk!

Nah, waktu itu si Wahid negor.. mengacaukan khayalan Rakha yang hampir nyampe ke negeri awan. Bikin perasaan si Rakha agak sebel dikit karna ulahnya.

“Temen lo bukan, Ka?!” tunjuk cowok item manis, kurus tinggi, cakep dan dewasa sekali sikapnya. Ia menandakan kedatangan Biant yang tiba tiba.

Rakha melongo “Tumben? Pantes aja malem ini gak ada nyamuk.. yang ada malah induknya nyamuk nih, si Wahid sama sipemakan nyamuk alias si cicaknya Biant!”

Karna mendekati customer udah jadi tugasnya Rakha, akhirnya mau tak mau ia terpaksa menyapa dan menganggapnya tamu adalah raja

“Ada perlu apa?” Tanya Rakha to the point. Terang aja, Rakha masih kesel sama Biant akibat tadi siang, meski niat awalnya baek. Bagi Rakha belom ada apa apanya..

“Emang kenapa? Gue kesini karena laper, gue mau makan nasi goreng yang special”

“Minumnya??” Tanya Rakha belagu professional

Biant mandang mata Rakha begitu lama “Juice mangga!”

Rakha memutar badannya hendak berjalan sebelum Biant menghentikan geraknya kemudian.

“Tunggu, Ka! Gue mau elo yang masakinnya.. biar se special apapun hidangannya, kalo bukan elo yang masakinnya, rasanya sama aja kayak nasi goreng biasa!”

Rakha tersenyum “Gombal!” dalem atinya menggerutu, walaupun cuek. Entah kenapa, Rakha jadi semangat masakin buat tamu satu ini, yang special? Hatinya seperti sedang berbunga bunga, apalagi saat Rakha ngeliat Biant nyeruput jusnya sambil nunggu pesenannya, tatapannya gak berhenti ngeliatin Rakha nge goyang kuali raksasa. Rakha jadi malu sendiri dibuatnya. Jadi pengen unjuk keahlian, mumpung lagi diperhatikan!

Rakha menaruh hasil bikinannya tepat diatas meja yang dipilih Biant. Juice pertamanya udah hampir abis, Rakha nawarin lagi. Sambil nunggu nasinya dingin, Rakha beralih ke juicer.. jadi bartender! Saat Rakha berhasil menyajikan dua item bikinanya yang bagi Biant special. Tiba saja, keadaan warung tenda mendadak ramai. Rakha tak sempat lagi nemenin Biant makan atau bercerita tentang niatnya kenapa milih tempat makan sejauh ini dari rumahnya?? Yang ada, Biant duduk sendiri paling sudut.. menyimak Rakha sibuk melayani pelanggan lainnya.. meski kali itu, Biant dicuekin.. tapi hati biant nampak senang, gak begitu murung

Setengah jam kira kira.. disela kerumunan orang dan keributan ruang ngebikin Rakha peduli dan menyempatkan diri menengok ke meja Biant. Tuing! Udah kosong? Biant langsung ngilang, ia hanya meminum 2 gelas juice dan sedikit sekali nyenggol nasinya.. kenapa ya? Apa masakan Rakha kurang enak?? Heran sendiri dibuatnya, akhirnya Rakha membuang sisa makanannya dengan sia sia. Tentu rasanya tambah dongkol kalo jadi Rakha yang rela cape cape bikin sesuatu, tapi gak diabisin!. Gak menghargai kreasi orang! Biarin deh, sekali ketemu.. pasti Rakha jitak!

***

Sementara itu, Biant yang baru saja keluar dari tempat Rakha bekerja sambil ngeliatin jam yang melekat dipergelangan tangan kanannya. “Sudah waktunya” pikirnya.

Akhirnya, Biant menaiki motornya.. sengaja gak pamit karna keadaan memang ramai sekali. Biar begitu, Biant malem ini keliat tersenyum santai karna telah memandang wajah Rakha sepuas puasnya, sebelum ia ingin bertemu dengan seseorang malam itu. Disuatu tempat yang berbeda, jauh dari keramaian.. sunyi, senyap seakan berada ditengah hutan belantara. Padahal hanya disebuah halaman seluas lapangan bola dan dikelilingi sepertiga tumbuhan tumbuhan besar.. kalo siang, tempat ini difungsikan sebagai lapangan buat anak anak yang ingin bertanding maupun latihan futsal diarea terbuka.

Disitu janjiannya, Biant akan menuntaskan perkelahian tadi siang dengan Mohad. Melihat sms yang datang dari nomernya Mohad, bikin Biant semangat pengen berantem.

Menantang sekali isi smsnya. Dikira, Biant gak bisa berantem?? Andai Mohad tau, sebelum sekolah ditempat itu. Biant sudah lebih dulu memperkarai orang dengan keadaan yang nyaris gak siuman siuman sampe satu bulan. Sampe akhirnya Biant dipindahkan sekolahnya. Disitu, Biar tak ada yang menarik, baik pelajaran maupun orang orangnya dan situasinya tapi baginya ada satu hal yang bikin Biant betah, yaitu karna disekolah itulah, ia bertemu dengan seorang Rakha dan dimana mana, mana ada sekolah yang memiliki murid seganteng dan seimut kayak Rakha!

Biant sudah standby di tengah lapangan yang begitu remang remang, menunggu kedatangan seseorang. Sambil tulang jemari tangannya belagu dipatahkan hingga terdengar sekali retakan retakannya. Sudah lama sekali buku buku jari ini tidak berfungsi seperti kebiasaan Biant. Keberutalannya mulai menggerilya.. tak kalah, tulang lehernya juga terdengar geratakan beberapa kali. Tak ketinggalan, Biant rada sedikit pemanasan. Biar nantinya, ronde satu aja.. mampu bikin Mohad keok dan kapok! Berani beraninya dia menyepelehkan kehebatan Biant.. Biant ini jago banget berkelahinya.. selaen jago ngibul! Sama jago makan,..

Blitz lampu depan motor mengalihkan pandangan Biant, menandakan kalo orang yang datang tentu sedang menepati janjinya, Deru suara motor baru saja terdengar dimatikan dari kejauhan dan si yang punya kendaraan itu turun begitu saja, tanpa mempersiapkan benda tajam apapun. Dari sisi Biant masih nampak remang remang, agak usah ditebak.. orang yang sedang berjalan mendekatinya itu, sudah pasti Mohad!

Semakin dekat, semakin dekat dan semakin dekat lagi.. sampe Biant dibuatnya meragukan perkiraannya dan sedikit curiga juga dengan orang yang ada tak jauh lagi dari tempatnya berdiri. Ketika sinar rembulan menerangi wajah lawan main Biant, saat itu Biant terkejut sekali..

“Corrie???.. koq elo tau gue ada disini?” Biant tampak keheranan, niatnya yang pengen berkelahi jadi menciut.

Dengan santainya Corrie menjawab “Maksud lo ini kan?” ujarnya seraya nunjukin ponselnya Mohad yang ada ditangannya. “Gue dapetin ini disaat kalian berkelahi, ia gak sadar kalo hapenya sempet jatuh.. gue mungutnya Iant. Dan sekalian mo gue manfaatin dulu sebelom besok gue pulangin sama orang yang punya!”

Biant masih berdiri kebingungan. “SMS itu,.. baru gue dapet tadi sore..” terang Biant

“Gue yang ngetiknya sendiri, emang sudah niat gue pengen ngundang lo kesini!”

“Kenapa? Elo gak bermaksud ngajak gue berkelahi disini kan?”

“Sabar dulu,.. Brilliant!” penggal Corrie nyante

Biant shock! Corrie baru saja menyebut nama yang paling dibencinya. Siapa yang memberitahu itu?? Pasti Rakha! Biant nampak kesal mengingat hanya Rakha seorang yang tau latar belakang Biant yang sesungguhnya.

“Elo gak usah pura pura menghilang dari anceman hidup lo sendiri. Gue sebenernya bukan sore ini saja pengen ngajak lo berkelahi.. tapi sejak sepuluh taun yang lalu! Seandainya lo lupa, gue sudah ngingetin elo.. siapa diri gue sebenernya. Sewaktu ulang taun Rakha yang ke 6belas, gue sengaja ngorbanin dia buat ngulang masa masa itu. Supaya memori lo keinget lagi, siapa yang ada sangkut pautnya sama air dan tenggelam!”

“Faisal??!!” cetus Biant

“Tak salah lagi! Elo Brilliant yang selama ini gue cari!” ungkapnya antusias “Dan Faisal adalah sepupu gue, temen kecil gue satu satunya yang paling deket! Yang gue denger dari keluarga gue, kalo kematian Faisal sangat diragukan. Ia bukan tergelincir dan tenggelam ke sungai musi.. tapi sengaja ditenggelamkan oleh seseorang. Oleh elo sendiri, Iant!”

“Elo salah, Rie! Gue gak punya niat ngebunuh..” Ralat Biant “Gue juga baru mengenal Faisal. Kita sepermainan ‘dingdong’ yang sering ketemu di IP. Maksud gue ngajakin dia berenang karna gue sama dia sedang mengalihkan kejaran dari preman yang mau malak kita berdua. Yang gue sesali, gue emang gak sempet narik tubuhnya karna berat.. dia terjun pada kedalaman air yang sebenernya gue juga masih takut datang menyelamatinya, tapi gue berusaha, gue berjuang mempertaruhkan nyawa gue demi nyelameti dia.. sumpah Rie, gue bukan pembunuh seperti yang keluarga lo kira selama ini..”

“APAPUN ALESAN LO! LO TETEP GAK BISA BALIKIN DIA SEKARANG! Lo harus bayar nyawa dengan nyawa lo sendiri, Iant”

Tubuh Biant melemah, ketika nama Faisal terucap berkali kali. Tentu itu juga yang membuatnya masih bersalah.. selama hidupnya, Biant paling takut menghadapi kematian. Apalagi setelah mendengar kematian kedua orang tuanya dua tahun yang lalu.

Walau Biant bukan pembunuh, ia tentunya masih merasa bersalah dan trauma dengan kejadian sepuluh tahun silam itu. Ia benar, dejavu.. benar benar ingin menangisi kenyataannya, bagaimana caranya agar kejadian itu kembali terulang?? Sebenarnya, Biant juga mengharap Faisal dapat kembali bercengkrama bersamanya saat ini juga!

“APA alesan gue mo ngebunuh sodara lo?”

“Karna lo Homo! Mungkin lo sebenernya tertarik sama sepupu gue, tapi Faisal nolak lo!”

“ENGGAK! Gue gak ngerti!,. waktu itu gue masih kecil, Rie! Gue gak punya pikiran segitu jauhnya.. elo gak usah ngarang buat nyari alesan.. itu gak bener!”

“Buktinya,.. wajah Rakha mirip banget sama Faisal kan? Gue juga sempet mikir kalo seandainya Rakha adalah Faisal. Dan lagi lagi elo nerobos masuk kedunia Rakha supaya Rakha mencintai lo! kali ini lo berhasil, sekarang Rakha mati matian mencintai lo Iant! Itu artinya, lo sudah bisa kapan aja menjalin hubungan terlarang lo itu.. iya kan?”

“Pertama, elo udah nuduh gue pembunuh!! Trus lo bilang gue juga Homo.. Gila! Gue gak terima! sebaiknya lo buktiin dulu omong kosong lo!”

“Banyak! Pertama, Rakha sering ngilang disaat elo ngilang.. terus Rakha sering memperhatikan elo kalo dia sedang ngelamun, dan yang paling jelas ditelinga gue, Rakha mengatakan langsung rasa Cintanya sama Lo, Biant! secara gak sadar sewaktu ia habis tenggelam didasar empang sekolah, ia ngigau nyebut nama lo berkali kali sampe gue bosen dengernya, trus gue coba remes tangannya, yang dia bilang kemudian ‘maafin gue, Iant. Gue sebenernya mencintai elo!’ Bukannya elo juga pernah nyium bibirnya penuh perasaan?? Gue sudah nerka, dan segala yang gue ucapin ini adalah bukti nyata, kalo semua pasti berhubungan dengan ketidak beresan elo sama dia!”

“Gue mencintai Emili! Bukan Rakha!”

Kontan si Corrie tertawa puas setelah mendengar pernyataan Biant.

“Gue ngerekam semuanya, Iant! Gue tau elo pasti gak akan rela kalo pernyataan lo barusan langsung gue perdengarkan ke Rakha.. itu artinya, hubungan kalian gak akan selamanya benar benar bersatu.. elo mau, kehilangan kepercayaan Rakha?! Tentunya lo pasti lebih mentingin Rakha kan?”

“ANjriiit..” Biant mati kekeselan, sekarangpun ia terjebak! “Apa mau lo sekarang?” Biant nampak nyerah.

“Gampang,. Gue cuma mau nyawa lo!”

“Dan kalopun nyawa gue sudah lo ambil.. apa lo gak kepikiran bakal ada Corrie lain yang suatu saat nanti dendam sama lo?”

“Lo gak punya banyak keluarga, Iant! Semua garis keturunan dari keluarga besar lo udah hampir habis, kalo perlu gue habisin sekalian! Gue gak takut!”

BRAAKK!.. Biant menjatuhkan dirinya, bertekuk lutut dihadapan Corrie seperti budak yang akan di beri hukuman mati. Ia pasrah, mungkin inilah akhir dari ceritanya.. selamanya ia takkan pernah bersatu dengan cintanya, kalo memang itu bisa membayar semua hutang dalam kehidupan Biant, kalo memang Biant bersalah atas tindakannya sepuluh tahun silam, dan kalo memang Tuhan punya mukjizat lain yang bisa memberitahukan segala kebenaran..

“Lo bebas bunuh gue pake cara apapun,.. tapi kalo seandainya gue gak mati, itu artinya lo gak bisa pungkiri kalo gue gak bersalah atas kematian Faisal!”

“Pesan terakhir??”

“Lo sekarang tau, Rakha adalah orang yang sangat berarti buat gue.. seperti halnya dengan Faisal. Gue mau, ketika nyawa gue sudah gak ada.. tolong lo jaga Rakha seperti lo menyayangi sepupu lo sendiri,.. Faisal! Cuma itu!”

“BUK!!” satu pukulan mengenai wajah Biant tiba tiba, seperti serangan kilat. Dan Biant masih bersigap bertahan pada posisinya semula. Menahan perih!

Pukulan demi pukulan berikutnya semakin mengganas, Corrie seakan telah melupakan siapa Biant, seakan tak mengenal dan bukan sahabatnya dalam satu kelas atau bahkan dalam satu kelompok pada setiap makalah. Bahkan Corrie menganggap Biant adalah hewan buas yang siap di siksa menjelang kematiannya.

Geraknya sangat bertubi tubi, Biant sendiri gak mungkin mengelak atas segala tindakan yang diberikan Corrie, jika itu yang bisa membuat perasaannya puas akan dendam yang mungkin tidur saja, ia masih memimpikan bagaimana wajah Brilliant yang dicarinya selama ini.

Biant sendiri sudah puas menatap Rakha untuk yang terakhir kalinya, ia sadar.. meski cinta sekalipun. Takdir memang tidak bisa menyatukan mereka, sampai kapanpun! Selama hidupnya, Biant akan bangga karna mengagumi sosok seorang yang bukan artis, tapi wajahnya sangat familiar dibenaknya Rakha adalah seorang yang sangat sempurna dimata Biant.. Yang artinya, Biant bangga karna hanya dia sendiri saja yang mengidolakannya, tidak berbagi dengan orang lain.

Seandainya saja, Biant akan diciptakan kembali lagi kedunia ini, dijaman ini.. ia ingin menjadi seorang perempuan, yang akan mencintai Rakha.. yang hanya pada Rakha, ia akan berbagi cintanya.. mudah mudahan, Rakha terus diberi umur yang panjang. Tapi dari segala khayalan itu, akankah salah satunya bisa terwujud nantinya.. Biant sendiri tak tau, saat ini ia sedang berhadapan dangan maut. Ia tak tau apa itu rasanya mati? Mungkin hanyalah perjuangan hidup yang sesaat lagi akan berakhir.. Biant sudah lelah! Dan ia akan mengawali hidup barunya, entah dimana??

Sedang keberingasan Corrie sepertinya belom selesai, pekerjaannya untuk mematikan serangganya masih sulit dicapai. Akhirnya ia mengambil sebuah botol beer jumbo yang tergeletak tak jauh dari TKP, dengan sekeras tenaganya, ia menghantam hingga membuat si botol pecah diatas kepala Brilliant,. Sebuah nama yang berusaha ia sembunyikan selama ini.

Pandangannya mulai mengabur, matanya pun seakan ingin terpejam, padahal Biant masih ingin memaksa melihat. Hingga iapun tak bisa lagi berfikir keras, lemas, tubuhnya terkulai, jatuh lunglai diatas tanah yang lembek, wajahnya penuh luka dan memar. Terakhir, kemudian cairan merah jatuh merambat keluar dari dalam hidungnya,…

Biant sekarat,.. nafasnya tersendat.. ia pingsan.. tak tau lagi apa yang terjadi!

to be continued



Cowok Keripik Jengkol Sheet 26

Sheet 26
by be_biant




Biant membukakan pintu rumahnya dengan senyum yang bikin Rakha pengen langsung meluk tubuhnya. Saking bodohnya Rakha, kalo dia mikir kangen sama sosok Brilliant. Sayangnya, tampilan Biant kali itu agak pucat dan membosankan, tak terawat, serta menyedihkan! Rakha benar benar terpaku dan tak percaya, siapa yang baru saja dilihatnya? Jelas sekali bukan Biant! meski maksa menyungging senyum, sambutannya tetap tak secerah biasanya. Biar dikata suasananya begono,.. si Biant tetap membuka lebar pintu istana untuk seorang Rakha. Perlahan tapi pasti, Rakha pun melangkahkan kakinya hingga masuk ke dalam.

Diperhatikannya sikap Biant berkali kali. Yang cuek dan agak aneh, karna Ia sama sekali tak bicara sepatah katapun sejak awal kunjungan Rakha ini. Dibiarkannya saja Rakha masuk, atau melintasi isi rumah itu seperti rumahnya sendiri. Rakha berasa bukan tamu, Apa mungkin dia kurang senang? Tidak, Biant hanya kurang sehat! Biant tidak mempersilahkan dengan tampang cemberut, artinya ia masih seperti yang dulu. Menyukai kedatangan Rakha, tanpa ingin berbasa basi, seperti cirri khasnya.

Biant cuek sekali sore itu, mentang mentang lagi ada dirumahnya sendiri, setidaknya dia harus menghargai kemunculan Rakha yang sedikit banyak membawa buah tangan, terutama buah mangga. Kesukaannya Biant! Dipikir Rakha bakal ada niat tulus Biant yang mau ngebantuin, ternyata dugaan Rakha salah! Kalo saja dia gak sakit, pengen rasanya Rakha mau ngejitak kepalanya. Saking geramnya, gara gara gak diladenin

“Elo gak ke Dokter, Iant?” dengan perasaan yang dongkol, akhirnya Rakha nyerah buat duluan angkat bicara.

“Gue gak kenapa napa! Cuman demem biasa!” ceploznya nyante

“Lo tuh udah lebih dari tiga hari gak masuk sekolah, bikin gue mikir lo sakit parah” omel Rakha membludak

“Lo kangen??” labraknya, sambil mandang tajam kedua mata Rakha. Kontan, si Rakha mendadak diem karna keki.

“Kangen? Ini kesempetan Gue mo bales budi. Abis itu, gue gak punya utang lagi ama lo! Pokoknya lo harus ikut gue periksa kedokter, sekarang!”

“Gak perlu, Ka! Gue sudah bilang kalo gue demem biasa.” Biant keukeuh

“Terakhir gue ngingetin elo! lo matipun, gue gak peduli! Gue gak bisa lama lama disini..” gerutunya terus menerus.

Rakha berjalan mendekati dapur dan memindahkan barang belanjaannya satu persatu dengan sendirinya ke dalem kulkas. Rakha Sedari tadi merasa Biant tak jauh dari posisinya, hanya saja ia lebih banyak keliatan lemes gak bergairah sedikitpun. Jadi, sama sekali gak ada inisiatif yang diharep sama cowok satu itu.

Disaat Rakha selesai mengerjakan tugasnya dan mau tergerak untuk berdiri tegak. Sebuah rangkulan spontan mengalir dari belakang tubuhnya, tanpa aba aba lagi. Dari kedua sisi tubuh Rakha yang mungil merambat sepasang tangan yang bertemu dan mengikat tubuh Rakha hingga membuat Rakha merinding! Ia tau Biant sedang ingin memeluk dan bersandar pada punggungnya. Semakin dekat dan semakin erat, menempel dan temperature suhu badannya kerasa ibarat ponsel yang lagi di charge. Hangat! Bukan itu saja, dagunya pun tak kalah menopang dibahu kanan Rakha. Dalam kaku, Rakha keki!

“Bener bener minta perhatian lebih, ni anak” pikir Rakha. Bikin jantung Rakha gak berhentinya, berdebar secara gak normal, bibirnya beku, pikirannya blank! “Ini beneran,.. si Biant meluk gue tiba tiba!” Rakha gak abis pikir.

Rakha hanya bisa diam dan menikmati berat tubuh Biant yang bersandar ditubuhnya. Tanpa kepikiran apa yang harus ia katakan?? Rakha mau saja membalas balik memeluknya, tapi sebaiknya jadi patung yang tak berguna saja! Anggap saja, Rakha tak merasakan apa apa!

“Biant,” sapa Rakha memulai “Sebenernya lo udah tau perasaan gue terhadap lo. Dan kalo lo berbuat kayak gini cuma karna kasian sama gue. Lebih baik lo pergi jauh jauh, sebelum gelas yang ada didepan mata gue bakal gue hempasin ke kepala lo!” ancem Rakha geram, menyembunyikan perasaannya yang sebenernya ingin merasakan pelukan yang lebih lama. Hanya saja ia takut, ia akan tertipu untuk kesekian kalinya.

“Gue tau, Ka. Kalo gue pernah salah sama lo. Gue juga pernah bilang maaf.. dan sekarang gue sadar, kalo kata maaf saja tidak akan pernah cukup mengobati luka yang ada dihati lo!” terang Biant tiba tiba penuh penyesalan “Gue gak bisa hidup jauh dari lo, gue sayang ama lo Ka. Tapi gue hanya bisa bilang kita selamanya takkan mungkin bisa bersama”

Masih dalam keadaan berpelukan, Rakha hanya bisa memutar kepalanya, tak berani bergerak dan tak ingin ngebuat Biant risih sama gerakannya. Jika ini bisa membuatnya nyaman, sebaiknya Rakha ngebales kata katanya dengan lembut.

“Ada yang musti lo jelasin sama gue tentang perasaan lo.” nelen ludah sebentar “Gue dulu pernah jatuh sakit, dan lo tiba tiba muncul nyelameti gue. Waktu itu lo nemeni gue berobat sampe melewati waktu seharian hingga menunggu malam dan mata gue terpejam.” Rakha menarik nafas sejenak “Asal lo inget, waktu detik detik terakhir sebelom lo pulang, lo sempet bisikin sesuatu ketelinga gue, soal perasaan lo. dan asal lo tau, Saat itu gue belom tertidur!. Gue denger jelas semua yang elo ungkap terutama yang Lo bilang, lo gak mau jadi gay gara gara gue. Apa maksudnya, Iant?? Apa diri gue mengganggu kehidupan lo?”

Rakha tak peduli dengan keadaannya yang sekarang ini tidak stabil, malah memaksanya berfikir keras untuk mengingat kejadian yang terjadiannya berkisar setahunan yang lalu.

“Lo tau perasaan gue kala itu, gue bimbang! Satu sisi, gue ngerasa kalo gue sepertinya menyukai lo, dan karakter lo. Gue kagum, karna lo mengingatkan gue sama sahabat kecil gue yang bernama Faisal yang sudah tidak ada lagi didunia ini. Makin gue memperhatikan lo, kenangan itu semakin nyata dalam hidup gue. Tadinya, gue berharap sikap lo sama persis dengan Faisal. Agar gue bisa menghapus kenangan indah bersamanya. Tapi lo malah kontras, lo begitu sombong dan tak pernah memperdulikan seseorangpun disekolah. Seakan elo orang yang bisa hidup sendirian. Lalu gue mencari cara, Gue mencoba masuk dalam kehidupan lo, agar lo bisa ngeliat keberadaan gue. Kian larut, gue malah ngerusak perasaan lo dan perasaan gue sendiri tentunya.

Sampai kini, gue masih ragu. Kalo lo nanya soal perasaan gue yang sebenernya! Gue mencoba menghindari perasaan suka terhadap lo, tapi kenyataannya gak gampang. Ketika kita kembali dekat, perasaan itu kian semakin kuat. Dari situ gue mulai merasa yakin dan ingin mempertahankan hubungan yang gak jelas ini, yang juga terlarang. Gue berniat mau bilang serius sama lo. tapi, yang gue dapet adalah kekecewaan dari lo yang ternyata udah punya kekasih perempuan cantik yang sekaligus nunjukin kalo selera lo terhadap cewek emang tinggi. Dari situ, gue kembali berfikiran kalo lo cowok normal yang mempermainkan perasaan gue yang ingin jadi gay.

Disisi lain, Lo wajib tau. Kalo gue satu satunya keturunan dari keluarga besar bokab gue. Dan gue sebenernya punya seorang Nenek yang cerewet. Sialnya, Eyang gue itu tau soal lo, Ka. Tentang lo yang pernah nginep dirumah ini, gue yang kelewat perhatian sama lo belakangan ini sampe semuanya tentang lo, beliau tau!. Entah darimana sampe Eyang gue dapet informasinya?. Meski beliau belom tau kalo cucunya beneran nyaris gak normal, tapi gue yakin sampe sekarang dia masih curiga kalo gue gay!.

Menurut gue tadinya, Emili menyukai gue dan gue nerima cintanya hanya sekedar tameng buat mengalihkan perhatian lo sama Eyang gue. Malah akhirnya jadi berantakan! Emili sengaja mancing gue pake kondom yang pernah lo maksud, dia maksa banget pengen ngelakuin itu dan akhirnya gue sekarang terjebak total. Gue malah gak bisa lepas dari Emili dan ia juga sempet curiga akhir akhir ini. Dan sempet ada dipikiran gue Atau jangan jangan, Emili sama Eyang gue bersekongkol pengen ngebuktiin ke abnormalan gue. Sementara gue masih memerangi mereka untuk terus membuktikan kalo pikiran mereka salah! Ide nikah setelah tamat sekolah ini idenya Eyang gue. Gue gak bisa ngelak! Justru sewaktu gue mutusin Emili, dia tiba saja mau bunuh diri. Itu yang membuat diri gue mengurungi niat meninggalkannya. Tak ada cara laen Ka!

Coba seandainya lo jadi diri gue, lo pasti mengira kalo gue gak sejahat yang elo pikirin”

“Soal Rara, gue gak sempet ngejelasin ke lo. Lo keburu ngilang gak jelas! Gue juga berfikiran, besok besok pasti ada waktu buat ngeklarifikasi masalah itu, tapi lo terus terusan menghindar sampe gue dapet kabar lo sama Emili jadian!”

“Gue akui kalo waktu itu gue khilaf. Gue marah, karna merasa dipermainkan. Atau malah cemburu buta, dan gak bisa nerima kenyataan kalo lo udah resmi punya pacar., gue pikir lo pasti udah ngelupain gue, makanya gue pergi gak pamit!”

“Gue juga cemburu kalo ngeliat lo ngumbar kemesraan sama Emili didepan mata gue” timpal Rakha ngerasa bete sendiri.

“Gue hanya diperalat mereka, Ka! Dan sebenernya, gue lebih cemburu ketika ngeliat lo kemaren ciuman sama Valent dikelas.” Celetuk Biant.

GELEGAR!!... serangan geledek mampir di jantungnya Rakha. Efeknya, muka si Rakha pucet. Lebih parah pucetnya kalo dibandingi Biant yang kondisinya lagi sakit.

“Sebenernya,.. Valent adalah…” Rakha namapak kikuk

“Pacar lo kan! Gue tadinya percaya ama lo, Ka! Gue lebih seneng kalo lo balik sama Rara daripada jadian sama Valent. Ato gak, mending lo milih gue,..”

“APA??!!” Rakha kaget dengernya sambil ketawa geli “Sebetulnya, Valent itu hanya sahabat! Gak lebih! Lagian gue sama sekali gak kepikiran pengen punya pacar cowok kayak dia! Meski jujur, gue sangat mengaguminya karna ia adalah sosok illusi disetiap gambaran gue. Lo tau, Kalo gue punya hobi ngegambar?”

“Gue gak peduli! Yang gue heran, kenapa kalian bisa saling berciuman?!”

“Gue juga gak tau, seakan ada dorongan yang ngebikin kejadian itu berlalu. Sebenernya, hati kecil gue juga gak bakal pernah ngira kalo Valent nyium bibir gue siang itu. Karna didirinya gak ada tanda tanda gak normal! Lo juga ngapain? Bukannya lo udah pulang sama Emili”

“gue gak sengaja ngeliat!” alihnya pasang tampang bego “Gak ada maksud ngintip kalian berduaan.. suer!”

Rakha tersenyum memandangnya, dan sebaiknya topic ini dialihkan dengan segera “Apa rencana lo berikutnya?”

“Gue mau nikmati rasa kangen gue dulu..” Ujarnya sambil memulai nyiumin pundak dan menggerayangi kesudut leher, bikin Rakha bener bener harus nahan geli.

Kayaknya, Rakha lebih nikmati rasa kangennya terhadap Biant “Jadi, lo beneran sayang ama gue? Lo gak mainin perasaan gue kan, Iant!”

“Gue mau jalani ini serius,.. asal lo juga serius ngejalanin ini.. dan seharusnya sudah gue katakan jauh setelah gue ungkapin kalo gak ada satupun yang gue suka dikelas itu, kecuali seorang Rakha”

“Gimana soal Emili?, Eyang lo?, dan mungkin orang terdekat lo?”

“Gue gak peduli, kalo perlu.. gue siap merangi mereka! Gue lebih nyaman jauh sama mereka ketimbang jauh sama lo, gue gak bisa!”

“Sebaiknya lo istirahat di kamar, Iant. Gue pegel dipeluk terus..” celetuk Rakha, bikin nyali Biant menciut. Terpaksa dilepasnya pelukan itu!

***

Air mengucur deras, keluar dari lubang kecil dibawah tombol dispenser. Sebuah gelas berukuran 2ratus 5puluh milliliter tak sanggup lagi menampung isi cairan yang keluar dari gallon itu sampe tumpah gak karuan. Parah, kemanaaaaa dua lelaki itu??

Tadinya, setelah Biant melepas pelukannya dari Rakha. Rakha tiba saja ngerasa kehausan, ia segera ngambil gelasnya sendiri dari rak. Lalu ketika tombol dispenser baru dinyalakan, dan kondisi air sudah mengalir.. tubuh Rakha malah ketarik paksa memutar kebelakang oleh tenaga Biant yang kuat. Tanpa sempat berfikir panjang, mulut Biant udah langsung mencipok kemulutnya Rakha. Disamping rasa shocknya, Rakha pun tak bisa menolak untuk mencicipi rasa bibir dan nafas Biant yang begitu menderu.

Kurang puas, bukan hanya wajah keduanya saja yang menyatu, tapi Biant juga mendorongnya hingga kedinding lemari dapur. Bikin tubuh Rakha merasa kesakitan menabrak keras dinding, belom lagi terhimpit oleh tubuh Biant, sesak, namun penuh tantangan ingin berjuang melawan emosi kebirahian. Inilah yang namanya ciuman lelaki yang kasar, nyasar dan penuh arti kenikmatan. Sampai sampai tubuh Rakha yang mungil, seakan tak bisa berbuat hentakan apapun dibadan Biant yang begitu kekar. Rasa rindu detailnya, sepertinya cukup mereka saja yang tau bagaimana cara mengatasinya.!

Hingga tak terasa dan tak ada yang peduli, kalo volume gallon terkuras habis sampai tetes demi tetes terakhir dan ngebuat lantai dapur kebanjiran lokal gara gara ulah mereka. Entah mereka sadar atau lupa! Sepertinya, Biant benar benar tak mengizinkan waktu renggang sejenak buat Rakha mematikan tombol si gallon. Saking asiknya,..

Kalo si gallon bisa ngomong,.. mungkin kisahnya sudah berang sekali, saking keselnya dicuekin!

Mulut mereka masih belum berhenti, saling menyambut liur, semakin bibir basah, makin lancar pula pelesetan pelesetan lidah mengayun keseluruh ruang wajah. Dan Rakha tentunya tidak percaya dalam angan dan matanya yang masih terpejam, mungkinkah ini hanya mimpinya saja? Tapi memang tak bisa dipungkiri kalo kali ini adalah nyata! Biant terlihat bak seorang yang agresif dan terbuka sekali dari sikapnya yang kemarin kemarin. Bagusnya, Rakha hanya bisa terbawa suasana diam, dan tau kalau saat itu Biant sedang melampiaskan rasa cinta membaranya, rindu yang mencekamnya dan cemburu yang menggebunya. Sampai Rakha kualahan, tak ada waktu rehat buat bernafas, bahkan sirkulasi udara yang keluar dari hidung Biant sepertinya malah terisap ke hidung Rakha.

Sudah cukup lama, akhirnya Biant menyudahinya. Serangan badai barusan bagi Rakha seakan telah berlalu dan Rakha perlahan membukakan matanya seperti sedang membuka jendela luar. Asli, tampangnya pasti akan terlihat berantakan dan bodoh sekali! Biant sampe ngebuat Rakha ngos ngosan, seperti habis berlari meninggalkan tempatnya.

Sorot mata Biant masih tajam menyambut sinaran mata Rakha yang berbinar, pandangan keduanya begitu dekat. Biant mengawali senyumnya, Rakha pun ikut larut tersenyum malu malu membalasnya.

“Sudah lama, gue pengen ngerasain ini Ka! Baru kali ini tercapai, dan waktu seakan terlalu singkat! Kalo lo gak keberatan, Gue mau yang lebih lama lagi dari ini..”

Rakha menundukan kepalanya seraya berfikir dan berucap “Gue belom siap, Iant!” tepis Rakha mengalihkan suasana yang semestinya waktu bulan madu mereka. Bukan tanpa alasan, tapi Rakha benar benar merasa takut sekali jika berhadapan seperti ini.

“Kenapa? Kok elonya malah keliatan gak suka?”

“Bukan itu! Gue cuma ngerasa ada yang ngeganjil dari cerita kita..”

“Apa?” Tanya Biant dalam bisikan lembut dan kembali menyambung ciuman yang mulai merambat ke pipinya Rakha. Aduh Biant, nafsu banget kayaknya.. setelah mengumbar perasaannya, dia pikir Rakha bisa segitu murahnya diajak main mainin tanda kutip

“Soal Emili! Gue gak akan ngejalin hubungan apapun sebelom ada kejelasan antara hubungan elo sama dia. Bukan maksud gue mau nyampuri urusan kalian, tapi rasanya gak adil kalo antara gue dan elo, ternyata ada seorang yang jadi penengah”

Ciuman Biant mendadak terhenti “Elo mau gue jujur sama Emili tentang perasaan gue!” Biant bersigap dengan tampang kecewa.

“Bukan itu, sebaiknya hubungan kita jangan sampai ada seorangpun yang tau. Cuman, gue masih belom siap kalo harus menyakiti perasaan orang lain, sementara gue sendiri pernah mengalami rasa perihnya tersakiti. Singkat dan jahatnya, gue mau kalian resmi putus! Atau gue yang mundur!..”

Ucapan Rakha barusan jadi pe-er paling sulit bagi Biant dibanding soal yang pernah Bu Virgo berikan dimata pelajaran Fisikanya. Membuat ia terpaku sesaat, kembali memikirkan masa depannya yang menggantung.

Situasi sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilanjutkan, dan tiba saja Rakha ingin sekali mengakhiri rasa yang tak karuan ini? karna yang ia tau, Biant kini sedang kesal. Dan sebaiknya Rakha memilih menghindar. Sengaja membiarkan Biant berfikiran tenang tanpa pengaruh apapun dari Rakha.

“Udah sore, Iant. Gue mo prepare kerja. Kalo sempet, besok gue kesini lagi! Elo beneran, gak mau gue temeni kedokter sore ini?”

“Lo enggak jatuh cinta sama Valent, kan?” ketus Biant, masih penasaran sama perasaan Rakha.

Rakha mengernyitkan dahinya “Gue sudah terangin ke Lo, kalo Valent hanya sebates temen! Gak lebih!” tegas Rakha

“Kalo gitu, kenapa gue gak ngerasain balesan dari ciuman lo! seakan gue yang memaksa lo berbuat itu, seakan elo gak mau ngelakuin itu!”

Untuk sejenak, Rakha menggeleng tak percaya “Terserah lo, Iant! Yang jelas, Valent satu satunya sahabat yang jauh lebih mengerti tentang perasaan gue sekarang! Dia sudah tau kalo gue homo, dan gak ada satu masalah yang akan gue tutupi tentang perasaan gue yang sebenarnya ke dia. Bahkan ia sangat tau sekali, siapa yang paling gue suka!” jelas Rakha dengan penuh emosi sampai sampai bibirnya tergetar “Lo tau kan, orang bilang lebih baik kehilangan pacar daripada kehilangan taman. Itu artinya, Gue gak bisa hidup tanpa seorang Valent!”

“Kalo gitu, kenapa gue gak bisa jadi sahabat lo?” tiba saja, nada bicara Biant meninggi.

Dan dibalas Rakha dengan santai “Karna mata hati gue yang memilih, diri lo adalah sebagian hati gue yang pernah hilang. Seandainya lo dapat mengembalikan rasa kehilangan itu, gue akan berikan yang terbaik, bahkan lebih dari kepercayaan.. ingatlah, ketika kepercayaan itu telah kembali. Mungkin, gue harap takkan pernah pergi lagi!”

“Gue mau jadi apapun, asal lo enggak bedain gue sama yang lain! Gue bisa jadi saudara Lo, Ka! Dan Gue janji, gak akan pernah buat lo kecewa lagi”

“Ini bukan masalah posisi, Iant. Gue juga gak ngerti sama mau gue sekarang! Atau mungkin lo emang bener, sebaiknya dari awal kita tidak perlu ada perasaan…”

Damn! Tak ada lagi perdebatan yang bikin keduanya maksa bicara. Tak ada yang bisa Biant lakuin selain membiarkan kepergian seorang yang perlahan membuatnya makin jatuh cinta. Setelah Rakha bener bener menghilang, tubuh Biant kerasa makin panas, ia makin demam, dan kedinginan hingga meringkuk ke dasar lantai.. sesungguhnya, dari semua yang ingin Biant katakan ke Rakha hanyalah ‘Biant sangat menyesal’

Tak kusesali cintaku untukmu
Meskipun dirimu tak nyata untukku
Sejak pertama kau mengisi hari hariku
Aku tlah meragu mengapa harus dirimu

Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
Sungguhku tak menahan bila jalan suratan
Menuliskan dirimu memang bukan untukku

(Bukan Untukku by Rio Febrian)

***

Untuk hari kesekian, Biant masih absent. Bukan! Rakha tidak sedang memikirkannya lagi. Rakha tau kalo Biant bukan seorang yang plin plan, tapi semua kejadian terjepit sama keadaan! Mo Biant cinta ama Rakha atau enggak, yang penting Rakha sudah tidak ingin memperdulikannya. Meski Rakha ngerasa dia sudah bukan cowok normal lagi, tapi dia gak mau dibilang cowok murahan! Selama hidupnya ia hanya menyukai seorang Biant, meski tak mendapatkannya. Rasanya, dikasih pengalaman seperti ini saja, Rakha sudah jauh lebih bahagia.

Dan sekilas, fikiran Rakha kembali pada Valent. Siang ini, batang hidungnya gak nongol dipermukaan. Rakha nampak resah dibuatnya. Kemana tu anak? Biasanya, kalo gak dicari pasti muncul dengan sendirinya. Nah ini, dibutuhin malah sengaja menyelinap ketempat yang tak terhingga sama Rakha.

Tampang Rakha begitu murung. Sialnya, Corrie yang harus menghadapi tingkah buruknya itu, dan ngebuat si Corrie mulai curiga.

“Apa maksud lo, mandang gue kayak gitu? Lo pikir gue masih suka ama lo? enggak! Gue normal!” ceploznya kumat.

“Lo gak liat Valent?” alih Rakha tanpa memperdulikan leluconnya

Gak langsung dijawab sama Corrie, malah celingak celingukan ke kantong bajunya.. lalu ngebuka dompet, ngeluarin isinya, sama berkutat dengan tas miliknya.

“Lo ngapain? Gue gak mo minjem duit!”

“Lah!” ekspresi Corrie belagu kaget “Bukannya lo nanya Valent barusan? Gue juga lagi nyari!”

Rakha makin gerem ngeliat tingkahnya “Kalo elo gak tau, napa gak bilang ‘gak tau’ aja! Gue gak butuh isi dompet lo!”

“Nah! Elo nyadar, gue aja sedari pagi ada disamping lo. mana gue tau, dimana Valent! Lo udah cari dikelasnya?”

“Sebelom nanya lo, gue udah inisiatif duluan ngecheck bangkunya. Hape lo rusak?? Maksud gue nanya ke elo, siapa tau ada niat lo ngehubungi dia, nyuruh kemari. Gue perlu penting sama dia”

“Oooo, semenjak kenal ama dia, gue gak penting lagi yah?!” Corrie ngancem

Gak ada yang bisa Rakha lakuin selaen *nyengeh. “Cepetan, Rie.. gue serius. Elo bercandaan mulu sih!”

“Enggak! Gue sakit ati!” Corrie ngambek gak jelas.

Lah! Kumat lagi ni anak! Dan bertepatan dengan cueknya Corrie, si Valent tiba saja datang dan turut nimbrung.

“Ada apa neh? Siapa lagi yang mo neraktir?? Gue laper banget..” seruduk Valent kayak banteng kelaperan.

“Corrie!” tunjuk Rakha sambil ketawa puas “isi dompetnya duit semua.. pamer kekayaan barusan, neraktir dong.. udah lama gak makan siang bareng”

“Bosen makan diwarung mulu. Entar kapan kapan gue ajak kalian makan bakso setan!” Corrie antusias

“Biasa aja dong” tanggap Rakha “Bilang ‘SETAN’ nya jangan ngeliat muka Valent!”

“Maksud LO!” Valent tersinggung mampus sambil memulai mengejar Rakha yang mencoba menghindar dari amukannya.

Sialnya, Rakha langsung kedapetan Valent ditengah lapangan. Dengan mudahnya, Valent menangkap simungil Rakha, sambil beberapa kali Valent memukulnya, menghantam badan Rakha saking geremnya. Mereka berdua nampak senang bercanda tawa, tanpa memperdulikan mata perhatian anak anak SMA lainnya yang mulai menyoroti rasa cemburu sama keakraban keduanya.

Setelah Valent mengakhiri gurauannya dan melepas tangan hangat rangkulannya, tiba saja ada rasa hilang yang baru terlepas dari bagian tubuh Rakha. Lagi lagi ini seperti firasat yang tak terbaca. Yang lebih aneh lagi, tampang Valent berubah seperti gak biasanya.. innocent! But What?!

“Val, besok kompetisinya dimulai! Elo hadir, kan?” Tanya Rakha dengan seriusnya

Valent saat itu lagi menghadap kearah yang berlawanan sambil menyentuh bahu Corrie, ia menampakkan separuh wajahnya, memaksa menatap tampang Rakha yang bengong, mengharap jawaban iya yang pasti!

“Lo aja yang bilang, Rie. Gue gak tega!” tuturnya bimbang nyaris tersenyum.

“Dia gak bisa datang, karna harus nganter nyokapnya ke Inderalaya.. kalopun bisa, mungkin waktunya gak akan terkejar” jelas Corrie dengan amat menyesal. Dan, sesudah mendengar kabar itu, dalam hati Rakhalah yang paling dalam rasa penyesalannya.

“Tapi, elo bisa kan Rie?”

“Gue pasti dateng, Ka! Demi lo, apa sih yang enggak!”

***

Hari “H” nya. Satu jam menjelang pertarungan, Rakha dan kawan kawan sudah standby di backstage. Terus terang, perasaan Rakha masih tak bisa tenang sediakalanya. Dibilang demam panggung, bisa jadi! Parno karna tentunya bertemu dengan ratusan atau bahkan ribuan orang asing, so pasti! Jangan sampe mempermalukan nama sekolah. Sebisa mungkin, Rakha harus berjuang mengatasi masalah ini, masalahnya sendiri.

“Elo pucet banget, Ka? Sempet sarapan gak tadi pagi?” Tanya partner Rakha, si Rishaa dengan sok pedulinya. Ya iyalah, mereka kan satu team! Satu hal lagi, rasa suka Rishaa terhadap Rakha masih belom berkurang, meski sekarang Rishaa udah punya pacar.

“Jangan sampe sakit, Ka. Gak lucu kalo acara ini jadi berantakan gara gara lo keburu pingsan pas nyampe di panggung” tambah si Rizky, kakak tingkat kelas 2belas IPA. Entah perasaan cowok satu ini kesal atau malah senang berhadapan dengan pujaan sekolahnya itu. Rizky juga bakal jadi partnernya Rakha. Mereka bertiga akan mempertaruhkan kemampuan dalam memecahkan soal secara bersama.

“Lo butuh waktu nenangin diri lo dulu, sebelum perlombaan ini dimulai. Coba deh, atur pernafasan atau olahraga kecil diseputaran area ini. Kalo perlu, keluar aja sejenak buat ngirup udara bebas. Mungkin lo kerasa sumpek disini” usul Rishaa menambahkan

“Gak perlu, Rish.. gue yakin bukan masalah situasi yang gue takutin!”

Hingga waktu terlaksananya perlombaanpun tiba. Team mulai memasuki panggung menuju ke meja yang diset secara berkelompok yang terdiri dari tiga perwakilan sekolah. Rakha berusaha tak perduli dengan sorakan supporter yang mao ngedukung team sekolah andalan mereka berlaga. Atau Rakha belagu jutek bukan karna ia takut dihadapkan sama keadaan yang seperti ini, tapi ia belum bisa mengatasi perasaan anehnya sendiri. Rakha merasa betul kalo siang ini ia gak sakit.

Sampai berlangsungnya acara, soal demi soal yang dilempar oleh dua presenter yang kocak dan tidak selalu membuat serius suasana. Lantas dijawab secara rebutan sama masing masing team yang berniat unjuk kebolehan soal pengetahuan, bikin suara penonton yang tak terhingga jumlahnya itu jadi semakin riuh lantang. Suasana semakin panas, apalagi babak demi babak berlalu begitu cepat. Waktu yang berdurasi selama lebih dari satu jam berlangsung itu berjalan begitu ringkas. Waktu seakan bergerak terlampau cepat! Team favorite kita, Rakha dkk mampu menduduki arena babak final bareng SMA ternama. Namun sayangnya, mungkin nasib keberuntungan masih belum berpihak sama sekolah yang jadi tempat Rakha belajar. Mereka harus sportif menerima kekalahan sebagai juara dua. Lumayan! Minimal, gak terjadi hal yang memalukan! Seperti prediksi Rizky sekitar dua jam an silam.

Rakha dkk kembali ke backstage, perasaan yang membebani Rakha agak sedikit berkurang setelah melepas penat dan duduk santai di ruang make up. Setiap orang yang berlalu lalang tak ketinggalan mengucapkan kata selamat, meski sekolah belum sepenuhnya merasa menang.

“Gimana perasaan lo, Ka? Udah baekan?” Tanya Rishaa lagi, menyempatkan diri disela kerumunan masyarakat yang gak sabar ingin berjabat tangan dengan tiga pejuang sekolah ini.

“Lumayan” jawab Rakha ala kadarnya.

Nampak Rishaa masih saja khawatir memperhatikannya, dan gak rela harus memisah diri dari jangkauan Rakha. Sementara dibenak Rakha masih kepikiran beberapa orang yang tadi tidak sempat Rakha check kedatangan mereka. Valent, udah pasti gak datang! Biant, mudah mudahan ia ada diantara penonton yang rebut ditribune. Meski Rakha sendiri masih samara samara, karna setiap cowok yang hadir berasa kayak Biant semua. Dan Corrie.. bukannya ia bilang datang. Koq, gak keliat atraksinya menongolkan diri diantara eksistensi siswa sekolah laen, biasanya dia gak mo kalah? Mana gaya kenarsisannya? Gawat, ketiga cowok yang ngakunya sahabat Rakha itu, sinyalnya gak jelas kemana??

Rakha menunggu kesunyian diruang itu, ketika dirasa bahwa keadaan sudah mulai sepi, penonton juga sudah berguyur kabur, dan Rakha mulai merosotkan diri dikursinya. Ia tidak sedang berfikir, karna yang ada diotaknya blank semua.. berasa berat dipikul namun gak ada bebannya sama sekali.

Kemudian Corrie menghampirinya dengan kondisi panic. Awalnya Rakha tersenyum menyambutnya, tapi ekspresinya berubah bingung. Ada apa? Apa yang terjadi?

“Ka,.. Valent, Ka!” Nada bicara Corrie begitu gagap, seperti mengalami kesulitan membentuk kata dasar sebuah kalimat bahasan. Corrie benar benar tidak biasanya

“Valent kenapa?” tanggap Rakha masih mikir kalo Corrie lagi bercanda. Meski wajahnya nampak serius banget

“Valent ngalami kecelakaan.. saat ia hendak menuju perjalanannya mengarah kesini dari inderalaya. Sekarang,.. sekarang,..” lanjut Corrie

“Gimana keadaannya? Ia gak sampe kenapa napa kan?” wajah Rakha kian optimis

Tiba saja, Corrie menitikan air mata, sekedar ingin memberitakan kabar berikutnya. Untuk pertama kalinya Rakha ngeliat seorang cowok menangis dihadapannya. Dan virus air mata itu kontan menyerang Rakha, ngebuat matanya pun seakan berkaca kaca.

“Sekarangpun, kita tidak akan pernah bisa mengembalikannya, ia sudah pergi, Ka. Jauh lebih dulu meninggalkan kita!”

Mendengar itu, Rakha tampak menyesal. Ia nyaris lumpuh dibuatnya. Benar, tanpa Valent, Rakha tak bisa hidup. Dan nyata sekali kalo belakangan ini firasat itu sedang ingin mengajak untuk berkomunikasi dengannya. Bahwa hidup seorang Valent takkan lama lagi bertahan. Tapi mengapa?? Mengapa mendadak sekali!!!!.... ini gak adil!

Menabur bunga menetes air mata
Dedaun berguguran aku bersedih

Dingin hati terasa separuh jiwaku menghampa
Perih terbalut sepi melaraku sendiri

Dia telah pergi tak mungkin kembali
Dia telah pergi pilukan hati
Dia telah pergi tak lagi disisi
Dia telah pergi ke nirwana,..

Mengenangmu, Mengingatmu Nelangsa aku disini
Kesunyian, kepedihan mampukah terlewati

(Dia telah pergi – Naff)

***

Kekosongan yang dirasakan Rakha akhir akhir ini memang bukanlah hal yang ingin diharapkannya. Ia lebih sering merenung. Masih belum bisa percaya kalo wujud Valent selamanya takkan bisa kembali. Canda tawa yang sudah sudah bersamanya, seperti ingin terulang lagi. Gimana mungkin, Valent yang kini bukan lagi sahabat bagi Rakha telah meninggalkannya tanpa pamit! Mendengar dia sudah tak ada, sepertinya Rakha tidak merasa begitu. Valent tetap hidup, walau tak nyata.. ia tetap ada dihati!

“Tak ada gunanya lo nangis, Ka! Gak bisa dipungkiri kalo kita harus bisa memberi ke ikhlasan atas kepergiannya. Karna itu akan memperngaruhi perjalanannya menuju surga” terang suara jelas si Biant yang kedatangannya saja tidak dirasa Rakha.

Rakha buru buru menghapus air matanya “Gue ikhlas koq! Cuma yang masih ada dalam ingetan gue, Valent itu gak pernah bersedih.. ia gak pernah mengeluh sama sekali, dan dia,.. lo tau kan, dia satu satunya orang yang paling berarti dalam hidup gue” jelas Rakha “Rasanya baru kemarin, gue mengenalnya.. baru kemarin gue sama dia sedang asik bercanda. Gue berfikiran kalo didirinya pasti punya kehidupan yang masih panjang, bukan secepat ini! Dia masih muda, masih bisa berkreasi.. masih punya peluang jadi seorang yang mungkin jauh lebih baik dari diri gue”

“Tapi Tuhan punya jalan lain,.. Ia punya rencana terbaik untuk hidupnya mendatang” Biant mengungkapkannya sambil berjalan mendekati Rakha dan duduk disamping Rakha

“Salah gue, gue yang minta dia datang ke acara perlombaan itu. Seandainya dia gak maksa datang, mungkin ini gak terjadi…” sesal Rakha

“Lo salah, Ka!” sambung Corrie di balik tubuh Rakha.

Rakha sama Biant menoleh kearahnya, tampangnya pun masih menyimpan kesedihan.

“Sebenernya, Valent memang ingin ngeliat lo. dan mau memberi lo kejutan agar lo tambah semangat ngikutin kompetisi itu. Tapi semua ini diluar rencananya.. diapun masih mungkin ingin mengatakan hal yang masih banyak disimpan olehnya, jika ia sendiri punya kesempatan untuk itu. Rasanya ini memang terlalu singkat, tapi ini hanyalah kehendakNya.. kita hanya bisa pasrah!”

Rakha tak mengatakan apapun. Ia tau kalo hari sudah siang dan semakin panas, sudah waktunya pulang! Rakha kemudian meninggalkan bangku kelas sepuluh yang dimejanya masih terukir sebuah gambar yang mirip sekali dengan Valent. Sebuah bentuk separuh wajah yang sedang menoleh kearahnya. Sama seperti terakhir kali Valent memberi pesan terakhirnya pada Rakha. Nyata sekali, kalau saja Rakha bisa membaca firasatnya lebih awal

Bangku itu sangat berarti rasanya, hanya itu satu satunya peninggalan Valent untuknya. Dan ketiga pria itu, lalu meninggalkan kelas sepuluh yang kosong untuk menjalani hari baru tanpa sosok Valent lagi..

to be lovin you,..

to be continued