DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Kadang Cupid Tuh Tolol! Chapter 11 Fallen Angel (1)

Intro
by MarioBastian
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Satu tahun lalu, saya iseng-iseng bikin sebuah cerita. Saya sudah memperkirakan endingnya bakalan seperti apa. Yang belum saya buat setahun lalu adalah bagaimana "tengah-tengahnya".
Alhamdulillah, sekarang akhirnya saya ketemu dengan bagian akhir ini. Sama seperti kebanyakan pembaca di sini, kalau kalian lelah menunggu, saya juga lelah mencari waktu untuk menyelesaikannya.

:pucat:

Kali ini formatnya saya buat "lain", ya.
Seperti di post saya sebelumnya, akan ada 8 sudut pandang. Yang berarti: delapan tokoh dalam cerita ini akan bercerita versi mereka. Jangan khawatir, sebagian udah saya selesaikan. Sehingga sudah dipastikan setiap hari Sabtu, akan saya post cerita itu. KECUALI, sayanya berhalangan (urusan kerja mendadak, keluar kota, dll). Hehehe...

Ceritanya udah selesai, kok.
Tinggal dimasukkan dalam forum ini.
Tapi sengaja nggak akan dikasih dalam waktu bersamaan.
Biar kayak sinetron.
Lho?
Biar bikin galau dan kesel. Hehehe...

Thats the art of making people wondering.
LOL.

Siap-siap dengan endingnya, yaaa....
sampai jumpa lagi di minggu ke delapan.

Sekarang nikmati part pertama, judulnya FALLEN ANGEL.
Ini part pembuka ke tujuh seri di belakangnya. Semuanya saling berkaitan, jadi tetap baca dengan seksama.

Dan saya mau ngingetin aja, kalau kemaren saya pernah buka soal Horror, Romance, Drama, dan lain-lain, kali ini saya kasih tema CHAPTER TERAKHIR ini dengan THE LUST CHAPTER.
*tau lah artinya apa*
Hihi...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Fallen Angel (1)
-chapter 11- 



* Fallen Angel *
By: Esel



“Dan pemenangnya… adalah….”

Oemji… semua people juga tau, kok. Pasta gigi Itchy Bitchy, em? Pasti. I nggak abis pikir aja, tuh MC lebay amat seh ngumumin pemenang doang?

Lambretta lamborghini, you know?

Penonton mulai harap-harap cemas nungguin hasil voting sms girlband fight. I berdiri paling deket panggung, em syur. Siap-siap buat lompat ke tengah pas Itchy Bitchy diumberto sebagai pemenang. I jadi dag-dig-dug. Begini kali, ya, pas I entar dinobatin jadi Miss Universe?

“Kira-kira siapa nih yang menang?”

Astaga... Asti Ananta pake toga. Masih aja tuh MC campina tunya-tanya ke sana kemari. Hellooo... baca doang, tanteee... apa susahnyaaa... kagak perlu didramatisir segala!
I akhirnya ngelipet tangan depan dada. Pengennya sih lempar mortil atau apipah gitu ke MC di tengah panggung, tapi I masih bisa nahan diri. Lagian si Agaswati tinta adegan di sindang. I nggak perlu ngabisin tenaga buat something yang tinta worth it, em?

Penonton riuh lagi. I ngetuk-ngetuk sepatu ke atas panggung, makin nggak sabar. The Jelitaz di belakang kipas-kipas pake sobekan kardus. I sih tinta mawar kipas-kipas pake sobekan kardus. It’s so... sobekan kardus.

Oh, MC-nya mau ngemi lagi! Jadi pemenangnya adalah...

“SWEET STRAWBERRY!!!”

-XxX-

I tau, kok. Definitely em syur, kalo ada yang berkomplot antara peserta tetangga ama panitia. Semua people juga bisa lihat. Kita-kita tinta bodrexin.

Tinta mungkra girlband macam Cuih Stroberi bisa menang ngelawan Itchy Bitchy! Itu kayak... Ayu Ting Ting mendadak menang ngelawan Rihanna. Hukum alam yang impossible. Yang bahkan Tuhan pun pasti bertanya-tanya.

Apa kurang banyak I nyogok panitia penerima sms? I udah ngasih lima juta plus semalem bareng I di hotel Caryotta (yang anehnya ditolak ama tuh brondie, padahal I udah cantik begindang...), dan hasilnya? Itchy Bitchy masih belum menang juga? Kurang berapa I ngasih, hah? Jengong-jengong si Agaswati bayar lebih maharani lagi dari pada I! Mungkin malah detseu ngasih plus dua malem di hotel Caryotta sambil nunjukin muka sok cute kayak babinya itu??

O em ji... Sekarang masuk akal, kenapa tuh brondie tinta mawar waktu I ajak ke hotel. Berarti si Agas udah curi start duluan. Ini bener-bener nggak bisa dibiarkan!

Besok paginya I udah mondar-mandir di rumah Kakak, my dearest leader of Itchy Bitchy, Kak Nunuk. I terus bolak balik di bawah pohon belimbing, sambil ngipas-ngipasin muka pake sobekan kardus. Sekarang, I mesti ngapain nih buat ngebales si Agaswati?

“Sayang... kamu nggak... sarapan dulu?” tanya Kakak dengan lesu. Kakak ke luar cuma pake daster kembang-kembang, tanda stres gara-gara hasil semalem.
“Nggak, Kakak... I lagi olahraga pagi...”
“Kamu mau ikut ketemu si Dukunwati Alia entar siang?”
Tinta.”

Kakak sudah I ajari buat nyebut nenong-nya Agaswati pake gelar dukunwati. Lagian, emang dukun, kan? Everything udah jelas. Waktu I maskara ke rumahnya agaswati, waktu I lihat tante kunti di atas kompor itu, I kan ngelihat menyan. Itu sooo dukun, em? Nggak salah lagi. Apalagi ada tante kun-nya... jelas-jelas dukunwati.

Girlband fight kemaren kan buat ngebuktiin juga, kalo detseu tuh dukunwati. We lagi ngerebutin diary the dearest-nya dukun Alia. Kakak yakin isinya menyangkut semua hal soal sihir-sihir and kematian suaminya. We nyaris menguak everything... kalo aja we menang kemaren...

Eh, tunggu.

“Kakak...” panggil I, tepat sewaktu Kakak baru balik badan sambil ngibasin rok dasternya. “Kakak masih nyimpen buku die-eurinya khaaan?”
Kakak manggut-manggut. “Masih, dong. Kakak simpen di lemari, di bawah celana cutbray Kakak. Rencananya entar siang mau Kakak kembaliin ke Dukunwati Alia.”
I mawar lihat dulu.”

I merangsek masyuk ke kamar Kakak, langsung ngaduk-ngaduk lemari nyari buku bertuah itu. Kakak dengan penasaran ngebuntutin I. Matanya melotot penuh antusias. Nah, nenek funky tuh yang macam begini. Bukan kayak neneknya si Agaswati yang dukun dan sok-sok imut pas jadi Cuih Stroberi kemaren. Iyuuuh... kamse-upay!

“Mau diapain?”
“Mau I korek-korek,” jawab I.

I langsung ngacungin itu bukyu dan narik-narik kertas yang nyembul. Pasta gigi ada yang berguna dari kertas-kertas ini, em? Bisa jadi bukti-bukti otentik, atau alibi, atau amfibi, apa gitchu... bentar, bentar...

“Bisa, Sayang?” tanya Kakak cemas. “Mau cobain pake gunting kuku.”

I muter bola mata. Gimana caranya, kakaaak... pake gunting kuku?

Bukunya agak tebal, sih. Sampulnya dari kulit crocodile... ada gembok kheuseus yang ngebikin nih buku syusyah amir buat dibukriya. I pernah pake jepit rambut buat ngebuka gemboknya, kayak di film-film, tapi lady gagal. Malah jepitnya patahillah.

I terus ngorek-ngorek selembar kertas yang kejepit di dalem buku. Lembayung, em. I mesti dapetin ini kertas!
Nah!
Keluar!

“Udah keluar, Sayang!” tegas Kakak.

Oh em jaaay... of course, kakaaak... that’s obvious!
I narik napas, nahan kesal. Dengan sabar, I buka itu kertas dan ngebaca isinya.

...

Entah apaan ini.

Oremus Oratio.
Deus, et pater Domini nostri Jesu Christi, invoco nomen sanctum tuum, et clementiam tuam supplex exposco: ut adversus hunc, et omnem immundum spiritum, qui vexat hoc plasma tuum. Mihi auxilium praestare igneris. Per eumdem Dominum.....


Dasar dukunwati gila. Memangnya detseu ngerti bahasa latin?
Ini bahasa Latin, khan? Makin sini I makin yakin nenongnya si Agaswati itu dukun.

“Apa katanya? Sayang, kamu ngerti?” tanya Kakak.
I ngegeleng maknyus. “Ini kode rahasia, Kakak...” Kemudian I narik napas, mirip cewek-cewek laboratorium yang bijak yang tahu segala hal. “Ini mantera.”
“Oh, mantera apa?!” Kakak membelalak.
“Mantera awet muda,” jawab I ngasal. Tapi kan Kakak juga tinta bakal tau.

Mata Kakak melebar, makin antusias. Entah Kakak antusias karena tau Alia pake mantera awet muda, atau Kakak sendiri yang pengen pake mantera ini.

“Tapi kok... kayaknya nggak berhasil, ya?” gumam Kakak.
Betul juga. Tuh nenong-nenong teteeep aja kulitnya kendor. Tetep kelihatan tuwir!

Eh, tunggu. I kan ngarang soal mantera awet muda.

“Oh!” Mendadak I dapet ide.
Bitch, please. Indang tahun 2012. Abadnya people pake google buat nyari jawaban, em?
Dengan anggun semesta dan cantik jelita, I nyamperin laptop dan langsung nyalain itu kompyie. Kakak masih ngebuntutin I. Masih antusias sama apa yang lagi I cari. Ah, biarin. Kakak udah jadi duet maut yang Nice-Larasati, so I biarin detseu mesem-mesem nggak sabar di samping I.

I ketik:

Apipah sih bo Oremus Oratio tuch ? ?

ke Google. Dan jawabannya adalah...

Nol.
Hah? Dasar Google idiot. Masa sih yang begituan aja tinta adegan? Mestinya Google tau everything! Kan ada agamanya, tuch... Googleism! Mestinya Google bisa jawab pertanyaan I.

“Coba pake bahasa Inggris,” saran Kakak.
I juga baruuu mau pake bahasa Inggris,” kelit I.

Whaaat iz Oremus Oratio, puhleaseee answer!

-XxX-
Yaaah, emang pada dasarnya pathetic, em? Mawar digimandos-gimandos juga, si Dukunwati itu pasti kelihatan pathetic. Detseu nggak tau how to dress after winning girlband fight! Dasar tolol aja orangnya...

Masa detseu masih pake kostum kemaren, sech?

“Ini bukunya,” kata Kakak sambil nyerahin die-euri itu.
Dukunwati dengan pathetic-nya, persis anak yatim piatu baru dapet sembako, langsung nerimo dengan pasrah. “Makasih, Jeng Nunuk.”
Kakak nelen ludah. Masih tiga perempat mati penasaran sama isi buku itu. I juga.

“Mudah-mudahan,” lanjut si Dukunwati, “Kita bisa kembali berteman.”
“TINTA MUNGKRA!” sahut I otomatis. Agak-agak keras sampe kucing yang lagi lewat depan kita-kita, langsung noleh. “We, tinta mawar temenan ama orang yang pake jalan belakang.”
“Jalan belakang?” tanya Kakak membelalak kaget.
Iyes, jalan belakang.” I ngangkat dagu. “Jalan belakang di acara fight kemaren, makanya detseu menang.”

Kakak langsung memutar otak. “Jadi maksudnya, Sweet Strawberry pas naik panggung kemaren lewat pintu belakang? Bukan gerbang depan? Gerbang yang banyak tenda-tenda itu?”
Oh. My. God.

“Saya nggak pake jalan belakang,” bales Dukunwati ketus. Detseu juga ngerutin alisnya. Kayak orang penting aja.

Iyuh.

“Lha, terus... itu buktinya jelas begete,” I muter bola mata. “Bagian mana coba yang bisa bikin penampilan Sweet Strawberry menang dari Itchy Bitchy? Pasti ada konspirasi.”
“Nggak ada konspirasi,” jawab Dukunwati keukeuh.
“Oooh... emang tinta adegan konspirasi,” I ngibasin rambut dulu. “Tapi ada campur tangan sihir, em? Campur tangan dukun.”

Dukunwati mendengus. Kelihatan kesel. Biarin. Emberan itu tujuan I.

“Saya nggak pake dukun!” sahut Dukunwati. Somehow, Kakak malah ngangguk-ngangguk membela.
Dasar nenek sialan. Nanti di rumah I racuni makan siangnya.

“Nggak usah pura-pura, dech... I juga tau soal semuanya,” kata I, terdengar meyakinkan. “I tahu soal Oreo Mustasio!”
“Apa?”
Eh, bukan. “Origami Ohio.”
Bukan, ada huruf S-nya. “Osio... Annyeong Haseyo.”
Bukan-bukan-bukan... kalo nggak salah... ada huruf M-nya!

“Kamu ngomong apa, Esel?” Dukunwati itu langsung memeluk buku diary-nya dengan erat.
Nah, kan. Pasti adegan sesuatu.
I ngomongin soal mantera jahat! Mantera Iblis yang you kumpulin di buku itu!” tegas I telak.
“Mantera Iblis apa?” balas Dukunwati.
Dan Kakak pun ikut-ikutan. “Ya, mantera Iblis apa?”

“Eeergh!” I narik Kakak mendekat, khawatir detseu jadi terpengaruh si Dukunwati. “Mantera Iblis Osama bin Lamus yang kita google tadi!”
“Oh, kirain itu—“
I ngebekap mulut Kakak. Nenek yang satu ini kadang mulutnya ember. Nggak bisa dijaga. Nggak kayak I, em?

I mesti lebih banyak ngelatih si Kakak. Detseu kadang masih tolol soal beginian. Kalo dibandingin sama kucing, masih lebih gampang ngelatih kucing. Padahal selama ini, I-lah yang ngebikin Kakak musuhan ama Dukunwati. Yah, karena I benci si Dukunwati, sech. Kheuseusnya, si Agaswati. Karena Agaswati ngerebut semuamua lekong yang mestinya milik I. Mestinya Agaswati tuch metong!

Once upon a time, Kakak nyerita soal kecurigaan detseu ama keluarganya si Dukunwati. Waktu itu sech Kakak biasa-biasa ajijah, sebab detseu kan BFF ama si Dukunwati. Tapi, I tinta nerima. Of course, em? Itu nggak bener! Kasus-kasus kayak begindang mesti diselidiki. Mesti dibasmi. Khususnya cucu dari si pemilik kasus.

Sejak itulah, I selalu mengaruhin si Kakak buat melakukan hal yang benar. Persis Sailormoon, “Dengan kekuatan Esel, akan menghukummu!” I ngasih ide-ide biar Kakak nyelidikin soal perdukunan itu, lalu keluarga dukun itu hancur, lalu Agaswati jatuh miskin, lalu My Prince Dicky sama Cazzie Darling bakal berpaling dari Agaswati, karena I ngebayangin Agaswati hidup di jalanan, mukanya jelek (sekarang juga jelek, sech...), suka mencuri dan malas menabung. Dari sindang lah masa kejayaan I bakal dimulai. My Prince Dicky bakal jatuh again ke pangkuan I... Dan Cazzie Darling bakal ada di samping I... sekalian nendang si Derry homo sialan itu!

I udah ngebayangin... nanti I ada di kasur pengantin... Bang Dicky cumi pake cawat putih doang, aaahhh... sooo hooot! Dan Cazzie Darling menyelinap masuk ke dalem selimut... aaahhh... aaahhh... Cazzie... yes! Buka aja celana I, Cazzie....

“Esel? Esel?”
Oh.
“Sayang, kenapa kamu menggelinjang kayak pengen pipis?” bisik Kakak.
“Lupakan.” I berdehem. “Jadi... kita-kita nggak bisa biarin ada dukun berkeliarin di sini.”
“Siapa yang dukun?” sergah si Dukunwati.

You!”

Dukunwati mendengus marah. “Kenapa sih kalian nggak berhenti nuduh saya dukun? Apa buktinya saya dukun, hah?”
“Dari mukanya... udah kelihatan,” jawab I.
Kakak noleh kanan kiri antara I dan Dukunwati. Dan untuk pertama kalinya, Kakak ngebela I. “Dan cucu saya nggak gay, ya Alia. Camkan itu! Huh.”

I manggut-manggut ngedukung. Pura-pura setuju. Meski kenyataannya, yaaa...
I emang bukan gay, kok. I ini seorang perempuan yang terjebak di tubuh laki-laki... Jadi kalo I suka ama lekong, itu berarti I nurmila, em. Normal.

“Yang gay itu si Agas, Alia, kamu mestinya udah sadar,” tambah Kakak. I, disamping Kakak, manggut-manggut maknyus. “Si Agas itu suka pake lipgloss, suka chatting di Mirc nyari teman kencan, suka pake rok diam-diam, dan di sekolahnya, udah terkenal lah... si Agas tuh suka ngegodain cowok-cowok! Pacaran ama si Zaki...”
“Ya, benar!” tegas I.

Meski setelah dipikir-pikir... kok lebih mirip I daripada si Agas, ya? Tapi itu nggak penting. Yang penting Dukunwati itu nyadar kalo Agas juga sekong!

Dukunwati itu narik napasnya dan mendesah kecapean. Kayak yang dia orang bijak aja. “Mau sampai kapan kita bahas ini, Nunuk?” tanya Dukunwati. “Oke, saya udah tahu Agas itu gay. Sebelum kamu bilang soal itu, saya udah tahu kondisi Agas. Saya udah tahu apa yang selama ini dia lakukan sama si Zaki, tapi saya diam aja, karena saya nggak mau ngebikin Agas depresi. Saya ikhlas sama kondisi Agas. Sekarang giliran kamu, Nunuk... maukah kamu nerima kalo si Esel ini juga gay?”

Kakak noleh ke arah I dengan mata membelalak. Seolah I being gay is something unbelievable.
“Apa?”

-XxX-


Bullshit. Alesan doang itu mah, em? Tinta mungkra si Dukunwati ikhlas nerima Agas itu gay. Itu kayak... impossible, gitu. Kayak Lady Gaga mendadak berjilbab.

Meski ember sih, ada rasa cemburu dikit—tapi bukan berarti I bener2 cemburu. Ngapain juga I cemburu ama si Agaswati, em? Itu sama aja kayak maksiat. Kebetulan aja si Agas beruntung neneknya nerima detseu apa adanya. Nerima kalo detseu pacaran ama si Zaki. Tapi kan tetep aja, detseu itu dukun, em? Nggak bisa diubah!

Sore-sore, I keliling komplek buat nyegerin diri. I lagi depresi. Depresi karena Kakak sekarang agak-agak males ngobras sama I. Bisa jadi dia percaya ama Dukunwati itu. Yah... emangnya Kakak nggak nyadar, hah, kalo I ini binan? Udah jelas, kaleee...

Di belakang komplek perumahan tua indang, ada hutan kecil yang isinya rumput-rumput hijriah (hijau maksudnya) and pu’un-pu’un unyu yang biasanya banyak uletnya. Di tengah padang rumpita itu, ada saung butut tempat preman suka mesum atau abang-abang ngeronda suka mesum. Intinya di sindang tempat mesum. Banyak puntung rokok, banyak kulit kacang, banyak gambar kenti, banyak juga kain-kain yang penuh bercak-bercak kuning (what else, dear...?).

I duduk senderong di sindang. Rumpita-rumpita hijriah itu bergerak-gerak karena angin. Terus I nemu kancut nyelip di bawah saung. OhmyGod, I jadi dag-dig-dug. Kayak lagunya Blink.

Dag dig dug hatiku...
Dag dig dug hatiku...


Punya sapose sih indang? Hmmmh...
Apa punya preman-preman itu? Oh my God... pasti yang punyanya garang! Pasti detseu punya tato, terus kancutnya jarang diganti...
Bukannya I ngebet sama tipe-tipe preman, allrite... Cuma... yaaah... kucing mana sech yang nolak ikan asin?


to be continued


3 comments:

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

pusing bacanya-_-

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

knp pk sudut pandang dr esel sih -..-

Unknown said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

capek baca dari sudut pandang si esel...
efek jengkel ama dia kali ya?

Post a Comment