DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 23

Chapter 23
by Ajiseno


“oke pak aji, aku rasa saatnya aku kembali ke kantor”
Aku tersenyum
“makasih yuk…maaf ya, aku selalu ngerepotin kamu”
“duh pak, kenapa pak aji yang jadi sungkan gitu”
“hahahhahahha….sana kalo mau jaga kantor, tapi pulangnya kesini lagi ya…buat jagain maling lagi hahahah” agung nyeletuk sambil tertawa terkekeh
Aku berkedip kearahnya, memberi kode agar tidak menambah panas suasana
Aku paham, agung Cuma bercanda
Tapi menurutku candaannya sudah keterlaluan
Akhirnya kulihat agung nurut
Dia duduk saja memandangnya

Dan…
Aku juga salut dengan wahyu
Dia tidak tersulut emosi seperti tadi
Dia tak pedulikan lagi apa yang tadi diomongin agung
Sambil melangkah keluar kurangkul pundaknya
“yuk…makan dulu di warung sebelah yaa?”
“nggak usah pak, aku sudah makan kok tadi”
“ohhh…bentar…”

Aku berlari ke kios rokok kecil di depan rumah
Kubeli dua bungkus rokok
Wahyu berdiri saja ketika aku menghampirinya
“nih rokok yuk..sekali lagi maafin temenku ya?”
“makasih pak…nggak pa pa kok pak, kuharap pak aji hati-hati dengan orang model kayak dia pak”
Aku menggangguk tersenyum
“pastilah”
“hmmm..pak..temen bapak itu nanti malem tidur disini?”
“iya…napa?”
“hahh…kali ini aku bener-bener kuatir dengan keselamatan bapak, apa perlu kujaga pak? Nanti malem kebetulan aku kan nggak jaga kantor”
“ohhhh…nggak usah..kuulangi sekali lagi yuk, kamu jangan kuatir…aku pasti aman-aman saja”
“ya sudah pak, pokoknya kalau ada apa-apa telepon aku ya, aku akan siap!”
“hehehhe oke yuk”
“pokoknya untuk keselematan pak aji, nanti malem aku akan berjaga”
“hehehehehe…jangan gitu dong, ayo sekarang pulang sono, jangan pikirin aku lagi ya”
Dia mengangguk dan mengambil sepeda motornya
Pelan sepeda motor wahyu meninggalkan halaman rumahku
Aku bernafas lega…
Akhhh…dimana ada agung selalu ada keributan
Termasuk disini…dirumahku sendiri

Kuhampiri agung
Wajahnya masih kusut
Rupanya sejak tadi dia hanya mengamatiku
Belum cuci muka juga
Dasar jorok!
Tapi entahlah wajahnya tetap tampan

“gung…”
Dia mendongak menatapku
“kamu tuh ya…tetep…tak berubah”
“emang kenapa ji”
“selalu bikin ribut”
“eh jangan salah ya…dia tuh satpammu yang ngajak ribut melulu”
“ya iyalah…kamu ke kantor dengan pakaian gitu, aku masih nget, dulu kan kamu punya baju bagus, rambut disisir rapi, tuh nyatanya kamu sebenarnya bisa rapi, tapi pas nemuin aku di kantor malah acak-acakan pakaianmu”
“heheheheh…aku Cuma mau jadi diriku sendiri”
‘berarti dulu kamu pura-pura ya?”
“hehehehe ya nggak lah”
“nah tu, napa nggak berpakaian sopan ketika ke kantorku?”

Dia mengambil nafas..mirip mendengus
“yaa…kuakui…semenjak aku bercerai dengan ranti, aku..aku merasa sendirian, tak ada yang peduli lagi, semua yang dekat denganku penuh dengan kepura-puraan, makanya akupun tak mau lagi hidup dengan kepura-puraan, aku ingin menjadi diriku seperti apa adanya, dan…..aku juga ingin tahu……. dengan kondisiku seperti ini, apakah kamu masih mau berteman denganku”
“wah..wahhh…jadi intinya kamu nge_tes aku neh?”
“nggak gitu ji, karena Cuma kamu satu-satunya orang yang paling mengerti dengan kondisiku”
“nggak juga kok gung, aku rasa itu hanya perasaanmu saja, masih banyak orang yang sayang denganmu kok”
Dia menggeleng lemah

Kuambil telapak tangannya
Kuremas pelan
Dia menatapku
“gung…kamu harus optimis dalam hidup!”
Dia terus menatapku
“jii..semua sudah hilang dari jiwaku”
“gung…ada aku…bahkan ada orang tuamu yang sebentar lagi akan kau temui, kamu harus yakin”
Sekali lagi dia menggeleng lemah
“makasih jii…ternyata aku tak salah duga…kamu memang teman terbaikku…tak ada yang berubah dalam dirimu…kamu masih seperti dulu..masih menjadi teman terbaikku disaat aku susah dan hampa…”

Tiba-tiba pelan dia menarik telapak tangannya dari genggamanku
Dan pelan kedua telapak tangannya menutup wajahnya
Dalam hening kudengar isakannya yang pelan disela nafasnya yang juga pelan
Aku tak paham..apa itu tangis bahagia atau pelepasan dari segala dukanya yang selama ini menumpuk
Yang jelas aku hanya bisa sedikit bangkit
Memelukknya erat..
Dan kurasakan tubuhnya terguncang dalam pelukanku…..

Suasana warung angkringan malam ini nggak begitu ramai
Hanya ada dua pasang muda mudi
Hmmm…walau ini malam minggu
Tapi kelihatannya warung sebelah yang menyajikan sop kaki kambing dan seafood yang ramai
Aku sengaja mengajak agung kemari
Sekedar untuk menghangatkan tubuh dari sejuknya malam
Minum kopi jahe
Dan makan makanan ringan…pisang coklat bakar

Tadi sore agung sudah kuajak makan
Jadi malam ini nggak mungkin lah kalau makan lagi
Sebelumnya kami berputar-putar di kota
Mulai dari area PRPP, kali banteng, karang ayu, tugu muda , simpang lima dan terakhir di warung angkringan dekat gedung BI

Hmmm nyaman sekali
Dalam temaram kupandang wajah agung
Takkan bosan sampai kapanpun
Kumis tipis sampai jenggot bekas tercukur rapi begitu mempesonaku
akhhh…malam ini agung begitu beda
dia berpakaian lebih rapi
lebih tampan
atau…lebih tepatnya lebih ganteng
kulitnya coklat tua
lengannya menyembul dari kaos ketatnya
akhh….sebuah tubuh yang sempurna menurutku

peasanan datang
aroma kopi jahe langsung menyeruak membangkitkan selera
kuseruput pelan
mengeluarkan suara nikmat
dan agungpun demikian

“hmmm…jii…tahu gini, aku sejak kemaren-kemaren ke semarang heheheheh”
“emang napa?”
“enak banget”
“walah…gini aja gung”
“iya…aku telah menyia-nyiakan sisa hidupku selama ini”
“hahhahahaa… kamu ini, ngomongnya kayak orang dah mau mati”
“aku suka”
“suka? Suka ma siapa?” tanyaku kaget
“maksudku aku suka suasana ini”
“ohhh kirain suka ma aku”
“wkwkwwkwk…mosok sama kamu”
“berarti nggak suka ya?”
“ngomong opoooooo…..”ujarnya nyengir
Tapi aku sudah terlanjur ge-er
Jadi Cuma bisa ikut tertawa

“jii”
“hmmm…serius amat”
“iya…aku pengin tahu pendapatmu lagi”
“iya ….tentang apa?”
“apa menurutmu, keputusanku sudah tepat ji?”
“keputusan yang mana?”
“Berpisah dari ranti dan anakku”
“akhhh…bukannya itu sudah kita bahas dulu gung”
“aku pengin tahu pendapatmu setelah aku berpisah”
“hmmm…” aku garuk-garuk kepala tak gatal

Bingung juga mau memberi pendapat pada kondisi agung saat ini
“gung”
“ya”
“gimana perasaanmu saat ini?”
“bahagia”
“ohhh…berarti kamu sudah melakukan keputusan yang tepat”
“lho ji…maksudku aku bahagia..ya sekarang ini jii…saat ini”
“ya iya…kalau keputusanmu salah..kamu takkan dapat bahagia sekarang, kamu takkan dapat tertawa…”
Agung mengangguk pelan

“mungkin benar katamu ji, aku merasa ada beban yang hilang yang kemaren kupikul…aku merasa lega…hmmm…lebih tepatnya aku sekarang merasa nyaman dengan hidupku yang baru”
“nahhh gitu dong”
“Cuma…”
“Cuma apa gung…?”

Agung menunduk dengan jemari memegang sendok kecil sambil mengaduk kopinya
“aku masih selalu rindu dengan anakku”
“hmmm…yaahhh…menurutku itu wajar gung, tapi nanti kamu akan terbiasa juga kok, Cuma kamu harus selalu ingat bahwa kamu punya tanggung jawab terhadap anakmu”

Sekali lagi agung mengangguk mantap
“makasih jii”

Tiba-tiba hpku bersuara
Kuambil cepat…
Dan kulihat..
Ada nama hendra disana
Langsung kuangkat
“ndraa…hallooo…kamu dimana ndraa?”
“hmmm alooo…hayooo kamu lagi ngapain dengan agung? Selingkuh ya?”
Aku Cuma tersenyum sambil menjawab “iya!”
“awas ya!”
“heehehhe..makanya kamu pulang kesini…kita kan bisa threesome”
“apaaaaa?”
Aku Cuma tersenyum geli
Aneh saja
Akhir-akhir ini hendra begitu mencemburuiku

Mungkin inilah salah satu keunggulan kota semarang dibanding kota besar lainnya di indonesia
Kota semarang terdiri dari dua…semarang atas dan semarang bawah
Saat ini aku berasa di kawasan kota semarang atas
Disini udara jauh lebih sejuk
Banyak pohon…
Dan pemandangan kalau dimalam hari luar biasa indah
Kota semarang terlihat gemerlap
Hilir mudik kendaraan laksana berlian berkelip kelip tersebar seantero wilayah
Kalau aku sedang jenuh…aku pasti kesini
Memandang keindahan malam di semarang dengan tanpa bosan

Sudah jam 9 malam
Biasanya jam segini aku sudah tidur
Tapi kali ini sungguh lain
Ada agung…
Dan ini mungkin menjadi moment terakhir aku ketemu dia, makanya malam ini aku ajak agung keliling semarang sepuasnya
Dan….
Kulihat wajahnya selalu berseri
Nampak kebahagiaan terpancar
Sangat beda dengan agung saat pertama kali aku berjumpa
Kali ini sungguh agung yang lain
Agung yang sudah melepas beban hidupnya
Dan akupun bahagia
Paling tidak disaat-saat terakhir aku bersamanya aku berharap dapat membahagiakannya

Kami duduk dibangku kecil
Disebuah taman yang memang disediakan untuk melihat pemandangan semarang bawah
Duduk berdua…
Dan kulihat ada beberapa pasang muda-mudi juga sama
Akhhh…aku jadi ingat hendra…

“jii…”
Aku menoleh
“yaa”
“hmmm…makasih”
Aku tersenyum
Dalam keremangan lampu taman dapat kulihat wajahnya menampakkan kebahagiaan
Dan aku sadar dia tak dapat mengungkapkannya dengan kata-katanya
“gung..kamu mau bicara apa? Kok Cuma makasih?”

“hehehehehehe…nggak pa pa”
Dia menyedot rokoknya
Dan kemudian menghembuskannya memenuhi udara disekitarku
Aku mengibas-ibaskan asap rokok dari celah bibirnya
“daripada kamu tersiksa dengan asap rokokku, nihh,…kamu ikutan ngerokok aja ji”
“hahh..nggak ah”
“nggak pa pa…coba aja”
“nggak!”

Dia bangkit
Setengah berdiri dia merogoh saku depan celana jeansnya
Dia mengambil sebungkus rokok
“nih”
“nggak!” aku menggeleng kuat
“coba! Kamu harus coba rokok kalau mau jadi temanku”
“lho…kok bisa?”
“biar aku enak kalau ngerokok disampingmu”
“kok bisa?”
“ya iyalah…kalau kamu nggak ngerokok, aku merasa mengganggu kamu dengan asap rokokku”
“nggak pa pa kok gung”

Tiba-tiba dia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya sebentar untuk sekedar mengecek api diujung rokok
‘nih..”dia menyodorkan sebatang rokok kearahku
Aku kaget
“apaan gung”
“nih hisap”
“nggak mau”
“harus mau”
“nggak!” suaraku mengeras

Tiba-tiba lengannya yang kokoh memilin leherku
Dan….
Dia memaksakan asap rokok masuk ke mulutku
Aku tersedak dan berontak
Rasanya aneh…
Aku belum pernah merokok
“gungg…gila kamu ya..”
“hehehehhe…ayooo hissaaaaappppp…terus hisaaapppp….”
Kurang ajar agung
Berkali-kali aku terbatuk
Dan agung terus berteriak keras keras…”jiii..ayooo hisaaapppp”
Dan yang lebih menyebalkan…
Beberapa orang melotot ke arah kami
Kata-kata hisaaaaapppp” sudah cukup membuat banyak orang menoleh
Penasaran dengan apa yang sedang kuhisap

pilinan agung semakin kuat
kurasakan batang rokok disodok-sodokkan kemulutku dengan paksa
aku memberontak
beberapa kali wajahku terantuk-antuk di pahanya
"ayoo hisaap jii..kamu harus merasakannya...enak kok"
'nggak mauuuu.."
"ayooo hisapp...nggak pa pa...enak kok"

posisi wajahku menunduk paksa diatas pahanya agung
tiba-tiba terdengar suara lelaki dengan keras
"heyyyy...homo! kalau mau berbuat mesum jangan disini!"
kulihat seorang lelaki berkacak pinggang
dan seketika agung melepaskan lilitannya
sejenak kami melotot dengan kata 'mesum' yang tadi diucapkannya...

Tanpa sempat kucegah agung telah melompat
Tubuhnya yang besar langsung menyeruak mendekati tubuh lelaki yang tadi bersuara menghina
Dan…
Sebuah tinju keras mendarat di rahang lelaki itu tanpa sempat lagi menghindar
Agung bagai beruang mengamuk
Sekali lagi sebuah tinju keras mengenai pelipisnya
Dan…
Lelaki itu tersungkur
Aku menjerit keras sekuat tenaga….

Dan…
Dengan cepat lengan agung sudah menarik krah baju
Ada darah mengalir di sudut bibir dan hidung lelaki tersebut
Aku sedikit mendekat
Dan lelaki itupun bertato
Mungkin juga dia juga preman daerah sini

“hei bangsat…kalo ngomong bacotmu diatur yaaa!!!!...” suara agung keras
Lelaki itu tak menjawab
Dia hanya mendengus kesal..
“iniii…..aku tidak berbuat mesum…iniiii…”
Dan semakin parah…tiba-tiba agung mengacungkan batang rokok yang masih menyala tepat di depan mata lelaki itu
“guungggg……udah gung udaahhhh…” aku memohon agar tenang dan tidak emosi
agung tak peduli dengan ucapanku
Dan….
Dengan rokok itu ditekan pada kening lelaki tersebut
Lelaki itu mendelik dan menjerit keras
Pasti sangat sakit disulut puntung rokok
“gunnggg…..sudaaaahhhhh…” aku berusaha menyeret agung agar bisa terpisah dari orang tersebut aku tak ingin ada kegaduhan
Dan lebih celakanya lagi, jika orang tersebut adalah preman daerah sini
Bisa gawat……

“heiiii…siapa kamu heeyyyy…!” suara banyak lelaki
Aku menoleh
Dari arah samping muncul sekitar lima orang lelaki
Semua bertampang garang..
Dan aku paham…semua adalah preman
Keadaan semakin memanas
Dan…aku semakin panik
Terutama dengan keselamatan agung
Bagaimanapun kuatnya agung
Yang pasti dia takkan mampu menghadapi lima orang preman bertubuh kekar tersebut
ada bayangan kegerian hinggap di pikiranku
ini semua gara-gara agung sulit mengontrol emosi

Aku hanya bisa melihat sekilas postur kelima preman itu
Hatiku panik sehingga tak lagi bisa berfikir jernih
Yang kulihat agung begitu tenang menghadapinya
Dengan gerakan cepat, lengannya yang kokoh sudah melingkar di leher lelaki yang tadi sempat dihajarnya
Agung pintar…
Dia menyandera lelaki tak berdaya di tangannya
Lengannya yang kokoh begitu kuat di leher lelaki tersebut
Lelaki tersebut menjerit pelan
Terpekik…
Dengan wajah lebam dan hidung mengucurkan darah…

Dan dengan gerakan kepalanya, agung menyuruh aku untuk mendekat
Di belakang punggungnya
Berlindung
Akupun tak berdaya….
Dan…dengan rasa begitu was-was aku berada dibalik punggungnya

Kelima preman mendekat
Dalam diam, semua memasang wajah angker
Bersedekap dan berkacak pinggang
Salah satu yang bertubuh kekar, pendek dan tangan penuh tatto mendekati agung
Sambil mengepal-ngepalkan tangan yang yang dibenturkan ke telapak tangannya
“hmmm…kamu mau bunuh orang ini? Bunuh saja…” dia maju dengan senyum licik

Agung sedemikian tenang
“baik….aku bunuh dia, kebetulan aku baru saja keluar dari penjara..’suara agung pelan dan berat
Orang itu semakin mendekat
Senyum liciknya terus tersungging
Dan…
Pelan agung merogoh saku celananya
Dia mengeluarkan benda kecil dari sakunya….

Sebuah pisau lipat yang mengkilat tajam
Lelaki itu terhenti dan melotot tak percaya
Dan sandera meronta berusaha melepaskan diri
Pelan…
Dan sangat pelan…
Pisau itu di tempelkan di leher sandera
Sandera melotot dan semakin meronta
“kamu maju satu langkah, leher ini akan putus…….”suara agung berat, sarat dengan ketenangan dan ancaman.
Dan….
Lelaki itu terpaku…melotot tak percaya…

Aku gemetar…
Nyawa taruhannya
Andai bisa …aku akan lari dari tempat ini…
Semua ini gara-gara agung..
Tapi apapun juga, aku salut dengan ketenangannya dalam menghadapi suasana genting seperti saat ini.

Dan tiba-tiba kulihat lelaki itu tersenyum lagi
“hmmm…bunuh saja, aku tak kenal dengan dia”
Sandera melotot….
Dia mengeluarkan suara terpekik tidak jelas
Seperti sebuah protes
Dan….
Lelaki itu mendekat..
Melangkah dengan begitu percaya diri
Dan sempat kulihat…
Tangan kanannya membawa golok
Sementara keempat temannya semua waspada
Aku semakin gemetar….
Tapi kulihat agung masih tenang
Ujung pisaunya telah menancap di kulit leher sandera
Darah segar mulai mengalir
dan…keadaan semakin panas
nyawa taruhannya
termasuk nyawaku….

Lelaki itu sungguh percaya diri
Senyum liciknya terus menghias bibirnya
Agung masih tetap pada posisi yang begitu menguntungkan
Lengannya yang kokoh melingkar di leher sandera, dan telapak tangan membekap mulut
Tangan satunya lagi memegang pisau lipat kecil tajam siap merobek leher

“mau bunuh orang itu? Bunuh saja….hehehhehe…” suara lelaki itu diikuti tawa lirih keempat temannya
Aku Cuma diam dibelakang punggung agung
Aku sungguh tak suka suasana ini
Andai ada hendra…pasti kondisinya takkan seperti ini

“hmmm…baik…berarti ini yang ke sebelas” suara agung mantap
“maksudmu?” lelaki itu berhenti
“hmmm..ini korban ke sebelas dari pisau kecil ini, mungkin malam ini akan ada enambelas korban….”suara agung tenang
“hahahahhahahaha…enam belas?? Hahahhahaha” orang itu tertawa terbahak sangat keras melecehkan

Dan….sangat cepat
Sangat cepat…
Aku hampir tak melihat gerakan agung
Yang pasti…sebuah tendangan keras menimpa selangkangan lelaki di depannya
Lelaki itu tanpa sempat berkelit
Langsung terarah…”bukkkk..” suaranya sangat keras
Lelaki itu langsung tersungkur dan meraung
Aku yakin buah pelirnya pecah
Lelaki di depan agung tersungkur tergeletak menggeliat dengan kedua telapak tangan memegangi kemaluannya

Dan agung dengan lincah membuat gerakan melompat tanpa melepas sandera
Kakinya tepat di lengan lelaki yang tersungkur
Menginjaknya erat
Dan telapak kaki yang satunya…di lehernya
Lelaki itu melotot…
Berhenti bergerak
Aku hanya tertegun memandang
Tanpa bisa berbuat apapun

“keempat temannya membuat gerakan kuda-kuda
Tetapi sorot matanya begitu waspada
“maju selangkah…kedua temanmu ini akan aku habisi…dan selanjutnya kamu semua!” agung kali ini bersuara keras membentak

Keempat temannya begitu ragu…
Mereka saling berpandangan bingung
Nyawa kedua temannya ada di tangan agung

“bang…am…ampun bang…lepasin bang..maaf..ampun bang” suaranya terbata-bata ketakutan
Kulihat agung mengambil nafas panjang…..

Dan dengan cepat agung mendorong lelaki yang sejak tadi di sandera
Dia memegangi leher yang sempat luka tergores pisau lipat
Dan mendepak cepat lelaki yang tersungkur
Dengan terhuyung huyung lelaki itu bangit sambil memegangi kemaluannya

“sekali lagi kamu ganggu aku dan temanku..kubunuh dan kuobrak abrik geng ****** mu” suara agung mantap
“apa? Jadi kamu tahu ******?” lelaki itu melotot tak percaya dengan apa yang di ucapkan agung
Rupanya agung menyebut sebuah nama geng preman

Pelan agung mencopot kaosnya
Aku Cuma memandang tak mengerti..
Dan sepertinya agung memperlihatkan tatto di pangkal lengannya
Dan semua yang di depannya melotot tak percaya…
“jadi…jadi….abang ini…siapa??”
Kulihat agung tersenyum
“maaf bang…sungguh maaf bang, kami sungguh tak tahu kalau abang ini…anggota juga…maaf bang”
“sampaikan kepada bang jonet….petruk saat ini di semarang”
“baik-baik bang…jadi abang ini petruk ya? Waahhhh sungguh aku nggak menyangka” wajahnya berbinar mendengar nama petruk

Tiba-tiba agung menyerat cepat lenganku
Dirangkulnya pundakku sangat erat

“hei semua..lihat baik-baik temanku ini, awas..kalau temanku ini sampai kenapa-napa, ku obrak-abrik semarang”
“baik- baik bang…”
“cepet…pergi!...sana pergi….bilang sama bang jonet, petruk disini!”
“baik bang…maaf bang…”
Dengan cepat rombongan preman itu pergi dan hilang dibalik kerimbunan pohon taman.

Aku menghela nafas panjang
Dan baru kusadari…kami di tonton banyak orang
Tapi aku tak peduli lagi

“gung..kamu kenal mereka?”
Agung mengangguk
“trus siapa mereka?”
“udahhh lupakan…”
Tapi aku tak menyerah
Ada yang disembunyikan dari diri agung
Dan aku harus tahu….

Kuambil dua buah cangkir poselin pelan
Kutuangkan satu bungkus kopi gula dan susu
Hmmm…sebuah minuman pereda stress siap kuhidangkan
Entahlah aku merasa saat ini aku butuh menenangkan diri
Aku berharap segelas kopi susu ini bisa melemaskan syarafku

Setelah kejadian dengan preman tadi, aku langsung memutuskan untuk pulang saja
Sepanjang perjalanan kami membisu…
Akupun tak lagi bisa bersuara
Bagiku kejadian tadi begitu membuatku syock
Akhhh…kulihat agung tenang saja
Uhhh..itulah yang menyebalkan
Dia sudah membuatku jantungan
Nggak asyik main sama agung, pasti ada masalah yang berhubungan dengan hal yang berbau emosiaonal

Kuseruput pelan…
Hmmm..pas rasanya

Kuambil nampan dan kuletakkan dua gelas kopi susu
Kubawa ke depan
Dan…kulihat seperti biasa…
Agung duduk dengan kaki selonjor, dan asap rokok yang mengepul keluar dari celah bibirnya
Dia nampak begitu santainya

“nihh minum dulu gung..”
Dia menoleh
Aku mendekatkan nampan dan dia langsung menyambar secangkir kopi susu
Diseruputnya pelan
Aku duduk disampingnya
Akupun menyeruput….

Tetap saja…
Hatiku belum tenang
Rasa takut, ngeri atas kejadian tadi masih saja menyelimutiku
Pelan aku duduk disampingnya
Dan agung sedikit menoleh
Kemudian menjulurkan lengannya dengan tepukan keras di bahuku

“kamu masih takut ya?” tanyanya lirih
“iya”
“hmmm…satu-satu…”
“hah…apa maksudmu?”

Agung kembali menghembuskan asap rokoknya
Dia tersenyum
“yaaahhh itung-itung ini pembalasanku atas kejadian di kuburan dulu..hehehhehe”
“uhhhh…ya beda lah…”
“hhehehehe sama aja, sama-sama penakut”
“beda”
“sama lah”
“beda…kamu kan takut dengan hal-hal yang tak terlihat, kamu tuh yang nggak normal, mosok takut sama hantu!” ujarku ketus
“hahahhahaha..masih mendingan aku, wajar lah, makhluk nggak terlihat di takuti, lah kamu, mosok sama preman cungkring gitu saja takut hahahhaha”
“siapa yang takut? Aku Cuma nggak suka perkalahian…”
“walah…sok lu”
“beneran…aku tuh paling nggak suka dengan yang namanya keributan, apalagi adu fisik”
“halah..bilang saja kamu nggak mau berkalahi, karena nggak mampu hahahhaha”
Aku melotot
Menatapnya tajam
Agung melihatku juga
“ji…ngapain lihat aku kayak gitu, kamu nantang ya?”
“iya!”
“apa?”
“bentar…aku mau manggil..hmmm…teman gaibku dulu” ujarku
“hehehehehehe…walah sok ada teman ghaib segala, mau nakut-nakutin aku ya? Aku nggak takut hahahahha”

Aku cuek….
Kuangkat kakiku dan duduk bersila
Wajahku kutundukkan
Pura-pura memanggil roh gentayangan
Agung Cuma senyum-senyum
“nggak takut jii…dikira aku takut po…”
Dari nadanya sebenarnya aku paham, dia lumayan khawatir juga

Tiba-tiba terdengar suara plak..
Dan listrik padam……
Suasana jadi sedemikian gelapnya
Dan reflek agung memelukku erat
Sangat erat
Kurasakan tubuhnya gemetar
“jiii…serius jii….aku tadi Cuma canda ma kamu, serius jii…maaf ya..ayoo jii…jangan gitu dong”
Dia masih memelukku dengan tubuh gemetar
Dalam hati aku tertawa…
Listrik mati kan memang ada pemadaman bergilir dari PLN
Dan aku tahu betul jam-jam listrik mati…hehehehehhe
Dasar agung penakut…

“hahahahahahha…”akhirnya terlepas juga tertawaku
Agung langsung melepaskan pelukannya
“lhoo…” dalam gelap kubayangkan pasti agung terbengong mendengar tertawaku

Aku bangkit tanpa memperdulikannya
“jii..kamu mau kemana?”tanyanya
Aku diam…dalam gelap aku tersenyum geli
“jiii…kamu mau kemana?” kelihatannya dia mulai panik

“hehehehee…ke kuburan!” candaku
“jii…jangan maen-maen neh…kubunuh kamu!”
“hahahahhaha” aku Cuma tertawa

Dalam gelap aku berjalan menuju lemari
Mengambil lilin dan korek api
“jii…!!” agung semakin panik
Aku heran saja kok ada orang seperkasa agung begitu takut dengan hantu
Tadi dia menghadapi enam orang preman saja santai, menghadapi gelap gini saja sudah begitu paniknya
Dan kini aku baru sadar…dulu rumah agung dibiarkan kosong, mungkin karena dia begitu ketakutannnya.

Dan ketika lilin sudah menyala
Kulihat wajah agung yang terbengong
Sexy……

“jii..”
“hmmm”
“kok nyalain lilin?”
“maksudmu? Kamu pengin gelap-gelapan saja ya?”
“jadi?”
“jadi apa?”
“tadi listrik mati bukan karena kamu….???????
“ya bukan lah…kan PLN untuk penghematan listrik mengadakan pemadaman bergilir”
“apaa??”
Tampangnya langsung berubah geram

Aku tersenyum cuek
Langsung duduk disampingnya
Kuletakkan pelan lilin di meja
Dalam remang…tetap saja wajah agung terlihat ganteng
Mirip bintang film india

Tiba-tiba lengannya yang besar langsung melilit dileherku
Dia menekuk punggungku hinnga tubuhku terhimpit keras di ketiaknya
“kuranggg ajarrrrr…..hrrrrr….”dia begitu geram
“gung sakitttt….”
“biarin kubunuh kamu hahh’
“bunuh saja, biar hantuku terus…”
“bilang hantu lagi, kubunuh beneran”
“hahahahha..sakit beneran gung…..”
“biarinnnn…rasainnnn…”
“gung ketiakmu bau asemmm…”
“hahhh…rasain!”
Dia semakin menghimpit mukaku ke ketiaknya

Akhirnya dia melepaskannya
Aku langsung tersengal-sengal

“uhhhh” suaraku diantar deru nafasku
Dia masih dengan tampang cemberut

“hehehehe..gung-gung kamu tuh belum berubah juga ya ternyata”
“berubah? Apanya?”
“hmmm…masih penakut..hahahahha dan…masih suka emosi”
“nggak kok…aku nggak takut”
“hehhehe..ayo …berani ke kuburan sekarang?”
“udah ahh”

Sejenak kami terdiam
Agung kembali mengambil cangkir kopi susunya dan kembali menyeruputnya pelan
“gung..”
“hmm”
“kali ini aku serius”
“iya”
“siapa preman tadi?”
“hmmm..pokoknya satu geng dengan aku dulu”
“ohh..kok kamu tahu?”
“tattonya”
“ohh gitu ya?”
“kamu kok sepertinya begitu terkenal di kalangan preman?”
“aku kan boss nya”
“apa?”
“iya dulu aku boss di daerah tengah”
“sekarang?”
“udah nggak lagi”
“syukurlah”
Agung terdiam
Dia menatapku tajam

“napa gung?”
“jii…mulai besok, aku nggak disini lagi, entahlah aku jadi kuatir denganmu”
Aku kaget
“kuatir? Maksudmu?”
“kamu nggak ada yang jagain lagi”
“hahh..aku bisa jaga diri kok”
“uhhh jaga diri apaan?”
“lagian aku tuh pengalah gung, jadi nggak mungkin lah aku di keroyok preman”
“uhhh…aku paling nggak suka ama orang jawa ya kayak kamu ini jii”
“tapi gung…jika orang-orang diciptakan seperti aku semua, pastilah indonesia tentram”
“hwuaanyaaK!”
“ya iya lah, aku tuh nggak pernah emosi, coba bayangin….jika semua orang….”
“udah ahh…prek ah ama orang jowo kayak kamu ini’
‘lho..emang apa salahku gung?”
“nggak salah apa-apa, Cuma aku nggak suka saja”
‘nggak suka apanya?’

Agung sekali lagi menatapku
“jii..orang-orang seperti kamu justru menurutku seperti nggak punya harga diri, sering di lecehkan…lihat tuh di televisi, logat jawa sering dilecehkan sebagai logat orang-orang blo’on, karena apa jii…orang jawa terlalu pemaaf, justru disitulah, makanya orang jawa sering jadi korban penipuan”

“gung..kami orang jawa paling suka dengan ketentraman, nggak suka emosi, dikit-dikit emosi, dikit-dikit berkelahi, maka orang jawa tulen kalau berkelahi yaaa…lewat ilmu kebatinan, bukan adu fisik kayak kamu”

“tapi aku emosi itu bukan sekedar emosi jii, aku emosi untuk mempertahankan harga diriku”
“ohh…bagi kami, mengalah juga untuk mempertahankan harga diri gung”
“wuanyak! Harga diri apaan, orang mengalah itu tanda nggak punya harga diri!”

“justru disitulah bedanya orang jawa dengan kamu gung, coba gung, kalau tadi aku digituin sama preman, terus dengan santai aku minta maaf, terus dengan bahasa yang halus kujelaskan, terus kemudian kami ngobrol, jadi saling kenal dan akhirnya ungkin malah dia yang minta maaf duluan…disitulah letak harga diri gung…bukan tambah musuh tapi tambah saudara”

“itulah yang aku tak habis pikir dengan budaya jawa, makanya nggak ada pengacara dari jawa ya….soale mudah mengalah hehehehe”

“di jawa ada istilah…’dipangku mati’ , maksudnya semua aksara jawa, kalau dipangku akan mati atau menjadi konsonan, itu menandakan, prinsip orang jika ada yang membenci kamu, maka berbaik-baiklah sama orang yang membenci kamu, maka dia akan kalah secara perlahan”
“maksudnya?”
“maksudnya…jika kamu punya musuh, berbuat baiklah sama dia, pasti dia akan dapat kamu takhlukkan..paling tidak hatinya akan luluh, bukan dengan emosional”

“jii…aku tidak bicara masalah emosional..tapi masalah harga diri ji”
“gung…harga diri itu adalah bisa dipahami melalui sifat kedewasaan, dan kedewasaan hanya dapat diukur dari sejauh mana orang tersebut dapat mengontrol emosionalnya”
“akhhhh…nggak mudheng ahh..”

Aku tersenyum
Bagaimanapun juga aku memang sangat beda prinsip sama agung
Tapi paling tidak, aku bersyukur…sampai saat ini aku tak pernah dan tak akan punya musuh di sepanjang hidupku.

Sudah aku duga sebelumnya hal ini akan terjadi
AKU SUSAAAAHHHH UNTUK TIDUR…
Hmmm…gimana ya?
Tidur disampingnya agung merupakan cobaan terberat dalam perjalanan cintaku bersama hendra

Setelah listrik kembali hidup
Tadi kami memutuskan untuk pergi tidur ke ranjang
Baru kali ini aku tidur berdampingan dengan agung
Lumayan bikin hatiku deg-degan tak karuan

Awalnya agung begitu gelisah dalam tidurnya
Matanya terpejam…
Bintik keringat muncul di dahinya
Kaos di bagian ketiak terlihat basah
Aku hanya terdiam mengamati…
Agung begitu susah untuk tidur nyenyak
Aku paham…
Agung gelisah dalam tidurnya bukan karena dia tidur disampingku
Tapi….
Karena kepanasan…
Dia sudah terbiasa dalam hawa dingin di lereng prau
Dan sekarang udara di semarang seperti membakar
Panas…
Bahkan aku sendiri yang sudah terbiasa dengan semarang juga merasakan begitu panasnya
Mungkin rasa panas ini juga karena ada agung disisiku

Ohhh hendra maafkan akuuu…
Aku benar-benar susah tidur malam ini…

Aku benar-benar susah tidur malam ini
Apalagi ketika agung bangkit dari tidurnya
Dia menggeliat sedikit dengan mata setengah terpejam
Dia keliahatan begitu ngantuknya…
Mungkin dengan setengah sadar dia bicara…
“jii…panas banget…aku buka pakaian yaa…”
Aku serasa berhenti bernafas
Cuma bisa berkata pelan..
“yaa…”

Dan dia membuka kaosnya…
Pelann…dan mulai Lepas…memamerkan tubuh super sexynya
Perutnya begitu rata..
Menampilkan pack-pack di perutnya…
Bulu halus terlihat di bawah pusarnya hingga masuk ke celananya
Akhhhh…bukannya dulu aku telah melihat semuanya.
Tapi apapun juga mataku takkan pernah puas melihat tubuhnya..
Jika nanti di sorga akan ada bidadara untuk menghibur para gay…
Mungkin agung termasuk salah satunya….
Hwuaaa…adakah gay yang masuk surga? Hahahhaa

Dia melepas kaosnya dengan sedemikian pelannya
Mengangkat tangannya yang kokoh
Pelan…
Seperti gerakan slow motion dalam sebuah film
Dan…
Mataku tak berkedip memandangnya..
Akhhh…aku selalu terpaku melihat bulu ketiaknya
Lebat hitam tak beraturan…
Jika dibanding bulu ketiak hendra
Sangat beda…
Milik hendra tipis dan teratur..
Atau…
Mungkinkah bulu ketiak menunjukkan kepribadian seseorang?

Akhirnya prosesi melepas kaos selesai sudah
Tubuh atasnya agung terpampang sempurna di depan mataku
Dan…
Dengan gerakan cuek agung melempar kaos ke lantai
Dia kembali rebah…
Dadanya kulihat naik turun pelan…
Dalam sorot lampu kamar….
Kulit tubuhnya mengkilat…
Basah dan super sexy…
Ingin sekali kujilat…
Atau kuhirup sepuasnya aroma tubuhnya
Matanya terus terpejam..
Inilah yang harus kusyukuri..
Aku bisa mengamatinya tanpa menimbulkan kecurigaan

Tiba-tiba pinggangnya melenting
Kedua telapak tangan agung sibuk dibagian depan pinggangnya
Mencoba membuka ikat pinggang…
Ouwwww…dia mau membuka celana
Suara denting logam ikat pinggangnya menambah ketidak sabaranku
Dan…
Selesai sudah…
Pelan dia membuka restleting jeansnya
Dan dengan gerakan agak tergesa..
Dia memelorotkan celana jeansnya
Pnggangnya semakin melenting ke atas
Matanya masih setengah terpejam
Pelan celana dalam yang menampilkan gundukan cukup besar didalamnya terlihat..
Dan aku langsung memiringkan badan..
Melihat kearahnya
Tak peduli lagi agung melihatnya atau tidak…

Seluruh celananya terlepas
Tinggal celana dalamnya saja
GAWAAATTT……
Menurutku…
Agung meiliki paha yang sexy
Betis penuh rambut yang juga sexy
Pangkal pahanya ada garis menghitam
Batas bekas celana pendek yang mungkin sering dia pakai
Dibagian bawah berwarna kecoklatan penuh rambut menghitam
Dan bagian atasnya putih mulus …dan terihat urat kecil

Dan….
Celana dalamnya menggunung
Aku yakin isinya masih sedemikian lemasnya
Karena aku paham…jika bagian dalamnya mengeras…
Pastilah celana dalamnya takkan lagi dapat memuat ‘isinya’
Bukannya aku pernah melihat, mengelus bahkan merasakan isinya…
Akhhhh….
Aku semakin gelisah…

OHHH HENDRAAA…MAAFKAN AKU
MALAM INI AKU BENAR-BENAR SUSAH TIDUR
COBAAN INI TERASA BEGITU BERAT UNTUKKU

to be continued...




0 comments:

Post a Comment