DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 25

Chapter 25
by Ajiseno


Aku benar-benar gelisah
Tak tahulah…
Mungkin memang benar aku dibakar rasa cemburu
Hampir dua jam agung dan hendra pergi..
Tak mungkin rasanya beli oleh-oleh sampai dua jam
Apa ya..yang mereka lakukan?
Mungkinkah…
Akhhh…tak mungkin lah
Mereka baru saja kenal
Tak mungkinlah mereka berdua berbuat ‘sesuatu’
Selingkuh misalnya…
Mampir ke hotel..
Atau ke rumahnya hendra
Akhhh…tak mungkinlah
Agung kan lelaki straight..
Tapi kan bisa saja hendra merayunya mungkin?
Bukankah hendra juga tertarik dengan agung
Atau …
Mungkinkah ini karma untukku
Aku memang sering dan mudah tertarik dengan laki-laki
Dan kini aku begitu merasakan …
Cemburu sungguh menyakitkan hati

Berkali-kali aku bolak bailk
Ke depan…melongok sekiranya keduanya pulang
Kembali lagi…
Ke belakang…
Bingung harus mengerjakan apa?
Makanan kubiarkan utuh diatas meja
Aku malas menyentuhnya
Aku tadi masak begitu tergesa-gesanya
Akhh…semua rasanya begitu percuma
Aku menatapnya dalam kebisuan

Tiba tiba kudengar deru sepeda motor
Aku langsung berlari dengan tidak sabar
Dan benar…
Ada sepeda motor parkir…
Tapi…
Hmmm…rasanya begitu kecewa
Dua orang diatas jok sepeda motor bukan agung dan hendra
Aku Cuma terbengong menatap
Dua tubuh remaja turun dari sepeda motor
Yang satu jangkung
Dan yang satu kecil kurus
Hmmm…aku paham betul keduanya
Fian dan adit turun dari sepeda motor
Aku masih terbengong
Heran rasanya..
Jarang banget keduanya begitu akur jalan bareng

Dan…
Fian sekarang begitu jangkung rasanya
Akhhh aku kalah tinggi sepertinya
Remaja sekarang begitu cepat berubah

Fian langsung melompat turun
“hei ommm….” Teriaknya sambil berlari kearahku
Adit Cuma tersenyum, berjalan pelan mengikuti fian
Aku masih terbengong tak percaya

“heyyyy…!!!!!..” fian berteriak menampar lembut pipiku
Aku kaget
“kok malah bengong?” teriaknya lagi
Aku tersenyum
“hmmm tumben”
“tumben napa?”
‘tumben kesini?”
“walah..didatangi malah ngatain tumben”
“iyalah…yan, kamu lama banget nggak kesini, eh tumben akur ama adit”
“hehehehehe…dit, sini, kita kan emang fren ya kan?”
Adit tersenyum sambil menjulurkan lidah

“yo wis…ayoo masuk!’
Keduanya masuk sambil tolah toleh, selanjutnya duduk di ruang tamu
“om ada tamu ya?” tanya fian ketika melihat dua gelas di meja tamu
“iya”
“siapa? Om hendra ya?”
“iya sama teman om, teman kerja’
“oh…dimana om hendra? Dah lama nih nggak ketemu om hendra”
“baru nemenin temen om beli oleh-oleh, bentar lagi balik ke lampung’
“ohh gitu ya”

Adit seperti biasa
Jika bersama fian, dia lebih banyak diam
Duduk manis di depanku
“pa kabar dit? kok nggak pernah main kesini?”
‘baik kak, baru sibuk dengan les dan bola”
“ohh..kamu ikut sepak bola?”
Adit mengangguk
“ya udah, jaga kesehatan yah, jangan terlalu capek”
“iya nih om, adit tuh sok sibuk di sekolah, ikut ini itulah, hehehhehe maklum aktifis”
Adit langsung menyela
“e eeee…nggak aktifis lah, daripada kayak fian kak, tiap harinya hanya sibuk pacaran”
“hehehhee..baguslah, ngisi waktu luang dengan hal positif dit”
‘eh om, aku juga ngisi waktu luang dengan hal positif kok om”
“hahahhaha positif apaan? Pacaran kok positif, positif entar perut pacarmu yan”
‘weee gini-gini dit, aku tuh banyak diidolain cewek, nggak kayak kamu, malah pacaran ama tante-tante”
Kulihat adit kaget
“dit…kamu..kamu..pacaran ama tante-tante?” tanyaku menyelidik
Adit melotot kaget

“nggak..nggak …nggak, uhhh yan kamu tuh nggosip mulu!, cepetan ah, kak aji jangan percaya neh mulut fian” adit berkata sengit
Aku Cuma tersenyum
“kalau beneran juga nggak pa pa kok dit, eh kok tante-tante gimana yan?”
“itu lho..hmmm..hpmmm”
Mulut fian langsung dibekap adit
Aku tertawa
Geli juga dengan persahabatan dua anak ini
Kulihat wajah adit memerah

“udaaahhh…”aku berteriak lirih melerai
‘ehh kalian ini tumben bener kemari, mau apa neh, pasti ada perlu..”
Keduanya terdiam…
Saling menoleh
Akhirnya fian bicara juga
“iya neh, om, minggu depan aku ngerayain ultah, jadi ngundang om intinya gitu”
‘wowww…yang keberapa yan? Tumben dirayain?”
Fiyan menunduk
“tujuhbelas om”
‘wowww…..selamat ya”
‘ini undangannya om, khusus untuk om, undangan kutulis tangan”
“hmmmm oke deh aku datang, tapi maaf nggak bisa bawa kado ya?”
‘eitt…semua tamu yang nggak bawa kado di tolak!”
‘waduuh parah neh kamu”
‘pokoknya harus bawa kado”
‘nggak bisa yan, lagian aku nggak tau, kamu harus dikasih kado apaan”
“hmm mobil juga boleh, atau motor paling nggak gitu!’
“ohhh…ya udah, pesawat terbang aja deh hehehehe”
“eh ajak om hendra sekalian yaa”
“oke, eh dit kamu juga diundang kan?”

Adit memandangku
“nggak tuh” adit berkata sengit
“waduhhh…adit tanpa diundang pasti datang lah om”
“hehehehe dit, jangan mau dit, nggak usah datang dit”
‘iya kak, aku nggak akan datang kok”
“apa? Kamu kan panitia, mosok nggak datang? Awas ya kubunuh kamu”
‘hehehehehe…” aku tertawa
Seneng aja ngobrol dengan dua anak ini

‘om…aku mau kebelakang om”
‘mau ngapain yan?”
“mau ngocok hahahahhhahaa”
‘dasar!”

Fian bangkit berjalan pelan menuju arah kamar mandi
Aku geleng-geleng kepala sambil menatap adit
Akhhh adit semakin cute wajahnya
“pa kabar dit?”
“tadi kan dah tanya to kak?”
“pengin tanya lagi aja’
‘hehehhehe kak aji ini’
‘dit…kamu makin cakep aja’ godaku
Wajah adit memerah
“uhhh…cakep dari hongkong? Fian tuh cakep”
“kamu naksir sama fian ya?”
“sorry lah…mual deh”
“kaok mau jalan bareng ma dia?”

Dia tersenyum masam
“karena mau ketemu kak aji’
“hahh yang bener? Kok nggak datang aja sendiri?”
‘nggak enak ma kak hendra’
‘waduhh dit, jangan gitu dong, kita nggak pa pa kok kalau kamu datang, kita entar malah bisa menaen bareng kemana gitu’
Adit terdiam
Aku paham dengan perasaannya
‘dit..hmmm apa yang dikatakan fian tadi beneran?”
Adit mendongak kaget
“nggak!’
“lalu siapa cewek itu?”
‘nggak ada”
“ayolah…aku seneng kok kalau kamu dah punya cewek”
“nggak ada kok kak, fian aja ngawur’
‘ayolah’
“nggak ada”

“om..cewek itu dah kuliah semester enam wauuu…adit itu aneh om, nyari cewek dah tua’
‘hah yang bener dit? kamu pacaran dengan cewek kuliahan?”
‘ngawur! Nggak lah”
‘halahhh…kemaren om, dia kepergok ama aku jalan-jalan terus kulihat makan di kedai warung makan ikan bakar gitu…terus…”
“fiaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn” adit menjerit
Dia melompat menerkam fian
Aku Cuma melongo
“ommm…tolongin fian om, eh om…nih..hmmppp”: adit telah mebekap mulut fian agar tidak banyak bicara

“udahhh…semua ayoo duduk kembali”
Akhirnya keduanya kembali duduk
“yan awas ya!” adit masih mengancam

‘gini yaa..pada dasarnya terserah pada kalian, kalau emang udah punya pacar juga nggak pa pa, terserah, Cuma aku pesen, hati-hati ya dalam berpacaran, lom boleh ngeseks’
‘hahahahha..ya nggak lah mosok ngeseks om, ya lom berani, eh kemaren fian nyium saja di tampar, hahahha”
‘rasain!” adit nyeletuk
Aku masih saja tersenyum

‘udah ya om, pokoknya om harus datang lho”
“oke’
Keduanya beranjak bangkit

Tepat….
Karena saat itu muga kudengar deru sepeda motor
Agung dan hendra datang
Kulihat ada dua plastik besar oleh-oleh dibawanya
Fian dan adit terhenti menatap keduanya

‘eh fiann…..pa kabar?” hendra berteriak di sela deru motornya
Fian berlari menghampiri hendra dan mereka bersalaman , dengan agung juga
Kulihat wajah agung memerah kepanasan
Adit Cuma berdiri kaku disampingku

Hendra mendekati kami
‘adit ya? Hmm lama banget nggak maen kesini,’
‘maaf mas, lagi lumayan sibuk”
‘ohhh gitu ya, ayo masuk dit” ajak hendra ramah
“udah kok kak, ini dah mau pulang’
“eh dit, yan..kenalin temen aku, agung namanya’
Agung menyalami dengan sedikit senyum

‘ya udah om, aku mau ngelanjutin mabgi undangan, jangan lupa ya, eh om hendra…harus ikutan ya?”
‘apaan ji?”
“nih” aku menyerahkan kartu undangan ke hendra
Sekilas hendra membaca “hmmm ultah ya?’
Aku Cuma mengangguk
Mengamati kedua remaja itu pergi dengan deru sepda motornya

Kami masuk
Kulihat agung langsung mencopot kaosnya
Akhhh…agung, kamu terus pamer tubuhmu didepanku
“puanase pol, aku mandi jii, mana anduknya’
‘di depan kamar mandi gung”

Aku menoleh kepada hendra
Seperti biasa hendra sedikit bengong melihat agung yang baru saja mencopot kaosnya
Memamerkan tubuhnya yang sexy

Agung menghilang dibalik pintu
Aku menoleh pada hendra
Mendengus kesal
“lama banget beli oleh-olehnya”
Hendra tersenyum
‘napa?”
Wajahnya mendekat
Mengamati dengan sangat dekat ke wajahku sambil terus tersenyum
“hey..ngapain ndra?”
‘kamu cemburu ya ji?’
‘sorry ya’
‘walahh ngaku hayooo?’
‘nggak lah, Cuma kuatir saja , ampe dua jam, kemana aja?”
“habis beli oleh-oleh , jalan-jalan ke mall”
“woww…beli apaan?”
“agung katanya mau beli baju,kaos dan…hmmm…tempat cincin, keliatannya dia mau tunangan ji’
‘apa? tunangan?”
‘keliatannya gitu, tadi beli tempat cincin ‘
“ohh, terus kemana lagi?”
‘mampir ke kontrakakanku bentar”
“apa?” aku kaget bagai tersambar petir
Benar dugaanku
Pasti agung diajak ke kontrakannya hendra
Aku melotot memandang, sangat kelihatan kalau aku begitu cemburunya
Seperti biasa , hendra Cuma tersenyum mamandangku
‘kamu benar-benar cemburu rupanya hehehheeh, agung emang sexy yahh…woww tubuhnya sexy, dannn…..’
Aku masih tediam kelu
Dia menempelkan bibirnya disisi telingaku sambil berbisik
“dan…kontolnya gede banget jii…” bisiknya sambil mengurai senyum khasnya
Tia-tiba aku merasa lemas bagai tak bertulang

Pelan aku berjalan menjauh dari hendra
Dalam batinku begitu teriris perih…
Akhhh…tetap saja aku tak percaya apa yang dikatakan hendra
Bisa saja dia hanya memancingku

Tiba-tiba…
Kurasakan hendra memelukku begitu erat dari belakang
Nafasnya lembut menyapu leherku
Aku tak menoleh
Berdiri kaku membiarkan panas pelukannya menjelajah tubuhku

“hmmm…kamu cemburu ya?’ bisiknya
Aku terdiam
“kamu pikir…aku selingkuh dengan agung ya?”
Aku masih diam
“jii….kamu pikir aku akan mudahmeninggalkanmu gara-gara cowok cakep? Semudah itukah?”
Kali ini aku benar-benar geram
Uhhhh…hendra mempermainkanku
Pelan aku berbalik
Kutempelkan wajahku ke wajahnya
Aku berusaha tersenyum
Dan telapak tanganku pelan menyusuri peutnya
Kulihat hendra mulai tersenyum
Dan…
Kucubit keras perutnya
“waduhhhhh…..” hendra menjerit
“rasain hehehhehe” aku setengah berlari meninggalkannya

Sambil menunggu agung mandi aku dan hendra duduk di depan
Udara semarang siang ini memang begitu panasnya
Hendra menyeruput air es pelan

‘tadi kemana saja?”
“hmmm…beli oleh-oleh”
‘serius ndra!”
‘iya…habis beli oleh-oleh, jalan-jalan ke mall, katanya lama banget agung ngak liat mall, gituuuu…’
“woww asyik dong, belia apa aja di mall?”
‘kayakya agung beli baju, kaos dan kotak perhiasan”
“kotak perhiasan?”
“iya. Eh agung kan dah duda to?”
“iya”
“aneh, kok beli kotak perhiasan kecil, seperti tempat cincin tunangan gitu?”
“ya mungkin agung emang dah punya pacar’ jelasku

Sesaat kami terdiam
“waduhhh kok agung lama banget ya dikamar mandinya?”
“waduhh ngapain ya? Mungkin…dia ngocok kali, kan dia duda hehehehe” hendra terkekeh
Aku menoleh
Akhh perasaanku tak enak
Aku segera bangkit dan menuju kamar mandi
“jii mau ngintip ya?”
“heheheh, iya”
“ikut!”
Hendra bangkit menyusulku
Aku Cuma terkekeh geli

Sesampainya di depan pintu kamar mandi segera kuketuk keras pintunya
“gung…gungg…”
Sepi..
Aku semakin khawatir
Kulihat hendra yang disampingku juga dengan wajah khawatir
“gung…gunggg……”ulangku
“iyyyaaaaa…’ suara serak dari dalam kamar mandi
Aku mengambil nafas lega

Pelan pintu terbuka
Tubuh agung yang sexy terpampang jelas didepan mataku
Handuk dililitkan dipingangnya
Kulihat butiran butiran air bening di tubuhnya
Agung keramas rupanya
‘ada apa ji?”
“nggak pa pa, kuatir saja , kamu mandinya lama banget”
Kulihat agung Cuma bengong

Kutatap wajahnya
Matanya merah sembab
“gung, kamu menangis ya?”
“nggak ahh”
‘iya kamu menangis ya, nangis napa gung?”

Dengan cepat agung berjalan menuju kamar
Aku mengikutinya
“gung , kamu nagis kenapa/” tanyaku penasaran
Kutinggalkan hendra yag masih berdiri

“gung…kamu nggak pa pa kan? Kok nangis gung?”
“aku nggak nangis!” suara agung keras dan ketus
Aku mengambil nafas panjang
Aku yakin sekali…agung habis menangis di kamar mandi

to be continued...




0 comments:

Post a Comment