DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Pijat ... Chapter 4

Chapter 4
by Ajiseno

Aku hanya menurunkan celananya sebatas lutut saja
Toh ini hanya permainan ringan saja
Dan tubuh super sexynya terpampang jelas di hadapanku
Tubuh telanjangnya yang pasrah…

Tubuhku kembali naik
Ke area selangkangannya
Dan….
Saat ini terlihat jelas pahanya yang besar di pangkalnya
Paha yang terbentuk dari olah raga rutinnya
Berambut lebat
Putih di pangkalnya dan coklat diatas lututnya
Menandakan dia sering memakai celana pendek dalam berolah raga

Penisnya tegak…
Mengarah pada pusarnya
Bengkok…
Mirip pisang ambon yang dilumuri coklat
Menyembul dari rambut kemaluannya yang tebal
Aku sukaaaa….

Aku tak ingin langsung ‘menyerbu’ penisnya
Kujilat area sekitarnya
Aroma penisnya sungguh memabukkanku
Membuka seluruh simpul birahiku

Kujilat pangkal pahanya
Dan kurasakan remasan tangannya di kepalaku
Rupanya hafid sudah dikuasai birahi juga
Kujilat…pangkal pahanya terus…dan terus
Kujilat rambut kemaluannya
Batang penisnya bergerak-gerak meronta
Menempel sexy di pipiku

Terus kujilat rambut kemaluannya
Hingga basah dan lurus
Aku tak ingin menyudahinya

Dan saatnya tiba…
Kugenggam batang penisnya
Kepalanya sudah memerah…
Merah tua
Seperti mau meledak dalam ujung genggaman telapak tanganku

Dan…
Pelan kujilat kelopak kepala penisnya
Gurih kurasakan
Gurih dari cairan yang keluar dari dalam raganya
Kujilat lagi pelan
Seperti menjilat es cream…
Dan tubuhnya tak lagi meronta..
Tapi bergetar hebat
Aku paham….
Aku paham yang dirasakannya..
Dia pasti bergetar melawan gelombang birahi yang menyerbunya…

Aku berada di titik nol….
Dalam arti hilang sudah sisi manusia dalam jiwaku
Yang ada dan muncul sisi hewani…
Makhluk yang hanya dikuasai nafsu semata…yang menyala-nyala
Menerkam…
Melumat…
Dan merobek mangsanya tanpa ampun…

Kulumat penisnya..
Penis yang kini berwarna merah tua..
Perubahan warna penisnya yang tak kuketahui sejak kapan
Yang jelas penisnya seperti sebuah benda keras yang siap meledak meluluh lantakkan dunia

Aku terus melumat…
Menghisap…
Tanpa kupedulikan lagi aromanya

Gerakanku seperti gelombang lautan
Kadang begitu cepat dan keras
Kadang begitu pelan…
Berupa jilatan super pelan …
Lidahku pelan menjilat dari pangkal penisnya sampai keujung kepala penisnya
Dan diakhiri dengan hisapan pelan di kepala penisnya
Semua kulakukan seperti tak sadarkan diri
Terus…dan terus….berulang-elang
Aku sangat menikmatinya

Hafid seperti orang gelisah menerima ‘serbuanku’
Tangannya kesana kemari
Meremas…bahkan menjambak kuat rambutku
Dan kadang mengusap kuat punggungku
Kakinya membelit pantatku
Semua seperti tak terkontrol lagi
Tanpa disadari
Dan ketika aku mulai menjilat kantung pelirnya….
“masss….aku…aku….” dia mengerang dengan suara serak parau
Aku sadar…
Aku harus mengakhirinya…

Segera aku bangkit
Kembali ke atas
Kudapati wajahnya yang merah
Dengan bibir sexy nya yang terbuka basah
Kembali kuserbu bibirnya
Dia menyambutnya ganas
Kami saling melumat tak sadarkan diri

Tanganku menelusur kebawah
Menggapai kembali penisnya
Mengocoknya pelan

Demikian juga tangan hafid
Menelusuri punggungku
Dan berakhir di bongkahan pantatku
Meremasnya pelan…
Tak cukup…
Tangannya menelusur menuju sela-sela diantara dua pinggang yang saling menghimpit…
Kulonggarkan himpitan pinggangku
Kuberi keleluasaan…
Keleluasaan agar tangannya bebas
Bebas….bebas untuk….
Menggapai penisku yang sudah sekeras baja…

Kami Saling mengocok pelan
Dengan dua mulut saling melumat
Kakinya membelit kuat pahaku
Sangat sangat kuat
Hingga tubuhku terhimpit erat di tubuhnya

Semua gerakan seperti tak terkendali
Semua gerakan hanya mengikuti naluri nafsu yang sudah memuncak…
Hingga…..

“masss…….” Dia menjerit pelan
Aku tahu…
Dia diujung orgasme
Sebenarnya sama…
Akupun sejak tadi sudah seperti mau meledak
Dorongan dari dalam tubuhku kuat
Kugigit bibir bawahnya
Ketika cairan kental menyemprot deras
Keluar tanpa kendali…
Panas…
Lengket
Keluar diantara himpitan tubuh kami
Demikian juga dengan hafid…
Sama…
Sungguh cairan ini luar biasa banyak…
Cairan yang keluar dari dua tubuh lelaki
Lengket
Seperti lem yang merekatkan kedua tubuh kami
Dan yang tersisa…
Hanyalah nafas kami…
Nafas yang terulur pelan
Diakhiri dengan sebuah desahan…
Sebuah desahan panjang
Diujung sebuah kepuasan..
Kepuasan dari nikmat yang tak dapat lagi kugambarkan

Kami masih berpelukan sedemikan eratnya
Tangan hafid masih mengusap-usap pelan punggungku
Menikmati sisa-sisa kenikmatan…

Kulepaskan bibirnya
Dan kembali kukecup sisi pipinya…
Dia sedikit menggelinjang…
Bibirku disisi telinganya
Berbisik super pelan….
“fiddddd…..makasih fid…”
Hafid hanya terdiam
Dalam sebuah kebisuan
aku paham…
Dia tak mampu lagi berucap untuk sekedar menjawabnya


Ranjang ini terasa begitu sempitnya
Yahh…ini bukan ranjang hotel yang lebar
Ini ranjang untuk pijat
Hanya untuk satu orang…
Dan aku sadari itu
Makanya aku berbaring miring
Tubuhku menghadap ke tubuhnya
Memandang tubuhnya yang terlentang tak berdaya
Nafasnya naik turun pelan
Kelopak matanya terpejam
Dan aku tak tahu ada apa dibalik pikirannya
Mungkin sedikit penyesalan tersisa

Kupandang tubuhnya
Kini sudah bersih dengan cairan lengket sperma
Tadi dengan cepat kuambil handuk kecil diatas meja
Dan kubersihkan tubuhku dan tubuh hafid

Kuusap pelan keningnya dan menyisir pelan rambutnya yang acak-acakan
Kuelus pipinya…
Dia masih terdiam

“fid…”
Dia masih terdiam
Tiba-tiba aku merasa bersalah..
“maafkan aku” aku berbisik

Tiba-tiba dia membuat gerakan miring
Memelukku erat
Aku sedikit kaget dengan gerakannya

“aku…aku mas yang harusnya minta maaf”
“hmmm…sama-sama”
“mas…tidak seharusnya aku meladeni permintaan pelanggan seperti tadi…maaf ya” dia berbisik
“iya…akunya saja yang nakal…aku memang pelanggan nakal ya..hehehe” ak berbisik sambil terkekeh
“iya…masse nakal”
“kamu menikmatinya?”
“hmmm…”
‘fid…maafin aku, aku kalau terangsang harus di tuntaskan…tadi pijatanmu membuatmu terangsang fid”

Pelan hafid melepaskan pelukannya
“ohhh membuat terangsang ya?”
“iya..aku paling tidak betah kalau dipijat, semua merangsangku”
“ohhh…masse sering pijat?’
“belum pernah, baru kali ini”
“pantesan”
“napa?”
“kalau belum pernah ya memang seperti itu”
“oh gitu ya?”
“iya mas, aku sering mendapati pelanggan seperti mas aji”
“maksudmu?’
“ya gitu…terangsang juga saat dipijat”
“kok kamu tau?”
“hmmm kadang kesenggol anunya…dia pas lagi ngaceng hehehe”
“wah ternyata kamu pemijat yang nakal ya..”

Tiba-tiba hafid bergerak
Aku tahu
Dia sepertinya akan bangkit dari ranjang
Secepatnya aku langsung mencegahnya
“fid..mau kemana?”
‘napa mas?”
“jangan pergi dulu…bentar…kita ngobrol dulu”
“ohhh..ngobrol apa?”
“uhhh..ya ngobrol saja, mosok ngobrol pakai tema?”
“hehehe…terus pijatnya gimana? Mau dilanjut tidak?”
“nggak usah, kuanggap cukup lah”
“tapi…”
“udahhh…aku nggak pa pa kok”

Kami kembali diam
“fid…”
“iya mas”
“hmmm…kamu pernah…pernah…dapat pelanggan seperti aku tidak?”
“maksud mas aji?”
“hmmm..pelanggan yang nakal seperti aku?”
“kok nakal? Mas aji tidak nakal kok”
Duhhh…nggak nyambung deh…
Dia polos banget

“fid…maksudku pelanggan yang minta lebih dari sekedar pijat…seperti tadi tuh”
“ohhh…ya ada lah”
“wahh…berarti aku bukan yang pertama yang ngajakin kamu seperti tadi to?”
“ohhh nggak gitu mas, selama ini kalau ada pelanggan yang ngajakin gituan selalu aku tolak”
“lho..tadi sama aku, kamu kok mau to?’
“lho…tadi kan sudah kutolak, mas aji saja yang ngeyel”
‘hehehe…iya ….aku memang pelanggan yang nakal ya”
“iya…. nakal”
Kulihat hafid tersenyum manis
Aku gemas melihat senyumnya dari dekat
Ingin kembali kucecup bibirnya
Tapi kuurungkan…

“mas…sebenarnya aku…hmmm …aku sempat trauma”
“trauma? Napa?”
“aku…aku pernah diperkosa lelaki homo mas” ujarnya lirih
“hahh…diperkosa? Maksudmu apa?”
“ya diperkosa mas…disodok di bokongku sampai berdarah-darah”
“wahhhhhh…kamu kok nggak berontak fid?’
“yahhh..waktu itu malam mas..hujan lagi, dipanti ini Cuma tinggal aku, dan orangnya kuat banget”
“ohhh…terus kamu lapor tidak?”
“nggak lah…aku nggak mau itu jadi masalah”

Kuraih telapak tangannya
Kuremas kuat
“maafkan aku fid…maafkan aku ya…tadi aku berbuat kayak gitu sama kamu”
“nggak pa pa mas…Cuma tadi aku sempat takut saja”
“takut napa?’
“takut kalau mas aji ini homo juga”
“kok homo?”
“iya mas…aku paling benci sama orang homo”
“kok benci emang napa?”
“ya gitu mas…orang homo yang membikin aku sengsara…memperkosaku”
“hahhh…emang orang homo selalu gitu ya?”
“iya…menurutku homo itu jahat”
“wahhh…nggak semua gitu fid”
“tetap saja aku nggak suka sama orang homo”

Aku terdiam
Aku paham…
Hafid masih trauma dengan orang homoseks
Mungkin akibat tindakan pemerkosaan
Tapi…hmmm…bukannya tadi tindakanku juga masuk dalam tindakan pemerkosaan?
Kok hafid bisa menerima?
Harusnya dia sadar…apa yang tadi aku lakukan jelas-jelas menunjukkan bahwa aku juga orang homoseks

“fid…”
“iya mas…”
“menurutmu aku ini homo bukan?”
“ohhh ya bukan lah”
“lho…tadi kan aku memperkosamu juga to fi?”
“hehehehe…mosok kayak gitu memperkosa?...ya nggak lah”
“terus kita tadi ngapain ?”
“hmmm…apa ya namanya…ya…kegiatan ngeluarin mani…gitu ya hehehe”
“kamu sering ya..melakukan kayak tadi dengan temenmu”
“iya…ngocok bareng di kamar mandi, hehehe”
“wah asyik dong”
“ya gitu lah…makanya aku paham, kalo mani tidak dikeluarin…bikin suntuk, Cuma masse beda”
“beda? Apanya yang beda?”
“masse tadi ngemut…biasanya kalau temenku Cuma ngocok”
“hmmm enak nggak?”
“enak banget lah…namanya saja di emut gitu”
‘Kalau pas lagi sama orang homo dulu…enak tidak?”
“wahhh jangan di tanya lagi mas…mosok diperkosa enak to? Sakitt banget…aku tuh sampai tiga hari lho sakitnya…’
“wahhh kebangeten ya…orang homo itu”
“iya mas…makanya amit-amit deh…moga aku nggak ketemu lagi sama orang homo, besok kalau aku buka panti pijat akan aku suruh tulis…’selain orang homo’”
“hahahaha…”

Dalam hati aku sungguh geli
Akhh…bagaimanapun juga hafid tidak tahu siapa orang homo itu

“fid…”
“iya mas”
“menurutmu…hmmmm…menurutmu…aku ini orang homo atau tidak?” tanyaku sekali algi untuk menyakinkan
“ lho, tadi kan mas aji sudah nanya itu to...hmmmm...kayaknya…sih tidak homo mas?”
“ohhh…”
Aneh…
Ini sangat aneh…
Anehhh……..
Dia tidak paham…aku ini homo atau tidak…
Aneh…
“fid..?”
“ya mas…”
“Aku mau cerita….tapi kita sambil duduk saja yah…pakai pakaian ya…entar kamu masuk angin”
“ohh…” hafid kaget

Pelan kami bangkit dari ranjang
Kubantu hafid memakai pakaiannya
Kuambilkan bajunya
Demikian juga diriku
Kupakai dengan cepat pakaianku

“mas aji..terus pijatnya gimana?”
“udah saja ah…kapan-kapan lagi aja”
“ohhh..padahal pijatnya kan belum selesai mas”
“nggak pa pa fid…”
“ya udah…”

Hafid duduk disisi ranjang
Demikian juga diriku
Aku duduk di sisinya
Aroma sperma masih terasa di ruangan ini
Pelan aku bangkit
Kuputar kipas angin
Dan …angin deras memenuhi ruangan
Membuang bau sperma dari dalam ruangan
Aku mengambil nafas pelan
Dan kembali aku duduk di sisi hafid
Dia hanya terdiam menungguku

“silakan mas…katanya mau cerita”
‘iya fid…dikit kok”
“iya…”
“gini fid…tadi aku kan dari solo…lewat kopeng, di sana…hmmm…disana aku ditawari pijat plus-plus fid”
“hahhh pijat plus-plus?”
“iya”
“trus mas aji mau?”
“ya nggak lah…tau sendiri to…siapa yang mijat itu”
“iya mas…dari info yang aku dengar sih…yang mijat itu pelacur’
“iya kayaknya fid, wong mijatnya di hotel gitu”
“ohh..terus…”

Aku mengambil nafas panjang
“yahhh ini namanya fenomena fid…”
“maksud mas aji apa?’
“maksudku…ini adalah sebuah…hmmm…sebuah fenomena tentang pemijat…bahwa pemijat itu ternyata macem-macem ya…ada pijat yang juga dukun…ada pijat yang juga nyambi jadi pelacur…ada juga pemijat yang memang-bener-benr pemijat…seperti kamu…iya nggak fid”
“benar mas….”

Kembali kami terdiam
“fid…menurutmu..pemijat plus-plus baik nggak?’
‘wahhh…ya nggak baik lah…ini memperburuk citra pemijat seperti aku mas’
‘nah gitu dong…setuju aku’

“Fid…”
“iya mas”
“aku cerita gini ada kaitannya dengan orang homo yang tadi kamu bilang…hmmm…yang memperkosa kamu fid”
“lho? Kok bisa?’
“iya fid…gini…” aku mengambil nafas lagi

‘gini fid…aku hanya ingin menegaskan…kepada kamu…orang homo itu mirip pemijat…ada yang baik…tapi ada juga orang homo yang jahat”
“ohhh…”
‘banyak juga fid orang homo yang berprestasi…sukses…Cuma kebetulan kamu ketemunya pas yang jahat”
“gitu ya mas”
“yup…intinya…mulai sekarang kamu nggak boleh lagi..hmmm..menyamaratakan bahwa semua homo itu jahat dan pemerkosa…”

‘iya mas…’
Hafid terdiam
Kuambil telapak tangannya
“fid…”
“iya mas…aku ingin bilang…bahwa orang homo dan orang tuna netra seperti kamu…hmmm…dimata masyarakat itu sama fid..”
“maksud mas…”
“maksudku…orang homo dan tuna netra di mata masyarakat itu sama-sama cacat”
“hah…”
“kok cacat?...maksud mas aji apa?’ tanyanya sambil menoleh kearahku
“iya…cacat…Cuma cacat kamu semua orang tahu, dan cacat orang homo ngga terlihat’
“iya mas…Cuma yang jadi pertanyaanku napa mas aji nyebut, orang homo itu cacat?”
“iya…dimata masyarakat..orang homo tidak normal, mereka suka laki-laki, harusnya mereka suka wanita fid…disitulah letak cacatnya”
“ohh…gitu ya”
“ya..berarti kamu paham to…bahwa kamu dengan orang homo pada dasarnya senasib”

Hafid tiba-tiba terdiam
Dia menggeleng pelan
“maaf mas…” dia berkata lirih
“maaf napa?”

‘hmmm…aku tak mau di katakan senasib dengan orang homo…beda lah mas, orang homo itu konotasinya negatif mas”
“iya fid…justru disitulah permasalahannya”

“ohh..mas aku kok nggak ngerti maksud mas?’
“gini lho fid, maksudku…dimata masyarakat orang homo itu cacat dan kamu juga…tapi bedanya Cuma dikit, setiap ada yang tahu kamu tuna netra pastilah semua orang ingin menolongmu tapi ketika masyarakat tahu ada orang homo…apa yang dilakukan? Mereka mencibir fid, menghina…”

“ohh gitu ya mas…’
“fid…kadang aku kasihan juga sama nasib orang homo..”
“emang napa?’
“yahhh…mereka sering jadi bahan ejekan..makanya mereka harus rapat-rapat menutup diri, bahkan dari keluarganya fid”

Aku menghela nafas lagi
“fid…dan yang paling menyakitkan lagi…orang homo ketika jatuh cinta harus memendam dalam-dalam cintanya, karena sadar…cintanya kemungkinan tak terbalas bahkan tersiksa bathin”

Hafid menunduk..
“fid…”
“ya mas..’
“hmmm…dari pembicaraan ini kamu tahu arahnya fid?’

Hafid Cuma terdiam
Kuraih kembali telapak tangannya
“aku ingin…hmmm…pandangan negatifmu terhadap orang homo mulai sekarang di rubah fid”
“iya mas…tapi mas aji juga harus ngerti…aku ini korban perkosaan orang homo mas”

‘sekali lagi fid…jenis orang homo itu banyak..memang ada sih orang homo yang hanya mengurusi kepuasan nafsunya saja…mereka menculik..bahkan memperkosa…mereka itu yang membuat jelek nama homoseks…tapi ketahuilah…diluar sana banyak orang homo yang begitu sayang terhadap sesama…begitu baik hatinya..”

Hafid terdiam..
‘mas”
“ya fid”
“maaf sebelumnya”
“ya...”
“mas aji…hmmm…mas aji kok paham banyak tentang homo, mmm…maaf mas…apa mas aji ini homo?”

Aku kaget…
Aku tak mengira hafid menanyakan hal itu
Sejenak aku tercekat
Tapi aku harus jujur

“iya fid…aku homo, makanya aku merasakan betul…betapa kadang dunia tak adil padaku, aku harus bersusah payah menutupi jati diri dihadapan keluarga dan masyarakat…termasuk pada teman-teman dekatku”
Kulihat ada rona kaget di wajah hafid
“hahhh…mas aji ini homo?”
“Iya fid”
“mas…mas aji tapi kan bisa berubah to?
“tidahk semudah itu fid…homo berkaitan dengan hati…dengan perasaan, bukan fisik, sangat susah merubah orientasi hati fid”

“ohh…terus …napa tadi mas aji lakukan ‘itu’ padaku?”
“itu yang mana fid?”
“yang tadi kita lakukan di ranjang habis pijat”
Aku kaget lagi

“maaf fid…boleh aku tanya?’
“iya mas…”
“apa kamu tadi menikmatinya?’
hafid tersenyum
“iya mas…namanya saja dirangsang…jadi ya pastilah menikmati”
“kamu merasa tersakiti oleh aku?”
“tidak mas…”
“apa kamu merasa di perkosa olehku?”
“tidak mas…”

Aku menghela nafas panjang
“fid…maafkan aku ya…tadi kulakukan hal yang sebenarnya tidak sewajarnya kepadamu, tapi sebenarnya dari sini bisa untuk bukti…bahwa kamu yang lelaki normal bisa menikmati sentuhan lelaki homo macam aku dan ini juga bisa sebagai bukti bahwa tidak semua homo suka memperkosa…”

“iya mas…sekarang aku sadar…”
“nah gitu dong…”
Kutepuk pundaknya
Dia hanya tertunduk
“ya udah fid…aku pulang dulu ya…makasih untuk waktu ngobrolnya”
“iya mas…maafkan aku, tadi sempat menjelek-jelekkan orang homo mas”
“nggak apa-apa fid…yang jelas, sekarang kamu harus hati-hati, tidak semua orang baik padamu”
“iya mas…”

Aku berdiri
Kuambil dompet dan kubayar dia..
“maaf mas tidak ada kembaliannya”

Aku tersenyum
Aku tak mengira hafid bisa menhafal uang hanya dari meraba
“untuk kamu saja fid…hmmm…boleh aku jadi langganan pijat kamu fid?”
“ohh boleh mas…”
“kamu tidak takut fid?”
“nggak mas”
“ya udah…aku pulang dulu fid…oh ya ini bonusnya…

Aku membungkuk
Kukecup pipinya cepat
“bonus fid…”

Hafid kaget
Dia pelan mengusap pipinya

Dan pelan aku melangkah
Kubuka pintu..
Sempat kutoleh
Hafid masih tertegun di ranjang
Dengan tangan yang masih mengusap pipi bekas ciumanku
Halaman gedung ini sangat luas..
Kustarter sepeda motorku…
Aku akan pulang
Badanku
terasa begitu segarnya
Habis dipijat hafid
Dan…
Bermain cinta dengannya

Tiba-tiba aku ingat hp
Kubuka tas punggungku
Kuambil hpku
Dan kubuka
…ohhh…teguh rupanya sudah berkali-kali nelpon aku…
Gara-gara pijat…aku sampai lupa sama teguh
Dia pasti sedang cemas

Kutelepon teguh
“guhh…’
“ehh mass…mas aji ada dimana?” suara teguh dari seberang
“di utara magelang guh…gimana?”
“lho jadi mampir ke tempatku nggak mas?”
“duhh sudah sore nih guh, kapan-kapan saja ya”
“lho kok gitu to mas…ayolah mampir ke tempatku mas…mumpung di magelang”
“kamu kost?”
“iya mas”
“tapi sudah sore guh terus gimana?”
“ya nginep to mas…besok pagi baru berangkat ke semarang”
“Hmmm…gimana ya?”
“ayolah mas”
“tapi aku kecapekan neh”
“walah…beres mas…nanti aku pijet mas…”

Aku kaget…
Ini tawaran pijat yang ketiga dihari ini
Pertama dari mbak wagiyah, hafid dan sekarang teguh
Akhh..ini hari keberuntunganku mungkin..

“apa guh..kamu mau pijat aku?”
“iya mas…makanya nanti malam nginep di magelang saja mas..nginep di tempatku”
“ya udah guh…kita ketemunya di terminal saja ya…biar gampang”
“oke mas…asyiiikk..nanti malem ada mas aji..” kudengar teguh begitu girang di ujung telepon
“ya udah sampai ketemu guh”
“ya mas…kutunggu”

Kustarter sepeda motorku
Sekarang aku berjalan pelan kembali ke magelang
Menemui teguh
Teguh yang manis..
Dan menantikan pijatan teguh juga nanti malam
Yahhh…
Pijatan teguh telah menantiku…

SELESAI….


----------------------------------------------------------------------------------------------------------


4 comments:

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

COOL!! I LIKE IT]

David

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

:)
full of sex imagination...
:)

Unknown said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Keren. Coba di buat cerbung dong kang Ajiseno. Buat konflik cerita ini agar lebih menegangkan. Tentunya tokoh utamanya mas aji sama Fid.

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

top baget ditunggu cerita selanjutnya mas Ajie!!!!!

Post a Comment