Sheet 25
by be_biant
Siang yang tak biasanya, bahkan teriknya mampu membakar bumi dua kali
lipat dari hari sebelumnya. Keadaan panas seperti ini sama halnya dengan
aura Biant sekarang, ia masih tampak bersikukuh tak ingin melepaskan
cengkeramnya terhadap baju Valent karna terlalu geram sama kelakuannya
yang bikin Biant mo bringas. Sepertinya masih ingin sekali
mempertahankan puncak amarahnya, kesalnya, dendamnya dan tentu saja
tentang meluapnya rahasia hati yang selama ini hanya bisa ia pendam pada
kerangkeng jiwa dirinya sendiri, menjadi beban yang tak kunjung
terselesaikan.
Kerongkongan Valent kerasa makin sesak dibuatnya, dan sulit sekali untuk
bernafas. Mentang mentang Valent tak bergeming sedikitpun, tindakannya
malah menjadi agresif. Tidakkah Biant menyadari kalo ada yang tidak
beres pada dirinya? Parah! Biant ini sudah kerasukan setan? Lantas
Valent berusaha melepaskan ikatan yang mengancamnya
“Jangan pikir gue gak bisa berbuat kasar sama lo, Iant!” berangnya disela nafas yang tersendat. “Lepasin gue, gak!!”
Biant belom ingin menyelesaikannya, ia belum puas! Malah makin kasar,
dan mendorong tubuh Valent kedinding terdekat. Karna tubuh Valent lemah,
jadi ia hanya bisa pasrah. “Gua gak pernah takut sama lo! lo gak
nyadar, apa yang elo lakuin barusan?”
“Kenapa??! Kenapa gak didepan Rakha saja kalo lo mau ngelakuin ini? Kenapa harus bersembunyi?!”
“Elo gak perlu tau alesannya! Dan sekali ini gua peringatkan sama lo,
jangan pernah berusaha nyakiti perasaannya. Gua tau apa isi hati lo! Elo
tuh cuma mau mempermainkan dan memanfaatkan perasaannya aja, dasar
bejad!”
“Elo yang bejad, Biant! Apa lo gak nyadar, siapa yang selama ini nyakiti
hatinya Rakha?” tantang Valent “Lo bahkan sudah melakukannya berkali
kali, tapi apa lo bisa bertindak pada diri lo sendiri? Lo bahkan belagu
gak peduli, lo cuek sama diri lo sendiri”
“Lo gak usah nyalahin gua. Lo gak tau pasti, apa yang terjadi antara gua
sama Rakha? Rakha adalah orang yang berharga bagi gua, gua selalu
berusaha ingin melakukan yang terbaik untuknya, walau dia yang
sebenarnya gak peduli pada semuanya!”
“Siapa bilang ia tak perduli? Pada dasarnya Rakha itu memang apatis. Elo
tau sendiri, kan? Hanya saja, ia membalas ketidak pedulian itu karna
pernah kecewa berat ama lo!”
“Dia tidak tau, guapun pernah dibuatnya kecewa! Tapi gua selalu mengalah
untuknya, namun apa yang gua dapet? Dia seakan memusuhi gua!”
Amarah Valent perlahan meredam, ‘Cape!’ iapun mulai berusaha mencoba
tenang “Kita perlu bicarakan ini baek baek, Iant! Gak perlu make emosi,
gue yakin lo gak dendem sama gue. Karna tujuan amarah lo sebenernya pada
diri lo sendiri. Dan mungkin pada Rakha!”
Biant menghela nafasnya sesaat, juga menenangkan diri. Tak lama, iketan
tangannya pun terlepas. Meninggalkan sisa kerah baju Valent yang jadi
kusut. Tampangnya kian bersimpuh, menandakan penyesalan terdalam, dan
hanya bisa menundukan wajahnya segitu luluh. “Goblok! Gak seharusnya gue
naik pitam dan ngebocorin rahasia ini” batin Biant menyesal
“Rakha menunggu gue sekarang, dan gue gak bisa lama lama disini.” Valent
mengeluarkan kunci motor dikantung celananya dan segera menuju tempat
kendaraannya standby. “Kalo ada yang perlu dibicarakan, gue masih punya
waktu luang Iant! Oh ya, Satu hal! Kalo gue gak nyium Rakha, sampai
kapanpun gue gak bakal tau isi hati lo!” Ujarnya sembari menyalakan
mesin motornya.
Biant masih saja terdiam. “Tunggu!” tahannya kemudian “Gue sebenernya berniat ingin meninggalkan Emili, tapi itu gak mudah..”
“Elo mencintai Rakha?” ujar Valent tanpa memandang wajah Biant
“Gak tau,.. gue bingung!” jawabnya ragu
Valent mendengar kata terakhir Biant, tapi tak dihiraukannya. Apa dia
berhak, mencampuri urusan mereka? Rasanya Valent lebih memilih bungkam
dan langsung meluncur untuk menjemput sahabatnya.
Sedang Biant hanya bisa termenung, tak tau apa yang harus dilakukannya.
Untuk membuat Emili dan Rakha mengerti, kalau Biant mencintai keduanya.
Atau mungkin mengakui kebodohannya selama ini, sampai harus ada
seseorang yang menjadi korban kelicikannya, Emili! hanya untuk menujukan
rasa irinya terhadap Rakha. Tapi untuk hari ini Biant tersadar, bahwa
dialah yang selama ini yang menjadi korban atas perlakuannya sendiri.
***
Rakha melongo keheranan, kemana motor Valent ini melaju? Arahnya yang
seharusnya kerumah Rakha, koq jadi berlawanan? Seperti menuju keujung
jalan SeiLais dan menepi di pinggir sungai musi lagi. Ini kali keduanya
Rakha ditemani Valent berangin diBomlais. Duduk disebuah bangku
diseputaran dermaga yang diset mirip halte buskota, yang mustinya tempat
calon penumpang kapal yang kan berangkat ke suatu desa dangan jalur
air. Sambil melihat beragam jenis transportasi sungai yang lewat, dan
tak ketinggalan juga dikelilingi pemandangan yang berseberangan dengan
perusahaan besar, dan tentu sebuah pulau yang terkenal melekat di antara
kota Palembang.
Sore itu, nampak begitu ramai anak anak umur belasan yang bermain bola
kaki dilapangan atas, sebelum menuju turun ke dermaga, ada juga anak
anak kecil yang asik berenang tak jauh dari pandangan mata Rakha. Tak
kalah, pedagang kecil yang menjual makanan ringan disekitarnya. Bahkan
yang dilihat Rakha, ada sebuah keluarga yang menjadikan kapal sebagai
tempat tinggalnya.
Rakha tenggelam akan keindahan panorama sore yang menyejukkan, meski
sisa panasnya masih menyengat. Dan keringat juga masih melekat, sebelum
bermandi angin yang betiup kencang. Segelas es teh tak mengurangi rasa
dehidrasi. Beberapa roti yang dibelipun tak membuat perut Rakha berasa
kenyang. Tapi lumayan bikin senang, walau ekspresi Valent tidak dirasa
nyaman sama kayak Rakha.
“Dari tadi, lo diem mulu Val? Kenapa, lo gak nyesel gara gara nyium bibir gue, kan?” tebak Rakha menghiburnya.
Valent tiba saja tersenyum malu malu “Gak usah diinget lagi, Ka! Eneg rasanya!”
“Akh, yang benerrrr,..?? bukannya lo yang nyuruh gue nikmati, mustahil kalo lo sendiri gak gitu!”
“Yang penting gue bisa bikin lo nyaman, seperti kata lo waktu itu!”
“Maksud gue nyaman itu, bukan ciumannya yaa,. tapi uneg uneg gue yang
udah tertuang” Rakha meralat perkataannya, dan dibarengi tertawa akrab
keduanya.
“Ka, gue mo nanya lagi. Kenapa lo tertariknya sama Biant? Bukannya lo
ganteng, kalo lo tebar pesona dikit aja, dijamin cewek cewek disekolah
pada ngantri ngerebuti posisi ratu dihati lo. Napa lo malah lebih milih
suka ma sesama jenis? itu kan, ribet banget.. palagi, lo juga harus
ngatasi sudut pandang orang terdeket lo yang gak mungkin pro sama tujuan
hidup lo!”
Rakha lagi lagi menatap serius wajah Valent yang bener bener kepingin
tau “Gue gak pernah bangga jadi hidup kayak gini? Bukan gue yang mau!
Bahkan gue gak pernah selintas pun menginginkan ini terjadi.
Gue dulu kayak lo, Val! Sering diperhatiin sama Biant, yang gak jelas
maksudnya. Sampe sekarang, dia gak pernah ngomong alesannya mengapa
terus memandang gue seaneh itu,! Tingkahnya makin lucu, makin
ngegemesin. Kalo ngeliat gue, kadang ngelamun kayak lagi terkesima. Gue
sempet berfikiran kalo enggak mengidolakan gue, dia pasti homoseksual!
seperti waktu itu lo menuduh gue.
Karna menurut gue dia misterius. Lama lama, gue ngerasa ada yang aneh
sama diri gue. Selalu gak pernah mau lepas dari kontrolnya, Gue jadi
suka cari cari perhatiannya kalo dia gak merhatiin gue lagi. Setiap
kesekolah, harapan gue sebenernya pengen dia selalu ada. Liat dia, atau
bisa berkhayal memberikan perhatian balik padanya. Pikiran gue kacau!
Sampe gue terjebak sama perasaan gue sendiri. gak peduli apa namanya?
Yang penting, gue ingin dia menyadari kalo gue masih ingin ditatapnya,
atau bahkan ada disisinya selalu, dihatinya.. meski raganya sekarang
jauh, bahkan sudah ada yang memiliki..!”
“Emili? Gimana status Emili sama Biant sebelum itu?”
“Setau gue mereka temen deket, kayak dulu gue sama Tasya. gak ada proses
kemauan untuk jadian. Tapi, secara mengejutkan, kabar jadian mereka itu
terjadi seperti paksaan yang entah siapa yang memulai?”
“Lo pernah nyoba ngomong serius ke dia?”
“Gak! Saat gue denger dia mau merried, dari situ gue sadar kalo rasa ini
akan segera berakhiri. Gue bingung, gak tau lagi musti gimana? Selaen
bisa pasrah, bakal kehilangan dia untuk selamanya. Gue pikir mending
sakit sekarang! Itu jua sebuah jalan yang mungkin bisa membuat gue
kembali jadi pria yang berfikiran normal.
Toh, perhatian cewek juga gak kalah hangatnya dari apa yang pernah Biant
berikan. Tapi, ternyata gue salah! (dari tersenyum pindah ke tangisan
yang tiba tiba menetes dengan sendirinya) Gak mudah ngilangin perasaan
ini! Proses datangnya sulit, penuh perjalanan yang berliku liku.
Begitupun dengan proses perginya, apalagi sosok Biant sepertinya sudah
jadi tato permanent disetiap bagian tubuh gue.”
Rasa sedih Rakha tiba saja berubah stabil ketika Valent menyambutnya
dengan rangkulan. Dekat sekali.. dan tak ada yang bisa dilakuin Rakha,
selaen mengusap air matanya “Dasar cengeng!” Batin Rakha mencuat.
“Sudah gue cari, Val!” Rakha terisak, kesal pada dirinya sendiri
“Seandainya saja gue tau dimana ia melekat, akan gue buang bersama
bagian tubuh gue kesungai musi ini… seandainya ada dikaki, akan gue
potong. Bahkan dihati gue sekalipun… gue gak peduli meski cacat seumur
hidup, asal gue bisa terbebas dari bayang bayangnya. Gue sudah benci
sama dia… gue makin benci lagi, karna dia nipu gue belakangan ini dengan
menyebarkan berita bohong tentang kabar putusnya, seolah memberi
harapan palsu ke gue, dan jua, gue benci karna dia gak pernah ngerasain
betapa gue memendam rasa sakit ini, sendirian!”
Sedang Valent sempat berfikir, apakah Rakha patut tau? Yang Valent
denger dari mulut Biant tadi siang, kalo Biant tidak berniat berbuat
manipulasi. Justru berita itu benar, Biant serius ingin meninggalkan
Emili hanya untuknya, bahkan sepertinya Biant sudah sangat rela untuk
belok dari orientasi seks normalnya. Kali itu, nadanya tidak terdengar
main main. Bahkan Biant sudah sangat serius.. namun masih belum ada
jalan keluarnya.
Tapi sebaiknya Valent pura pura tak tau saja, iapun tidak bisa menebak
rencana apa lagi yang sedang disusun sama dua orang ini. “Lo gak
sendirian. Ka! Masih ada gue, sahabat lo. Gue akan Bantu lo sebisa
mungkin, agar sosok Biant tak menganggu kehidupan lo lagi.”
“Thanks, Val! Mungkin gue lagi butuh tempat buat berbagi.. tadinya gue
pikir bisa ngatasi ini sendirian! Oh, ya.. gue ingetin, Corrie jangan
sampe tau masalah ini!”
“Corrie? Emang dia gak tau? Dia bilang sahabat deket lo!”
“Dia emang sempet curiga sampe sekarang, tapi sengaja gue umpeti
perasaan gue karna menurut gue, dia terlalu menuntut ingin tau. Takutnya
malah kenapa napa..”
“Iya deh! Gue setuju ma lo, Ka!” support Valent meyakinkan. Tapi dia
sendiri kelabakan, “kalo sampe Corrie tau si Biant gay, artinya Corrie
menang taruhan. Bener, Gue harus merahasiakan ini. Demi kebaekan gue
juga dan sahabat gue si mungil ini, Rakha!” pikir Valent licik.
“Soal Corrie, gue berani jamin.. gak bakal bocor! Eh, ngomong ngomong..
malem ini tidur dirumah gue aja, Ka? Kebetulan, seluruh keluarga gue ke
indralaya. Disana lagi ada acara kecil kecilan, jadi yang dirumah cuma
gue sama nyokap gue aja. Mau gak?”
“Iya deh,.. kebetulan hari ini gue libur kerja!”
***
“Darimana aja? Koq baru pulang menjelang malam? Emang, jam sekolah
sekarang ditambah!” Tanya nyokap Valent lembut, tapi cukup menyakitkan!
Beliau tampak sengaja menghadang anak sulungnya. Wajahnya begitu ayu,
terlihat sangat muda dan segar dipandang. Kata Valent, nyokapnya nikah
diusia 20 tahun. Sekarang, kira kira 3enaman. Valent dan beliau sampai
kini tak nampak bak ibu dan anak. Tapi kayak adik dan kakak.
“Enggak, Ma! Valent sama Rakha sepulang sekolah langsung jalan jalan dulu buat refresh pikiran”
“Makanya Mama gak setuju kalo kamu bawa kendaraan kesekolah, besok besok
jalan kaki aja.. suka kelayapan kalo sengaja dibebasin. Kamu itu bawa
motornya gak pernah ati ati.. Mama terus khawatiran deh!”
“Ni Rakha namanya, Ma!” alih Valent menyela.
Rakha lalu menyerahkan tangan kanannya untuk berjabat. Dan disambut hangat beserta senyuman manisnya.
“Kalian sudah makan?” tanyanya pada ke dua anak yang masih pake seragam
sekolah lengkap beserta buku buku tebal Rakha yang mencolok banget kalo
dia suka membaca. “Tapi mandi dulu deh! Sekalian, ngobrolnya sambil
temeni mama makan..”
Valent menggaet Rakha menelusuri ruang yang tidak terlalu besar, sebuah
kamar berukuran 3kali3. terlihat rapih, bersih dan bernuansa biru
langit. Rakha menaruh buku, tasnya mengikuti gerak dimana Valent
meletakkan barang barangnya. Valent lagi nyambungin kabel charger
hapenya, sementara Rakha masih bingung, apa yang mo dilakuinnya?
“Corrie tinggal disebelah mana?” tanyanya kemudian.
“Noh, dari balik dinding, inilah kamarnya!” katanya sambil ngebukin si
dinding kamar dengan keras “ Oh ya, lo dulu deh yang mandi.. gue
mandinya lama”
Karuan aja, nyaris satu jam Valent baru saja keluar dari kamar mandi.
untungnya Rakha gak sampe jenuh nungguin dia, karna Rakha menyelingi
waktunya sambil nonton tivi sekaligus di interview sama nyokapnya.
Bener kata Corrie menyangkut kebiasaan Valent yang mandi lama dan
ngabisin air sumur “Busyet! Lo ngapain didalem? Jangan jangan lo hirup
semua isi bak mandinya?”
“Mo tau aja!” simbat Valent jutek. Sementara Emaknya, gak banyak protes. Paling nambah nambahin ngejelekin dikit!
“Cepetan! Mama tunggu di meja makan!” tereak siMama sambil bergerak ke tempat yang ditujunya.
“Rakha anaknya cuek banget Ma, kalo disekolah. Deketnya cuma sama Val, kata anak anak sana, Rakha itu pacarnya Val!”
Rakha langsung shock “Malu maluin banget ni anak!” pikirnya stress
sendiri. Untungnya si Mama gak nganggep serius. Ia tau sekali kebiasaan
Val suka bercanda berlebihan
“Dia kakak kelas Val disekolah, berprestasi lagi.” Imbuhnya dibarengi senyum yang mengembang
“Kakak kelas?!” entah kenapa, Mama kaget dengernya “Koq, malah keliatan tua an anak Mama, dari Rakha!”
Kontan si Valent minder “Yah, si Mama.. bukan belain Val!”
Rakha hanya bisa ikut ketawa, memeriahkan suasana. Soalnya, si Mama udah
jelas nanya tentang Rakha tadi sampe ke detail detailnya malah.. cara
dia interogasi, sama miripnya kayak nanyain calon mantu.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Rakha sama Valent terpaksa nurut
peraturan Mama yang terpaksa menunjuk masuk ke kamar, gak ada
kompensasi. Sampe jam sepuluh, kedua anak remaja itu belom bisa tidur.
Masih uring uringan diatas ranjang. Rakha asik baca buku, Valent malah
lebih asik lagi, pantauin layar ponsel yang lagi muter video mesum
straight. Sesekali Rakha curi curi pandang, pengen ikut nonton.. malah
takut gak bisa nahan.
Kalo ngeliat Valent tiduran pake kaos dalem sama celana pendek doang,
Rakha udah pusing liatnya.. apalagi sampe titit Rakha nganceng, gak
ngerti? Kayak nafsu deh, tapi apa ini normal? Parah! Rakha jadi bener
bener nyerah deh, “kartun gue syur banget”
Si Valent sexy banget, bikin horny. Kepala Rakha kerasa migraine! Obat
satu satunya, pengen ngemut adek kecilnya Valent.. a.k.a HARUS! itupun
kalo si kartun ini setuju! Mumpung suasananya mendukung, dan berasa
aman. Lagian Valent udah tau, dan gak ada hal yang mesti ditutup tutupi
Rakha tentang ketidak normalannya.. tapi masalahnya, gimana cara bujuk
Valent agar mau? Takutnya malah diusir mentah mentah. Inikan masih
wilayahnya dia. Dan malu juga Rakha kalo seandainya rencananya ke gep
sama si Mama!
Makin mikir negative, Rakha makin jantungan kepingin nerusin niatnya ato
enggak. Selagi Valent masih terbuai sama video mesum, pasti pikirannya
sekarang sama kayak Rakha. NAEK BANGET!..
“Ehrm,..!” gelegar tenggorokan Rakha memecahkan konsentrasi Valent.
“Val,.. mm” Ampun DJ,.. gimana bilangnya????? Lembut, sopan tapi gak
murahan!
“Lo kenapa, Ka? Gak bisa tidur ya, banyak nyamuk?” tebak Valent ngerasa keganggu
Rakha menggeleng kuat, tapi kata katanya sudah keburu nyangkut dilidah.
“Lo keberatan gak, kalo gue mau ngulum..” sahut Rakha bimbang
“Apa lo bilang??” sepertinya, dari tampang Valent gak nyangka pikiran
Rakha bisa sebejad ini. Tahan, Valent menghentikan bakat serius
nontonnya.
Muka Rakha keki abis! Damn deh, dapet malu doang nih.. kalo sampe ditolak!
“Lo bilang apa barusan?” perjelas Valent sampe bangun dari tidurnya.
“Gue,.. gue.. gueee,..” ulang Rakha tiga kali saking groginya.
Sementara, Valent masih menunggu detik detik editan kata katanya. “Gue
mau ngerasain enaknya ngisep! Gue belom pernah Val, tapi pengen nyoba!”
“Lo serius???” toeng toeng toeng,..
pantulan balon berisi full air serasa loncat di kepala Rakha. Mampus seribu mampus!
“Iya, gue serius!” jawab Rakha beserta detakan jantungnya yang memompa drastic.
“Punya gue yang elo isep?” Tanya Valent lagi, Rakha malu malu kucing. “Bentar yah, gue tutup pintu dulu!”
Akhirnya si Valent mengawali adegan itu dengan pintu yang terkunci rapat
rapat. Lebih lebih, malah keliatan si Valent yang agresif banget.
Sementara Rakha sibuk mengumpuli buku buku dan menjauhkannya dari
jangkauan.
Valent merebah, gak sabar menikmati rasa geli.. dan Rakha tak kalah
bersiap tepat diatas nuklir Valent yang masih tersimpan aman didalem
celana. Sekalian pengen ngeliat dan ngebandingi punya Valent segede apa,
ini pengalaman kali pertamanya. Mudah mudahan diberi kelancaran serta
kenikmatan seperti adegan video hot sungguhan.
“Gue sebenernya masih ragu” sangkal Valent mikir mikir
“Kenapa?” Rakha natap wajahnya yang rada memelas.
“Lo belum punya pengalaman, takutnya kont*l gue malah lo bikin yang
enggak enggak! Ati ati ya, gue mohon pake mulut sama lidah, jangan
digigit, apalagi sampe lecet.. awas lo! kalo sampe kena kejadian fatal,
gue nuntut kawin diBelanda”
“Udah, don’t be worry.. not being happy! Walau gue belom pernah, tapi
gue ngerti koq, cara memperlakukan peliharaan lo ini.. gue juga punya
soalnya..” tepis Rakha penuh semangat sambil nyengir bajing.
“bener lo, Ka! Gue percayanya sama elo!” Valent sempat narik nafas dalem dalem buat tenangin diri, saking takutnya.
Dan, atas dasar izin penuh dari yang punya, akhirnya Rakhapun memulai
membuka resliting celananya, pelan pelan seraya disaksikan mata bimbang
Valent pula. Awalnya terlihat warna kancut hitam ketat menonjolkan
isinya. Pas lapisan kedua dipeloroti, maka nampaklah sesuatu bangunan
miniature tugu monas dengan tinggi mencapai 7belas senti dari permukaan
perut. Baru ngeh, kalo benda ini juga disebut alat sama orang dewasa.
Dulu, kalo waktu kecil, sebelum tau fungsinya, suka sekali dimaen maenin
gak jelas.
Antara rasa yakin sama enggak. Perasaan, nafsu Rakha jadi berkurang
setelah melihatnya terlalu dekat “Koq gini?” nyalinya menciut, jadi gak
nafsu.
“Kenapa lagi? Elo mah kebanyakan mikir.. Udah cepetan, keburu kedinginan
keponakan gue nantinya!” sungut Valent. “Heran? Biasa aja deh muka lo!,
dan punya semua orang itu gak sama!”
“Punya Biant gini juga gak ya?” batin Rakha sambil meremin kedua
matanya, sebelum mulutnya menganga dan ‘HAP! Lalu ditangkap’ (ala
nyanyian lagu cicak cicak didinding)
***
Selang beberapa gerakan saja, Rakha sudah gak kuat! Gak kuatnya, ketika
dirasa mulutnya dipenuhi isi pen*is Valent, Rakha kemudian berasa mual
kayak ibu ibu hamil. Kontan ia bangkit dan berlari membuka pintu kamar
dan terus berlari menuju kamar mandi.
“Woooeeekk,.. woeeek,.. woooeekk..” Rakha langsung nangkring di muka
kloset, seolah isi yang tadi dimakannya pengen dikeluarin lagi. Kini
kepalanya baru kerasa melayang ditempat.
Tak lama disusul Valent yang segera datang sambil mijetin pundak Rakha
“Lo bilang dong, kalo mo keluar kamar. Masak gue ditinggal bugil, tega
amat! Mana pintu kamar terkuak lebar. Kalo ketauan nyokap gue, lo bisa
diusir kasar atau kita berdua bisa digebukin warga setempat”
“Wooeeekkk,.. abis! Punya lo bau banget, gak nahan gue!”
“Rata rata punya orang juga sama kayak gitu, bahkan punya Biant gue
jamin bisa lebih bau dari punya gue! Punya lo lebih parah lagi”
“Kata lo tadi beda! Gimana sih?”
“Yang beda maksud gue itu, ukurannya. Kalo rasanya, dimana mana sama.
Rasa kulit!” Sangkal Valent gak mau kalah. “Nafsu lo tadi juga menggebu
banget, langsung pake gigi lima.. coba deh gigi satu dulu, kayak naek
motor.. gue pikir gak kenapa napa!”
“Abis, kalo gue liat di video bokep.. rasanya enak banget,..”
“Yaelah!” Valent beringsut. “yang gitu gitu disamain..”
Mendengar ada yang mual mual, si Mama pun terbangun dari tidurnya “Ada apa Val? Rakha kenapa?” tanyanya turut prihatin
Valent langsung antisipasi “Mmm,.. Rakha masuk angin, Ma. Mungkin
kelamaan di Bomlais tadi sore.. anginnya tadi deres banget sih, iya kan
Ka?”
Gak pake lama, Rakha setuju setuju aja
“Kasih minyak angin, Val. Ada di laci lemari deket tivi. Atau mau dikerok, Ka?”
“Gak usah, Tante. Rakha baek baek aja!” Rakha mencoba memulihkan sendiri badannya
Malem itu, kelakuan Rakha jadi ngeroptin seisi rumah. Rakha sama Valent
kembali masuk kamar sekitar jam setengah sebelas malam. Valent masih
tampak khawatir ngeliat kondisi Rakha yang terlalu dipaksain ampe jadi
bau minyak angin. Ini juga salahnya, Valent hanya bisa bantu ngurut
dikit dikit.
“Tidur duluan gih! Gue baru bisa tidur kalo lo udah tidur.” Perintah Valent.
“Jangan tidur dulu, Val!” cegah Rakha “Boleh gue coba sekali lagi, gak!
Gue masih penasaran!” Rakha keliatannya mual mual ketagihan..
Tadinya Valent kurang yakin sama kondisinya, tapi apa boleh baut. Toh,
Rakha kali ini berjanji akan menetralitsir keadaan, secara.. barusan dia
menganggapnya sebagai edukasi doang. Dan kali itu, Rakha melepaskan
kain yang membalut tubuh Val. Dengan posisi Valent berdiri, sedang Rakha
duduk diam ditepi ranjang. Berlanjut lagi ketika Rakha harus kembali
melucuti celana luar sekaligus dalamnya, dan rasanya tak kaget lagi
menatap sang monas untuk kedua kalinya..
Rakha memberanikan diri memulainya dengan slowdown. Digenggam batangnya
dan dicium ujung kepala pen*isnya dulu, dikasih air liur, satu cara
menjinakan hewan liar. Dan memasukannya pelan pelan kedalam mulut dan
lidahpun mulai beraksi. Secara natural, alur pun reflek bergerak naik
turun. Bibir kian monyong ketagihan, menikmati lumatan dan memanjakan si
pen*s dengan segitu sayangnya. Jilatan jilatan, irama yang bergoyang
serta kont*l yang semakin tegang dan hangat menambahkan situasi makin
kepanasan.
Tiada henti, Rakha mulai ahli membaca situasi sampe ekspresi Valent pun
kerasa mau terbang mengangkasa dibuatnya. Lama kelamaan, kenikmatan kian
menantang. Terbiasa, seakan kulit berasa ice cream rasa pisang. Saking
enaknya, Valent kebosanan. Ia belum niat pengen berenti akibat ulah
Rakha ini, malah posisi berikutnya Valent sendiri yang mengaturnya.
Rakha sih, hanya bisa nurut saja. Kemana, Valent bisa membuat keadaan
senyaman yang dia inginkan.
Rakha hanya melayaninya saja, tak ikut melepaskan apapun dari tubunya,
ia masih berpakaian lengkap. Kalopun akan terbuka, mustahil rasanya
Valent mau ngesuck balik.
Desahan demi desahan Valent yang tertahan, sengaja menahan rasa perihnya
karna takut ketauan seakan menikmati pula malam yang tak terencanakan
dan tak terlupakan itu. Valent menyudahinya dengan melepaskan lumatan
Rakha dari mister P nya. Lalu Valent sendiri yang melakukan kocokan yang
makin lama kian garang. Semenit kemudian, sejumlah cairan putih muncrat
dari lubang ujung kepala si Mr P Valent. Saking jauhnya, hingga
sebagiannya menempel didinding terdekat dari jangkauan mereka. Valentpun
kepuasan! Tubuhnya keringet dingin gak tentu. Dan ada rasa plong dan
ngilu yang tak tau maknanya.
Rakha tak mau kalah. Dengan sendirinya pula, ia melepaskan seluruh pakaiannya.
Valent sampe melongo “Lo mo ngapain?” tanyanya panic
“Kepalang, Val! Gak adil kalo lo sendiri yang bugil.” Kata Rakha dengan
tenangnya “Tapi Lo tenang, biar gue yang nyoli sendiri..”
“Jangan, Ka! Gak adil, gue sahabat lo.. biar gue masih normal, demi lo gue akan coba sebisa mungkin bikin lo nyaman!”
Maka, kejadianpun berubah jadi kebalikan. Rakha yang merebah, terdiam
memandang keganasan Valent diatas, sibuk nyervice vitalnya Rakha dengan
tempo yang lumayan nyakiti pen*s. Terutama, bagian kepala yang
sensitive, tapi asiiiikkk,.. mending kayak gini daripada ngelakuinnya
sendiri..
Rakha mencapai klimaks, ketika jam tengah malam itu menunjukkan pukul
2belasan lewat. Mereka berdua tidur berdampingan, tepatnya tidak saling
menopang, tapi cukup dekat. Tidak ada lagi ciuman seperti sebelumnya.
Dunia kerasa gerah, dan diantara keduanya tidak menyadari kalau pintu
memang tertutup rapat, tapi lupa terkunci, saking asiknya. But anyway,
malam itu tetap menjadi malam yang sukses dan berharga. Mereka tertidur
dan terbangun kembali paginya sebelum mentari menyapa.
***
Disekolah, Rakha nampak sibuk mengejar kelas sepuluh. Tapi, Valent yang
dicarinya tak ada. Dikiranya diwarung, namun hasilnya tetap sama. Tak
mau kalah, mungkin di kantor kepala sekolah, NIHIL!! Hampir disemua
sudut sekolah tak ada wujudnya..
Ketika hidungnya keliatan, pas jam istirahat habis. Ia datang dari luar
pagar sekolah bersama teman dekatnya, Corrie. Tanpa basa basi, Rakha
mengejarnya kelapangan. Bertindak sebelum ia masuk kelas.
“Gue mau bicara sama lo, Val” terang Rakha tergesah gesah.
Rakha menarik Valent kesisi yang gelombang suaranya lumayan tak mudah
dijangkau oleh Corrie. Sementara Corrie sendiri, begitu curiga sampai
mengernyitkan dahi. Matanya seakan penasaran dan terus melirik kearah
Valent dan Rakha, yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
“Biant sakit, Val!” jelas Rakha kemudian.
“Sakit pura pura kali, lagian baru hari ini gak masuk kan, lo koq panic banget!” Simbat Valent
“Sudah hari keempat, dan perasaan gue gak enak banget!”
Empat hari?? Artinya, setelah kejadian anceman Biant diparkiran,
besoknya dia udah sakit “Udah lo tanya Emili, dia sakit apaan?” Valent
kontan care
“Mereka juga udah lose contact selama empat hari ini. Emili bilang,
Biant sekarang gak tinggal sama Tantenya lagi. Mungkin dia lagi
dirumahnya, dan cuma gue yang tau dimana rumahnya. Gue bisa minta tolong
lo, anterin gue sepulang sekolah ini.!”
“Gue heran sama lo. bukannya lo benci sama dia? Koq malah peduli gini!”
“Gue masih punya utang budi sama dia, sesuatu yang takkan terbalas hanya dengan ini”
Sesuai janjinya Valent. Merekapun membelah jalan Veteran menuju rumah
Biant. Mudah mudahan, orang yang dikangeni Rakha masih hidup. Belom mati
seperti firasatnya yang mengira yang tidak tidak. “Jangan mati, Biant..
gue belom sempet minta maaf sama lo atas perlakuan kasar gue selama
ini!” batin Rakha gak karuan.
“Nih bener, rumahnya?” Valent keliat melongo gak puas
“Iya, makasih Val. Atau lo juga mo ikutan masuk?”
“Gak perlu deh,” jawabnya singkat “Kalo lo masih suka sama dia. Coba
deh, lo ngomong lagi… siapa tau kalian dapet titik terang dari masalah
kalian selama ini.”
“Tapi, gimana kalo ujungnya gue tersakiti lagi?”
“Lo gak tau, Ka! Biant waktu itu emang pengen mutusin hubungannya sama
Emili. Bukan sengaja mainin perasaan lo. mungkin, kalo mereka balik
lagi.. Emili yang mengancam sesuatu ke Biant. Lo coba tanyain detailnya
ke dia.. buktinya, Biant sekarang menghindar dari Emili.. mudah mudahan
dia bukan ngindari elo, tapi sengaja bikin lo kembali kerumah ini lagi.
Katanya kan, Cuma elo yang tau dimana ia tinggal!”
Rakha mikir, sampai seribu putaran. Namun titik rotasi yang dicarinya
masih belom ditemukan. Kenyataannya malah kebingungan gak jelas. Sudah
waktunya, Rakha akan bertanya pada Biant..
“Gue pulang dulu, Ka! Kalo kenapa napa, lo telpon ke nomer hape gue..”
“Sekali lagi, makasih Val. Gue juga berhutang budi sama lo”
“Urusan gue gak usah dipikirin..” bantahnya dan Valentpun melajukan kendaraannya
Saat menatap kepergian Valent, tak sadar kalo Rakha ngelamun segitu
lamanya. Perasaannya malah berubah gak jelas, seakan timbul firasat.
Firasat akan kehilangan seseorang. Benar benar sesuatu yang mengganjal
dihati nuraninya. Rakha merasa dilemma, ada apa lagi sebenarnya?? Kapan
hatinya akan kembali tenang, dan siapa??
Kali ini siapa yang ada dibenak Rakha?? Mungkinkah benar, akan ada
korban yang meninggal? Biantkah? Atau seseorang yang paling dekat dengan
Rakha? Gelisah!!! Takut menghadapi hari ini dan seterusnya,..
to be continued
DISCLAIMER:
This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.
The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.
Cowok Keripik Jengkol Sheet 25
Labels:
be_biant,
Cowok Keripik Jengkol
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Info Kesehatan
Artikel Lain :
9 Hal Seputar Kondom Pria yang Paling Sering Ditanyakan
3 comments:
lanjut dong..
Oh iya.. Rakha nya bikin jadian sama Biant yah wkwkwk #plak.
Buat penulis semangat yah. Jangan sampai cerita ini gak dilanjut. Sangat disayangkan..
Haaaa lgi asik baca udah tbc ajaah....uuuh kapan lanjut nih author?? Aku pengen masalah rakha selesei...aku juga pengen taruhan nya valent ma corrie ketauan...
dah dilanjut
thx sudah mampir ya
Post a Comment