DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 26

Sheet 26
by be_biant




Biant membukakan pintu rumahnya dengan senyum yang bikin Rakha pengen langsung meluk tubuhnya. Saking bodohnya Rakha, kalo dia mikir kangen sama sosok Brilliant. Sayangnya, tampilan Biant kali itu agak pucat dan membosankan, tak terawat, serta menyedihkan! Rakha benar benar terpaku dan tak percaya, siapa yang baru saja dilihatnya? Jelas sekali bukan Biant! meski maksa menyungging senyum, sambutannya tetap tak secerah biasanya. Biar dikata suasananya begono,.. si Biant tetap membuka lebar pintu istana untuk seorang Rakha. Perlahan tapi pasti, Rakha pun melangkahkan kakinya hingga masuk ke dalam.

Diperhatikannya sikap Biant berkali kali. Yang cuek dan agak aneh, karna Ia sama sekali tak bicara sepatah katapun sejak awal kunjungan Rakha ini. Dibiarkannya saja Rakha masuk, atau melintasi isi rumah itu seperti rumahnya sendiri. Rakha berasa bukan tamu, Apa mungkin dia kurang senang? Tidak, Biant hanya kurang sehat! Biant tidak mempersilahkan dengan tampang cemberut, artinya ia masih seperti yang dulu. Menyukai kedatangan Rakha, tanpa ingin berbasa basi, seperti cirri khasnya.

Biant cuek sekali sore itu, mentang mentang lagi ada dirumahnya sendiri, setidaknya dia harus menghargai kemunculan Rakha yang sedikit banyak membawa buah tangan, terutama buah mangga. Kesukaannya Biant! Dipikir Rakha bakal ada niat tulus Biant yang mau ngebantuin, ternyata dugaan Rakha salah! Kalo saja dia gak sakit, pengen rasanya Rakha mau ngejitak kepalanya. Saking geramnya, gara gara gak diladenin

“Elo gak ke Dokter, Iant?” dengan perasaan yang dongkol, akhirnya Rakha nyerah buat duluan angkat bicara.

“Gue gak kenapa napa! Cuman demem biasa!” ceploznya nyante

“Lo tuh udah lebih dari tiga hari gak masuk sekolah, bikin gue mikir lo sakit parah” omel Rakha membludak

“Lo kangen??” labraknya, sambil mandang tajam kedua mata Rakha. Kontan, si Rakha mendadak diem karna keki.

“Kangen? Ini kesempetan Gue mo bales budi. Abis itu, gue gak punya utang lagi ama lo! Pokoknya lo harus ikut gue periksa kedokter, sekarang!”

“Gak perlu, Ka! Gue sudah bilang kalo gue demem biasa.” Biant keukeuh

“Terakhir gue ngingetin elo! lo matipun, gue gak peduli! Gue gak bisa lama lama disini..” gerutunya terus menerus.

Rakha berjalan mendekati dapur dan memindahkan barang belanjaannya satu persatu dengan sendirinya ke dalem kulkas. Rakha Sedari tadi merasa Biant tak jauh dari posisinya, hanya saja ia lebih banyak keliatan lemes gak bergairah sedikitpun. Jadi, sama sekali gak ada inisiatif yang diharep sama cowok satu itu.

Disaat Rakha selesai mengerjakan tugasnya dan mau tergerak untuk berdiri tegak. Sebuah rangkulan spontan mengalir dari belakang tubuhnya, tanpa aba aba lagi. Dari kedua sisi tubuh Rakha yang mungil merambat sepasang tangan yang bertemu dan mengikat tubuh Rakha hingga membuat Rakha merinding! Ia tau Biant sedang ingin memeluk dan bersandar pada punggungnya. Semakin dekat dan semakin erat, menempel dan temperature suhu badannya kerasa ibarat ponsel yang lagi di charge. Hangat! Bukan itu saja, dagunya pun tak kalah menopang dibahu kanan Rakha. Dalam kaku, Rakha keki!

“Bener bener minta perhatian lebih, ni anak” pikir Rakha. Bikin jantung Rakha gak berhentinya, berdebar secara gak normal, bibirnya beku, pikirannya blank! “Ini beneran,.. si Biant meluk gue tiba tiba!” Rakha gak abis pikir.

Rakha hanya bisa diam dan menikmati berat tubuh Biant yang bersandar ditubuhnya. Tanpa kepikiran apa yang harus ia katakan?? Rakha mau saja membalas balik memeluknya, tapi sebaiknya jadi patung yang tak berguna saja! Anggap saja, Rakha tak merasakan apa apa!

“Biant,” sapa Rakha memulai “Sebenernya lo udah tau perasaan gue terhadap lo. Dan kalo lo berbuat kayak gini cuma karna kasian sama gue. Lebih baik lo pergi jauh jauh, sebelum gelas yang ada didepan mata gue bakal gue hempasin ke kepala lo!” ancem Rakha geram, menyembunyikan perasaannya yang sebenernya ingin merasakan pelukan yang lebih lama. Hanya saja ia takut, ia akan tertipu untuk kesekian kalinya.

“Gue tau, Ka. Kalo gue pernah salah sama lo. Gue juga pernah bilang maaf.. dan sekarang gue sadar, kalo kata maaf saja tidak akan pernah cukup mengobati luka yang ada dihati lo!” terang Biant tiba tiba penuh penyesalan “Gue gak bisa hidup jauh dari lo, gue sayang ama lo Ka. Tapi gue hanya bisa bilang kita selamanya takkan mungkin bisa bersama”

Masih dalam keadaan berpelukan, Rakha hanya bisa memutar kepalanya, tak berani bergerak dan tak ingin ngebuat Biant risih sama gerakannya. Jika ini bisa membuatnya nyaman, sebaiknya Rakha ngebales kata katanya dengan lembut.

“Ada yang musti lo jelasin sama gue tentang perasaan lo.” nelen ludah sebentar “Gue dulu pernah jatuh sakit, dan lo tiba tiba muncul nyelameti gue. Waktu itu lo nemeni gue berobat sampe melewati waktu seharian hingga menunggu malam dan mata gue terpejam.” Rakha menarik nafas sejenak “Asal lo inget, waktu detik detik terakhir sebelom lo pulang, lo sempet bisikin sesuatu ketelinga gue, soal perasaan lo. dan asal lo tau, Saat itu gue belom tertidur!. Gue denger jelas semua yang elo ungkap terutama yang Lo bilang, lo gak mau jadi gay gara gara gue. Apa maksudnya, Iant?? Apa diri gue mengganggu kehidupan lo?”

Rakha tak peduli dengan keadaannya yang sekarang ini tidak stabil, malah memaksanya berfikir keras untuk mengingat kejadian yang terjadiannya berkisar setahunan yang lalu.

“Lo tau perasaan gue kala itu, gue bimbang! Satu sisi, gue ngerasa kalo gue sepertinya menyukai lo, dan karakter lo. Gue kagum, karna lo mengingatkan gue sama sahabat kecil gue yang bernama Faisal yang sudah tidak ada lagi didunia ini. Makin gue memperhatikan lo, kenangan itu semakin nyata dalam hidup gue. Tadinya, gue berharap sikap lo sama persis dengan Faisal. Agar gue bisa menghapus kenangan indah bersamanya. Tapi lo malah kontras, lo begitu sombong dan tak pernah memperdulikan seseorangpun disekolah. Seakan elo orang yang bisa hidup sendirian. Lalu gue mencari cara, Gue mencoba masuk dalam kehidupan lo, agar lo bisa ngeliat keberadaan gue. Kian larut, gue malah ngerusak perasaan lo dan perasaan gue sendiri tentunya.

Sampai kini, gue masih ragu. Kalo lo nanya soal perasaan gue yang sebenernya! Gue mencoba menghindari perasaan suka terhadap lo, tapi kenyataannya gak gampang. Ketika kita kembali dekat, perasaan itu kian semakin kuat. Dari situ gue mulai merasa yakin dan ingin mempertahankan hubungan yang gak jelas ini, yang juga terlarang. Gue berniat mau bilang serius sama lo. tapi, yang gue dapet adalah kekecewaan dari lo yang ternyata udah punya kekasih perempuan cantik yang sekaligus nunjukin kalo selera lo terhadap cewek emang tinggi. Dari situ, gue kembali berfikiran kalo lo cowok normal yang mempermainkan perasaan gue yang ingin jadi gay.

Disisi lain, Lo wajib tau. Kalo gue satu satunya keturunan dari keluarga besar bokab gue. Dan gue sebenernya punya seorang Nenek yang cerewet. Sialnya, Eyang gue itu tau soal lo, Ka. Tentang lo yang pernah nginep dirumah ini, gue yang kelewat perhatian sama lo belakangan ini sampe semuanya tentang lo, beliau tau!. Entah darimana sampe Eyang gue dapet informasinya?. Meski beliau belom tau kalo cucunya beneran nyaris gak normal, tapi gue yakin sampe sekarang dia masih curiga kalo gue gay!.

Menurut gue tadinya, Emili menyukai gue dan gue nerima cintanya hanya sekedar tameng buat mengalihkan perhatian lo sama Eyang gue. Malah akhirnya jadi berantakan! Emili sengaja mancing gue pake kondom yang pernah lo maksud, dia maksa banget pengen ngelakuin itu dan akhirnya gue sekarang terjebak total. Gue malah gak bisa lepas dari Emili dan ia juga sempet curiga akhir akhir ini. Dan sempet ada dipikiran gue Atau jangan jangan, Emili sama Eyang gue bersekongkol pengen ngebuktiin ke abnormalan gue. Sementara gue masih memerangi mereka untuk terus membuktikan kalo pikiran mereka salah! Ide nikah setelah tamat sekolah ini idenya Eyang gue. Gue gak bisa ngelak! Justru sewaktu gue mutusin Emili, dia tiba saja mau bunuh diri. Itu yang membuat diri gue mengurungi niat meninggalkannya. Tak ada cara laen Ka!

Coba seandainya lo jadi diri gue, lo pasti mengira kalo gue gak sejahat yang elo pikirin”

“Soal Rara, gue gak sempet ngejelasin ke lo. Lo keburu ngilang gak jelas! Gue juga berfikiran, besok besok pasti ada waktu buat ngeklarifikasi masalah itu, tapi lo terus terusan menghindar sampe gue dapet kabar lo sama Emili jadian!”

“Gue akui kalo waktu itu gue khilaf. Gue marah, karna merasa dipermainkan. Atau malah cemburu buta, dan gak bisa nerima kenyataan kalo lo udah resmi punya pacar., gue pikir lo pasti udah ngelupain gue, makanya gue pergi gak pamit!”

“Gue juga cemburu kalo ngeliat lo ngumbar kemesraan sama Emili didepan mata gue” timpal Rakha ngerasa bete sendiri.

“Gue hanya diperalat mereka, Ka! Dan sebenernya, gue lebih cemburu ketika ngeliat lo kemaren ciuman sama Valent dikelas.” Celetuk Biant.

GELEGAR!!... serangan geledek mampir di jantungnya Rakha. Efeknya, muka si Rakha pucet. Lebih parah pucetnya kalo dibandingi Biant yang kondisinya lagi sakit.

“Sebenernya,.. Valent adalah…” Rakha namapak kikuk

“Pacar lo kan! Gue tadinya percaya ama lo, Ka! Gue lebih seneng kalo lo balik sama Rara daripada jadian sama Valent. Ato gak, mending lo milih gue,..”

“APA??!!” Rakha kaget dengernya sambil ketawa geli “Sebetulnya, Valent itu hanya sahabat! Gak lebih! Lagian gue sama sekali gak kepikiran pengen punya pacar cowok kayak dia! Meski jujur, gue sangat mengaguminya karna ia adalah sosok illusi disetiap gambaran gue. Lo tau, Kalo gue punya hobi ngegambar?”

“Gue gak peduli! Yang gue heran, kenapa kalian bisa saling berciuman?!”

“Gue juga gak tau, seakan ada dorongan yang ngebikin kejadian itu berlalu. Sebenernya, hati kecil gue juga gak bakal pernah ngira kalo Valent nyium bibir gue siang itu. Karna didirinya gak ada tanda tanda gak normal! Lo juga ngapain? Bukannya lo udah pulang sama Emili”

“gue gak sengaja ngeliat!” alihnya pasang tampang bego “Gak ada maksud ngintip kalian berduaan.. suer!”

Rakha tersenyum memandangnya, dan sebaiknya topic ini dialihkan dengan segera “Apa rencana lo berikutnya?”

“Gue mau nikmati rasa kangen gue dulu..” Ujarnya sambil memulai nyiumin pundak dan menggerayangi kesudut leher, bikin Rakha bener bener harus nahan geli.

Kayaknya, Rakha lebih nikmati rasa kangennya terhadap Biant “Jadi, lo beneran sayang ama gue? Lo gak mainin perasaan gue kan, Iant!”

“Gue mau jalani ini serius,.. asal lo juga serius ngejalanin ini.. dan seharusnya sudah gue katakan jauh setelah gue ungkapin kalo gak ada satupun yang gue suka dikelas itu, kecuali seorang Rakha”

“Gimana soal Emili?, Eyang lo?, dan mungkin orang terdekat lo?”

“Gue gak peduli, kalo perlu.. gue siap merangi mereka! Gue lebih nyaman jauh sama mereka ketimbang jauh sama lo, gue gak bisa!”

“Sebaiknya lo istirahat di kamar, Iant. Gue pegel dipeluk terus..” celetuk Rakha, bikin nyali Biant menciut. Terpaksa dilepasnya pelukan itu!

***

Air mengucur deras, keluar dari lubang kecil dibawah tombol dispenser. Sebuah gelas berukuran 2ratus 5puluh milliliter tak sanggup lagi menampung isi cairan yang keluar dari gallon itu sampe tumpah gak karuan. Parah, kemanaaaaa dua lelaki itu??

Tadinya, setelah Biant melepas pelukannya dari Rakha. Rakha tiba saja ngerasa kehausan, ia segera ngambil gelasnya sendiri dari rak. Lalu ketika tombol dispenser baru dinyalakan, dan kondisi air sudah mengalir.. tubuh Rakha malah ketarik paksa memutar kebelakang oleh tenaga Biant yang kuat. Tanpa sempat berfikir panjang, mulut Biant udah langsung mencipok kemulutnya Rakha. Disamping rasa shocknya, Rakha pun tak bisa menolak untuk mencicipi rasa bibir dan nafas Biant yang begitu menderu.

Kurang puas, bukan hanya wajah keduanya saja yang menyatu, tapi Biant juga mendorongnya hingga kedinding lemari dapur. Bikin tubuh Rakha merasa kesakitan menabrak keras dinding, belom lagi terhimpit oleh tubuh Biant, sesak, namun penuh tantangan ingin berjuang melawan emosi kebirahian. Inilah yang namanya ciuman lelaki yang kasar, nyasar dan penuh arti kenikmatan. Sampai sampai tubuh Rakha yang mungil, seakan tak bisa berbuat hentakan apapun dibadan Biant yang begitu kekar. Rasa rindu detailnya, sepertinya cukup mereka saja yang tau bagaimana cara mengatasinya.!

Hingga tak terasa dan tak ada yang peduli, kalo volume gallon terkuras habis sampai tetes demi tetes terakhir dan ngebuat lantai dapur kebanjiran lokal gara gara ulah mereka. Entah mereka sadar atau lupa! Sepertinya, Biant benar benar tak mengizinkan waktu renggang sejenak buat Rakha mematikan tombol si gallon. Saking asiknya,..

Kalo si gallon bisa ngomong,.. mungkin kisahnya sudah berang sekali, saking keselnya dicuekin!

Mulut mereka masih belum berhenti, saling menyambut liur, semakin bibir basah, makin lancar pula pelesetan pelesetan lidah mengayun keseluruh ruang wajah. Dan Rakha tentunya tidak percaya dalam angan dan matanya yang masih terpejam, mungkinkah ini hanya mimpinya saja? Tapi memang tak bisa dipungkiri kalo kali ini adalah nyata! Biant terlihat bak seorang yang agresif dan terbuka sekali dari sikapnya yang kemarin kemarin. Bagusnya, Rakha hanya bisa terbawa suasana diam, dan tau kalau saat itu Biant sedang melampiaskan rasa cinta membaranya, rindu yang mencekamnya dan cemburu yang menggebunya. Sampai Rakha kualahan, tak ada waktu rehat buat bernafas, bahkan sirkulasi udara yang keluar dari hidung Biant sepertinya malah terisap ke hidung Rakha.

Sudah cukup lama, akhirnya Biant menyudahinya. Serangan badai barusan bagi Rakha seakan telah berlalu dan Rakha perlahan membukakan matanya seperti sedang membuka jendela luar. Asli, tampangnya pasti akan terlihat berantakan dan bodoh sekali! Biant sampe ngebuat Rakha ngos ngosan, seperti habis berlari meninggalkan tempatnya.

Sorot mata Biant masih tajam menyambut sinaran mata Rakha yang berbinar, pandangan keduanya begitu dekat. Biant mengawali senyumnya, Rakha pun ikut larut tersenyum malu malu membalasnya.

“Sudah lama, gue pengen ngerasain ini Ka! Baru kali ini tercapai, dan waktu seakan terlalu singkat! Kalo lo gak keberatan, Gue mau yang lebih lama lagi dari ini..”

Rakha menundukan kepalanya seraya berfikir dan berucap “Gue belom siap, Iant!” tepis Rakha mengalihkan suasana yang semestinya waktu bulan madu mereka. Bukan tanpa alasan, tapi Rakha benar benar merasa takut sekali jika berhadapan seperti ini.

“Kenapa? Kok elonya malah keliatan gak suka?”

“Bukan itu! Gue cuma ngerasa ada yang ngeganjil dari cerita kita..”

“Apa?” Tanya Biant dalam bisikan lembut dan kembali menyambung ciuman yang mulai merambat ke pipinya Rakha. Aduh Biant, nafsu banget kayaknya.. setelah mengumbar perasaannya, dia pikir Rakha bisa segitu murahnya diajak main mainin tanda kutip

“Soal Emili! Gue gak akan ngejalin hubungan apapun sebelom ada kejelasan antara hubungan elo sama dia. Bukan maksud gue mau nyampuri urusan kalian, tapi rasanya gak adil kalo antara gue dan elo, ternyata ada seorang yang jadi penengah”

Ciuman Biant mendadak terhenti “Elo mau gue jujur sama Emili tentang perasaan gue!” Biant bersigap dengan tampang kecewa.

“Bukan itu, sebaiknya hubungan kita jangan sampai ada seorangpun yang tau. Cuman, gue masih belom siap kalo harus menyakiti perasaan orang lain, sementara gue sendiri pernah mengalami rasa perihnya tersakiti. Singkat dan jahatnya, gue mau kalian resmi putus! Atau gue yang mundur!..”

Ucapan Rakha barusan jadi pe-er paling sulit bagi Biant dibanding soal yang pernah Bu Virgo berikan dimata pelajaran Fisikanya. Membuat ia terpaku sesaat, kembali memikirkan masa depannya yang menggantung.

Situasi sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilanjutkan, dan tiba saja Rakha ingin sekali mengakhiri rasa yang tak karuan ini? karna yang ia tau, Biant kini sedang kesal. Dan sebaiknya Rakha memilih menghindar. Sengaja membiarkan Biant berfikiran tenang tanpa pengaruh apapun dari Rakha.

“Udah sore, Iant. Gue mo prepare kerja. Kalo sempet, besok gue kesini lagi! Elo beneran, gak mau gue temeni kedokter sore ini?”

“Lo enggak jatuh cinta sama Valent, kan?” ketus Biant, masih penasaran sama perasaan Rakha.

Rakha mengernyitkan dahinya “Gue sudah terangin ke Lo, kalo Valent hanya sebates temen! Gak lebih!” tegas Rakha

“Kalo gitu, kenapa gue gak ngerasain balesan dari ciuman lo! seakan gue yang memaksa lo berbuat itu, seakan elo gak mau ngelakuin itu!”

Untuk sejenak, Rakha menggeleng tak percaya “Terserah lo, Iant! Yang jelas, Valent satu satunya sahabat yang jauh lebih mengerti tentang perasaan gue sekarang! Dia sudah tau kalo gue homo, dan gak ada satu masalah yang akan gue tutupi tentang perasaan gue yang sebenarnya ke dia. Bahkan ia sangat tau sekali, siapa yang paling gue suka!” jelas Rakha dengan penuh emosi sampai sampai bibirnya tergetar “Lo tau kan, orang bilang lebih baik kehilangan pacar daripada kehilangan taman. Itu artinya, Gue gak bisa hidup tanpa seorang Valent!”

“Kalo gitu, kenapa gue gak bisa jadi sahabat lo?” tiba saja, nada bicara Biant meninggi.

Dan dibalas Rakha dengan santai “Karna mata hati gue yang memilih, diri lo adalah sebagian hati gue yang pernah hilang. Seandainya lo dapat mengembalikan rasa kehilangan itu, gue akan berikan yang terbaik, bahkan lebih dari kepercayaan.. ingatlah, ketika kepercayaan itu telah kembali. Mungkin, gue harap takkan pernah pergi lagi!”

“Gue mau jadi apapun, asal lo enggak bedain gue sama yang lain! Gue bisa jadi saudara Lo, Ka! Dan Gue janji, gak akan pernah buat lo kecewa lagi”

“Ini bukan masalah posisi, Iant. Gue juga gak ngerti sama mau gue sekarang! Atau mungkin lo emang bener, sebaiknya dari awal kita tidak perlu ada perasaan…”

Damn! Tak ada lagi perdebatan yang bikin keduanya maksa bicara. Tak ada yang bisa Biant lakuin selain membiarkan kepergian seorang yang perlahan membuatnya makin jatuh cinta. Setelah Rakha bener bener menghilang, tubuh Biant kerasa makin panas, ia makin demam, dan kedinginan hingga meringkuk ke dasar lantai.. sesungguhnya, dari semua yang ingin Biant katakan ke Rakha hanyalah ‘Biant sangat menyesal’

Tak kusesali cintaku untukmu
Meskipun dirimu tak nyata untukku
Sejak pertama kau mengisi hari hariku
Aku tlah meragu mengapa harus dirimu

Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
Sungguhku tak menahan bila jalan suratan
Menuliskan dirimu memang bukan untukku

(Bukan Untukku by Rio Febrian)

***

Untuk hari kesekian, Biant masih absent. Bukan! Rakha tidak sedang memikirkannya lagi. Rakha tau kalo Biant bukan seorang yang plin plan, tapi semua kejadian terjepit sama keadaan! Mo Biant cinta ama Rakha atau enggak, yang penting Rakha sudah tidak ingin memperdulikannya. Meski Rakha ngerasa dia sudah bukan cowok normal lagi, tapi dia gak mau dibilang cowok murahan! Selama hidupnya ia hanya menyukai seorang Biant, meski tak mendapatkannya. Rasanya, dikasih pengalaman seperti ini saja, Rakha sudah jauh lebih bahagia.

Dan sekilas, fikiran Rakha kembali pada Valent. Siang ini, batang hidungnya gak nongol dipermukaan. Rakha nampak resah dibuatnya. Kemana tu anak? Biasanya, kalo gak dicari pasti muncul dengan sendirinya. Nah ini, dibutuhin malah sengaja menyelinap ketempat yang tak terhingga sama Rakha.

Tampang Rakha begitu murung. Sialnya, Corrie yang harus menghadapi tingkah buruknya itu, dan ngebuat si Corrie mulai curiga.

“Apa maksud lo, mandang gue kayak gitu? Lo pikir gue masih suka ama lo? enggak! Gue normal!” ceploznya kumat.

“Lo gak liat Valent?” alih Rakha tanpa memperdulikan leluconnya

Gak langsung dijawab sama Corrie, malah celingak celingukan ke kantong bajunya.. lalu ngebuka dompet, ngeluarin isinya, sama berkutat dengan tas miliknya.

“Lo ngapain? Gue gak mo minjem duit!”

“Lah!” ekspresi Corrie belagu kaget “Bukannya lo nanya Valent barusan? Gue juga lagi nyari!”

Rakha makin gerem ngeliat tingkahnya “Kalo elo gak tau, napa gak bilang ‘gak tau’ aja! Gue gak butuh isi dompet lo!”

“Nah! Elo nyadar, gue aja sedari pagi ada disamping lo. mana gue tau, dimana Valent! Lo udah cari dikelasnya?”

“Sebelom nanya lo, gue udah inisiatif duluan ngecheck bangkunya. Hape lo rusak?? Maksud gue nanya ke elo, siapa tau ada niat lo ngehubungi dia, nyuruh kemari. Gue perlu penting sama dia”

“Oooo, semenjak kenal ama dia, gue gak penting lagi yah?!” Corrie ngancem

Gak ada yang bisa Rakha lakuin selaen *nyengeh. “Cepetan, Rie.. gue serius. Elo bercandaan mulu sih!”

“Enggak! Gue sakit ati!” Corrie ngambek gak jelas.

Lah! Kumat lagi ni anak! Dan bertepatan dengan cueknya Corrie, si Valent tiba saja datang dan turut nimbrung.

“Ada apa neh? Siapa lagi yang mo neraktir?? Gue laper banget..” seruduk Valent kayak banteng kelaperan.

“Corrie!” tunjuk Rakha sambil ketawa puas “isi dompetnya duit semua.. pamer kekayaan barusan, neraktir dong.. udah lama gak makan siang bareng”

“Bosen makan diwarung mulu. Entar kapan kapan gue ajak kalian makan bakso setan!” Corrie antusias

“Biasa aja dong” tanggap Rakha “Bilang ‘SETAN’ nya jangan ngeliat muka Valent!”

“Maksud LO!” Valent tersinggung mampus sambil memulai mengejar Rakha yang mencoba menghindar dari amukannya.

Sialnya, Rakha langsung kedapetan Valent ditengah lapangan. Dengan mudahnya, Valent menangkap simungil Rakha, sambil beberapa kali Valent memukulnya, menghantam badan Rakha saking geremnya. Mereka berdua nampak senang bercanda tawa, tanpa memperdulikan mata perhatian anak anak SMA lainnya yang mulai menyoroti rasa cemburu sama keakraban keduanya.

Setelah Valent mengakhiri gurauannya dan melepas tangan hangat rangkulannya, tiba saja ada rasa hilang yang baru terlepas dari bagian tubuh Rakha. Lagi lagi ini seperti firasat yang tak terbaca. Yang lebih aneh lagi, tampang Valent berubah seperti gak biasanya.. innocent! But What?!

“Val, besok kompetisinya dimulai! Elo hadir, kan?” Tanya Rakha dengan seriusnya

Valent saat itu lagi menghadap kearah yang berlawanan sambil menyentuh bahu Corrie, ia menampakkan separuh wajahnya, memaksa menatap tampang Rakha yang bengong, mengharap jawaban iya yang pasti!

“Lo aja yang bilang, Rie. Gue gak tega!” tuturnya bimbang nyaris tersenyum.

“Dia gak bisa datang, karna harus nganter nyokapnya ke Inderalaya.. kalopun bisa, mungkin waktunya gak akan terkejar” jelas Corrie dengan amat menyesal. Dan, sesudah mendengar kabar itu, dalam hati Rakhalah yang paling dalam rasa penyesalannya.

“Tapi, elo bisa kan Rie?”

“Gue pasti dateng, Ka! Demi lo, apa sih yang enggak!”

***

Hari “H” nya. Satu jam menjelang pertarungan, Rakha dan kawan kawan sudah standby di backstage. Terus terang, perasaan Rakha masih tak bisa tenang sediakalanya. Dibilang demam panggung, bisa jadi! Parno karna tentunya bertemu dengan ratusan atau bahkan ribuan orang asing, so pasti! Jangan sampe mempermalukan nama sekolah. Sebisa mungkin, Rakha harus berjuang mengatasi masalah ini, masalahnya sendiri.

“Elo pucet banget, Ka? Sempet sarapan gak tadi pagi?” Tanya partner Rakha, si Rishaa dengan sok pedulinya. Ya iyalah, mereka kan satu team! Satu hal lagi, rasa suka Rishaa terhadap Rakha masih belom berkurang, meski sekarang Rishaa udah punya pacar.

“Jangan sampe sakit, Ka. Gak lucu kalo acara ini jadi berantakan gara gara lo keburu pingsan pas nyampe di panggung” tambah si Rizky, kakak tingkat kelas 2belas IPA. Entah perasaan cowok satu ini kesal atau malah senang berhadapan dengan pujaan sekolahnya itu. Rizky juga bakal jadi partnernya Rakha. Mereka bertiga akan mempertaruhkan kemampuan dalam memecahkan soal secara bersama.

“Lo butuh waktu nenangin diri lo dulu, sebelum perlombaan ini dimulai. Coba deh, atur pernafasan atau olahraga kecil diseputaran area ini. Kalo perlu, keluar aja sejenak buat ngirup udara bebas. Mungkin lo kerasa sumpek disini” usul Rishaa menambahkan

“Gak perlu, Rish.. gue yakin bukan masalah situasi yang gue takutin!”

Hingga waktu terlaksananya perlombaanpun tiba. Team mulai memasuki panggung menuju ke meja yang diset secara berkelompok yang terdiri dari tiga perwakilan sekolah. Rakha berusaha tak perduli dengan sorakan supporter yang mao ngedukung team sekolah andalan mereka berlaga. Atau Rakha belagu jutek bukan karna ia takut dihadapkan sama keadaan yang seperti ini, tapi ia belum bisa mengatasi perasaan anehnya sendiri. Rakha merasa betul kalo siang ini ia gak sakit.

Sampai berlangsungnya acara, soal demi soal yang dilempar oleh dua presenter yang kocak dan tidak selalu membuat serius suasana. Lantas dijawab secara rebutan sama masing masing team yang berniat unjuk kebolehan soal pengetahuan, bikin suara penonton yang tak terhingga jumlahnya itu jadi semakin riuh lantang. Suasana semakin panas, apalagi babak demi babak berlalu begitu cepat. Waktu yang berdurasi selama lebih dari satu jam berlangsung itu berjalan begitu ringkas. Waktu seakan bergerak terlampau cepat! Team favorite kita, Rakha dkk mampu menduduki arena babak final bareng SMA ternama. Namun sayangnya, mungkin nasib keberuntungan masih belum berpihak sama sekolah yang jadi tempat Rakha belajar. Mereka harus sportif menerima kekalahan sebagai juara dua. Lumayan! Minimal, gak terjadi hal yang memalukan! Seperti prediksi Rizky sekitar dua jam an silam.

Rakha dkk kembali ke backstage, perasaan yang membebani Rakha agak sedikit berkurang setelah melepas penat dan duduk santai di ruang make up. Setiap orang yang berlalu lalang tak ketinggalan mengucapkan kata selamat, meski sekolah belum sepenuhnya merasa menang.

“Gimana perasaan lo, Ka? Udah baekan?” Tanya Rishaa lagi, menyempatkan diri disela kerumunan masyarakat yang gak sabar ingin berjabat tangan dengan tiga pejuang sekolah ini.

“Lumayan” jawab Rakha ala kadarnya.

Nampak Rishaa masih saja khawatir memperhatikannya, dan gak rela harus memisah diri dari jangkauan Rakha. Sementara dibenak Rakha masih kepikiran beberapa orang yang tadi tidak sempat Rakha check kedatangan mereka. Valent, udah pasti gak datang! Biant, mudah mudahan ia ada diantara penonton yang rebut ditribune. Meski Rakha sendiri masih samara samara, karna setiap cowok yang hadir berasa kayak Biant semua. Dan Corrie.. bukannya ia bilang datang. Koq, gak keliat atraksinya menongolkan diri diantara eksistensi siswa sekolah laen, biasanya dia gak mo kalah? Mana gaya kenarsisannya? Gawat, ketiga cowok yang ngakunya sahabat Rakha itu, sinyalnya gak jelas kemana??

Rakha menunggu kesunyian diruang itu, ketika dirasa bahwa keadaan sudah mulai sepi, penonton juga sudah berguyur kabur, dan Rakha mulai merosotkan diri dikursinya. Ia tidak sedang berfikir, karna yang ada diotaknya blank semua.. berasa berat dipikul namun gak ada bebannya sama sekali.

Kemudian Corrie menghampirinya dengan kondisi panic. Awalnya Rakha tersenyum menyambutnya, tapi ekspresinya berubah bingung. Ada apa? Apa yang terjadi?

“Ka,.. Valent, Ka!” Nada bicara Corrie begitu gagap, seperti mengalami kesulitan membentuk kata dasar sebuah kalimat bahasan. Corrie benar benar tidak biasanya

“Valent kenapa?” tanggap Rakha masih mikir kalo Corrie lagi bercanda. Meski wajahnya nampak serius banget

“Valent ngalami kecelakaan.. saat ia hendak menuju perjalanannya mengarah kesini dari inderalaya. Sekarang,.. sekarang,..” lanjut Corrie

“Gimana keadaannya? Ia gak sampe kenapa napa kan?” wajah Rakha kian optimis

Tiba saja, Corrie menitikan air mata, sekedar ingin memberitakan kabar berikutnya. Untuk pertama kalinya Rakha ngeliat seorang cowok menangis dihadapannya. Dan virus air mata itu kontan menyerang Rakha, ngebuat matanya pun seakan berkaca kaca.

“Sekarangpun, kita tidak akan pernah bisa mengembalikannya, ia sudah pergi, Ka. Jauh lebih dulu meninggalkan kita!”

Mendengar itu, Rakha tampak menyesal. Ia nyaris lumpuh dibuatnya. Benar, tanpa Valent, Rakha tak bisa hidup. Dan nyata sekali kalo belakangan ini firasat itu sedang ingin mengajak untuk berkomunikasi dengannya. Bahwa hidup seorang Valent takkan lama lagi bertahan. Tapi mengapa?? Mengapa mendadak sekali!!!!.... ini gak adil!

Menabur bunga menetes air mata
Dedaun berguguran aku bersedih

Dingin hati terasa separuh jiwaku menghampa
Perih terbalut sepi melaraku sendiri

Dia telah pergi tak mungkin kembali
Dia telah pergi pilukan hati
Dia telah pergi tak lagi disisi
Dia telah pergi ke nirwana,..

Mengenangmu, Mengingatmu Nelangsa aku disini
Kesunyian, kepedihan mampukah terlewati

(Dia telah pergi – Naff)

***

Kekosongan yang dirasakan Rakha akhir akhir ini memang bukanlah hal yang ingin diharapkannya. Ia lebih sering merenung. Masih belum bisa percaya kalo wujud Valent selamanya takkan bisa kembali. Canda tawa yang sudah sudah bersamanya, seperti ingin terulang lagi. Gimana mungkin, Valent yang kini bukan lagi sahabat bagi Rakha telah meninggalkannya tanpa pamit! Mendengar dia sudah tak ada, sepertinya Rakha tidak merasa begitu. Valent tetap hidup, walau tak nyata.. ia tetap ada dihati!

“Tak ada gunanya lo nangis, Ka! Gak bisa dipungkiri kalo kita harus bisa memberi ke ikhlasan atas kepergiannya. Karna itu akan memperngaruhi perjalanannya menuju surga” terang suara jelas si Biant yang kedatangannya saja tidak dirasa Rakha.

Rakha buru buru menghapus air matanya “Gue ikhlas koq! Cuma yang masih ada dalam ingetan gue, Valent itu gak pernah bersedih.. ia gak pernah mengeluh sama sekali, dan dia,.. lo tau kan, dia satu satunya orang yang paling berarti dalam hidup gue” jelas Rakha “Rasanya baru kemarin, gue mengenalnya.. baru kemarin gue sama dia sedang asik bercanda. Gue berfikiran kalo didirinya pasti punya kehidupan yang masih panjang, bukan secepat ini! Dia masih muda, masih bisa berkreasi.. masih punya peluang jadi seorang yang mungkin jauh lebih baik dari diri gue”

“Tapi Tuhan punya jalan lain,.. Ia punya rencana terbaik untuk hidupnya mendatang” Biant mengungkapkannya sambil berjalan mendekati Rakha dan duduk disamping Rakha

“Salah gue, gue yang minta dia datang ke acara perlombaan itu. Seandainya dia gak maksa datang, mungkin ini gak terjadi…” sesal Rakha

“Lo salah, Ka!” sambung Corrie di balik tubuh Rakha.

Rakha sama Biant menoleh kearahnya, tampangnya pun masih menyimpan kesedihan.

“Sebenernya, Valent memang ingin ngeliat lo. dan mau memberi lo kejutan agar lo tambah semangat ngikutin kompetisi itu. Tapi semua ini diluar rencananya.. diapun masih mungkin ingin mengatakan hal yang masih banyak disimpan olehnya, jika ia sendiri punya kesempatan untuk itu. Rasanya ini memang terlalu singkat, tapi ini hanyalah kehendakNya.. kita hanya bisa pasrah!”

Rakha tak mengatakan apapun. Ia tau kalo hari sudah siang dan semakin panas, sudah waktunya pulang! Rakha kemudian meninggalkan bangku kelas sepuluh yang dimejanya masih terukir sebuah gambar yang mirip sekali dengan Valent. Sebuah bentuk separuh wajah yang sedang menoleh kearahnya. Sama seperti terakhir kali Valent memberi pesan terakhirnya pada Rakha. Nyata sekali, kalau saja Rakha bisa membaca firasatnya lebih awal

Bangku itu sangat berarti rasanya, hanya itu satu satunya peninggalan Valent untuknya. Dan ketiga pria itu, lalu meninggalkan kelas sepuluh yang kosong untuk menjalani hari baru tanpa sosok Valent lagi..

to be lovin you,..

to be continued



0 comments:

Post a Comment