Sheet 24
by be_biant
Satu hari setelah pertandingan futsal final, suasana sekolah sudah bukan
lagi nampak seperti biasanya. Tidak lagi mengenal hangat atau
mengidolakan Rakha seperti sebelumnya, mereka lebih tampak membenci dan
membicarakan kejelekan Rakha yang belum tentu benar. Seperti memfitnah
Rakha sebagai pecundang yang membela kelas lain. Mereka bukan tidak
setuju, tetapi tidak senang,..
Bagi Rakha, situasi ini seperti kembali kemasa dimana ia nampak bak
orang asing yang tak mengenal seorang pun sama sekali. Ia lagi lagi
merasakan siratan mata mata tajam, dan mulut mulut berbuih, serta
telinga telinga setan yang sudah lama sekali tak dirasakannya.
Sebenernya, Itu bukan masalah penting! Sejak kapan sih, Rakha mau
perduli sama pikiran orang lain? Ia sudah biasa difitnah! Nge belapun,
sebenernya bukan harapan mereka. Takkan pernah ada yang mau mendengar
kebenaran, kecuali yang mereka butuhkan hanyalah pengakuan dari segala
apa yang mereka perkirakan. Dan dari situlah, Rakha selalu menjadi orang
yang tidak pernah setuju dengan cara pandang mereka. Tidak akan pernah
terpengaruh dengan ide fitnah apa yang selalu mereka buat!
Semua murid dikelas ini berengsek! kecuali satu, satu orang yang
berpendapat sama dengan Rakha, sangat kontras dari yang lainnya, yaitu
cowok sambel terasi! Paling tidak, dia selalu ada dikala Rakha
sendirian. Menyemangati Rakha yang sedang depresi. Atau sering mengajak
Rakha releksasi ketempat tempat yang belum pernah dijangkau sebelumnya.
Ia bagai warna baru yang mencerahkan hidup seorang Rakha. Selalu
sependapat dengan inovasinya. Selalu memberi support keras, dan selalu
membuat suasana disekolah bagai tak pernah habis bahan perbincangannya.
Rakha merasa lebih akrab dan nyamannya sama Valent, lalu kenapa tidak?
Jika dimana mana, kerasa tak jarang mereka sering dipandang orang selalu
berdua, bahkan frekuensi Corrie pun tersisih olehnya.
Ngomong ngomong, sikap Corrie seperti anak tiri yang tidak ingin
diperhatikan Rakha. Tingkahnya mudah sekali ngambegan gak jelas. Ditegor
baek baek, malah dijawab ketus. Gak ngerti deh maksudnya, cemburu?,
senang?, marah? Sedih?, atau kesal? Padahal, pe er sudah dicontekin,
latihan juga dicontekin, sama halnya ujian harian. Dasar manusia! Paling
Corrie bakal baekan lagi kalo ada pertanyaan yang sulit menurutnya,
jadi sementara ini, sebaiknya dibiarkan saja dia terus terusan membisu,
sampai ia menyadari sendiri kesalahannya. Toh, hilang satu teman takkan
memperngaruhi kurangnya sahabat Rakha lainnya! Lagian manusia sejenis
Corrie gak bakalan tahan lama hidup sendirian. Itu menurut prediksi
Rakha!
Siang itu, dijam pelajarannya pak Nasrul yang tumben tumbenan ngasih
soal kerja kelompok dikelas. Alhasil, Rakha, Corrie, Tasya, Arjunot,
Melani sama Biant langsung komit jadi satu grup. BTW, kurang satu nama
lagi tuh,.. si pacarnya Biant.
“Sakit!” bisik Corrie sama Rakha.
“Sakit apaan? Koq gak ada yang jenguk?” Rakha balik nanya dengan nada sedikit cemas.
“Sakit ati gara gara diputusin Biant!”
“Putus????” Koq Rakha sampe gak tau kalo ada kabar segenting itu
disekolah! Sibuk mengatasi gosipnya sendiri sampe lupa sama gossip temen
sendiri. Meski ekspresi diluaran pasang tampang ackting prihatin yang
berlebihan, tapi dalem hatinya tersenyum licik serta puas. “Hahaha,..
akhirnya tercapai juga harapan gue. Gak sia sia gue memohon sama tuhan,
untuk segera mengabulkan permintaan gue, tadinya gue malah sempet
pesimis”
Rakha hanya bisa focus ngeliat wajah Biant yang jadi ngangenin, ia
terlihat diam menyembunyikan rasa sedihnya. Tidak seperti anak lain yang
masih sibuk peduli mengerjakan tugas sambil praktek, ngikutin aba aba
dari buku pelajaran. Biar segembira bagaimanapun keadaannya, Rakha
tentunya sangat kasian mendengar kabar tak sedap ini. Pasti sakit banget
rasanya jadi Emili! Siapa yang mau mempertanggung jawabkan
keperawanannya? Rakha akhirnya merasa tampak bersalah, coba seandainya
ia tidak memohon sama Tuhannya. Mungkin hal ini tak akan mulai terjadi.
Satu satunya yang bisa mengembalikan keadaan, adalah dengan cara
mengambil kembali perhatian yang pernah hilang dari Biant dengan
mengawali perhatian terlebih dahulu. Kurangi gengsi, tingkatkan percaya
diri! Bravoooo,.. Rakhaaaaa… senyumnya makin mengembang! Mengembang gak
karuan…
Ku menunggu, ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
Tak akan ku ganggu kau dengan kekasihmu
Ku kan selalu disini untuk menunggumu
Cintaiku, ku berharap kau kelak kan cintai aku
Saat kau telah tak bersama kekasihmu
Kulakukan semua agar kau cintaiku
Haruskah ku bilang cinta, hati senang namun bimbang
ada cemburu juga rindu, ku tetap menunggu
Haruskah ku bilang cinta, hati senang namun bimbang
Dan kau sudah ada yang punya, ku tetap menunggu
Datang padaku, ku tau kelak kau kan datang kepadaku
Saat kau sadar betapa ku cintaimu
Akan selalu setia ntuk menunggumu
(Ku menunggu by Rossa)
Pelajaran kimia pun berakhir dengan intruksi melanjutkan kerja kelompok
dirumah. Dan disambung kira kira seminggu lagi dari sekarang. Pulang
sekolah itu, niatan Rakha mo mendekati Biant, sekedar maksud hati ingin
memperjelas hubungannya sama Emili yang merenggang. Tapi rasanya gak
etis kalo Rakha tiba tiba nyampur urusan orang, ketauan banget kalo
Rakha ngarep, apalagi kesannya Biant kan sedang berduka. Jangan, akh!
Nanti dia malah tersinggung dan sakit hati gara gara ini. Slowdown aja
menghiburnya, toh besok besok pasti ada kesempetan dan peluang yang
lebih besar!
***
Istilah kerennya, dikantin (tau sendiri kan, kalo sekolah semacam ini
belom memenuhi syarat disebut kantin), gak sengaja Rakha mendengar
percakapan segerombolan gank binatang yang diketuai sama Mohad. Sedari
tadi, Rakha selalu mencoba bersabar dengan berpura pura tak mendengar,
tapi obrolan mereka kian memanas manasi keadaan, sudah gerah karna
panas, ditambah sama omongan kasar! sampe rasanya Rakha mo bertindak
langsung untuk mengatasi kesalah pahaman ini.
Masak Rakha disangka ngebela pacarnya di waktu final futsal
berlangsung?? Hei, itu cerita lama, napa masih jadi topic hangat deh??
Padahal niat Rakha kan hanya menyemangati orang yang sudah membawa Rakha
hadir ke arena. Tanpa jasa Valent, Rakha mana mungkin bisa datang
kesana.. dan atas rasa terima kasihnya, tak ada salahnya kalo Rakha
ngebela Valent. Seandainya saja, salah satu dari mereka ada yang ikhlas
nge bonceng Rakha, pasti laen lagi ceritanya!
“Woi! Gak ada kerjaan apa? selaen ngomongin orang! kenapa? Diantara
kalian ada yang jealous??” labrak Rakha naik pitam. Baru kali ini,
ekspresi kesalnya nampak dimata orang asing. Mo gimana lagi ngasih
pelajaran ke mereka? Orang orang yang keras kepala itu emang patut di
ajak adu banteng, beradu tanduk siapa yang lebih kuat? jangan cuma
berani adu mulut! Banci kelas kakap! (Maaf ya, yang terhina.. xixixi,..)
Mohad yang merasa, lalu berinisiatif maju duluan. Karena dia satu satunya cowok yang tertantang.
“Iya, sebenernya gue udah lama pengen ngomong ke elo,.. kalo elo tuh,.. BANCI!”
“ANJ*NG LO!” Rakha langsung bersigap ingin nonjok mukanya.
Tapi sayang, tindakan Rakha tak kesampaian, malah tertahan oleh Valent
yang tiba tiba menghentikan niatnya. “Gak usah diladeni!” Valent
mengingatkan seraya memeluk tubuh Rakha dengan eratnya.
Biarpun keliatannya lemah, Rakha paling gak suka dikategorikan demikian.
Rasanya, kalo gak tinju ini, pengen sekali kaki ini yang nerjang
mukanya sampe dia sadar kalo Rakha juga punya kekuatan untuk meyakinkan
kalo dia gede nyali, bukan gede mulut doang. Tong kosong!
“Lepasin gue gak, Val! Gue sudah eneg banget liat mereka” Amuk Rakha beringas
“Gue minta kalian pergi!” Ancem Valent ke mereka. “Gue juga bisa lebih kasar kalo kalian gak mau pergi sekarang!”
Dengan sunggingan yang menyebalkan, Mohad lalu memimpin pasukannya untuk
beranjak lebih cepat dari perkiraan Rakha. Mohad bukan pengecut, tapi
ia tidak mau menambah masalah kian runyam, apalagi setau dia, Valent
tergolong orang yang punya banyak channel soal preman.
Sedang nafas Rakha belom sampe netral, Valent lalu meregangkan
cengkeramannya. Kemudian menyuruh Rakha rehat sejenak dengan meminum es
pesanannya.
“Lo kenapa biarin mereka pergi, Val? Setidaknya kita kasih pelajaran dulu, supaya mereka kapok!”
“Mereka gak bakalan kapok! Lagian disini masih lingkup sekolah, bisa
fatal kalo sampe nama lo masuk buku item, Cuma gara gara ngebela diri
dari serangan mereka”
“Trus kita bisa apa? Menunggu sampe mereka sadar dengan sendirinya??”
“Udahlah, Lo kayak bukan Rakha yang gue kenal, Ya?. Bukannya Rakha itu
cuek sama jalan pikiran orang dan memiliki pendirian yang cukup besar.
Kalo lo nyerang orang?? Kedengerannya kayak orang yang lagi kesurupan.
Lupain ulah mereka, lo pasti bisa!” kata Valent sambil tersenyum bak
ngeledek kemampuan Rakha yang gak mungkin bisa ngelawan Mohad sendirian,
baik bettle apalagi keroyokan “Oh ya, udah denger kabar dari Biant?
Kalo dia udah putus!”
“Lo tau darimana?”
“Statusnya Emili yang puitis banget, intinya dia minta balikan!”
“Menurut lo, mereka bakal balikan lagi gak?”
“Gak ngurusi masalah mereka!” jawabnya simple “Oh ya, gue mo nanya ke
lo, napa kayaknya Biant nampak gak suka sama gue! Setiap kali berpas
pasnya, mimic wajahnya kalo gak manyun, paling bisanya cuma mandang
sinis, salah apa sih gue?”
“Perasaan lo aja kali!”
“Serius! gue malah ngerasa kayaknya dia bukan orang baek baek deh!”
“Kenapa nyambungnya ke situ?!”
“Feeling gue, mungkin!”
“Lo kenapa sih, Val? Kayaknya ada yang disembunyiin dari gue. Biant pernah ngomong sesuatu ke Lo?!”
“Sorry, gue cuma berprasangka jelek sama Biant. Dan mengingatkan lo, kalo Biant mungkin hanya cari cari muka.”
Mungkin!! Masak sih, cari muka?? Tapi ada benernya juga kata si Valent
ini, inilah jawabannya kenapa Biant sok budeg ketika Rakha memanggil
namanya, atau sok melengos kepandangan lain ketika Rakha merasa barusan
Biant memandangnya. Mana akhir akhir ini, Rakha memang terbawa prihatin
sama sikapnya yang berubah jadi penuh misterius, seperti tak bergairah
untuk menjalani hidup. Sempet difikiran Rakha menyangkal ada yang gak
beres sama dia? Tapi apa yang dilakukannya selama ini hanya untuk
mendapat perhatian kembali dari Rakha?? Apa Rakha harus lebih berhati
hati dan terus menguji keseriusannya lagi, sampai ia benar benar
berlutut sujud untuk tidak akan pernah lagi mempermainkan perasaan
siapapun.
Rakha tak semudah itu dibodohi oleh siapapun, bahkan sama orang yang
sebenernya ia cintai. Rakha mau menunjukkan bahwa lelaki bukan hanya
Biant saja yang punya perhatian, atau punya tampang serta fisik yang
meyakinkan! Semua itu hanya padangan ilusi kalo tidak ada buktinya sama
sekali.
Baik, target Rakha selanjutnya.. menunggu Biant yang terlebih dahulu
menyatakan perasaannya. Kalo dia bener bener serius mau jalin hubungan
misterius sama Rakha. Rakha hanya mau mendengar sendiri dari bibirnya,
agar bisa meyakinkan segalanya.
Time up! Biant muncul seketika. Dikala Rakha belum selesai menutup
lamunannya. Valent yang ada disamping Rakha lalu segera nengok kearah
lain, gak mau noleh kemuka Biant yang nampak ngeselin.
“Disini rupanya, gue tadi nyari keperpus. Kata anak anak lo disini.
Kelompok kita mo nyelesai in tugas kimia dirumah tante gue sepulang
sekolah ini. Elo ikut kan?”
“Mmm,.. Sorry Biant! Rakha ada janji sama gue pulang ini, mo nemeni gue ke JM. Iya kan Ka?!” Sambung Valent tiba tiba.
Rakha kontan keheranan, ada rencana apa? Perasaan, sejak tadi Valent gak
nyinggung soal JM deh? Berhubung Rakha gak mau ngecewain Valent,
akhirnya dia manggut.
“Tapi ini soal tugas, Ka! Kita gak bisa pending, karna besok lusa laporannya udah harus dikumpul.” Biant bersikeras.
“Kenapa gak besok aja?” sambar Valent mewakili. “Lagian, gue sudah lebih dulu bikin janji. gak bisa dipending juga!” serobotnya
“Gue gak ngomong sama lo, lo diem!” Biant ngotot ke Valent
“Rakha gak bisa yakinin elo kalo dia gak bisa! kecuali gue yang ngomong. Lo keberatan?” Valent gak kalah berang
Rakha kini hanya bisa melongo, meratapi keduanya yang sudah sama sama
berdiri sejajar, saling adu alesan, seperti memperebutkan antrian
dingdong. Rakha sendiri sudah mengaku ‘game over’. Terserah mereka,
Rakha mo kekelas dulu. Barusan bel tanda masuk berbunyi, tapi Biant sama
Valent kayaknya masih asik mengatur jadwal siapa yang lebih pantas
pergi sama Rakha siang ini. Jahatnya, Rakha lepas tangan!
Semula ku tak tau, engkau juga kan ingin memilikinya
Bukankah ku lebih dulu, bila engkau temanku sebaiknya tak mengganggu
Dia untukku bukan untukmu, dia milikku bukan milikmu
Pergilah kamu jangan kau ganggu, biarkan aku mendekatinya
Kamu tak akan mungkin mendapatkannya karena dia
Berikan aku pertanda juga, janganlah kamu banyak bermimpi
Bukankah belum pasti kamu juga kan jadi dengan dirinya
Dia yang menentukan apa yang kan terjadi tak usah mengaturku
Kusarankan, engkau mundur saja,..
(Dia milikku by yovie and the nuno)
Perang belom selesai, bahkan sepulang sekolahpun keduanya masih tampak
bersaing dengan mengosongkan tumpangan di masing masing jok motor mereka
untuk bisa dipilih sama Rakha.
“Ka, ikut gue apa dia?” Tanya Valent seraya nge gas pulsar itemnya.
Tampak sekali Valent memasang muka yang pede abis kalo Rakha bakal
memilih ojeknya.
“Ka, anak anak nunggu dirumah gue sekarang. Kalo lo gak ikut, bakal banyak yang kecewa sama lo” Ujar Biant gak mo kalah.
Sejenak, Rakha narik nafas. Ia tau kalo Valent pasti pura pura dengan
alesannya, tak mungkin ia benar benar mengajak ke JM. Paling ke Bomlais
seperti hari kemarin. Atau ke taman diseputaran Pusri. Tentu saja, kala
itu pilihan Rakha lebih baik naik ninja ijo nya Biant. Udah kangen
sekali sama kursi belakang ini. Setelah sekian lama dinaikin sama Emili,
akhirnya kedapatan lagi juga, jatahnya..
“Entar gue telpon lo deh!” bujuk Rakha ke Valent.
Tapi Valent udah ngerasa di khianati sama Rakha, ia pun keburu ngacir dan tak mengubris janji Rakha barusan.
“Siapa sih dia? Pacar lo?” Atas dasar kemenangannya, Biant menyeringai
si Valent yang sudah jauh perginya. “Sok penting banget! ke JM deket
sini aja, pake temen. Emang gak punya temen laen apa?”
“Koq elo jadi sewot, Iant?? Kalo lo gak jalan, gue yang turun!” Ancem Rakha turut kesel.
Sepertinya persaingan ini belum akan selesai. Sampai ketiganya merasa
dewasa untuk mengatasi hal yang seharusnya sepeleh. Gak perlu sampe
berantem, kali. Karna gak bakal ada faedahnya.
Sementara dirumah tante Biant yang tidak berpenghuni, kecuali anak anak
berseragam putih abu abu sudah standby di muka, menyambut kedatangan
orang yang memegang kunci rumah bersama Rakha dibelakangnya.
Biant dengan segera membukakan pintu, maka berkumpullah ketujuh mahkluk
berseragam itu seraya membongkar setiap isi tas mereka masing masing.
Entah kenapa, Biant jadi keliatan gak mau berjarak lebih dari dua meter
dari sisi Rakha. Sumpah! Pipi Rakha merona abis. Waktu Biant berasa
sepenuhnya untuk Rakha, mudah mudahan gak ada yang tau perasaannya yang
gak rela jauh juga sama Biant..
Dan sepertinya, perkiraan Rakha salah, gak semua orang cuek sama
tingkahnya. Diliat dari wajah Emili seakan sejak awal pandangannya penuh
curiga atau nampak kurang puas. Dan tidak setuju. Seolah olah, Emili
sudah mengerti, dan membaca isi pikiran Rakha yang licik.
Tidak, Mili! Bukan Rakha yang licik, tapi kelakuan Biant yang aneh,..
Rakha menunduk bersalah dan takut membalas tatapan wajah Mili yang
menuntut Rakha mengaku dihadapannya.
“Bikinin minum, Ka? Elo kan jago ngeramu” puji Biant ke Rakha, dan parahnya.. Emili mendengar percakapan itu.
“Ada buah apa dikulkas?” Rakha sedikit tersanjung
“Gue belom ngecheck.. tapi seadanya lah.. kayaknya tante belom sempet kepasar”
Rakha langsung bangkit dari tempatnya duduk. Selaen untuk unjuk
kebolehan, ini juga kesempetan Rakha agar bisa ngejauhi tuduhan Mili..
dengan penuh inisiatif, Rakha menerobos masuk dapur, nge check kulkas
yang ternyata gak ada buahnya sama sekali. serta mencari keberadaan
benda tajam. Hanya ada lemon, planing Rakha mo bikin es lemon tea buat
anak anak. Tapi baru mo mulai mengiris buah lemon, tiba saja Emili
datang dengan dentuman suara tenggorokannya yang berpura pura batuk
kecil.
“Boleh Gue Bantu, Ka. Sekalian gue mo belajar sama pakarnya” katanya
berasa nyesek diati banget “Koq bisa ya, juice bikinan elo paling
mujarab? Apa tangan cowok ama cewek udah dikodratkan beda??” Jreeeeng,..
yang nangkep dipikiran Rakha, mungkin Emili sedang ngancem.
Agak canggung rasanya mengajarkan orang yang tidak pernah Rakha suka.
Cara bicaranya saja, seperti saingan terberat yang siap bertarung unjuk
keahlian dalam menjamu tamu. Biant ibaratnya tamu itu, jadi antara Emili
maupun Rakha harus tau selera Biant tanpa bertanya maunya apa?
“Bukan gitu ngiris lemonnya, Mil. Dipotong dua secara horizontal. Dan
seharusnya ditekan dulu jeruknya, agar sari yang keluar akan lebih
banyak.” Jelas Rakha, sesungguhnya ia gak tega berkata demikian.
Emili seakan ketawa terpaksa geli, karna dibuat seru sendiri. “Sorry, gue orang awam. Gak ngerti sama ginian..” akunya
“Koq disini, Beib(sebutan baru)? Tunggu diluar aja, temeni anak anak.
Biar gue sama Rakha yang bikin” terang Biant yang tiba tiba muncul dari
ruang tengah.
Mendengar Biant sengaja atau gak sengaja menyebutkan istilah ‘Beib’ ke
Emili. Efeknya, alih alih mau ngiris lemon malah keiris jari telunjuk
Rakha sendiri. Mendadak Rakha merintih keperihan. Dan dengan gesit,
ternyata Biant langsung connect, menggenggam erat jari Rakha yang
terluka. Dengan maksud menghambat darah agar tak keluar lebih banyak.
Rakha terpaku nyaris mo mati, ketika yang dirasakannya adalah kepedihan
yang hilang dan kepeduliannya yang luar biasa. Takkan Rakha biarkan
kehangatan ini melintas dalam pikirannya saja..
“Ambilkan betadine sama perban dikotak p3k di ruang keluarga, Mil. Kamu tau, kan?” gencatnya
Sejak Mili meninggalkan tempat, dan didapur hanya ada mereka berdua.
Rakha hanya diam menatap kosong wajah Biant. Bahkan tak berani bernafas,
ataupun berfikir kejutan apalagi yang kan terjadi selanjutnya? Rakha
mengharapkan Biant menyedot darah itu pake mulutnya. Tapi tidak! Biant
malah mencucinya lewat air keran yang mengucur dari wastafel. Pedih lagi
rasanya… hingga Mili datang sekaligus bawa kotak yang dimaksud beserta
isinya.
Lima menit kemudian, disusul anak anak yang berlari ke dapur sekedar melihat kronologis kejadian.
“Jari Rakha kenapa, Iant?” Tanya Tasya perhatian. “Biar gue aja yang ngebalut..”
Sejak Rakha terbisu saat Tasya mencoba merawat jarinya, sejak saat itu
pula Rakha menyadari kalo hubungan Biant sama Emili mungkin masih
berlanjut. Hanya saja, kemesraan mereka tidak untuk diketahui oleh Rakha
seorang. Rakha shock! Ia telah tertipu sama kelihaian Biant mengatur
rencana ini. Mulai detik itu, rasa benci Rakha ke Biant makin bertambah
besar. Tak akan terpedayai untuk kali berikutnya! Sungguh, Rakha kecewa
seratus persen dibuatnya..
Selanjutnya, Rakha meneruskan bikin minumannya hanya ditemani Biant
seorang. Sewaktu Rakha mo megang pisau lagi, langsung dihalau sama
Biant. “Gue aja” katanya. Tanpa basa basi, Rakha langsung memberikan
benda tajam itu ke dia dengan tampang cuek bebek, walau harapan Biant
sbenernya minta dibalas pandangan lagi.
Lalu kerjaan berikutnya pun mulai dilakukan sendiri sendiri, tanpa ada
komunikasi lagi antar keduanya. Kalo tau bakal begini endingnya, mending
Rakha memilih ikut pergi bareng Valent saja. Mungkin udara bebas yang
didapetinya, bukan suasana sumpek!
Menghitung hari, detik demi detik. Menunggu itu kan menjemukan
Tapi kusabar menanti jawabmu, jawab cintamu
Jangan kau beri harapan padaku seperti ingin tapi tak ingin
Yang aku minta tulus hatimu, bukan pura pura
Jangan pergi dari cintaku biar saja tetap denganku
Biar semua tau adanya, dirimu memang punyaku
Belum pernah kujatuh cinta sekeras ini seperti padamu
Jangan sebut aku lelaki bila tak bisa dapatkan engkau…
(Menghitung hari2 by Anda)
Sekolah mengadakan pesta ritual pertahun yang dimulai dari taun ini,
semua anak berstatus pelajar diundang tanpa terkecuali. Dan sekolah pada
minggu itu disulap sedemikian meriahnya, mungkin acara ulang tahun
sekolah bersamaan dengan penobatan kelas sepuluh yang resmi jadi juara
pertama olimpiade futsal. So, animo anak anak tak kalah semangat
menyambut pesta ini.
Memang acara ini berkesan mendadak, karna tak ada persiapan total. Tapi
sekilas dari mata saja, terlihat sekali kesempurnaannya. Semua sesi
acara dibuat otodidaks, siapa yang berani, dia yang tampil. Bahkan,
hampir semua anak bawa pasangan masing masing. Gak sial, bagi yang punya
nasib jomblo. Karna semakin sore, acara semakin seru dengan adanya
sekmen ‘makcomblang sejati’
Lalu dilanjutkan pesta dansa ala kadarnya, disebutkan disini nama nama
yang punya pasangan, Arjunot sama Melani, Biant sama Emili, Corrie sama
gebetan barunya, Tasya dan Rishaa sama pacar barunya, Valent dengan
salah seorang cewek yang dibilang kembang sekaligus bintang sekolah,
sebenernya banyak yang ngantri buat jadi pasangannya, tapi Valent ini
licik sekali. Takkan menyia nyiakan kesempatan untuk membuat yang
lainnya iri sama dia.
Lalu Rakha??? Jangan manyun gitu dong, tentu saja Rakha datang tidak
sendirian. Ia nekad mengundang Rara buat panas panasin keadaan. Sekarang
semua tau, Rakha sama Rara udah resmi balikan. Tak ada yang tersimpan
dalam pertanyaan mereka, semua sudah terjawab. Rara sudah mulai terbuka
sama Tasya, Rishaa maupun yang lainnya. Tentu dengan situasi begini
selalu mengundang senyum yang menawan diantara kaum muda mudi yang baru
mengenal apa itu kasih sayang, meski bukan hari Valentine.
Hari semakin sore, Rakha kemudian membawa Rara ke suatu tempat. Jauh
dari keramaian. Jauh dari pandangan manusia yang serba ingin tau.
Sebelum ingin mengantarkan Rara pulang kerumah, Rakha mau belajar jadi
pria dewasa. Sudah saatnya ia wajib merasakan apa itu balasan cintanya?
Gak macem macem koq, Cuma pengen ngerasain ciuman bibir!
Rara yang terlihat lugu itu malah bikin Rakha gemez. Sesaat, Rakha
mengubah perilakunya menjadi pria yang nyebelin. Awalnya, Rakha
memintanya dengan lembut saja, namun Rara menepisnya begitu keras.
Rakhapun bertindak semaunya, Memaksa Rara melayaninya, dengan menahan
perlawanan Rara. Untuk beberapa saat, mereka beradu fisik. Bak sedang
bertengkar hebat.
Baru saja Rakha memulai mendekati wajahnya ke wajah Rara untuk
mempertemukan bibir mereka, tapi yang didapat bukan sesuatu yang
sempurna. Malah mendaratlah sebuah tamparan yang menyadarkan Rakha, kalo
semua ini berujung sia sia! Rakha dipandang dengan penuh kebencian, dan
Rarapun meninggalkannya ditempat. Rasanya, Rakha lebih pantas menunduk
diam. Seperti Rara yang tak mengatakan sepatah katapun sebagai kata
perpisahan.
Rakha melamun tak karuan, tindakan barusan tentunya telah mengecewakan
kepercayaan Rara. Terlambat menyesali ini, dan apa boleh buat, Rara
bukanlah perempuan yang sama seperti perempuan yang di kenal Rakha.
Tentu tidak mudah meminta sesuatu yang di inginkannya. Terutama sex!
Rakha hanya bisa menghargai prinsipnya dan menerima ikhlas
konsekuensinya, ia masih terlalu muda untuk merasakan ini. Dan akhirnya,
Rakha hanya bisa mematung menatap kepergian Rara bersama Linda, teman
SD nya.
Sampai kapanpun, Rakha gak akan pernah mau membahas masalah ini lagi!
Intinya, Rakha mulai tidak suka sama Rara. Pikirnya, sampai Rara
menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Rakha. Kenyataannya tidak
semua pria egois,.. tapi semua orang memang punya rasa egois! Wajar sih,
gak ada rasa anehnya. Dan jalinan ini, berakhir sampai batas ini. Tak
tau namanya apa???
Disuatu sisi lain, Valent dan Corrie bertemu disatu ruang. Mendadak
Valent mengeluarkan uang pecahan 5puluh ribuan dari dompetnya. Lalu
menyodorkannya ke Corrie sambil senyum gak jelas.
“Gue kalah, ternyata! Lo bener, Rie. Kalo Rakha Gay!” gumam Valent sambil menyerahkan uangnya.
Dan dengan senang hati Corrie menyabetnya “Gue sudah pernah yakini ke
elo, kalo gue jauh lebih kenal siapa Rakha. Dan sekarang,.. target
taruhan kita, si Biant! Lo berani pasang berapa??”
Valent tersenyum manis sekali, seakan punya adrenaline sendiri dikala
menghadapi tantangan yang cukup besar. “2ratus ribu! Karna yang satu ini
gak mudah membuktikannya..”
***
Rakha baru saja keluar dari ruang perpustakaan dengan membawa tumpukkan
buku buku tebal yang dipeluknya begitu erat. Tapi seseorang telah
menabraknya dengan keras, sampai bukunya berserakan dilantai. Tak ada
yang bisa diperbuat Rakha, kecuali memandang sinis tingkah laku orang
tersebut. Dasar manusia tidak punya otak!
“Pha kabar, Ka?!” Sapa Valent yang nongol tiba tiba dari balik tubuh Rakha.
Rakha hanya membalas sapaannya dengan senyum mahalnya campur rasa kesal
yang belom ilang. “Baek!” dijawab ala kadarnya. Rakha belakangan ini
memang terlihat makin tertutup sama siapapun, tanpa terkecuali.
Tujuannya agar ia bisa focus menghadapi perlombaannya dalam hitungan
kurang dari seminggu lagi.
Tak hanya membantu Rakha memungut buku buku yang berjatuhan, Valent juga
bersemangat mengajak Rakha makan siang dijam pulang itu.
“Gue sibuk, Val. Laen kali aja!” tolaknya halus
“Sehari sebelum perlombaan, lo mesti refresh pikiran dulu. Gue gak
keberatan kok, nemeni elo kemanapun. Kalo lo butuh udara segar.. tinggal
bilang aja. Gue pasti bisa bikin lo jauh lebih nyaman!”
“Makasih, Val. Elo emang sahabat gue yang baek” Ungkap Rakha polos
Sudah jam pulang! Sedang, begitu Rakha nyampe dikelasnya. Padangan
pertama yang diliatnya, lagi lagi pasangan sejoli yang gak punya tempat
romantis lagi. ialah Biant sama Mili sedang asik bermesraan dibangkunya.
merasa ke gep, akhirnya keduanya langsung mengubah posisi, alias
melangkah pulang bersama. Dasar genit! Bahkan disetiap ada waktu
renggang sedikitpun selalu saja bikin suasana jadi makin memuakan! Asli,
Rakha mau muntah!
Rakha menempati kursinya dengan belagu pura pura gak liat mereka berdua
lewat. Meski kesannya malu malu, sepertinya Biant masih merasa gak enak
sama Rakha. Biant melangkahkan kakinya, Mendekati Rakha secara tiba tiba
dan suasananya seolah berubah jadi tidak biasa., sampe bikin Rakha mati
keheranan.
“Segitu banyak mo dibaca, Ka? Elo gak keteteran?” katanya sok care
Rakha tersenyum meremehkan dan sempat memandang Emili sudah meninggalkan
kelas “Sebenernya, gue udah pernah baca.. Cuma mau gue baca ulang lagi
aja, sekalian ngetest IQ”
“Mao gue bantu?” tawar Biant baek ati.
Rakha hanya bisa mengernyitkan dahi “Makasih, Iant. Kayaknya gak perlu
deh! Ini bukan ujian lisan koq. Gue juga gak tau soal yang bakal mereka
lemparkan. Jadi gak perlu bikin pertanyaan aneh, yang bukan bayang
bayang dari soal yang sesungguhnya”
“Okey, gue Cuma bisa support lo dari jauh. Atas nama sekolah juga!”
Rakha terdiam memandang kepergian Biant. Kenapa? Kenapa Rakha gak bisa
ngelupain nya? Rakha hanya bisa kesal sendiri saja. Alangkah bencinya
Rakha kalo saja tuhan menamai perasaan ini rasa cinta yang terpendam
segitu dalam. Siapa yang mau mencintai orang yang setiap hari menyakiti
perasaannya?
Rakha mau saja berlari sekuat otot kakinya, entah kemana arah tujuannya?
Ia gak peduli. Yang jelas, Rakha mau pergi sejauh mungkin dari pantauan
Biant. Mungkin disitu Rakha tentunya akan merasakan kenyamanan yang
lebih dari impiannya. Andai ada seseorang yang bisa membawanya
meninggalkan planet ini?? Tapi siapa?
“Suntuk terus? Kapan senengnya?” canda Valent. “Oh, ya.. nih ada buku
yang ketinggalan tadi. tentang tata surya! Btw, elo lombanya sama Rishaa
kan? Koq Rishaa gak keliatan stress banget ngadepin perlombaan. Malah
keliatan gak baca buku sekalipun!”
“Sebenernya, gue baca buku ini bukan sekedar nambah ilmu pengetahuan. Tapi buat pelarian..”
“Pelarian?? Maksud lo?”
“Gak taulah” bantah Rakha
“Kalo ada yang musti lo ceritain, ceritain aja.. gak baek dipendem sendiri”
Rakha menangkap mata Valent yang seperti nya ingin mencampuri
masalahnya. Rakha masih memandangnya penuh syarat kalo biarlah satu
orang ini saja yang tau masalah terbesar apa yang Rakha hadapi. Namun,
bisakah Valent dapat dipercaya? Tapi batinnya seperti mengatakan kalau
Valent adalah orang yang tepat, tempat yang pas untuk mendengarkan
curahan hati seseorang, meski ini aib terbesar bagi Rakha.
“Gue mencintai Biant, Val!”
“Lo suka ama cowok? Gak salah?!”
“Terserah lo mo nganggep gue apa? Gue juga gak bisa menghindari perasaan
gue. Dari dulu gue selalu menginginkan balesan cintanya, tapi apa yang
gue dapet sampe sekarang? Harapan! Hampa!”
“Gimana sampe lo punya perasaan itu?”
“Awalnya, gue ngerasa gak ada yang aneh pada diri gue. Gue lebih nyaman
jadi cowok yang gak peduli sama orang lain, tetapi gue gak nyadar kalo
ada seseorang yang ternyata lebih peduli tentang gue. Setelah gue tau,
itu Biant. Rasa penasaran gue malah pelan pelan jadi rasa suka yang
berlebihan.
Apalagi pas gue tau, Biant pernah bilang menyayangi gue tapi gak bisa
memiliki gue. Gue ngerasa sakit ati banget, pengen rasanya gue mo
nunjukin ke dia kalo cinta itu gak perlu dipikir lama lama. Gue berharap
ia ngomong sekedar saja, dan semuanya gue yakin bisa dijalani sesuai
alurnya. Tapi dia sendiri masih takut takut menyatakan rasa sukanya!”
“Trus, apa lo yakin kalo Biant juga suka beneran sama lo?”
“Dia gak pernah ngomong suka sama gue. Tapi gue yakin,..” berhenti
sesaat “yakin dengan mata hati gue sendiri, kalo dia gak bisa
menyembunyiin rasa yang sama terhadap gue. Dimata yang laen, dia bisa
bohong. Tapi dimata gue, enggak!”
“Sekarang lo diem! Tutup mata lo, kalo lo gak berani ngeliat ini. Dan
cukup lo rasain, apa yang terjadi.” Bisik Valent menjelaskan, saat itu
Rakha hanya bisa bengong, lalu nurut apa yang dikatanya, karna
sepertinya ada dorongan keyakinan yang mengatakan kalo Valent ini adalah
pria yang jujur “Saran gue, jangan sampe lo tolak. Akan lebih bagus
lagi kalo lo terima ini sekaligus dengan menikmatinya juga.”
Rakha masih penasaran sama apa maksudnya. Tapi sekali lagi, ia percaya seutuhnya. Lalu Rakha menutup matanya dengan sempurna
Sejenak, Valent begitu dalam melirik wajah imut seorang Rakha. Lalu
didekatkanlah wajahnya kewajah Rakha pelan pelan. Walau terpejam, Rakha
terkejut ketika merasakan ada yang menempel diujung bibirnya. Sentuhan
yang berbeda, hangat, menggigit dan penuh kelembutan. Rakha tau inilah
rasanya ciuman pertama, takkan dibiarkannya ini sia sia. Rakhapun
membalasnya. Entah kenapa?, fikiran Rakha seakan kini sedang melumat
bibir Biant. Penuh perlawanan, basah dan hanya bibir mereka berdua saja
yang terus bergerak, tak ada gerayangan lainnya.
Tak lama, Valent menghentikannya. Ia tersenyum dikala mata Rakha
perlahan terbuka. Rakha merasa keanehan disekitar pandangannya, seakan
baru saja Valent telah mengantarnya kedunia yang jauh lebih berbeda. Tak
sadar kalo ia sudah kembali kedunia nyata. Yaitu ruang kelasnya yang
kosong.
“Ternyata bener, gak asik ciuman sama cowok. Maennya kasar!” ledek Valent kemudian.
Rakha hanya bisa ketawa geli. “Lo serius, nyium gue tadi?”
Valent tampak malu malu “Sebenernya buat ngeyakini doang” gumamnya
menetralitsir keadaan yang kian romantis “lo pasti dapet jawaban dari
Biant dalam waktu dekat ini. Tentang perasaannya terhadap lo. Lo siap,
kalo seandainya Biant gak suka sama lo?”
“Gue lebih seneng kalo ia bicara jujur dari hatinya, dan tidak
memberikan harapan yang kosong seperti selama ini gue sendiri yang
ngerasainnya, ini gak adil!”
“Yawudah, sekarang lo siap siap pulang gih. Mo gue anter sekalian. Gak
enak, rumah lo jauh. Sementara bobot buku lo gak ngimbang sama berat
badan lo.. gue gak tega!”
“Okey, thanks Val… lo udah bikin perasaan gue rada nyaman!”
“Bentar ya, lo tunggu di depan kelas, biar gue yang menghampiri lo kesini.” Ujarnya meyakinkan.
Begitu sampai di tempat parkiran motornya, Valent mencoba menghirup dan
menghela nafasnya begitu berat. Bukan Karena perjalanannya yang cukup
jauh dari kelas, tapi ia berfirasat akan ada tantangan yang jauh lebih
keren lagi dari sebelumnya.
“Gue tau lo belom pulang, Iant! Lo gak perlu sembunyi lagi.” Bukannya takut, Valent malah tersenyum.
Begitu ucapan Valent melayang ke udara. Kejadian berikutnya, serangan
Biant muncul tiba tiba. Tanpa ocehan atau basa basi lainnya lagi, Biant
tiba saja mencengkram kerah baju sekolah Valent dengan ganasnya. Matanya
tergambar sangat marah, menampakkan urat urat retina yang berwarna
merah. Penuh kebencian yang mendalam, tapi Valent tau, dan menyadari..
Biar seberingas itupun, Biant tak mungkin menghantamnya detik itu jua.
Valent merasakan getaran puncak amarahnya yang tertahan. Gemertakan
giginya yang penuh dendam, dan isi hatinya yang mengalami rasa
kecemburuan yang amat besar.. otot jarinya terus terusan dilatihnya, tak
sabar menunggu detik detik sebuah tonjokan dipusat hidung.
“Silahkan kalo lo mo melampiaskannya, gue gak bakal nyerang balik!” tutur Valent menghadapi Biant begitu santai.
(So, What the next? Udah kepanjangan deh, jadi sorry,.. please waiting for the continue..)
Your body’s warm But you are not
You give a little Not a lot
You coup your love Until we kiss
You’re all I want But not like this
I’m watching you disappear
But you, you were never here
It’s only your shadow Never yourself
It’s only your shadow Nobody else
It’s only your shadow Filling the room
Arriving too late And leaving too soon
How can I tell if you mean what you say
You say it so loud, but you sound far away
Maybe I had just a glimpse of your soul
Or was that your shadow I saw on the wall
(Shadow By Britney Spears)
to be continued
DISCLAIMER:
This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.
The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.
Cowok Keripik Jengkol Sheet 24
Labels:
be_biant,
Cowok Keripik Jengkol
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Info Kesehatan
Artikel Lain :
9 Hal Seputar Kondom Pria yang Paling Sering Ditanyakan
0 comments:
Post a Comment