DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 29

Chapter 29
by Ajiseno


“dit….” suaraku serak pelan
Adit menoleh
Wajahnya putih pucat
Tapi sorot matanya berbinar memancarkan kebahagiaan
“iya kak…”

Kami duduk menghadap ke selatan
Berhadapan langsung dengan gunung sumbing sindoro yang masih terhalang kabut tipis
Kami duduk beralaskan rumput basah di pinggir jalan
Embun di rumput terasa begitu dingin
Tak ada angin…
Suasana sedemikian hening
Sangat-sangat dingin
Walau mentari pagi mulai muncul di ufuk timur
Adit duduk merapat ke tubuhku
Aku paham…dia butuh kehangatan

Aku masih memandang lurus ke depan
Pemandangan gunung sindoro di depan sana sungguh susah untuk lepas dari pandanganku
“hmmm dit, kadang aku berfikir…hidup kita mirip kabut di depan sana, atau embun di rumput ini….lihatlah kabut itu…walau terasa indah, kabut itu akan menghilang dan berganti bentuk dengan keindahan yang lain…”

Adit menoleh lagi
“maksud kak aji apa?”

Aku tersenyum
“sekedar pandangan hidup saja dit, maksudku gini dit, kalau kita berfikir jauh ke depan, kehidupan kita akan selalu berubah…berganti…tapi percayalah, di depan sana ada kecerahan hidup menanti, ini juga bisa kamu maknai..hmmm…maksudku…gini, meninggalnya papamu kemaren harus kamu maknai sebagai sebuah garis hidup yang harus kamu jalani dit, kalau kita berfikir lebih jauh lagi, mirip kabut di depan sana…walau kabut membawa kesejukan tapi ketika dia menghilang akan berganti dengan sebuah bentuk keindahan yang lain, cerahnya mentari yang memancarkan pemandangan alam terhampar”

Adit melongo…
“aku masih belum begitu paham kak, maksud kak aji, meninggalnya papa akan memberikan kebahagiaan bagi hidupku kelak….?”

Aku kembali tersenyum
Kuelus pundaknya dan ke remas pelan
“bukan kebahagiaan dit, tapi lebih pada ‘hikmah’ yang harus kau ambil dari kejadian itu…gini, percayalah, bahwa papamu meninggal ibaratnya sebuah kabut pekat yang menimpamu, dan sekarang kabut tersebut perlahan menghilang, aku berharap, setelah ini tinggal kecerahan hidup yang akan kau jalani. Jadikan moment ini menjadikan kamu bersikap lebih dewasa dit, beberapa kali sudah kubilang, kamu harus bisa mengambil alih ‘posisi’ papamu dalam keluarga, kasihan mamamu dit serta adikmu”

Adit tertunduk….
“hmmm…yah aku paham…Cuma aku kuatir kak, setelah kabut ini hilang, bukan keindahan yang kudapat, tapi panas menyengat yang membakar sehingga hidupku menjadi gersang”
“akhhh…hidup harus optimis dit, jangan menyerah, hari depanmu masih panjang”
“entahlah kak…saat ini semua idealisku luntur sudah…bahkan hilang lenyap bersama cita-cita hidup…yang kupikir sekarang….bagaimana aku bisa ‘hidup’ tanpa papa lagi”

Sekilas kulihat…
Ada guratan duka yang kembali muncul di rona wajah adit
“dit..mengapa kamu aku bawa kemari…tak lain agar kamu bisa kembali optimis dalam menempuh hidup kamu selanjutnya…disini kamu akan melihat, bahwa banyak duka yang lebih dalam dari yang kamu rasakan, tapi aku salut dengan orang-orang disini, nanti kamu akan melihat, betapa mereka dapat sedemikian bahagia dalam hidup dibalik duka yang sebenarnya mereka rasakan juga”

Adit sekarang mengangguk
Diambilnya telapak tanganku, dan diremasnya sedemikian kuat
“oke kak…makasih…aku akan berusaha optimis, tapi aku takkan seidealis dulu lagi, sekarang hidupku sudah beda, aku harus realistis….akhhh…mungkin segala sesuatu di depan sana akan gagal atau suram….aku tak tahu lagi…”
“percayalah dit…jangan kuatir, ada aku dan hendra yang akan tetap menjaga dan membantumu”

Dan tiba-tiba adit menoleh dan tersenyum lebar
“kak…
‘hmmm…”
“aku tak tau takdir kita…tapi yang jelas, kita berdua ditakdirku untuk bertemu dan untuk saling menyanyangi…makasih kak….aku…aku sedemikian bahagia hari ini.

Pagi yang cerah…
Kabut tipis menghilang
Berganti dengan panorama alam yang luar biasa
Sangat-sangat indah
Seperti mimpi di alam nirwana
Dan….
Dalam hati aku berdoa…
Semoga hidup adit seperti yang saat ini kami rasakan

Kuambil minuman dalam botol di dalam tas punggungku dan kusodorkan ke adit
“minum dit..”
Adit meraihnya sambil tersenyum
Dia meneguknya sedikit dan selanjutnya terlihat dari samping uap dingin keluar dari sela-sela bibirnya
Masih dingin walau matahari dari timur sudah terlihat
Rumput tempat kami dudukpun masih basah
Kubuka kembali tasku
Dan kuambil dua buah roti pisang coklat
Kusodorkan kembali ke adit
“makan dit, kita tadi kan belum sempat sarapan”
“hmmm…oke”

Kami berdua makan roti pisang coklat
Di alam terbuka…
Dengan udara dingin menusuk tulang
Dan….
Dengan pemandangan alam di depan sana yang luar biasa indah
Puluhan gunung tampak dari sini seolah memagari kami berdua
Sangat-sangat nyaman…
Sangat-sangat indah
Aku akan selalu mengingat kejadian ini sampai kapanpun

Tiba-tiba adit menoleh memandangku
Pandangan mata kami bertemu…
“da apa dit?” tanyaku sambil senyum
Dia juga tersenyum
Aku suka senyumnya adit
Memperlihatkan giginya yang gingsul…manis…

“kak aji sekarang lebih bijak..”
“bijak??” aku kaget
“ya, lebih sabar dan tambah dewasa”
“sama…kamu juga dit”
“nggak…aku nggak seperti yang kak aji bayangkan, aku juga masih labil”
“sama dit, aku juga masih labil”
“nggak, kak aji beda”
“hmmmm….”
“makasih kak”
“untuk apa?”
“untuk semua…semuanya…termasuk perhatian kak aji untukku”
“sama-sama”

Adit meraih telapak tanganku
“untung di saat aku tak lagi punya ayah…ada kak aji yang mendampingiku”
“kamu berlebihan dit”

Adit kembali tersenyum
“kak…”
“yup..da apa?”
“hmmm…apa kak aji masih juga memikirkan masa depan?”
“maksudmu?” aku sedikit kaget dengan pertanyaannya
Adit memang kadang menanyakan hal-hal yang diluar jangkauan usianya
“hmmm…masa depan kak, apa kak aji juga memikirkan masa depan?”

Aku kembali tersenyum
“dit…manusia yang tidak memikirkan masa depan berarti dia mati dalam hidup, masa depan adalah sebuah motivasi utama kita masih eksis di dunia”
“jadi??”
“yahhh…jelaslah, aku selalu memikirkan masa depan, itu adalah motivasi utama dalam hidupku”

Adit kembali memandang ke depan
Ke arah gunung sindoro yang menjulang tinggi di depan sana
Dia mengambil nafas panjang
“hmmm…boleh tau, apa rencana kak aji ke depan?”
“hmmm…apa ya? Banyak lah…”
“sebutin aja kak, satu aja nggak pa pa”
“Wah…kamu kok nanya gini, da apa neh?”
“tadi kan aku dah bilang kak, aku ini masih labil, siapa tau dengan mengetahui masa depan kak aji bisa menambah semangat hidupku”

Aku mengambil nafas panjang
“apa ya dit?, hmmm…mungkin aku akan siap-siap untuk menikah”
“hah..menikah? menikah dengan cewek?” dia kaget
“hehehehe ya iyalah, mosok dengan cowok”
“kak aji sekarang punya pacar cewek?”

Aku menggeleng..
“hehehehe kak aji ini gimana? Lha terus kak aji mau nikah ma siapa?”
“ya nggak tau lah…namanya saja kan rencana”
“yahhh…rencana sih rencana tapi realistis dong”
“eh..bagi lelaki, rencana nikah tuh realistis “
“iya maksudku, kalau dah punya cewek baru ngerencanain nikah gitu”

Aku Cuma tersenyum geli…
“eh kak, lagian kak aji kan gay, emang bisa tuh nikah ma cewek?”
“bisa aja emang napa dit?”
“Ýa ngga pa pa, Cuma aku tak yakin kak, pa lagi selama ini kak aji lom pernah pacaran ma cewek”

Aku mengambil nafas panjang
“hmmm…nggak taulah dit, semakin aku bertambah umur, semakin aku gelisah dengan hidupku, dimasa depan sana sepertinya gelap, sendiri dan sepi, sekarang memang ada hendra…tapi aku tak yakin akan bertahan sampai maut menjemput, aku sering kepikiran…bahwa di masa depan sana, aku harus punya penerus hidup…anak…..yah anak…anak sebagai penerus hidupku, dan untuk itulah aku suatu saat akan berencana nikah…aku harus punya penerus hidup, kadang aku berfikir…bahwa hidup merupakan estafet…maka harus ada yang meneruskan.

“boleh tau…hmmm…sudah ada pandangan cewek yang akan kak aji nikahi…karena…hmmm…maaf kak…mana ada cewek yang mau dinikahi lelaki gay”

Aku terdiam…
Dalam hati semua perkataan adit memang benar adanya
Mana ada cewek yang mau dinikahi lelaki gay
Akhhh….

“aku punya angan-angan dit…”
“apaan kak?”
“aku pengin hidup disini”
“hahhh..” adi terbelalak kaget
“yah disini, mungkin sekaligus aku ingin mencari cewek sini untuk aku nikahi”
“hah…”
“napa emang? Menurutku di sini adalah sebuah tempat sempurna…sempurna untuk hidup, suatu saat aku akan disini, hidup dengan anak-anakku…disini jauh dari pengaruh negatif anak-anak kota, disni jauh dari sifat materialistis, saling berebut kuasa, disini sehat…udara bersih, jauh dari polusi..disini juga masyarakatnya baik-baik, sopan dan..yang penting lagi, disini setiap hari bisa lihat pemandangan bagus”

Adit masih menatapku
“kak aji yakin?”
Aku mengangguk
“sejak pertama lihat tempat ini, aku langsung jatuh cinta dit”
“kak hendra tahu”
Aku menggeleng lemah “tapi aku pernah membicarakan hal ini dengannya”
“gimana reaksinya mas?”
“yaaahhh…kamu tau sendiri lah”

Adit kembali terdiam
Diambilnya botol minum dan kembali meneguknya
“kak…”
“yup…”
“terus terang…aku kasihan…”
“kasihan…kasihan ma siapa?”
“ma cewek yang nanti mas aji nikahi”
“hah…emang napa dit?”
“emangnya kak aji yakin, bisa memberi cewek itu kebahagiaan lahir bathin?”
Aku menatapnya
“yakin…yakin…dit”
Adit tersenyum…
“dan….aku ragu kak”

Kucubit pinggang adit
Dia tergelak menggelinjang kaget
“hehehehhe rasain! Salahnya sendiri nggak percaya…..”
“hahahhahaha…tetep saja aku ngga percaya….”
Akhirnya kurangkul erat tubuhnya
Dia tak berkutik dibawah himpitan tubuhku
“napa nggak percaya kalau aku bisa membahagiakan wanita?” tanyaku berbisik

Dia terdiam…
Akhirnya aku mengalah, kulepaskan himpitan tubuhku
Dia kembali duduk
Aku mengambil nafas panjang
“kak…kita kemana lagi neh?” tanyannya
“yaa Cuma kesini, emang mau kemana lagi?”
“hah? Yang bener? Kita pagi-pagi buta jalan hanya untuk kesini?”
Aku tersenyum mengerling…
“iyaaa…” jawabku menggoda
Adit terbengong…
Bibirnya yang tipis membentuk huruf ‘o’…manis banget
“ayooolahh…kita mau kemana kak?”
“ya rahasia lah, namanya saja surprise, mosok diberitahu?”
“gila neh kak aji, mosok Cuma maen kesini pake surprise-surprisan segala”
“ya nggak pa pa lah…hmmm…tapi kamu seneng to?”

Kulihat wajahnya dari samping
Dia menoleh cepat dan mengangguk
“yup, seneng banget…yaahhh…itung-itung ini refreshing kak”
“nah gitu dong, aku…aku hanya inginkan aditku yang dulu, aditku yang penuh semangat, energik dan suka membahas tentang masa depan…aku ingin aditku yang dulu kembali lagi setelah kemaren berkubang dalam duka”

Adit terdiam…
Dia tertunduk
Jemarinya memainkan rumput basah secara tak sengaja

“nggak taulah kak…kayaknya adit yang dulu takkan kembali lagi, sekarang…hmm…amat beda…sudah berubah”
Kuraih telapak tangannya
Dia menoleh menatapku
Aku berusaha kembali tersenyum
“dit….tak ada yang berubah…kamu tetaplah kamu…tetap menjadi aditku, Cuma aku paham, keadaanmu sekarang memang sudah berubah”

“kak….” Dia berkata sangat lirih
“hmmmm…ya ada apa?” jawabku lirih juga
Dia kembali menunduk
Kuelus rambutnya pelan
“ada apa dit?”

Dia masih menunduk
“kak…aku takkan bisa menjadi seperti dulu, sudah berbeda sekarang, hmmm…aku tak boleh lagi hanya memikirkan diriku sendiri, egois, tentu saja dari segi keuangan keluargaku sekarang sudah tak seperti dulu lagi, aku…aku …mungkin hanya akan menamatkan SMA saja kak, sudah kupikirkan jauh-jauh hari sejak kemaren, aku tak boleh egois, adik-adikku sekarang juga butuh biaya, ibuku Cuma ibu rumah tangga, dan…aku juga butuh biaya besar, aku…aku sudah mulai berfikir untuk kerja, cari uang, untuk menghidupi keluargaku…”

Aku tahu harus apa
Yang jelas secara reflek ketarik tubuhnya dalam rangkualanku
“yahhh…aku paham dit, aku paham, Cuma….aku tak ingin kamu selalu larut dalam duka, itu saja, tentang masa depan…hmmm…kita hanya berusaha dit, semua Tuhan yang menentukan, aku mohon…kamu jangan pesimis dit, yang penting kamu belajar dengan serius…nilaimu bagus…entar soal yang lain gampanglah, kalau kamu punya prestasi, sekarang kan banyak beasiswa”

Dalam rangkulanku adit mengangguk
“kak….”
“ya….apa lagi?”
“boleh aku tanya lagi…tapi..serius, kak aji harus jawab dengan jujur”
“iyaaa…apa dit?”

Kurasakan adit menghela nafas panjang
“hmmm…apa yang kak aji akan lakukan jika kak aji….hmmm maksudku…jika kak aji jadi aku?”
Aku terdiam sesaat
“kak…maksudku…jika kak aji di posisi aku sekarang”
“hmmm…apa ya?, aku akan bercinta dengan orang yang kucintai sampai sepuasnya atau mungkin aku akan coli sepanjang hari…”
Tiba-tiba kurasahkan adit mencubit keras pinggangku
“seriussss…aku kan dah bilang serius”
“hahahahhahaah..geli dit…geliiii….udah ah tanganmu pergi tuh”
Adit cemberut
“uhhh kak aji kalau diajak serius malah nggak serius”
“hehehehhe…aku tuh serius dit, aku tuh kalau ada masalah biasanya langsung coli pe puas, setelah itu tidur nyenyak, heheheh”
“walah…dah tua, coli jalan terus, ingat masa depan kakkkkk….”
“yahh…gimana lagi emang udah hoby sih hahahha”

“beneran kak, aku serius, siapa tau ini bisa jadi masukan aku untuk menjalanai masa depanku”
Aku garuk-garuk kepala….
“wahhh…gimana ya? Tapi swear, ini Cuma pendapatku lho, kalau kamu ngerasa nggak cocok jangan dilaksanakan”
“oke….”

Aku menghlea nafas panjang
“dit, kalau aku jadi kamu aku …hmmm…apa ya? Mungkin aku akan bicara baik-baik dengan ibumu, atau keluargamu, gini…sosok ayah dalam keluargamu begitu sentral dan vital dit, ibaratnya seperti tiang utama dalam keluargamu, jadi ketika ayahmu telah tidak ada, secara otomatis kondisi berubah, ibumu pasti akan menggantikan sosok ayahmu, aku yakin itu, tapi tidak semudah yang dibayangkan, makanya kamu harus bantu beliau dalam menopang ekonomi keluarga”

“membantu? Akhhh…sungguh berat kak, apa sanggup ya?”
“yang namanya membantu tak harus ikut bekerja keras, mungkin kamu bisa bantu mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya ibumu lakukan, mencuci, menyapu, menyeterika, mengasuh adik-adikmu yang masih kecil dan lain-lain”
“untuk sumber ekonomi keluarga gimana kak?”

Aku menghela nafas panjang lagi
“yah hidup di jaman sekarang memang harus ada sumber keuangan , kalau tidak ada akan repot, ya gini deh, uang tabungan, santunan atau mungkin tunjangan, itu hanya bersifat sementara saja, pasti lambat laun akan habis juga dit, mulai saat ini kamu harus membicarakan secara baik-baik dengan ibumu, bagaimana cara menggunakan uang itu agar tidak cepat habis, mungkin bisa untuk membuka warung kecil-kecilan, atau usaha laundry, atau apalah…entar coba kamu bicarakan dengan ibumu, usaha rumahan yang cocok, kamu juga bisa membuka les privat untuk anak-anak SD dit, kan bisa tuh untuk nambah sumber keuangan kamu tanpa menyita banyak waktu belajarmu”

Adit mengangguk pelan…
“yahhh…makasih masukannya kak…entar deh akan kurembug dengan ibu”
“oke…masa depan memang harus direncanakan dit, kalau tidak imbasnya akan ada kekacauan dalam hidup”

Tiba-tiba lengan adit telah di pinggangku
Merangkul erat dan menyenderkan kepala di pundakku
“kak…hari ini aku senang….di depan sana pemandangan sedemikian indah…dan…kuharap kehidupanku di depan seindah pemandangan di depan, aku mohon dukungannya untuk menyongsongnya”
“iya dit…indah…atau tidak indah , berada di otak kita dit, maksudku….indah atau tidak indah hidup yang kita jalani tergantung bagaimana kita dapat memaknai hidup tersebut…”
“oke…makasih sekali lagi kak…”

Kami terus mengobrol ..
Tentang masa depan…
Tentang makna hidup…
Tentang bagaimana kita bertindak dalam hidup..
Hingga..
Tak terasa hari sudah merambat siang
Meninggalkan pagi yang berkabut
Berganti dengan kecerahan yang sedemikian nyata
Di depan sana…
Gunung sindoro dan sumbing sedemikian nyata terlihat
Menampilkan galur-galur indah
Berwarna hijau kebiruan
Dan dibawahnya terlihat lembah luas
Menampilkan desa dan kota dengan rumah-rumah penduduk yang terlihat kecil
Terlihat mirip berlian dengan atapnya yang tertempa mentari pagi

Aku dan adit beranjak melanjutkan perjalanan
Melewati jalan berliku
Dengan tebing curam di sisi kakan kiri
Kami berjalan sedemikian pelan
Menikamati
Dan di depan sana
Dengan semakin dekat…kulihat gunung prau sedemikan kokoh menanti kehadiran kami
Kami telah sampai di punggungmu
Dan puncaknya sedemikian lebar
Mirip perahu tengkurap
Dan dilerengnya terdapat hutan lebat yang menghijau dan rapat
Galur-galur prau juga terlihat sedemikian dekat
Amat dekat
Dan jika diamati…galur itu membentuk sebuah sungai ketika sampai di bawah
Menampilakan sebuah sungai dengan air yang sedmikian bening…mengkilat mirip kaca terterpa sinar mentari pagi
Di bawahnya ladang-ladang penduduk dengan sistim teras sering
Akhhh…aku mencium bau ladang
Bau alam yang dulu pernah sedemikian denkat dengan indera penciumanku
Aku tersenyum…..

Aku tersenyum ketika di depan sana kulihat…
Sebuah perkampungan penduduk
Di punggung gunung prau
Dan masih tertutup kabut tipis
Aku tersenyum…
Karena memori tentang agung dan teguh kembali muncul
Masih teringat…hari-hariku di temani dua sosok yang sedemikian menyenangkan
Aku suka…
Aku suka karena aku kembali lagi kesini
Akan kukenalkan adit dengan kehidupan di sini
Akan kumotivasi…
Bahwa masih banyak orang yang lebih susah dari hidupnya

Kurasakan lengan adit merangkul erat perutku
Mengusir hawa dingin yang berhembus kuat
Dan kurasakan kehangatan menjalar di seluruh ragaku
Seiring makin dekatnya desa yang kutuju
Dengan kabut tipis yang mistis…

Putri berlari panik …
adiknya yang masih kecil berayun-ayun di gendongannya
rambutnya yang panjang bergoyang-goyang ke kanan ke kiri
aku dan adit hanya terpaku terbengong melihatnya

“mas aji…bentar ya, bapak ibu baru di ladang, aku panggil dulu, mas aji ini lho, ke sini kok nggak bilang-bilang….” Dia berteriak sambil berlari keluar rumah
Aku tak lagi sempat mencegahnya
Di desa terpencil ini, penghormatan terhadap tamu memang sangat luar biasa
Sebenarnya aku sungguh nggak enak hati, kalau tadi sempat kucegah, akan kucegah putri ke ladang hanya untuk memberitahukan kedatanganku ke orang tuanya

Aku hanya mengambil nafas panjang
Adit masih saja terbengong
Kami duduk di ruang tamu
Di hadapanku tersanding dua gelas kosong, dan sepiring gula jawa serta satu termos teh panas
Didaerah sini, memang sebuah adat, jika memberi suguhan terhadap tamu pasti dengan termosnya
Hal ini di maksudkan agar sang tamu bisa sepuas hati untuk minum
Sungguh luar biasa…

Kuambil termos dan kutuang ke dua gelas yang masih kosong
Adit tersenyum
“aneh ya kak, mosok memberi minum tamu pake termosnya hehehehe” adit tersenyum geli
“disini emang begini dit”
“woww…lha ini kok pakai gula jawa to kak?”
“iya…cara minumnya gini dit, kamu emut gulanya terus tehnya diseruput pelan-pelan, disini kan teh buatan sendiri, jadi cocoknya pakai gula jawa, di coba dit…kamu akan merasakan sensasi lain minum teh…”

Adit mengikuti cara minum teh seperti yang aku ajarkan
Aku mengamatinya
Dia begitu serius mencoba cara baru minum teh…
Pelan diserupat teh di gelas dengan mulut sudah ada gula jawanya
Kuamati…
Dia tersenyum geli
Bibirnya yang tipis memerah manis
Akhh…tiba-tiba aku ingat teguh
Kalau dia sehabis minum, pasti bibirnya merah…
Teguhh,…..sekarang kamu dimana ya?

“gimana dit?”
“yaaa…gimana ya, pait banget, tapi habis minum, hmmm berganti manis, soalnya gulanya kan masih di mulut hahahahha”
“iya…dulu awalnya aku juga bingung, tapi emang ada sensasi lain sih, sebenarnya ini bukan gula jawa lho, ini gula tebu”
‘gula tebu?”
“iya…ini diproduksi secara tradisional, tebu di giling dan airnya dibuat gula mirip gula jawa”
“woww…pantesan masih ada aroma tebunya ya kak”
“iya…”
“eh..kak aji kok udah kenal tempat ini to?”
“iya…”
“kok Cuma iya..maksudku kok bisa kenal tempat ini to?”
“ya kenal lah”

Adit cemberut
Dia sungguh penasaran aku sampai bisa mengenal tempat ini
Tiba tiba bibirnya mendekat di wajahku
“eh…cewek tadi itu calon istri kak aji ya?” Dia berbisik
Aku kaget…
“hehehhehe..hayoo ngaku, cewek tadi ceweknya kak aji to?”
Aku tersenyum
“gimana dit, cantik nggak?”
“hmmm…cantik sih, Cuma masih alami banget, kalau nanti di kota dan masuk salon, pasti cewek kota kalah cantik deh”
“kamu suka ya?” mataku sambil berkedip-kedip menggodanya
“hah apaan sih kak aji ini, aku kan baru saja lihat”
“tapi kamu suka kan?”
“ya nggak lah, aku tuh nggak seperti kak aji…”
“Lho maksudmu apa?”
“gini kak, aku tuh nggak seperti kak aji, baru memandang langsung jatuh cinta, makanya orang seperti kak aji sangat mudah obral kata cinta dan sayang, aku tuh untuk jatuh cinta susah kak”
“hah…emangnya aku seperti itu ya?”
“iya…hmmm..aku yakin, kepada cewek tadi pasti kak aji pernah bilang cinta…hayooo..ngaku aja…”

Aku pura-pura cemberut
Sememntara adit masih saja terkekeh menggodaku
“ya nggak lah dit, aku juga sama denganmu kok dit, susah jatuh cinta….”
“wuanyak….hahahhahha…sok alim nih, coba deh, selain dengan aku dan kak hendra, pastilah banyak diluar sana yang kak aji obral cinta”
“hahh…gila mosok aku kayak gitu ya nggak lah”

aku tersenyum kecut
Memang benar apa yang dikatakan adit, dia paham sekali dengan sifatku
Aku gampang sekali terpesona
Mudah sekali aku bilang cinta dan sayang
Akhhh…adit….

Kurangkul tubuhnya
Dan cepat kucium pipinya dengan gemas sambil berbisik“I lov u dit”
Dia melongo sambil mengusap pelan pipinya dibekas kecupanku

Aku sendiri juga kaget dengan perbuatan spontanku terhadapnya
“kak aji ini kebiasaan deh, ini kan di rumah orang, gimana kalau ada yang liat…”
“hmmm…maaf deh dit, tapi bener kok aku sayang ma kamu”
“hahh…gila neh”
“kok gila?”
“duhhh…”
“napa dit?”
“baru saja dibahas udah kumat”
“maksudmu apaan dit?”
“gilaaaa….”
“hah?”

Adit kali ini benar-benar cemberut
Kayaknya di benar-benar ngambek dengan perbuatan spontanku tadi
Kurangkul pundaknya…
“maaf dit, jangan marah dong” ucapku sambil merajuk

Dia tertunduk
“kak….”
“hmmm…”
“sampai kapan kak aji begini terus?”
“maksudmu apa dit”
“hmmm…sampai kapan kak aji obral kata cinta dan sayang tanpa tanggung jawab?”
“hah…emang obral kata cinta dan sayang nggak boleh ya?”
“duh kak….bukan berarti nggak boleh, tapi cobalah berfikir dewasa dikit kak, tak mudah kita berucap, setiap kata yang keluar dari bibir kita, harus bisa dipertanggung jawabkan, apalagi kata cinta dan sayang”
“iya…tapi aku memang benar-benar cinta kamu kok”
‘ lalu gimana dengan kak hendra?” tanya adit sengit
“aku juga cinta dia” jawabku polos
“itulah..makanya kak aji ini tergolong orang gilaaa….”
“apa? Gilaaa? Emang mencintai lebih dari satu orang nggak boleh ya?”

Adit terdiam menatapku tajam
Sampai kapanpun kalau berdebat kata dengannya aku memang selalu kalah
Kadang adit kalau bicara jauh lebih pintar dibanding aku
“kak…aku ini memang masih kecil kak, tapi aku paham…cinta itu tak semudah yang diucapkan”
“maksudmu?”
“menurutku…cinta butuh keseriusan…tidak hanya terucap di bibir, butuh kesetiaan…”
Aku menggeleng pelan
“hmmm…aku juga serius dengan apa yang aku ucapkan dit, kalau aku cinta kamu, aku juga memperhatikan kamu kan?’
“bukan itu kak maksudku”
“lalu?”
“akhhhh…kak aji ini….”
“emang napa dit?”
“kak…cinta itu sama dengan kesetiaan, kalau kita bilang cinta ke seseorang kita harus setia dengan orang tersebut, setia berarti…kita nggak boleh lagi bilang cinta ke orang lain, aku kasihan dengan kak hendra…kalau kak aji ini pacarnya kak hendra, harusnya kak aji tidak bilang cinta ke aku atau ke yang lain, termasuk ke cewek tadi, kalau kak aji seperti ini terus, dimana letak kesetiaan terhadap pasangan?”

“tapi dit aku bilang cin…..”
“stop! Aku tak mau dengar alasan lagi, mulai sekarang kak aji harus setia ke kak hendra, titik!” suara adit tinggi keras
Aku terhenyak….
“kalau kak aji menganggapku sebagai adik, jadikan aku benar-benar adik kak aji, jangan lakukan perbuatan seperti tadi, aku tak mau kak, aku tak ingin jadi duri dalam hubungan kak aji dengan kak hendra”
“tapi ditt….”
“stop! Aku tak mau dengar lagi alasan kak aji, udah…kak aji harus berubah mulai sekarang!”
Akhhhhh……..

“walahhhh….ada tamu to?”
Kami mendongak…
Pak sujar dan bu sujar telah di pintu
Keduanya memakai caping dan tersenyum
Kami berdiri menyambutnya
“tuh lihat…kedua tuan rumah itu, walau mereka petani, orang desa…tapi mereka paham makna sebuah kata cinta” adit berbisik pelan di telingaku
Dan aku hanya bisa menoleh sambil tersenyum
Akhhh…aku memang lemah…

to be continued...



4 comments:

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

itu link filmnya di-post dong kak. jadi ikutan penasaran

Dazz said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

link film apa ya ^_^

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

yossi & jagger

Dazz said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Mau ta
filenya agak gede sih

Post a Comment