DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 22

Chapter 21
by Ajiseno


Hidup adalah sebuah perubahan
Dan yang kurasakan saat ini adalah sebuah perubahan dalam siklus kehidupanku
Dan jujur,… aku menyukainya
Aku menyukai perubahan yang terjadi dalam hidupku saat ini

Ada wajah berseri yang muncul dalam kehidupanku
Adit…
Yahh adit kembali muncul
Setelah sekian lama kuimpikan

Walau tak setiap hari bertemu, paling tidak saat ini aku selalu melihat senyum dia saat bertemu
Aku sadar…aku tak lagi sendiri
Dan aditpun tahu, dia tak akan mengganggu hubunganku dengan hendra
Beberapa kali adit berkunjung kerumahku
Dan selalu dia menelpon hendra untuk ketemu aku
Terkadang kita jalan bertiga
Sekedar nonton film atau untuk jalan-jalan saja
Dan aku masih merasakan…ada sedikit kecemburuan disorot mata hendra saat aku berdekatan dengan adit
Dan memang tak dapat kupungkiri…
Aku masih mencintainya
Walau aku sadar aku tak mungkin menjadikan dirinya menjadi kekasihku

Siang ini seperti biasa
Aku disibukkan dengan beberapa laporan keuangan yang harus deadline
Beberapa kali aku ambil minum
Uhhh…kalau sibuk seperti ini, aku selalau banyak minum
Tak terhitung hari ini sudah berapa gelas aku ambil minum
Beberapa kali aku memanggil anis dengan suara keras untuk mencarikan beberapa data yang aku perlukan
Dan seperti biasa, anis selalu cekatan

Untunglah hendra sudah dua hari ini ada tugas keluar kota
Sehingga pikiranku tak begitu terganggu untuk memikirkannya
Akhh…aku tak paham apa yang dikerjakannya

Kuminum lagi teh hangat sekedar untuk membasahi kerongkonganku yang kering
Aku menghela nafas panjang ketika hampir keseluruhan ‘tugasku’ sudah selesai
Semua karena jasa anis
Dia memang salah satu karyawati yangmenjadi andalanku

Dan baru kusadari nasi kotak yang ada didepanku belum kusentuh sejak tadi
Kubuka…hmmm…akhhh aku sudah tidak berselera lagi
Kuambil beberapa potong mentimun lalu kumakan….sekedar menyegarkan dahaga

Kulihat jam di hp
Sudah jam 15.30
Kantor sudah mulai sepi..
Beberapa pegawai sudah pulang
Maklum hari ini hari sabtu..biasanya jam kerja Cuma sampai jam 12.00 siang

Akhhh malam minggu tanpa hendra..
Sangat lain tentunya
Akupun tak ingin menghubungi adit untuk sekedar menemaniku
Bisa juga nanti malam aku tak ingin kemana-mana
Tidur sepuasnya di kamar

Aku mendongak kaget ketika anis dengan setengah berlari masuk ke ruanganku
Wajahnya tegang
“ada apa nis?”
“itu pak..hmmm itu pak…”ujar dia terbata-bata
“iya…ada apa?”
Aku jadi ikut tegang dan berdiri
“anu pak…wahyu berkelahi…diluar sana”

Aku langsung bergerak cepat
Kutinggalkan meja kerjaku diikuti anis di belakangku
“ati-ati lho pak” anis masih khawatir”
“iya nis..emangnya berkelahi dengan siapa nis?”
“nggak tahu pak, tapi keliahatannya nyebut-nyebut nama bapak ”
Aku berhenti kaget
“apa? Namaku?”
Anis mengangguk pelan

Wahyu adalah satpam kantor ini
Tidak biasanya dia sampai bentrok dengan orang lain
Wajahnya yang khas jawa selalu tersenyum manis pada setiap tamu
Apalagi jika tahu itu tamuku
Akhhh..ada-ada saja wahyu

Sangat cepat aku menuruni tangga
Anis masih mengikutiku
Aku paham anispun penasaran
Dari luar kudengar wahyu berteriak-teriak mengusir orang tersebut
Dan kudengar suara keras yang sangat familier
Wajahku semakin menegang..
Dan ketika sampai di luar kulihat sosok
Aku sejenak terpaku
Posisi wahyu dan orang tersebut sudah sedemikian rupa, tinggal adu jotos saja
Dan aku berteriak keras
“heeiiiiiiiiiiiiiiiii…”
Kedua orang tersebut menoleh mendengar teriakanku

Aku terbengong
Benar-benar seperti mimpi
Agung…
Ya…agung datang menemuiku
Dia hanya memakai kaos singlet, menampilkan lengannya yag bertato
Tas punggungnya belel dengan jaket lusush di pundaknya
Bawahannya jeans selutut
Dan aku sadar, mengapa wahyu tidak memperbolehkan agung menemuiku
Karena penampilannya benar-benar mirip preman

“jiii…”
“gungg…” akupun berteriak
Agung langsung berjalan cepat kearahku tanpa memperdulikan wahyu
Dan…”
‘eitt…kamu mau kemana lagi..hah!” wahyu mncekal lengan agung
Agung berhenti
“hey satpam mau apa lagi hah” agung berteriak emosi
Aku tersenyum
Itulah dari agung yang selalu kurindu
Emosi yang meledak-ledak dengan siapapun tanpa peduli

Wahyu berlari menghampiriku
Kulihat sekilas nafasnya ngos-ngosan, mungkin menahan emosi
“maaf pak aji, bisa kita bicara sebentar?” kata wahyu sopan
“oh iya..silakan yuk”
“hmm…di dalam saja pak aji”

Aku berjalan masuk
Kutinggalkan agung yang berdiri terpaku
“wee!!!..tunggu disini, jangan masuk, saya mau bicara dulu dengan pak aji”
Agung Cuma melotot, kubalas dengan senyum
Sempat kudengar dia mengguman “satpan edaann..”

“ada apa yuk?”
“maaf sebelumnya pak, hmm…apa benar itu teman bapak?”
“iya, emang napa yuk?”
“coba bapak teliti dia dulu pak, mosok teman bapak preman gitu”
Kutepuk pundak wahyu sambil senyum
“yuk..kamu itu satpam, kalau jadi satpam jangan hanya lihat penampilan luarnya saja ya, dia itu namanya agung, temenku yuk, bahkan tercatat sebagai bagian pegawai perusahaan kita, dia itu kemaren membantu pak yoga, mengawasi proyek, termasuk membantu aku, waktu aku ada tugas di gunung”

Agung terdiam
“yuk, bisa saja penampilan luar seseorang menipu kita, dia memang penampilannya kayak gitu, tapi aku suka kok, dia itu jenis orang yang tampil apa adanya, walau aku paham..pakaian dia memang tidak sopan untuk ukuran orang yang mau ke kantor”

“hmm..ya maaf kalau gitu, tapi bener kok pak. Dia itu selain tampangnya kayak preman kelakuannya juga, bicaranya kasar dan nggak sopan”
“ya udah yuk, ngak usah diperpanjang lagi, sekarang suruh dia masuk ke ruanganku yaa..kutunggu disana ya”
Sekali lagi kutepuk pundak wahyu sambil tersenyum
Kuberharap emosinya bisa mereda
“pak, bapak yakin, preman itu disuruh masuk ruangan bapak?”
“iya! Kutunggu dia di ruanganku ya”

Kutinggalkan wahyu yang berdiri terbengong
Aku kembali berjalan menaiki tangga diikuti anis
Sepanjang jalan, anispun bicara mirip wahyu, dia tidak percaya aku mempunyai teman semacam preman seperti agung
“hehehehehe..nis…kamu naksir ya, sama tamuku”
Kulihat anis langsung cemberut
“amitt…amiiiiiitt” dia menjerit lirih

“jii…wahh..enak bener ya kantormu, lantainya ada karpet, ruang ber_ac pula..hehehe”
Aku tersenyum
Sejak tadi kuamati agung
Dia sekarang tambah hitam
Keringat mengalir membasahi sebagian keningnya
Wajahnya mengkilat terkena sorot lampu ruangan
Akhhh…wajah agung kalau kepanasan luar biasa..
Ganteng..sexy…

“ya ginilah gung, kamu kok bisa tahu alamat kantorku?”
Agung mengangguk pelan
“iya ji..aku diberitahu pak yoga, hmmm..aku besok mu pulang, makanya aku mampir sini”
“pulang?, maksudmu?”
“ya pulang, ke lampung”
“apaaa?”
Aku kaget setengah menjerit

Tiba-tiba di pintu muncul wajah wahyu
Agung menoleh kaget
“hei satpam, ngapain kamu disitu hahhh!, kurang ajar!” agung bangkit
“udah gung..udahh..”
“gila nih satpam kamu ji”
“apa kamu bilang hah?” wahyu tidak terima
“udaahhh kalian ini, baru ketemu saja sudah begin, yuk..kamu kembali ke pos saja ya..?”
Wahyu menggeleng..
“napa yuk?”
“nggak pa pa pak, saya mau jaga pak aji, siapa tahu pak aji diapa-apain ama orang ini”
“tuh kan ji, satpammu memang nggak normal, kalo aku jadi kamu dah aku pecat”
“hehhehehe..udah ah”

Aku bangkit
Kuhampiri wahyu yang berdiri tegap di samping pintu
“yuk, sudah sana kamu kembali ke pos saja, aku nggak napa-napa kok”
Wahyu memandangku seolah tak percaya
“pak aji benar-banar nggak pa pa pak?”
Aku mengangguk tersenyum
“agung itu teman akrabku kok yuk, kamu jangan kuatir lah”
“baiklah, kalau pak aji kenapa-napa, hubungi aku cepat ya pak”
“iya yuk, sana kamu”
“hahhahahah…jangan kuatir, bos mu sebentar lagi kuperkosa, kubunuh dan kumutilasi hahahha”agung tertawa sambil berdiri memandang wahyu
Dan…
Wahyu hanya menatap agung dengan sorot mata penuh kebencian

Kuamati sekilas tubuhnya
Dadanya yang kekar naik turun seiring nafasnya yang keluar teratur
Lengannya yang kokoh ditekuk sebagai tumpuan kepalanya
Dan…
Aku paling suka melirik ini
Celah diantara lengan dan dadanya..
Ketiaknya
Penuh rambut menghitam…
Akhhh…agung memang sexy…
Apalagi tatto di lengannya menambah kejantanannya

Matanya terpejam tak berdaya
Akhh damai sekali tidurnya
Tadi kami ngobrol di sofa panjang di kantor
Tiba-tiba agung menguap dan rebahan
Mungkin karena ac yang membuat kesejukan
Atau mungkin karena kecapekan dari perjalanan tadi
Dia tertidur pulas di kantorku

Yang bingung wahyu , beberapa kali melongok ruang kantorku
Dia geleng-geleng kepala melihat kelakuan agung yang sedemikian cuek tidur di kantorku
Aku hanya tersenyum
Agung memang cuek
Tapi aku suka…
Dia adalah tipe orang yang apa adanya
Tanpa beban
“wong uedaann” guman wahyu
Aku Cuma tersenyum

Akhhh…agung memang keterlaluan
Mosok ke kantor pakai pakaian seperti ini
Akhh dia belum berubah juga
Tapi…dalam hati aku tersenyum, dia memang sexy dengan pakaian seperti ini
Jeans belel, kaos ketat tanpa lengan dan jaket lusuh
Akhhh…apapun yang dipakainya tidak merubahnya..dia tetap agung yang tampan dan sexy

Kuambil hp di meja
Kutelepon hendra….
Bagaimanapun juga aku harus lapor kalau agung di semarang
Bukannya hendra paling cemburu dengan agung
Aku tak ingin terjadi kesalahpahaman

“hallooo…”
Kudengar suara kemeresek di seberang sana
“wuiiih yank..tumben nelepon hehhe, ada apa neh?”
“uhh kamu nih, pacarnya nelepon di tumben-tumben”
“iya deh, ada apa yank..”
“hmmm…agung ada disini”
“di semarang?”
“iya”
“di rumah?”
“bukan, di kantor”
“ohh…ngapain dia?”
“hmmm..dia mau ke lampung dan mampir”
“ohh”
“kamu nggak apa-apa kan ada agung disini?”
“hehehehehe..ya nggak apa apalah, wong Cuma mampir kok, ajak dia makan atau pa kek, sebelum dia berangkat”
“iya, nanti, makasih ya”
“kok makasih?”
“yaiyalah harus makasih, kamu nggak cemburu lagi”
“iya…nggak apa-apa, jam berapa agung berangkat ke lampung?”
“besok”
“apa?”
“napa? Dia besok berangkatnya”
“jadi…nanti malem dia nginap?”
“iya”
“nginap dimana?”
“ya di rumahku lah”
“apa??”
“emang napa?”
“nanti malem kamu mau sekamar dengan agung?”
“iya”
“duhhh…nggak boleh”
“emang napa?”
“bahaya hahhahaha”
“hahhahaha…nggak lah, jangan kuatir”
“pokoknya nggak boleh”
“lha terus baiknya agung nginep dimana? Dia kan tamuku, aku jadi nggak enak”
“terserah, sewain hotel saja”
“oke…entar..aku sewa kamar hotel, sekalian pamit nanti malem aku nemenin agu ng di hotel ya?”
“apaaaaa…?! Awas ya jii…kamu tuh…”
Aku Cuma tersenyum
Hendra masih saja cemburu dengan agung


Sejenak aku kembali mengamati agung yang terlentang tidur menantang di sofa kantor
Hmmmm…sampai kapanpun aku takkan puas hanya dengan memandangnya saja
Sangat pantas jika hendra begitu cemburu padanya
Agung memang lebih…
Paling tidak secara fisik
Tapi untuk dijadikan pacar…tak mungkinlah
Karena pacar tidak sekedar fisik semata
Pacaran adalah masalah hati
Penyatuan dua hati
Dan inilah yang tak kudapatkan dari diri agung
Aku sudah melangkah mantap hidup bersama hendra
Tak mungkinlah aku bermain-main lagi
Sangat susah mendapatkan pacar seperfeck hendra

Suara pintu terbuka mengagetkanku
Wajah anis nongol dibalik pintu
Dari matanya dia memberi isyarat ingin bicara berdua denganku
Aku bangkit…
Berjalan pelan menemui anis
“ada apa nis?” tanyaku pelan takut mengganggu tidurnya agung
“pak…hmmm…saya mau bicara sebentar pak, maaf”

Aku Cuma mengangguk
Dan selanjutnya berjalan pelan mengikuti anis
Dan di ruang depan sudah ada wahyu yang duduk, seperti menungguku
Wajahnya mendongak melihat kedatanganku

Aku duduk dengan wajah heran menatap keduanya
“ada apa nih?” tanyaku
“hmm..begini pak, sejam lagi kita akan kedatangan tamu”
“iya…terus ?”
“terus…anu..hmm…maaf, teman pak aji terus gimana pak?” tanya anis lagi
Sesaat aku terdiam
Bingung juga mau jawab gimana
Agung saat ini sedang tertidur
Terus….
Aku masih terdiam mencari jalan keluar yang terbaik

“yuk…” kataku sambil memandang wahyu yang tertunduk
Wahyu menoleh cepat
“iya pak..gimana?”
“kamu tukar jaga pos jam berapa yuk?”
“setengah jam lagi pak, saya akan tukar jaga pos dengan arif”
“oh ya udah…kalau gitu aku ada jalan keluarnya” jawabku mantab

Aku sesaat mengambil nafas panjang
‘gini yuk, kamu anter agung ke rumahku ya..pakai sepeda motor saja, nanti kuberi kunci rumah”
“hahh..nggak salah pak?” wahyu terlihat panik
Anispun kaget
“emang napa yuk?”
“waduhh pak? Mbok yang lain saja pak yang nganter, mosok aku to?”
“emang siapa yuk? Kalau aku kan nggak mungkin, hmmm ya udah biar kupanggil taxi saja kalau gitu”
‘pak aji yakin, orang itu dirumah pak aji sementara pak aji di kantor?”
“emangnya kenapa?”
“pak aji tak takut po, entar kalau ada apa-apa gimana?”
“apa-apa maksudmu gimana yuk?”
“akhhh..pak aji ini terlalu mudah percaya terhadap orang , lihat saja tampangnya gitu, uhhh..emangnya nggak takut kalau ternyatadia hhmmm..mencuri misalnya..”
‘wahhh yuk, aku tuh udah kenal baik agung, dia orang baik kok, Cuma memang kalau berpakaian semaunya..tapi bener kok, dia tuh orang baik kok yuk”
“ya udah pak, nanti aku anter…”
“kamu yakin yuk?” anis bertanya nggak percaya
Wahyu hanya mengangguk mantap
‘oke, tunggu sini ya, biar kubangunin agung dulu”
“baik pak”

Aku beranjak dari tempat dudukku
Berjalan kembali menuju ruang kantorku
Kulihat agung masih tertidur pulas
Kali ini tangannya terkulai lemas, menjuntai sampai menyentuh lantai
Akhhh…aku selalu terpesona pada fisknya

Kudekati wajahnya
Akhh…nanti malam aku mungkin akan menemui kesulitan tidur jika tidur dengannya
Aku membungkuk
Dari jarak sedemikian dekat kuamati wajahnya
Damai sekali
Kulitnya kecoklatan
Ada kumis tipis melintang
Bibirnya penuh padat, berwarna kecoklatan
Hidungnya mancung, besar dan kokoh
Rahangnya keras menampilkan tulangnya yang menunjukkan kekuatannya
Ada beberapa rambut tumbuh disisi pipinya
Semuanya begitu terlihat maskulin
Aku menahan nafas mengamatinya dari jarak sedemikian dekat

Kusentuh lengannya
Telapak tanganku bergetar
Tepat di tattonya
Di pangkal lengan yang besar dan kokoh
Ku raba pelan…
Dia tetap tak bergerak…
Dadanya naik turun beraturan pelan
Tidurnya sedemikian pulasnya
Kuusap dan dan terus kuraba
Kulitnya sedikit kasar
Aroma tubuhnya begitu maskulin menyeruak menusuk indera penciumanku
Aku sedikit terlena…
Akhhh…rambut ketiaknya menyeruak keluar dari lipatan ketiaknya
Sexy….
Terus kuraba
Dan…..
Dia sedikit menggeliat
Mengejab-ejabkan matanya
Aku tersenyum menyambut
Dan langsung lengannya mengusap matanya untuk selanjutnya terbuka lebar menatapku

‘jii kamu sudah mau pulang ya?”
Dengan cepat dia bergerak duduk
Wajahnya masih kuyu, tapi tetap tampan
“belum gung”
“ohh…masih lama?”
“lumayan”
“lalu?”
“hmmm…gini gung, baiknya kamu nunggu di rumahku saja ya, disana kamu bisa tidur sepuasmu, atau apalah, istirahat, kan bebas kalau disana, daripada di kantor gini”
“oke…mana alamatmu, aku kesana”
‘biar kamu dianter saja gung”
“oh..oke”
“dianter siapa ji?”
“wahyu”
“satpam gila itu?”
“apa?”
“wahhh ji, kamu ini nyari perkara saja, mosok aku dianter satpam itu”
“duh gung, nyante sajalah, dia satpam terbaik kok”
“walah, terbaik apaan, tadi saja maki-maki aku gitu”
“hehehehehe, kan emang tugasnya, kalau ada tamu mencurigakan dia harus tegas”
“emangnya aku ini mencurigakan po?”
“ya iyalah…lihat pakaianmu”
“wahh panas gini mosok pake jas”
“hahahahha…ya udah siap-siap ya, ini kuncinya…kalau kamu lapar di dapur ada makanan , makan saja”
“siap boss”

Agung beranjak dari sofa
Diambilnya tas punggung dan jaket yang di letakkan di sofa
Dia beranjak diikuti aku
Kutepuk pundaknya
Dia menoleh..
“aku senang kamu kesini” ujarku sambil senyum
“karena Cuma kamu yang kupunya” dia juga tersenyum
“terima kasih gung”
“sama-sama” dia berkata lirih

Kudengar suara sepeda motor
Dan wahyu dengan seragam satpamnya telah duduk gagah diatas sepeda motor menunggu agung
“heyy pam, biar aku saja yang di depan, kamu yang mbonceng!” teriak agung
“enak saja, kamu ngikut saja!” jawab wahyu tak kalah sengit
“pokoknya kamu nurut saja pam, kamu mbonceng”
“sorry bung, cepet neik saja kamu!”
Agung mendengus emosi
Kedua orang ini sama-sama keras dan mudah emosi
Kutepuk pundak agung
“udah gung, kamu mboceng saja, kan wahyu yang memang tahu rumahku”

Agung nurut saja
Pelan dia melangkah membonceng di sepeda motornya wahyu
“waduhhh berat banget kamu, kamu makannya batu ya?”
“woiii…cepetan…jangan banyak omong”
Aku Cuma tersenyum geli melihat tingkah laku keduanya

Aku mengendarai sepeda motorku dengan sedemikian cepatnya
Dalam benakku ada berjuta kekhawatiranku tentang wahyu dan agung
Sudah hampir dua jam wahyu mengantar agung, tapi tak juga kembali ke kantor
Akhhh…jangan-jangan keduanya berkelahi..
Atau ….akhhh…aku tak mau menduga-duga hal terjelek
Tapi yang jelas pada saat berangkat tadi keduanya sempat cek cok

Andai saja tadi tidak ada tamu
Aku akan cepat-cepat pulang
Menyusul wahyu
Moga-moga saja keduanya dalam keadaan baik-baik saja

Beberapa kali rem sepeda motorku berdecit
Akhh…semarang lalu lintasnya mulai semrawut dan macet
Semuanya membuat perjalananku terasa begitu lama
Tak sabar rasanya
Salahku juga sih, kontrak rumah jauh dari kantor

Seluruh memori otakku saat ini di penuhi dengan wahyu
Tidak biasanya wahyu seperti ini
Biasanya jika aku perintah sesuatu dia langsung dengan cepat kembali
Tapi kali ini tidak…
Sudah dua jam wahyu tak kembali
Kutelepon ternyata hp nya tertingal di kantor
Aku menelpon agung tak diangkat…
Atau aku saja yang nggak mengenal agung?
Akhhh…moga-moga agung tidak berbuat kriminal terhadap wahyu
Wahyu satpamku
Salah satu pegawai yang begitu setia dalam membantuku
Wahyu itu ibarat pengawalku
Jika aku sampai kenapa-kenapa maka dia orang pertama yang di depan membelaku
Dia pernah bilang ‘dia berani bertaruh nyawa demi membelaku’
Duhhh…sekarang nasibmu gimana wahyu?
Aku sungguh khawatir memikirkanmu

Akhirnya sampai juga dirumahku
Sepeda langsung kustandar
Kulihat sepedanya wahyu masih di halaman rumahku
Dan aku langsung berlari
“braaakk” kubuka dengan kasar pintu rumahku
Dan…..
Kulihat pertama kali wahyu dengan seragamnya duduk di kursi tamu
Dia sempat mendongak kaget
Dan…..
Tak kulihat ada agung di rumahku
Pikiran jelekku kembali muncul
Agung…kamu dimana?

“yuk..agung dimana?” tanyaku tidak sabar
Wahyu menunjuk ke kamarku
Dan akupun berlari menuju kamarku
Sangat tidak sabar..
Kubuka pintu kamar
Dan …kulihat agung terbaring diatas ranjang
Aku mendekatinya…
Kuamati…
Matanya terpejam
Nafasnya naik turun tenang
Damai…
Dia rupanya tidur dengan sedemikian pulasnya
Aku mengambil nafas panjang
Lega rasanya
Semua prasangka jelek tentang keduanya seketika musnah
Lalu….
Kenapa wahyu tidak langsung pergi ke kantor setelah mengantar agung?

Aku berjalan keluar kamar
Kulihat wahyu masih duduk terpekur
Wajahnya menunjukkan rasa ketidaksenangan
Akhh entahlah dia tidah senang dengan agung atau denganku

Kutepuk pundak wahyu
Dia menoleh…kulihat sorot mata tidak seperti biasa menatapku
“yuk…kamu tidak kenapa-napa kan?”
“tidak pak”
“lalu kenapa tidak kembali ke kantor?”
Dia hanya menghembuskan nafas panjang
“nggak pa pa pak..”
Aku masih tidak puas dengan jawabannya
“yuk…agung hmmm…memaksamu ?”
“memaksa apa?”
“memaksa hmmm..memaksa untuk duduk disini?”
“tidak…bahkan dia berkali-kali menyuruhku kembali”
“lalu kenapa kamu masih duduk disini?”

Kali ini dia mendongak menatapku
“pak…pak aji ini orang baik..tapi ..maaf …menurutku kadang kebaikan itu malah menjadi bumerang”
“maksudmu apa yuk?”
“maksudku…justru oleh beberapa orang kebaikan pak aji malah disalah artikan”
“aku tak mengerti maksudmu yuk, selama ini menurutku tidak ada yang menyalah artikan kebaikanku..apabila aku berbuat baik sih”
“tuh lihat!”
Wahyu mengerling mata ke arah kamarku

Aku mengambil nafas panjang
Kutepuk sekali lagi pundaknya
“yuk…dengarkan aku, semua orang yang kuanggap baik karena mereka sebenarnya memang semua baik, jika ada sisi ketidakbaikan seseorang kukira itu wajar, maksudku gini yuk…mengenai agung…aku kenal betul dengannya kok, dia itu sahabat baikku sama sepertimu, dia sangat baik kalau terhadapku”
“iya…baik..baik sekali….masuk sini langsung buka kamar…tidur seenakknya di kamar orang” katanya sinis
Aku tersenyum
“yuk, memang aku yang suruh untuk masuk kamrku kok”
Wahyu mendongak
“makanya pak, itulah yang kumaksud tadi, kebaikan pak aji kadang malah disalahartikan”
“agung tidak menyalah artikan kok”
“pa aji kenapa sih sangat membelanya”
“bukan membela yuk, tapi menjelaskan”

Wahyu menunduk
Matanya menatap lantai
“pak…aku takut pak aji kenapa-napa, aku khawatir kalau aku meninggalkan rumah ini , akan terjadi sesuatu..misal ada barang pak aji yang hilang, atau orang itu tiba-tiba pergi sambil menguras apa yang didalam sini”
Aku mengambil nafas panjang
“oleh karena itu kamu tidak kembali ke kantor?”
Wahyu mengangguk
“ohh yuk, aku mengira kamu akan sedemikian kuatir terhadapku, maafkan aku ya, tapi kutekankan sekali lagi yuk, agung itu sahabat baikku, waktu didesa dulu dia sangat banyak membantuku, bahkan ketika dia kuberi uang dia tidak mau, jadi menurutku hilangkan rasa kekhawatiranmu yuk”

“pak..pak aji sudah seperti saudaraku, dijaman sekarang ini jangan terlalu mudah percaya dengan orang pak…aku..aku tak ingin pak aji kenapa-kenapa”
“makasih yuk”

“heyy…” suara agung di pintu
Seketika kami mendongak ke arahnya
Agung telah berdiri disana
“gung..kamu dah bangun?”
“heheheheheh iya ji..nyaman banget, tidur di kamarmu dan di tungguin ‘anjing penjaga’

Wahyu tersinggung
Dia langsung berdiri
“hey bung, ati-ati kalau omong ya!”
“hahahahhhaha..lalu kenapa? Kamu kan mirip anjing penjaga, sukanya menjilat…tuh sejak tadi duduk disitu tak bergerak”
“iya..karena aku sedang nungguin maling”
“hahahhaha..maling kok di tunggu…dasar goblok”
“apa?” wahyu melotot menatap agung

Akupun berdiri
“udaaaaahhhh..kalian harus akur..kalian sahabatku” akupun turut emosi

to be continued...


0 comments:

Post a Comment