Chapter 1
by Ajiseno
sepeda motor supraku berjalan tidak terlalu cepat menyusuri jalan raya solo semarang
jalan yang lebar dan sepi
aku benar-benar menikmati perjalanan pagi ini
di depanku nampak gunung merapi merbabu berdiri kokoh sejajar
gunung merapi masih saja mengepulkan asap yang terlihat memanjang ke utara
semua nampak sangat indah....
aku paling suka perjalanan memakai sepeda motor
atau mungkin karena hanya ini yang aku punya
sepeda motor supra tahun 2004 berwarna merah hitam
sudah beberapa kali pak danar menyarankan aku untuk membeli mobil
tapi entahlah....
setelah sepuluh tahun yang lalu aku kecelakaan, aku jadi malas untuk naik mobil
jadilah selama tujuh tahun ini sepeda motor ini menemaniku
kalau terlihat dari angka di spedo... sudah lebih dari 200 ribu kilometer sepeda motor ini berjalan
wahhhh....baru nyadar, ternyata sepeda motor tua ini sudah begitu banyak berjasa
aku dari solo...
ada kegiatan TOT tentang management selama lima hari di hotel berbintang di solo
dan....
aku satu-satunya peserta yang memakai sepeda motor
sebenarnya pak danar sudah sangat baik, akan meminjamkan mobilnya dengan sopir perusahaan untuk mengantarku
tapi...aku bersikeras, mau naik sepeda motor dari semarang ke solo
beberapa peserta TOT sempat kaget setelah tahu aku pakai sepeda motor
aku cuma tersenyum menanggapinya
yahhh...aku memang nggak peduli dengan urusan yang beginian
gengsi atau entah apalah...
bahkan ada nyeletuk..."hari gini naek sepeda motor..."
aku cuek...
saat parkirpun...tukang parkir tak percaya kalau aku peserta TOT
semua gara-gara aku naik sepeda motor
aneh.....
sampai aku harus menunjukkan kartu tanda peserta segala
setelah lima hari, tak kuduga bahwa acara penutupan dilaksanakan pagi hari
dalam jadwal penutupan jam empat sore
ternyata beberapa acara di padatkan
ahhh...sepagi ini mosok aku harus balik ke semarang
masuk kerja lagi????
nggak lah....
sesekali aku tak akan masuk kerja
toh pak danar taunya aku masih kegiatan di solo
jam 10 pagi....
aku telah tiba di kota salatiga
tiba-tiba hatiku bingung
kutatap gunung merbabu di depan sana
di lerengnya menawarkan keindahan dan kesejukan untuk aku jelajah
ada tempat wisata yang sejuk disana...kopeng
aku terhenti
termangu bingung
dibalik gunung merbabu ada kota sejuk...magelang
disana ada teguh...ahhh...ya ada teguh
hmmm...sejenak aku menatap gunung merbabu...
dan pelan sepeda motorku berbelok ke kiri
menuju jalan yang lebih sempit
menyusuri gunung merbabu
yang menawarkan sebuah petualangan
sebenarnya kopeng hanyalah tempat biasa di lereng utara gunung merbabu
aku sudah beberapa kali lewat sini
tapi entahlah...kesejukan tempat ini terus saja mengundangku kesini lagi
kadang aku berfikir, jika desanya teguh di bangun mungkin tak kalah menarik di banding kopeng
hmmm....jadi ingat desa lereng prau
yang aku suka dari kopeng adalah kesejukannya yang sulit untuk di dapatkan di tempat lain
bukan dingin
tapi sejuk
panoramanya juga indah
banyak tempat peristirahatan menawarkan kenyamanan
tapi entahlah...aku tetep suka dengan kesejukan di luar
bukan di dalam bangunan
aku terhenti sejenak di kopeng
duduk....
menikmati jagung bakar
menikmati segelas kopi jahe
menikmati hamparan lembah rawa pening yang luar biasa
Aku duduk di bangku panjang depan warung kecil
Sengaja aku duduk di depan warung, tidak di dalam
Aku ingin menikmati kesejukan sambil memandang alam di depanku
Kubawa piring dengan beberapa gorengan dan segelas besar kopi jahe
Perlahan kuhirup dan seruput kopi jahe yang panas, hingga tenggorokanku terasa hangat
Kulihat di depan sana…
Lembah luas…dan di tengahnya kemilau air danau rawa pening
Disisinya ada dua gunung…gunung telomoyo dan gunung ungaran..mengapit
Dan kini aku paham…mengapa di lembah itu terdapat danau rawa pening
Rawa itu mungkin terjadi karena lembah itu dikelilingi oleh gunung dan pegunungan sehingga air dari air di sekitarnya tidak dapat mengali kemanapun
Jadilah rawa pening…
Itu hanya teoriku saja sih…
“jeruk mass…” suara wanita tiba-tiba
Aku menoleh dengan cepat
Aku tersenyum menggeleng pelan
Kulihat wanita setengah baya yang bertubuh gempal sambil menggendong barang dagangannya
Pedagang asongan….
Yahhh…dia menggendong kotak berisi mulai dari rokok, permen, tissue dan buah jeruk serta tomat
“masse kan belum nyoba jeruk sini to? Manis- manis lho” rayunya
Dia duduk disisiku…
Aku Cuma tersenyum
“mosok dingin gini makan jeruk mbak, entar kembung malah” aku memberi alasan
“ahhh masse ini, mosok jeruk bikin kembung to?...yang ada malah bikin seger, silakan mas…coba dulu” dia terus berusaha merayuku
Aku menoleh tersenyum
“maaf mbak, aku lagi minum kopi jahe, entar kalau makan jeruk jadi nggak nikmat kopinya” kilahku
“ya udah…rokok mas?” rayunya lagi
Uhhh…pedagang ini nggak kenal menyerah rupanya
“waahhhh…aku nggak ngerokok mbak”
“oalah…laki-laki kok nggak ngerokok to?”
“hehehe emangnya kenapa mbak?”
“ya nggak po po, Cuma nggak jantan gitu lho”
“halahhh…kata siapa” sanggahku
“ya kataku…eeh mase dari mana to?”
“solo” jawabku singkat
Sejenak kami terdiam
Uhhh..pedagang ini sungguh merusak moodku untuk menikmati pemandangan disini
“masss….” Tiba-tiba dia berbisik disisiku
aku menoleh kaget
“ada apa mbak?”
“hmmm…masse pasti kesini nyari jeruk yang bikin anget ya?” dia agak berbisik pelan sambil mengerlingkan mata
Mendadak keningku berkerut
Aku bingung
“jeruk yang bikin anget?...akhhh mana ada mbak?”
“oalahh masse ini, pura-pura nggak tau ato gimana gitu lho…itu tuh jeruk yang bikin anget..”
“nggak!...aku minum kopi jahe saja, daripada jeruk anget” sergahku
Entahlah, aku merasa obrolan ini semakin nggak nyambung saja
Aku menghela nafas panjang…
Sebenarnya aku ingin dengan cepat beranjak dari tempat ini, meninggalkan mbak pedagang asongan
Tapi terus terang saja, aku nggak enak hati meninggalkannya begitu saja
“mass…” bisiknya lagi
Kali ini dia sedikit menjawil lenganku
Aku menoleh kaget
“masse pasti lagi nyari yang bikin anget-anget ya” matanya sambil mengerling kearahku
“hahh” aku kaget
Sekarang aku baru menyadari…
Aku baru paham apa yang dimaksud dengan ‘yang anget-anget’
Mungkin aku dikira mau nyari wanita penghibur
“mas… aku bisa kok nyariin, pilih yang masih kinyis-kinyis atau yang semok, semua ada…murah lho…?” rayunya lagi
Aku masih tertegun kaget
“mas..untuk tempat banyak, semua bisa diatur lah, masse tinggal pilih saja, mau tempat yang gimana, nanti soal tarif menyesuaikan lah”
Waduuhhhhh….paraahhhh….
Kupandang serius wajah mbak pedagang asongan itu
Kulihat sorot matanya
Sekedar untuk melihat apa dia serius atau sekedar iseng saja…
Ohhhh…Tuhaannn…dia keliatan serius…serius jadi semacam ‘makelar’
“gimana mas?” tanyanya lagi tidak sabar
Aku tersenyum lebar
“hehehehe…mbak, aduhhh mbak’e ini salah lah, aku tuh kesini Cuma lewat, nggak nyari yang gituan mbak” kataku meyakinkan
“oalahhh mass…udahlah jangan malu-malu gitu dong, aku hafal kok, laki-laki yang lagi nyari kehangatan disini”
“hahh..yang bener mbak?...bener kok…aku disini Cuma lewat saja, tadi dari solo, lagian aku kan lagi capek, mosok malah nyari kegiatan yang bikin tambah capek to?”
Aku tersenyum
Tapi ini benar-benar bikin aku geli…
“udahlah mas…jangan pura-pura gitu lho, aku tahu masse ini sejak tadi matanya jelalatan, terus keliatan banget baru nyari”
“waduhhh emangnya mukaku kayak gimana sih, kok mbak bisa tau kalau aku lagi nyari?”
“hehehehe…masse ini lho”
“ya mbak, gimana?”
“yaaa…aku hapal lah, wajah masse ini wajah mesum gitu lho, matanya aja jelalatan, kayak penjahat kelamin lah…hehehehe…guyon lho mas, jangan marah to…”
Aku merengut
Dasar wanita sialan, mosok wajah alim gini dikatain wajah mesum dan penjahat kelamin
Aku segera bangkit
Menuju sepeda motor
Aku berkaca di sisi kaca spion
“lho masse ngapain?”
“liat mukaku mbak” jawabku ngasal
“hahahaha…liat saja, pasti terlihat mesum to?”
Uhhh..lama-lama aku kesal betulan nih
Aku kembali duduk
“ahhh mbak’e salah neh, mosok wajah alim gini di katain wajah mesum?”
“wuaayakk…wajah kayak gitu kok alim…alim dari hongkong?”
“walah…mbak’e ngennyek nih”
“hahahaha”
Dasar ‘makelar perempuan’ sialan
Kembali dia mencubit lenganku
“gimana mas?” katanya sambil mengerlingkan mata
Sialan!
“gimana apanya?”
“ya itu tadi to?”
“apanya”
“oalah mas…mas…itu tadi, mau yang anget-anget nggak?”
Aku kembali tersenyum
Sebenarnya ini senyum geli saja
Perempuan ini masih ngotot
“mbakk…dah kubilang aku tuh capek, mosok cari yang gituan…entar bisa-bisa modar!”Jawabku ngasal
“walahhhh mbok bilang dari tadi to kalo capek”
“iyo mbak, aku tuh capek”
“nahhh…yang ini pasti masse suka…”
“apaan mbak?”
“untuk ngilangin capek…pijat plus-plus mas”
“hah apaan tuh?”
“waualah masse ini lho, itu tuh pijat…”
“oh pijat to”
“gimana, mau pijat nggak? Tarifnya murah lho”
Entahlah tiba-tiba aku tertarik dengan pijat
Mungkin karena kegiatan selama ini membuat aku begitu capeknya
Aku memang lama nggak pijat
Aku terdiam
Kulihat wajahnya berbinar melihat perubahan wajahku
“pijatnya dimana?” tanyaku bingung
Aku memang bingung, karena sejak tadi aku nggak melihat papan panti pijat
“walahhh…tempatnya buanyak gitu kok, tinggal pilih saja…tuh…tuh tinggal pilih losmen yang kayak gimana, nanti tinggal aku panggilin tukang pijetnya, bueres kan…” katanya mantap
“yang mijat cowok atau cewek?”
“halah mas…mosok yang mijat laki-laki to mas, ya nggak asik lah, yang mijat itu cewek…cantik lho, kinyis-kinyis pokok’e, di tanggung enak lah, badan masse habis pijat pasti suegger gitu lho” katanya berapi-api dengan mata berbinar
“hahh cewek?” kataku kaget
Uhhh…terus terang aku sejak tadi berfikir yang mijat cowok kayak di film pinoy M2M
Jadi kaget juga lah
“piye to masse ini, ya cewek lah, oh ya kalo masse ragu, masse bisa pilih yang model kayak gimana, ada photonya lho”
“lho tukang pijat kok pake poto segala to mbak?”
“la iya lah ini kan pijat plus-plus…”
“pijat plus-plus? Apan tuh?”
Wanita itu mengambil nafas panjang
Aku memang benar-benar nggak begitu paham masalah ginian
“mass pijat plus-plus itu…pokok’e semuanya di pijat lah” jalasnya
“semuanya…???”
“iya masss..semuanya…bahkan ‘burungnya’ masse juga ikut dipijat biar manggung gitu lho, pokok’e siippp lah’
“hahhh…”
Aku kaget
Benar-benar kaget
Kulihat perempuan sialan itu
Sejak tadi merayuku
Dan kini sorot matanya begitu berbinar
Seolah dia seribu persen optimis…aku akan masuk dalam jebakannya…
Ohhh…wajahnya bulat, kulitnya coklat tua, tubuhnya tambun…hmmm menggemaskan
Dia memakai selendang lurik yang diampirkan ke lehernya
Mirip slayer…
Entahlah…
Tiba-tiba terbersit keinginanku untuk menggodanya
Hmmm…sekedar pengin tahu dunia prostitusi sajalah dari dia
“mbakk…??”
“yoo mas, piye?” jawabnya dengan mata berbinar
“yang mijat ada berapa orang mbak?”
“ohhh…ya buanyak mas, tapi yang titip ke aku Cuma enam saja, tapi walau Cuma enam, masse bisa milih dari yang usia SMA atau yang sudah dewasa….ssst…ada jandanya juga lho…wwooowww…dia itu favoritnya lho, soalnya…” dia berbisik lirih
Aku kembali tersenyum
“soalnya apa mbakk…??” aku juga ikut berbisik pelannn..
“hmmm…dia itu sudah pengalaman banget, pijatannya katanya hueenak dan…itu lhooo…servisnya juga yahuuuddd…” dia kembali berbisik
Kali ini bibirnya di tempelkan di telingaku
Aku Cuma bengong
“servis? Kok kayak volly saja mbak, pake servis segala?” tanyaku pura-pura bego
“wuaduhh, masse ini piye to? Pura-pura atau gimana?”
“nggak mbak, bener, servis apaan mbak?”
“walahhh servis gini lho…”
Dia memperagakan gerakan ‘ngocok’
Telapak tangannya mirip meres santan kelapa sambil naik turun
Aku pura-pura melotot
“mijet kok kayak gitu to?” tanyaku
“ini nih bukan mijet, tapi servisnya masss…”
“terus yang di gini-giniin apanya mbak?” tanyaku sambil ikut memperagakan gerakan ngocok
“wua hahahaha…” dia tertawa
“kok mbak’e malah ketawa to?”
Dia kembali menempelkan bibirnya di telingaku
“yang di ‘gituin’ itu burungnya masse…”
“hahh” aku pura-pura kaget
Dia semakin menambah lebar senyumnya
Kedua bola matanya berbinar
‘gimana mas, asik to?”
Aku mengangguk pelan
“iya mbak, Cuma…”
“Cuma apa mas?”
“hmmm…brarti pas aku di pijet aku harus telanjang gitu ya mbak?, wah kalo sampe telanjang aku ya malu to mbak?” pancingku
“lho mase iki piye to? Ya biar asik harus gitu to mas, mosok masih pake pakeyan…ya nggak asik tho”
Aku garuk-garuk kepala…
Sebenarnya ini gerakan palsuku yang seolah-olah aku ragu
“piye mas?”
“aku malu mbak?”
“nggak usah malu, wong semua pelanggan juga kayak gitu kok”
Aku kembali terdiam
Kutampilkan wajah raguku
Dia kembali mendekati telingaku
“mass…” bisiknya lagi
“ya mbak”
“kalo masse nambah limapuluh ribu, servisnya pake ini lho?”
Di menempelkan jarinya di bibir
“maksudnya??” tanyaku pura-pura nggak tau
“pake bibir mas” bisiknya di telingaku
“maksud mbak, ciuman yo?” tanyaku
“ya nggak lah, maksudku…’itu’ nya masse diemut…” jawabnya pelan dengan mata berbinar
“di emut?” tanyaku melotot
Dia mengangguk mantab
“ahhh nggak ahh” jawabku
“napa lagi to mas?”
“ehhh mbak, kalau muncrat pas diemut gimana?, aku kan jadi nggak enak to?”
“wallahhh…ya nggak apa-apa to mas, memang tujuan diemut biar muncrat kok”
Aku terdiam…
“piye mas…?”
Entahlah aku kembali ragu
Dalam hati penasaran juga nyobain pijat ala plus plus
Taku sejujurnya ada ketakutan juga, karena yang pasti pemijatnya pasti WTS…
Sekali lagi aku terdiam dalam alunan rasa penasaran yang berkecamuk dalam hati
"gimana masss...?" dia terus mendesakku
aku masih terdiam
"ahhh...nggak jadi ahh, kapan-kapan saja" jawabku sekenanya
"uhhh...masse ini, memangnya kenapa to mass...mau dibuat enak kok nggak mau to?'
aku tertawa geli
mbak ini rupanya tipe orang yang ulet
pantang menyerah, terus saja merayuku
"nggak ahh.." ujarku lagi
"lha iya, kenapa kok nggak mau?"
"hehehehe...takut kena penyakit mbak"
"penyakit?" dia mengernyit
"lha iyalah, wanita kayak gitu tu banyak penyakitnya mbak"
"walah mas, di tanggung bersih mas"
"tetep saja nggak mau aku"
dia merengut kecewa
aku paham...dia sejak tadi berusaha keras merayuku dan tidak mempan, pastilah dia kecewa"
aku tersenyum...
"maaf ya mbak, aku nggak mau wanita gituan, hmmm ya udah aku beli jeruknya saja mbak"
"jeruk?"
"iya...tadi mbak kan nawarin jeruk, sini aku beli ..."
"wahhhh...gitu dong..." tiba-tiba wajahnya cerah
dia sibuk mengambil sesuatu didasar kotak asongannya
"bentar ya, masse tinggal pilih jeruknya, bentar...fotonya ada disini..."
aku kaget
"lho...kok foto to?"
"katanya mau beli jeruk yang bikin anget, liat foto biar nggak salah pilih"
sekali lagi aku kaget
"bukaaaaannnnn...bukan jeruk yang ituuuu..." aku setengah berteriak
"terus?" dia melongo
"jeruk yang ini mbaaaakkkk..."
kataku sambil menunjuk jeruk berwarna kuning di kotak asongan
kustarter pelan sepeda motorku...
uhhh akhirnya dengan memborong buah jeruk khas kopeng, aku bisa lepas dari mbak pedagang asongan tersebut
kuletakkan plastik berisi buah jeruk dalam tas punggungku
terasa berat...
jeruk kopeng memang beda
berwarna hijau kekuningan dan hampir tak ada rasa masamnya
segar, cuma tidak bisa dikupas
diiris...semacam jeruk baby
"ehh...mass tungguuu..." suara teriakan
aku terhenti, menoleh
ohhh...kulihat mbak yang tadi berlari
tubuhnya yang gempal bergoyang seiring langkahnya yang cepat menghampiriku
uhhh...ada apa lagi nih?
"eh mas...tunggu, ini..ini mas"
dia mengacungkan kertas kecil semacam kartu
aku bingung...
nafasnya terengah-engah ketika sudah begitu dekat denganku
"ini lho mas...kartu namaku, kapan-kapan kalau masse 'butuh', bisa hubungi aku" ujarnya disela-sela nafasnya yang terengah-engah
hah...kartu nama?
woooww...pedagang asongan aja punya kartu nama, luar biasa
"kartu nama?" ujarku menatap kartu nama dengan raut bingung
"iyo to mas...gini-gini ...nggak ketinggalan jaman lah, harus punya kartu nama"
kuterima kartu nama darinya
kubaca namanya
DIAH PUSPITASARI
woww...
aku geli membaca namanya
nama yang sungguh tak sesuai dengan orangnya
"woww...mbak'e ini lho, namanya mirip bintang pilem..." ujarku menggodanya
dia tersenyum lebar
kulihat pipinya memerah karena kugoda
"ihhh masse ini lho, lha iyalah, wajah kan nggak jauh beda dengan bintang pilem to mas" jawabnya sambil mencubit lenganku
"hihihihi" kali ini aku tertawa geli beneran
"mbakk...mbakk...." ada suara wanita lain berteriak memanggil
kulihat seorang pedagang asongan yang lain berjalan cepat menghampiri kami
"mbaaaakkk...mbakkk wagiyaahhh...ada tamu tuh..." suaranya kembali terdengar memanggil
hah...wagiyah?
kedua pedangang asongan kini di dekatku
"jadi nama mbak, wagiyah to?" tanyaku
kulihat dia tersipu
"iya mas...cuma nama keren ku diah puspitasari"ujarnya
"hahahaha..."aku tertawa lebar
"ya udah, mbak diah puspitasariiii...saya pulang dulu ya...makasihhh, hehehe" aku pamit sambil menggoda dia
kulihat pedagang asongan yang tadi datang bingung, menoleh kepada mbak wagiyah alias mbak diah
kutarik gas pelan
dan pelan sepeda motorku meninggalkan kopeng
meninggalkan semua rayuannya
"masss..." dia kembali berteriak
seketika aku terhenti
"ya mbakk...ada apa?" aku kembali menoleh
"hey...nama masse siapaaaa?"
"rohmaatt.."jawabku sekenanya
"dadaaaa....mas rohmaaattt..." dia berteriak sambil melambaikan tangan
sekali lagi aku tertawa geli
menyusuri sepanjang jalan dari kopeng menuju kota magelang sungguh mengasyikkan
aku mengendarai sepeda motorku sepelan mungkin
menikmati pemandangan yang sungguh luar biasa
gunung telomoyo terasa begitu dekatnya
woowww...jadi ingat ketika aku berada di desanya teguh...
ketika hampir memasuki kota magelang
kulihat dari kejauhan sungai elo yang lebar
sungai inilah yang mengapit kota magelang disisi timur dan sisi baratnya sungai progo
dari kejauhan sungai elo begitu indahnya, berkelok-kelok disela-sela hijau hutan di sekitarnya
dari jauh pula terlihat jelas kota magelang
bagian tengahnya menyembul sebuah gunung kecil
gunung tidar
gunung tidar mirip candi borobudur, dan pohon pinusnya mirip stupa
bagaimanapun juga kota magelang khas...paling tidak dibanding dengan kota lain di jawa tengah
yang membuat begitu khas adalah gunung tidar ini
inilah satu-satunya kota yang bagian tengahnya terdapat gunung
sangat indah...
aku terhenti di alun-alun kota magelang
minum es kelapa muda
sangat nikmat
udara siang ini juga begitu cerahnya...
panas..sehingga es kelapa muda terasa begitu menyegarkan
tiba-tiba aku ingat teguh
ahhh...bukannya teguh tinggal di kota ini
woww...teguh,,,
kukeluarkan hp di saku bajuku
kutelepon teguh
dan....kudengar suara diseberang sana
sangat ribut
"mas aji ya..." suara teguh diseberang sana
aku tersenyum, jadi kangen dengan teguh
"iya guh..gimana kabarnya guh?"
"baik mas, mas aji gimana kabarnya?"
"baik juga kok guh...kamu dimana? bisa ketemu nggak guh?" tanyaku bertubi-tubi
aku menanti jawaban dari teguh
kunanti...
ada keriuhan diseberang sana
hmmm...mungkin teguh sedang bekerja
ohh tiba-tiba aku menyesal mengajak teguh bertemu
kutunggu untuk beebrapa saat, tidak ada jawaban
kutahu teguh pastilah ragu...dan mungkin juga bingung
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 comments:
Post a Comment