DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 24

Chapter 24
by Ajiseno


Agung terus memainkan gerakan-gerakan yang seolah mempermainkan nuraniku
Aku hanya terdiam beku
Ada perang bathin disana…
disisi lain sanubariku
Antara menjaga kesetiaan terhadap hendra…atau….memuaskan gelora nafsuku
Sungguh ini begitu menyiksaku

Akhhh….andai saja …
Andai saja aku belum terikat…
Akhh…andai saja…
Andai saja…..
Pastilah dengan segala ‘keliahianku’ sudah dapat kutakhlukkan agung malam ini juga
Tapi….
Aku sadar betul….
Sebuah hubungan memang perlu keseriusan
Perlu pengorbanan
Dan malam ini….mungkin merupakan pengorbanan terbesar dalam sejarah hidupku
Aku berusaha menahan setiap gejolak nafsuku….

Dan…
Kenyataannya agung memang benar-benar gelisah
Gelisah dalam arti yang sebenarnya
Aku paham…
Kegelisahannya karena dia begitu kepanasan
Kulit tubuhnya yang kecoklatan mengkilat seperti diminyakin
Dadanya yang membusung padat naik-turun seiring dengan deru nafasnya yang pelan
Suara dengkuran pelan terdengar
Bibirnya setengah terbuka….
Seolah menantang untuk segera dilumat…
Akhhhhh…apapun….yang ada dalam diri agung begitu mempesona

Dan posisiku masih miring
Menatapnya tanpa tahu apa yang akan kulakukan padanya
Cuma menatapnya ketika bintik keringat di dahinya mengalir
Ketika bintik keringat di dadanya mengalir
Melewati celah diantara busung dadanya dan perutnya yang rata…
Dan…
Kebawah aku takkan mampu memandangnya lagi
Takkan mampu memandang perutnya atau …
Akhhh gundugan celana dalamnya diantara kedua pahanya yang kokoh
Agung seperti menantangku…

Aku takkan kuat…
Aku takkan kuat jika terus begini
Akhirnya kuputuskan untuk duduk…
Aku harus beranjak
Meninggalkannya..
Mungkin tidur di sofa depan lebih nyaman

Pelan aku duduk
Aku tak ingin mengganggu tidurnya
Tiba-tiba kulihat kotak tissue di meja kecil sampingku
Kuambil dua lembar

Dengan jari sedikit tergetar kuusap pelan keringat di dahinya
Wajahnya dengan bekas cukuran kasar di sisi pipinya
Kuusap pelan
Tissue basah….
Kuambil lagi…
Kali ini kuusap lehernya
Dadanya….
“ohhh Tuhaaannnnn…kuatkan aku….”
Hatiku menjerit ketika tissue berputar-putar diarea putingnya yang besar kecoklatan

Tiba-tiba dia bergerak
Lengannku di tangkap erat
Matanya terbuka
Akupun kaget….

“jii…kamu ngapain?”
Dia langsung duduk
“okhhh…sorry..!” tiba-tiba aku begitu kikuk terhadapnya
Seperti maling yang ketahuan
“kamu ngapainn??” dia masih mencengkeram lenganku yang memegang tissue basah
Aku berusaha tersenyum
Menenangkan hati yang sebenarnya kacau

“okkhhh…sorry gung..kamu keringetan…tadi kuusap pake tissue” ucapku jujur
Dia melepas lenganku
Dia pelan mengusap dadanya dengan telapak tangannya
Seperti gerakan penari striptease…
“ohhh..iya…panase poll…” ujarnya dia tersenyum memamerkan telapak tangannya yang basah

Dia kemudian menatapku dalam
Entahlah aku begitu kikuk dengan agung saat ini
“jiii… ini jam berapa?”
“satu”
Dia kembali menatapku
“kamu belum tidur?” tanyanya menyelidik
Aku Cuma mengangguk
“aku…hmmm…aku mengganggumu?”
“bukan…”
“napa?”
“nggak pa pa gung, entahlah”
“napa? Apa mungkin karena aku tidur telanjang gini, ohh maaf kalau ini mengganggumu”
“bukan”
“lalu?”
“nggak tahu..”
Aku memang bingung memberi penjelasan mengapa malam ini aku susah tidur

“nggak tahu gung, aku ingat semua…malam ini aku ingat semua, semua kejadian kita dulu, aku ingat semua gung”
Dia tersenyum
Senyum lelaki sexy setengah bugil memang sangat luar biasa menghipnotisku

Tiba-tiba dia mengambil telapak tanganku
“berat jii…sama…semua ni seperti sudah diatur, pertemuan kita, aku tak tahu lagi sekarang, aku bagaimana jika tak ketemu kamu”
“sama gung”
“makasih ji” ujarnya lirih hampir tak terdengar
Aku Cuma bisa mengangguk pelan

“gung..”
“iya..”
“hmmm…boleh..hmmm…boleh aku…” ujarku ragu
“iya ji..mau apain?”
Aku mencoba tersenyum
“boleh aku peluk kamu..” kata-kata ini tiba-tiba meluncur spontan

Agung tersenyum
Sangat-sangat manis…
Reflek dia merentangkan kedua belah tangannya
Aku tertawa lirih menggeleng
“napa?” dia semakin penasaran dengan tawaku
Dan tubuhku langsung ambruk di dadanya yang bidang
Lengannya yang kokoh membelit punggungku
Sebuah pelukan yang sangat-sangat erat
Bibirku dan wajahku menggesek lehernya yang kokoh

Aku seperti sesak nafas
Tapi jiwaku laksana terbang ke nirwana
“gung….aku pasti akan meridukanmu…”
“hmmmmm…” dia Cuma mengguman pelan
Dan pelukan ini seperti sengaja takkan ku lepas sampai kapanpun

Akhirnya….
Malam ini aku dapat tidur berbantalkan dada sexy nya agung
Tak kuhiraukan lagi keringat lengketnya di pipiku
Aku merasa nyaman
Senyaman-nyamannya

“jii…kamu…oh aku malah yang nggak bisa tidur”
“hmmmm..napa gung?” ucapku sambil masih terpejam
Aku benar-benar terserang rasa kantuk
Mungkin juga ini karena pengaruh tubuh agung yang menempel di wajahku
Atau memang sesjak tadi aku memang begitu susah tidur dan sekarang memang sudah terlalu larut
Sewajarnyalah saat ini aku begitu ngantuk

Aku cuek…
Mataku benar-benar kupejamkan
“jiii…panas banget…jangan aku gitu dong, ayooo..menjauh sana, aku gerah neh”
Aku terdiam…
Lenganku malah semakin erat memeluk agung
“jiii…ayolah..kamu jangan manja gitu lah, aku gerah neh”
Agung berusaha melepaskan diri dari tubuhku..
“kamu kadang gila jii…kamu kadang manja…kadang dewasa..kadang mirip anak-anak….”
Dan….selanjutnya aku tak lagi mendengar apa yang di katakan agung

Aku benar-benar terlelap
Aroma lelaki yang terpancar dari tubuhnya sungguh begitu membiusku
Aku benar-benar terlelap
Seperti terbang ke nirwana
Pelan dan begitu nyamannya….

Cukup ini saja…
Bagiku memeluk tubuh agung sambil tidur lebih dari cukup
Aku tak ingin lebih…
Walau sisi lain bathinku menginginkannya
Tapi sungguh…ini lebih dari cukup
Memeluk tubuhnya begitu indah
Begitu nyaman
Dan ini lebih dari sekedar cuku



[*][*][*][*][*][*][*][*]


Aku tak tahu ini jam berapa
Yang penting anganku mulai terbuka
Walau mataku masih saja terpejam
Dan…aku paham..ini sudah pagi
Aku paham dari udara sejuk yang menerpa
Dari suara-suara pagi yang sayup kudengar

Dan tubuhku masih menghimpit tubuhnya
Wajahku masih di dadanya
Dan….
Hmmm…kurasakan gesekan pipiku di kain…
Ohhh..berarti semalam agung telah berpakaian

Aku mempererat pelukanku
Aku tak ingin semua ini berakhir
Aku ingin terus memeluknya

“gunggg…..”bisikku dengan mata masih terpejam
“hmmm…” dia Cuma mendengus kapelan

Kupeluk lagi….
“jiii…..” suaranya serak pelan setengah berbisik
“hmmmm…’ aku semakin mempererat pelukanku
“jiii…semalam kamu selingku yaa?” bisiknya di sisi telingaku

Aku kaget
Ini bukan suara agung
Ini …..???
Akhhhh hendra!

Aku langsung bangun
Setengah meloncat duduk
“hedraaa” jeritku kaget
Kutatap hendra yang terbaring sambil senyum simpul
“jiii…kamu ketauan”
“hahh…dimana agung? Kapan kamu datang ndraa?”

Hendra tertawa lirih
“ndraaa…” ucapku tak sabar
“agung di depan…tidur di sofa”
“ohhh…kamu datang kapan? Uhhh kamu tak sopan…masuk kamar diam-diam”
Hendra mengerling
“jiii..kamu ketauan …ketauan…hehehhee”
“ketauan apaan?”
“semalam selingkuh dengan agung to?”
Aku Cuma melongo
Semua ini bagai mimpi
Dan hendra memang mirip siluman
Datang tiba-tiba tanpa kuduga

wajah hendra mendekati sisi telingaku
kurasakan deru nafasnya
dan aku menunggu
“semalam…agung kau apain?” dia berbisik sangat lembut
Aku menoleh
Kutatap wajah hendra
Dalam remang pagi…dia begitu manis jika tersenyum

Aku tersenyum
“aku harus jawab apa ndraa..?” jawabku juga sambil berbisik
“jujur”
“hmmm…nggak ngapa- ngapain”
“bener?”
Aku mengangguk
Hendra tersenyum tak percaya
“napa?”
“aku nggak percaya”
“tanya aja sama agung”
“lah tadi aku di peluk-peluk kamu dan kamu ngatain aku agung”
“hmmm aku kira kamu agung” aku tersenyum

Tiba-tiba hendra mencubit pinggangku
“tuh kan..nakalllll…”
Aku menggelinjang kaget

“jam berapa kamu pulang?” tanyaku
“jam tiga”
“loh agung dimana?”
Aku kaget, mataku mencari-cari agung di ranjangku
“udah kubunuh” hendra berbisik
Aku tersenyum
“iya, kubunuh, semua orang yang bikin kamu tertarik akan kubunuh!”
“woww…berarti akan ada pembunuhan besar-besaran neh”
“dasar! Mata keranjang!”
“biarin!”

Dengan hendra kadang aku iri
Hendra jarang banget tertarik sama cowok-cowok cakep
Sangat berbeda dengan aku
Aku sangat mudah tertarik
Akhhh…hendra, apakah kamu tidak juga tertarik dengan agung?

Tiba-tiba pintu terbuka
Seketika aku dan hendra menggelinjang ke arah pintu
Mataku seolah tak berkedip
Agung berdiri dengan begitu sexynya
Mirip foto model
Tangan kirinya memegang pintu
Tangan kanan di pinggang
Wajah kuyu cakep dengan rambut awut-awutan sehabis tidur
Dan….
Dia tidak memakai baju
Badannya sungguh sempurna
Terpampang seolah pamer di depan mata dua orang gay yang sedang lapar mata

“ji, ada kopi tidak? Aku pengin kopi” ujar agung cuek
“ohh kopi?di dapur…di lemari ambil saja, buat saja ndiri gung”
Tiba-tiba agung mendekat
‘Hmmm ini mas hendra ya? Kapan datang mas…kok aku tidak tahu?”
“tadi jam 3 an, kamu sudah tidur pules di sofa tadi”
“ohhh gitu ya, maaf mas, aku nginep sini soale nanti siang mau berangkat ke lampung”
“ohh gitu, iya aji tadi sudah cerita”
Agung menyalami hendra dan saling senyum
Aku masih saja bengong
“ya udah, aku buat kopi dulu, kalian kubuatin tidak?”
“iya boleh, aku yang manis ya”

Agung berkelebat keluar kamar
Dan mataku terus memandang sampai dia menghilang
“woww….ckckckckck…” hendra menguman
“paaan ndra?”
“woww…pantesan kamu betah, woww…badan agung sexy yaa”
“hmmm…” aku mengangguk
Dan seumur hidup
Baru kai ini kudengar hendra memuj seorang cowok di depanku
Ada sedikit rasa cemburu disudut hatiku

Cemburu?....
Hmmm mungkin itu yang kurasakan saat ini
Cemburu pada hendra ataukah pada agung…tak taulah
Yang kulihat saat ini seperti lain dari biasanya
Keduanya seperti sudah kenal begitu lama
Sangat akrab…
Saling canda
Kadang cekikikan menertawai sesuatu
Mungkin juga menceritakan kisah hidupnya
Akhh aku tak tahu
Yang jelas hendra dan agung begitu nyata dan akrab di depan mataku

Dan yang lebih menyebalkan aku tidak bisa hadir diantara mereka
Aku sedang PIKET…
Yahh piket…
Piket sialan!

Sudah menjadi kesepakatan antara aku dan hendra
Jika hari minggu harus tinggal serumah
Pekerjaan rumah, mulai dari bersih-bersih kamar, mencuci ,menyeterika, memasak, bersih-bersih kamar mandi bahkan sampai belanja di kerjakan bergantian
Ini yang dinamakan piket…
Jika sedang piket…maka harus mengerjakan semua itu selama seharian
Yang tidak piket maka bersantai ria, istirahat total dari rutinitas
Ini sudah kami jalani beberapa bulan ini
Serasa seperti membina sebuah rumah tangga dalam arti yang sesungguhnya
Antara aku dan hendra tak ada lagi ribut-ribut siapa yang harus mengerjakan ini itu
Semua dikerjakan secara piket
Dan antara aku dan hendra begitu nyaman dengan cara ini
Di minggu sore sehabis mandi adalah saat-saat paling menyenangkan
Biasanya…yang sedang piket dipijat…
Sebuah pijat ringan untuk menunjukkan sebuah rasa sayang
Kebutuhan sehari-hari, kami patuangan uang sama besar
Keuangan kami gunakan sebijak mungkin, dengan catatan jelas
Akhh…inikah sebuah rumah tangga?
Aku tak paham…
Tapi yang jelas kami begitu nyaman menjalani kehidupan berdua dengan hendra
Jarang sekali kami cek cok
Kami sama-sama dewasa…
Sama-sama saling membutuhkan
Bukan seks semata…
Tapi lebih kepada penyatuan dua hati…
Dalam sebuah ikatan yang tak kami mengerti
Hanya doa…
Semoga langgeng

Hari ini kebetulan giliranku piket
Sejak pagi sudah kutulis apa yang harus aku kerjakan
Agung pertama kali tahu sistem piket antara aku dan hendra menjadi kaget
Dia bilang “untung aku nggak ikut piket, bisa boros hehehehehe”
“emang napa gung?”
“aku kan nggak bisa masak, berarti boros, aku harus nraktir kamu hahahhaha”

Hari ini aku piket
Aku di belakang
Di dapur
Di kamar mandi
Mencuci pakaianku dan…oughhhhh…pakaian kotor hendra begitu buanyak
Aku baru saja masak nasi goreng telur
Sudah habis kami makan
Sudah cuci piring…
Sekarang giliran mencuci baju
Dan setelah itu menyeterika
Ouhhh…apa lagi ya?”
Hmmm…bersih-bersih kamar, lantai dan belanja

Dan aku tak bisa menemani agung siang ini
Kecewa sebenarnya
Hanya sempat kudengar tawa agung dan hendra
Akhhh…mereka berdua mengapa jadi begitu akrab
Aku benar-benar cemburu
Cemburu dalam arti yang sebenar-benarnya
Dan aku tak tahu, siapa yang akan aku cemburui
Karena keduanya begitu kusayang

Aku mulai mencuci
Menyikat keras baju dan celana kotor
Sekeras mungkin…
Hingga aku nggak mendengar tawa agung dan hendra
Kukunci pintu kamar mandi
Kugunakan sebagai tempat mencuci
Dan aku mulai mencuci

Tiba-tiba kudengar ketukan
“jjiiiii….” Suara hendra
Kubuka pintu
Agung dan hendra berdiri berdampingan
“da apa?” jawabku ketus
“aku…aku dan agung mau jalan-jalan ji”
“kemana?”
“kayaknya agung mau beli oleh-oleh khas semarang
“ok, pake mobil?”
“ngga, pake sepeda motor”
“ohhh….” Aku Cuma mengguman

“ayo gung” ajak hendra
Agung Cuma menganguk
Aku hanya terpaku
Memandang keduanya berjalan keluar
Kulihat hendra begitu provokatif
Lengannya merangkul pundak agung sambil jalan
Aku menghela nafas panjang
Sebuah pasangan serasi
Sama-sama cakep

Dan aku tak mau lihat keduanya berboncengan
Akhhh…
Aku benar-benar dibakar rasa cemburu
Ternyata begini ya rasa cemburu?
Begitu tidak enak…
Sangat-sangat menyakitkan…
Aku cemburu pada keduanya

to be continued...





0 comments:

Post a Comment