DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 28

Sheet 28
by be_biant



Malam yang tak biasanya. Rakha tak henti hentinya mikir sambil mandangin jam ditangannya berkali kali, yang baru nunjukin pukul setengah satu dini hari.. Rakha sendiri tengah sibuk merapikan tempatnya bekerja, menjelang nutup, dan dibenaknya hanya ingin menjumpai rumahnya dan segera tidur, karna malam ini seluruh badannya kerasa gak tenang.. gelisah, seakan mau meriang.
Rakha sempat kebingungan akan malam yang aneh ini. Tadi si Biant yang datang dan makan,sekarang malah Arjunot? sahabat satu kelas lainnya. Gak salah lagi, mata Rakha belom rabun ataupun ngantuk total. Dari kejauhan, untuk persekian kalinya, mata Rakha menyorotkearah sosok remaja sebayanya yang sedang duduk tak tenang di jok motornya sendiri. Seakan serius menunggu seseorang. Kenapa sih?? kalo emang ada perlu, ataw laper, atow apalah.. dia kan bisa masuk sambil ngobrol! Nyebelin gak, kalo ngeliat pemandangan seperti itu terus?
ketika dirasa tugas dan tanggung jawabnya terselesaikan, Rakha langsung menghampiri si Junot dengan perasaan tenang sambil bawa segelas air putih dibarengin senyum sambutanyang ramah
"Arjun, lo lagi nunggu melani kesini,? tumben!"sapa Rakha berbasa basi.
"Enggak, gue sengaja nunggu lo disini. " sahutnya tegas "kerjaan lo beres semua, kan? Yok, ikut gue sekarang "
"Gue mo pulang bareng Rizky Jun. Gue udah cape! "
"Cape?? Lo pikir, gue mo ngajakin lo maen futsal tengah malem gini" Arjunot shock, nada bicaranya kian tegang "lo gak liat, mata gue bengkak gara gara abis bangun tidur! kalo gak penting gini, gue mana mau dadakan keluar rumah dijam segini! trus nungguin lo ampe kerjaan lo beres gitu" lanjutnya dengan nada berubah pake style emotional.
Rakha mengernyitkan dahi, sama sekali gak ngeh dengan maksud pembicaraan Arjunot barusan. Kenapa Rakha malah jadi bahan pelampiasan kemarahannya? lagian Rakha gaknyuruh dia ngejemputnya pulang, heran!
"Lo cepetan naek! kita kerumah sakit sekarang, keadaan Biant sekarat!" Sambungnya tak merasa penting lagi dengan ekspresi sambutan dan usaha Rakha yang masih rela menenteng segelas air bening, sambil ia bergegas menstarter motornya.
Mendengar nama Biant disebut, tubuh Rakha serasa nerima isyarat yang janggal. Gak ada kabar tentang dia sejak beberapa jam yang lalu dan gak sempat mikir lagi "kenapa bisa separah itu?" Rakha hanya penasaran dan bisaikut terpancing gak sadar serta rasa cape'nya spontan jadi keram, ia terpaksa ngikut pergi bareng Junot yang masih tampak kesal.
Semenjak diperjalan menuju rumah sakit, si Junot gak bicara sama sekali. Sekalipun Rakha bertanya serius, selalu ditepisnya dengan nadayang kurang enak dengernya. Rakha akhirnya hanya bisa diam dan mencoba menelisik sambil berfikiran positif.
Biant sekarat?? pasti Junot bercanda! dia gak tau kalo Rakha sudah ngeliat kondisinya beberapa jam yang lalu. Ia nampak sehat, penuh senyuman semangat khasnya, perhatiannya tentu saja tidak ada yang berubah. Mungkin, ini hanya sebagian tak tik dari sketsa skenarionya Corrie semata.
"Ha ha! Rakha gak bakal tertipu!" Pikir picik Rakha sambil terkekeh geli. "Apakah buaya bisa dikadali? "
Arjunot terus memotong jalan penuh konsentrasi ditengah rasa dongkolnya, ia membawa Rakha masuk serta kerumah sakit yang bertempat dipusat kota, menerobos sunyinya situasi lobby, disetiap liku jalan, hingga diantarnya naik ke tangga dan menuju kelantai 2.. disebuah kamar berukuran besar dan dilengkapi enam tempat tidur yang sudah ada penghuninya dimasing masing tempat. Tentu buat Rakha tak begitu memperdulikan yang lainnya.
Hanya, diantara pasien pasien itu.. ada salah satu dari sekiannya ingin sekali dihampiri Rakha. Kamarnya berada paling sudut ruangandan paling dekat dengan jendela luar dan pintu beranda. Pelan pelan Rakha tergerak mendekati segerombolan anak muda yang Rakha kenal. Jika diabsen satu2.. rasanya semua telah hadir mengelilingi satu tempat tidur. Melani, Mili, Tasya sedang berduka memperhatikan salah satu teman mereka yangsepertinya menerima signal kuat akan kehadiran orang yang dirasa dekat dihatinya.
Sangat tak terbayangkan, yang dipandang Rakha sekarang adalah sosok raga seorang sahabat yang paling Rakha kenal seantero sekolahannya. Biant yang terbaring lemah tak berdaya, dengan kondisi yang nyaris bikin Rakha gak bisa koment saking bolotnya.
Ia tidak sedang tertidur, Biant begitu getar merasakan kedatangan Rakha, hendak memaksa tubuhnya untuk bangun, tapi nampak begitu sulit dan terlihat sakit.

Jangankan dipaksakan gerak, ngomong saja udah takkan mungkin. Hanya sepatah dua patah kata yang terucap berkali kali.. ialah sebuah nama yang misteri.
"Lo kenal faisal, Ka?" Tanya Mili disela pikiran Rakha yang masih belom normal atas apa yangbaru saja diterima oleh matanya. Wajar, Mili juga tampak sama saja. Shock banged..
"Faisal??" Gak salah lagi, Rakha memaksakan memutar kembali memory yang telah sekian lama terlewati. "Yang gue tau, Faisal temen kecilnya Biant yang punya banyak kesamaan dengan gue. Hanya, Faisal tidak pernah ada lagi didunia ini. Mungkin hanya kenangannya saja yang masih tertinggal diingatannya Biant"jelas Rakha seraya menatap wajah Mili dengan raut muka yang turut menyesal sedalam dalamnya atas kejadian yang menimpa Biant dan hubungannya kali ini. "Lalu, siapa yang bikin Biant jadi gini?" Ujar Rakha kontan seriuskepingin tau.
"Biant baru saja keluar dari ruang rongent sewaktu kita kita pada datang. Seseorang yang membawanya kesini menyebutkan salah seorang nama sahabat kita. Corrie yang melakukannya." Jelas Tasya begitu geram.
"Corrie?" Rakha rada gak yakin ngedenger namanya "Corrie rumanggit? sahabat kita?!"
"Yah!" Sahut Tasya malah jadi gak yakin pula setelah menyebut nama itu.
"Kita gak tau, kenapa dia bisa ngelakuin ini? yang jelas, pasti ada hubungannya dengan Faisal.. bisa rasa dendam ataw apalah.. tiba saja juga no hapenya Corrie gak bisa dihubungi.. aneh, kan?" Melani gak kalah berang.
Rakha mengernyitkan dahi sambil bertanda tanya besar. Sementara Mili yang dilihatnya nampak ikut tak berdaya yang tidak bisa melakukan apapun, kecuali bersedih sambil meratapi wajah kekasihnya yang terbaring lemah dan gelisah. Tasya juga tak kalah sibuk merangkul Mili, terus mengusap pundaknya serta merasakan kepedihannya pula dan menenangkan pikiran Mili yang kacaw. SedangRakha, kini nyaris sama perasaannya dengan Mili, bahkan lebih parah!.
"Keluarga Biant udah dihubungin, Mil?" Tanya Rakha ke Mili, sekalian mengalihkan pembicaraan yang tadinya sempet bikin kesel.
"Tantenya udah gue kabari, mereka sekarang berada di Jakarta sedang mengurusi jam penerbangan yang lebih awal." Nada bicara Mili tampaknya sama kusutnya dengan kondisiBiant sekarang
Sekali lagi Rakha ngerececk dari ujung kepala hingga ujung kaki, kira kira apakah masih ada luka yang lebih parah dari ini? Tidak! Biant tidak punya luka yang serius pastinya, ia hanyapingsan saja. Mudah mudahan besok sudah bisa pulang... Rakha hanya ingin melihat ia bahagia, bercanda, tawa, gembira ria, sehat serta rindu akan senyumnya. Bukan Biant yangseperti ini,.. yang tidak bisa membuat Rakha bersemangat jalani hidup, seperti ada perasaan yang hilang dari sisi Biant. Semoga saja hal ini tidak terjadi, karna Rakha belum lama ini telah kehilangan seorang Valent. ya tuhan, beri gue kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang tak jelas ini. Jangan sampai engkau lebih dulu mengambilnya seperti engkau dengan mudahnya mengambil nyawa sahabat gue sebelumnya.
ow my god,.. gak tega rasanya ngeliat orang yang dicintai jadi seperti ini, kenapa enggak Rakha saja yang seharusnya menerima ini sebagai pelajarannya, kenapa harus Biant? Selama ini yang Rakha taw, Biant adalah orangyang tangguh. Tidak pernah takut dengan masalah, tidak pernah mengeluh tentang apa yang dirasakannya, apalagi menyangkut hal yang buruk baginya, ia tidak pernah ingin membaginya. Ia sosok yang patut dibanggakan, Rakha benar benar mengaguminya.. hanya saja Rakha terlalu takutmengakuinya, ia sekedar takut bila lelaki mengidolakan sesama akan beda pandangannya. Rakha gak mau menyebut ini janggal namanya, ia hanya menganggap ini mudah mudahan normal adanya.
"Dokter bilang apa soal kondisinya?" Tanya Rakha ke Mili.
"Belum ada Dokter yang mendiagnosanya.. sedari tadi yang hilir mudik cuma beberapa perawat saja, bahkan ada kakak mahasiswa yang magang" jelas Mili
Benar saja, beberapa waktu kemudian hadir sepasang perawat yang mengenakan seragamserba putih, langsung ngrecheck kondisi Biant
Rakha hanya diam memperhatikan sisuster yang memasukkan selang kehidung Biant. Entah diapakannya kemudian? Tiba saja dari selang itu keluar darah kotor yang lumayan cukup ngebuat si Rakha melongo
"Penyakitnya serius gak, Sus?" Tanya Rakha gak sabar, pengen denger kalo adegan yang barusan dia liat tidak begitu berbahaya.
Si Suster membisu, membiarkan pertanyaan Rakha melintas begitu saja. Tapi Rakha ngerti kok, mungkin mereka sedang sibuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
Salah satu perawat pria itu yang maju kemudian, ia menyiapkan jarum suntik dan nampak terlihat begitu ragu, dimana ia harus mengambil sample darahnya si Biant?. Sepertinya kakak satu ini belum mengerti apa apa alias Anak magang. "Disebelah sini ya?" Tanya nya kepada perawat perempuan yang lebih senior.
Rakha jadi bernegatif thinking.. "awas saja kalo salah suntik.." batin Rakha sambil tangannya mengepal geram.

Semua tertidur, beberapa jam kemudian. Mata mereka keburu nyerah pas diatas jam 2an dinihari. Satu persatu dari mereka tewas dalem suasana perang. Padahal, tadi udah diniatin maksa akan begadang sampe esok pagi, gak peduli kesiangan.. gak peduli sekolah berantakan. Pokoknya sampe kedatangan tante Biant yang lebih bertanggung jawab.
Itukan maunya mereka sendiri, mana tahanlah,mata mereka tak sekuat Rakha sekarang yang begitu perhatian sambil mandangin wajah Biant beserta ingin merasakan rasa sakitnya bersamaan.
Sesekali, Rakha mengusap jidatnya Biant yang kondisinya makin lama makin membengkak dan membesar.
"Gue minta maaf, iant.. gue emang terlalu gengsi ngomongin masalah ini, tapi sejujurnyague gak mo kehilangan elo. Gue sayang ama lo, gue harep bila mata lo kebuka nanti,.. gue pengen ngejelasin ini semua. Gimana kedepannya untuk kita berdua, meski kenyataannya takkan selamanya bisa bersama.
Tapi, minimal kita bisa bikin kenangan indah yang cukup hanya kita berdua saja yang tau.. tanpa seorang pun! Mungkin itulah impian gue, agar lo bisa tau. Dan jika saja sekarang lo bisa mendengar ucapan gue, gue minta lo sembuh... lo gak kan mungkin selamanya berbaring, kan? gak mungkin tega ninggalin gue sendirian, kan? Bukannya elo pernah ngomong, akan menjaga gue sebisa lo, sekarang gue tagih kata kata lo, lo juga harus buktiin kalo lo bisa ngadepin masalah ini sendiri, gue dan temen temen akan berdoa buat lo, iant."
pembicaraan Rakha terputus tiba tiba, dikarenakan muncul dua perawat lagi yang memang bertugas se jam sekali mengontrol kondisi setiap pasiennya.
Mereka menghampiri ranjang Biant, menggeser serta menutup tirainya sedemikianrapat. Dan hanya ada sepasang perawat dan Rakha tentunya. Mereka tiba saja menyuruh Rakha membantunya membukakan seluruh celana Biant.
"Mo diapain, kakak saya, Sust?" Rakha bengong
"Mo dipasangkan selang pada alat vitalnya, biar kalo buang air kecil nya lebih gampang" jawab si Suster rada santainya, seakan ini sudah terbiasa dijalankannya.
Tak sempat terfikirkan lagi oleh Rakha seberapa parah penyakit yang diidam sahabatnya ini. Dengan tergesa Rakha siap menarik selimut yang menutupi tubuh Biant, dan memang harus memeloroti hingga terlihatsekali kalo ini pertama kalinya Rakha ngeliat si Biant bugil, seperti anak kecil yang polos sekali. Nafsu Rakha tertahan, pengen dikulum langsung. Gak perduli keadaannya lagi lemas sekarang. gak kebayang kalo seandainya hanya ada mereka berdua saja dikamar itu, pasti beda lagi ceritanya.. tentu Rakha akan mengambil kesempatan pertama ini bagai takkan pernah datang dua kali.
Sayang, scene berikutnya Rakha tidak diharuskan terlibat lebih jauh lagi. Ia terpaksa keluar dari dalam tirai dan menunggu hasil yang mendebarkan. Tidak sampai setengah jam, tirai dikembalikan pada posisi awal. Rakha sudah melihat Biant kembali terselimuti kain tebal. Perasaannya yang tadinya gelisah, dan mulai kembali tenang ketika tubuh Rakha kembali merapat. Meski matanya terpejam, tapinuraninya masih tak ingin kehilangan.
Menemaninya serasa tidak mengenal waktu, reflek mata Rakha terpejam dan tertidur diposisi dekat sekali dengan Biant. Biantpun tak kalah menggenggam erat tangan Rakha. Sementara yang lainnya, masih tak tergoyahkan tidur di lantai dengan fasilitas ambal yang telah pihak rumah sakit sediakan, kecuali makanan minuman.
Belum sempat ku membagi kebahagiaanku
Belum sempat ku membuat dia tersenyum
Haruskah Ku kehilangan tuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu
Sebab ku sayang dia, sebab ku kasihi dia
Sebab ku tak rela, tak slalu bersama
Kurapuh tanpa dia seperti kehilangan harap...
Jikalau memang harus ku alami duka
Kuatkan hati ini, menerimanya..
(Rapuh by Agnes Monica)
Andai tubuh Rakha bisa menghangatkannya lebih dari selimutnya, Andai nyawa Rakha bisa menggantikan posisinya, Andai waktu dapat berputar ulang, Andai kala pertemuan Rakha dan Biant tidak pernah ada, Andai Rakha dan Biant terpisah dari cerita yang berbeda... mungkin semuanya belum sempat terfikirkan oleh Rakha. Tapi kini begitu indah, setelah sekian lama Rakha merindukan pelukan kekasihnya, yang ada malah seorang Biant yang merangkulnya sambil berbisik pelan ingin selamanya seperti ini. Mesra sekali, takkan mungkin terjadi kan? Ini pasti bukan Biant, ia sedang terbaring dirumah sakit sekarang! Rakha pasti sedang bermimpi basah... "jangaannn... ini tempat umum soalnyaa..."
"Rakha bangun.." Mili tiba saja berusaha mengembalikan Rakha ke alam nyatanya.
Ketika mata Rakha perlahan terbuka, telah ada seorang wanita tua Berwajah masam berdiri dihadapannya. Kontan, batin Rakha nyeplos"Siapa beliau?"
"Eyangnya Biant.." jelas Mili tertahan.

"Saya ucapkan banyak terima kasih pada kalian yang telah menjaga cucu saya semalaman, tapi sebaiknya kalian segera pulang sekarang.. Supir saya yang akan mengantarkan kalian semuanya. tinggalkan Brilliant, biar saya dan Tantenya yang akan mengurus segalanya. Yang penting, kalian semua harus kembali kesekolah pagi ini, jangan sampe bolos, jika jam belajar kalian selesai, kalian saya perbolehkan menjenguknya lagi" nada bicaranya jelas sekalitak membuat Rakha dan lainnya suka begitu saja.
Walau caranya tidak diterima, namun mau tak mau mereka semua terpaksa bubar. Yah, mo gimana lagi? Mereka takkan mungkin berani menentang omongan nenek sihir itu, dan Rakha yang seharusnya prepare sekolah, yah harus memenuhi kewajibannya, ia terpaksa menahan rasa rindunya pada Biant hanya untuk beberapa jam saja.
Anak anak seperti mereka ini memang tampakpolos dan tidak mengerti jika yang berkuasa selalu punya rencana yang lebih besar. merekamelewatkan Biant begitu saja, padahal batin Biant berharap agar bisa mencegah mereka untuk tidak jauh darinya. Kondisinya jadi bertambah parah, sebab itu yang sedang ada dalam pikirannya.. Brilliant akan terancam ditangan Eyangnya.
***
Sialan!... hari ini, batang idungnya Corrie gak keliatan. Bangku sebelah Rakha kosong melompong. Padahal, rasa kantuk Rakha kontan ilang demi kepengen nanya ke Corrie langsung, apa hubungannya Biant sampe dibuat babak belur olehnya? Terus, apakah Biant membalasnya.? Apakah Corrie juga sama terluka parahnya?? bener bener bikin penasaran! mana pelajaran hari ini gak bikin konsen, bapak tua yang ngajarnya rada nyebelin. Klop dah! gini deh, kalo dapet cobaansekalian. Gak tanggung tanggung rasa sakitnya.
Dijam istirahat, ketika pasukan makalah ngumpul di warung yang diketuai sama Arjunot. Mereka sudah menyusun rencana kepingin ngajak anggota siswa konvoi menjenguknya, agar Biant tambah semangat melewati masa kritisnya.
Melani berteriak keras sambil menunjuk kearah keluar, "itu dia orangnya...." serunya memancing pandangan semua manusia mengarah ke luar ruangan kepala sekolah.
Benar! Corrie, yang bagi Rakha dan teman teman menyebutnya sebagai saksi kunci itu baru saja mengurusi perjanjian penting, hebohnya, ia datang bukan dengan seragam sekolah, tapi pakaian bebas pantas. Belum sempat Melani dan kawan kawan menahan, tapi Rakha udah keburu kabur mengejar Corrie. Ia bergegas, tanpa aba aba lagi. Bbbeerrrrr.... bunyinya...
"Rie, lo gak bisa ngelak lagi. Percuma kalo lo sembunyi.. kemanapun pasti akan gue cari." Tahan Rakha disertai rasa dongkolnya yang memuncak. Dan betapa herannya Rakha, yang ia lihat sama sekali gak ada luka secarik apapun disekujur tubuhnya, gak fair namanya!"pecundang lo, Rie.. apa yang udah lo lakuin sama sahabat lo sendiri?"
"Sorry, Ka! ini sebenernya urusan gue sama Biant. Gak da sangkut pautnya ama elo, kecualikalo lo udah jadian sama dia."
Disaat Corrie ngomong itu, ia sudah tau kalo formatur lainnya baru nyampe dari perjalanan nyusul jauh, dan sempet selintas denger apa yang Corrie jelasin barusan. Semuanya Shock kecuali Arjunot rada bloon dan gak nyambung.
"Bajingan lo, Rie!" Akhirnya, satu bongkahan buku buku jari menghantam muka Corrie. Hasilnya, Corrie tersadar akan penganiayaannya, tapi malah ketawa gak jelas..
"Gak usah diperpanjang lagi, Ka! biarkan temen lo tau.. kepada siapa perasaan lo sebenernya. Biant mengakuinya koq, kalo permintaan terakhirnya pada gue, dia gak maungelukai lo sedikitpun. Gue setuju! karna kalian berdua, emang cocok!"
"Yang bener lo, Ka?" Ceploz Melani shock berat.
"Apa sih?" Sambung Arjunot, sementara Tasya ma Mili CBB alias cuma bisa bengong.
"Lo gak usah ngomong panjang lebar Rie, lo sebenernya punya dendem apa sama Biant?" Rakha mengerang, sempet terjadi kehebohan yang membludak seantero bangunan, termasuk dewan guru tak kalah ikutan keluar.
"Gak usah khawatir, Ka! masalah gue udah impas. Meski Biant sekarang sekarat, tapi gue puas udah ngebalas semua penghianatan dia sama sepupu gue, Faisal! maafin gue, buat semuanya.. ini hari terakhir gue nginjek sekolah ini, sekarang tergantung ma mukjizat..bilamana Biant sehat, gue gak akan nyampuri urusan dia lagi, apalagi urusan antara Rakha tentunya.. Ka, gue juga kangen ma Faisal setiapkali liat lo. Tapi kadang gue sedih, seandainya Faisal masih ada.. dia juga takkan bisa mampu seperti lo. Cuma itu, setelah ini, gue akan pindah sekolah ke pesantren.. kalian tetap sahabat gue.. sampai kapanpun.. never ending.. i'll be say goodbye for while.."
"Rie, lo pikir masalah ini akan selesai?".. sekali lagi Rakha menegaskan.
"Belum, Ka! masih ada yang pengen gue omongi ke lo, berdua.." terang Corrie
Rahasia apa lagi yang disembunyiin si brengsek ini? setelah ia mengobrak abrik perasaan Rakha paling dalem pada sahabat lainnya. Parah! gimana mo ngejelasin pada sesi jumpa pers nantinya? Bakal heboh! yakin deh,.. gak cewek, gak cowok... semua mulai menatap Rakha sedikit curiga.

Tak perduli sama pandangan keponya mereka,yang jelas Rakha sudah cukup jauh mengantarkan Corrie sampe depan pintu gerbang sekolah.
"Apa yang mo lo bilang ke gue, Rie? lo mo coba fitnah gue lagi?"
"Ka, lo emang sasaran gue belakangan ini, buat jadi tumbal agar jatidiri Biant ketauan. Dari dulu, gue udah curiga sama anak baru itu.. wajahnya saat kecil tidak berubah hanya postur tubuhnya saja, tapi herannya kenapa ia tidak mengenakan nama sebenarnya. Selidik demi selidik, gue sadar. Ternyata bukan cuma Biant masa lalu gue, elo juga, Ka. Gue emang sengaja jeburin elo diempang, supaya ingetan Biant pulih..
Demi menebus rasa bersalah gue, gue rela nungguin elo sampe lo bener bener sadar. Danapa yang gue denger dari bibir lo, ternyata lo ngungkapin perasaan lo ke Biant. Gue kaget bukan main, sempet kepikiran.. apa yang Biantkasih ke elo, sampe lo berani jatuh hati sama dia, tanpa memandang persamaan jenis kalian." Corrie tersenyum melecehkan.
"Gue ngomong apaan?..." Rakha berusaha keras untuk mengingatnya.
"Gue udah lupa! Sudahlah, Lo harus ngelupain dia mulai sekarang. Karna Biant tak kan kembali lagi selamanya.."
"Lo bilang apa, Rie.." Rakha rada beringasan.. Dia pikir, Biant akan mati??
"Lo tenang dulu, dengerin gue ngomong ampeabis..!" Corrie ngotot. "Sekarang lo udah telat, biant akan berobat diluar kota. mereka sudah berangkat sekitaran jam 8 pagi.. dan gue mo bilang, lo lebih pantes jadi cowok normal sekarang, karna gue care ama lo, kayak adek gue sendiri sebelum lo disakiti sama dia."
"Dari mana lo bisa tau? lo mo ngebohongi gue lagi?"
"lo tanya sendiri ama Mili.."
"Mili???!!! Ada apa lagi sih?"
"Mili akan cerita banyak ke elo.. gue gak bisa lama lama disini.. sampai jumpa, sobat. Gue juga akan pergi jauh,.. bye!"
Dan Rakha kembali bengong menatap kepergian Corrie yang dibonceng oleh ayahnya. Ya Tuhan, apa lagi ini?? haruskah guenanya terbuka soal ini ke Mili?? gak,! Mili gak bakal tau jawabannya.
Sementara dibelakang Rakha. Mili membaca Sms yang datang dari Corrie tiba tiba,
"Ia sudah mengerti.. tinggal lo jelasin yang perlu ia ketahui, semuanya..."

Tak perduli sama pandangan keponya mereka,yang jelas Rakha sudah cukup jauh mengantarkan Corrie sampe depan pintu gerbang sekolah.
"Apa yang mo lo bilang ke gue, Rie? lo mo coba fitnah gue lagi?"
"Ka, lo emang sasaran gue belakangan ini, buat jadi tumbal agar jatidiri Biant ketauan. Dari dulu, gue udah curiga sama anak baru itu.. wajahnya saat kecil tidak berubah hanya postur tubuhnya saja, tapi herannya kenapa ia tidak mengenakan nama sebenarnya. Selidik demi selidik, gue sadar. Ternyata bukan cuma Biant masa lalu gue, elo juga, Ka. Gue emang sengaja jeburin elo diempang, supaya ingetan Biant pulih..
Demi menebus rasa bersalah gue, gue rela nungguin elo sampe lo bener bener sadar. Danapa yang gue denger dari bibir lo, ternyata lo ngungkapin perasaan lo ke Biant. Gue kaget bukan main, sempet kepikiran.. apa yang Biantkasih ke elo, sampe lo berani jatuh hati sama dia, tanpa memandang persamaan jenis kalian." Corrie tersenyum melecehkan.
"Gue ngomong apaan?..." Rakha berusaha keras untuk mengingatnya.
"Gue udah lupa! Sudahlah, Lo harus ngelupain dia mulai sekarang. Karna Biant tak kan kembali lagi selamanya.."
"Lo bilang apa, Rie.." Rakha rada beringasan.. Dia pikir, Biant akan mati??
"Lo tenang dulu, dengerin gue ngomong ampeabis..!" Corrie ngotot. "Sekarang lo udah telat, biant akan berobat diluar kota. mereka sudah berangkat sekitaran jam 8 pagi.. dan gue mo bilang, lo lebih pantes jadi cowok normal sekarang, karna gue care ama lo, kayak adek gue sendiri sebelum lo disakiti sama dia."
"Dari mana lo bisa tau? lo mo ngebohongi gue lagi?"
"lo tanya sendiri ama Mili.."
"Mili???!!! Ada apa lagi sih?"
"Mili akan cerita banyak ke elo.. gue gak bisa lama lama disini.. sampai jumpa, sobat. Gue juga akan pergi jauh,.. bye!"
Dan Rakha kembali bengong menatap kepergian Corrie yang dibonceng oleh ayahnya. Ya Tuhan, apa lagi ini?? haruskah guenanya terbuka soal ini ke Mili?? gak,! Mili gak bakal tau jawabannya.
Sementara dibelakang Rakha. Mili membaca Sms yang datang dari Corrie tiba tiba,
"Ia sudah mengerti.. tinggal lo jelasin yang perlu ia ketahui, semuanya..."

to be continued





0 comments:

Post a Comment