DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 20

Chapter 20
by Ajiseno


Ini malam minggu…
Setelah beberapa hari tidak ‘keluar’ bersama hendra, akhirnya kini kesempatan kelar bersamanya
Sejak tadi kutunggu hendra masih dandan di dalam kamar
Hmmm…dia memang perfeck man…serba sempurna
Bahkan untuk dandan saja butuh sekian lama
Padahal menurutku tanpa dandanpun hendra sudah cakep

Akhirnya hendra keluar kamar juga
Hmmmm…aku sapai melongo memandangnya
Bau harum tiba-tiba menyeruak
Aku mengambil nafas dalam…mencoba menghirup sebanyak mungkin aroma harum dari arah hendra…

Dia tersenyum..berjalan pelan menghampiriku
“napa lihat-lihat? Suka ya?”
Uhhh hendra selalu ge-er jika kutatap
“hmmm…suka bangeeetttt hahahahha” suaraku sok centil kubuat
Hendra langsung cemberut

Dia memakai kaos berkerah dengan jaket abu-abu tipis
Bawahanya celana jeans
Wajahnya bersinar
Rambut cepaknya mengkilat
Akhhh…dia memang luar biasa tampan
Kadang dihadapannya aku sering minder
Aku amat berbeda
Tak pernah dandan apalagi makeup
Nggak pernah pake parfum mahal
Paling Cuma minyak rambut
Akhhh…aku dan dia bagai bumi dan langit

Pelan dia duduk disampingku
Bau ahrum parfumnya sangat menyeruak menhipnotisku
Dia rangkul pundakku
“malam ini mau kemana neh?”
“Terserah deh”
“hmmm kemana ya?”
“nonton aja gimana?” usulku
“boleh juga”
“kamu harum banget, kayak mau pergi kemana gitu”
“lho kan mau pergi ma pacar…”
“hahahhaha…lebay banget tau”
“uhhh kamu tuh pacar bau harum malah protes”
“bukan protes, Cuma karena kamu bau harum gini aku jadi males pergi”
“napa? Kamu nggak suka ma parfumku ya?”
“bukan……. suka banget banget malah…takut aja”
“takut kenapa?” hendra menatapku serius
Dalam hati aku geli juga
“takut nanti dijalan banyak yang kecantol kamu”
“hahahahha..kirain napa?”
Hendra langsung memelukku dan cepat mengecup pipiku
Uhhhhh…..

Kami berjalan berdua melangkah menuju pintu
Sepeda motor telah terparkir di halaman
Dan ketika kubuka pintu sejenak kami kaget
Ada sesosok tubuh di depan pintu berdiri mematung
Dalam remang aku tahu siapa dia…
Sosok berkaca mata yang selama ini begitu kurindu
Adit….

“adiittt..” suara kami serempak
Kulihat adit membenarkan letak kaca matanya
Dia tersenyum
Bibir tipisnya tertarik manis
Menampilkan lekut di sudut pipinya yang khas
Aku kembali terpesona melihatnya

“kak aji..kak hendra mau pergi?”
Kami menoleh saling bertatapan dan selanjutnya mengangguk
“iya dit, Cuma mau maen saja kok”

Adit terdiam
Wajahnya menampakkan kebingungan
“hmmm..kak, boleh aku minta waktu sebentar?’
Sekali lagi aku menoleh kepada hendra
“iya…ada apa ya dit?”
“kakk…aku mau bicara pada kalian berdua…sebentar saja kok”
“oh ya mari masuk dulu dit..’hendra menjawabnya
Aku Cuma terdiam
Dalam hati aku begitu herannya, adit minta waktu bicara dengan aku dan hendra
Dan wajah adit menampakkan sebuah keseriusan yang tak bisa kupahami

kami duduk berhadapan
kulihat raut wajah serius adit
dengan kaca minusnya yang sesekali disentuh untuk membetulkan letak di wajahnya
wajahnya pucat seperti biasa
akhhh…dalam hati berjuta tanya muncul
ini tidak seperti biasanya
ini bukan adit yang biasa kukenal
biasanya adit begitu malu dan pendiam
dan kali ini kurasakan lain…
sejak aku bersama hendra hubunganku dengan adit sungguh begitu renggang
kami jarang bertemu
kadang ada rasa bersalah yang menyelimuti jiwaku

suasana hening…
aku baru nyadar, akhh ada softdrink didalam
aku beranjak bermaksud mengambil ke belakang
‘kak…mau kemana? Aku Cuma bentar aja kok” suara adit lirih
Kubatalkan
Aku kembali duduk….
Kuambil nafas panjang

Kulihat sekilas wajah hendra
Wajahnya semburat menampakkan kebingungan dengan situasi yang tak biasanya
‘dit…” suara hendra pelan
“ya kak..”
“hmmmm…kamu mau bicara dengan kak aji saja ya?, hmmm…aku keluar dulu ya?”
“ohhh nggak kak…aku…aku mau bicara dengan kalian berdua”
“ohhh…”
Aku menoleh pada hendra
Wajah kami satu padu…sama sama wajah dengan penuh tanya

“dit…tumben banget kamu mau bicara dengan kami berdua, ayooo…bicara apa nih?’pancingku
“hmmm…bukan bicara sih, ada beberapa pertanyaan untuk kakak”
“ohhh..silakan…mungkin kami bisa bantu, masalah sekolahmu?”
Adit menggeleng lemah

Sejenak kembali suasana hening
Kuberikan waktu untuk mengatur nafasnya
Dia tertunduk
Seperti biasanya
Adit yang pemalu
‘aku…aku mau tanya kak, apa kalian benar-benar saling mencintai ?”
Bagai sambaran petir
Sama sekali aku tak menduga adit menanyakan hal yang berkaitan dengan cinta
Aku dan hendra sama sama menoleh hingga sorot mata kami beradu
Sama-sama kaget dengan sebuah pertanyaan yang tak terduga dari adit
Tapi aku paham betul, adit adalah anak cerdas
Dia menyususn pertanyaan yang memang sudah dia siapkan sebelumnya

“kok diam? Aku Cuma tanya aja kok kak…”
“siapa yang harus jawab dit?” tanyaku
“kalian berdua lah”
“iya dit, kami sama-sama saling mencintai” hendra akhirnya menjawab
“betulkah itu kak aji?”
Aku Cuma mengangguk
Ini seperti sebuah persidangan dan aku terdakwanya
“kak…aji, hmmm…benarkah kak aji mencintai kak hendra?’
“iya dit, emang napa?’
“maaf kak, aku Cuma tanya saja”
“iya dit, kamu malam-malam kesini Cuma mau tanya itu?” tanya hendra
Adit tersenyum…
“iya kak, aku tanya gini sebab…hmmm…aku merasa kak hendra tak mencintai kak aji, aku merasa kak hendra hanya pura-pura cinta saja, maaf kak hendra…aku…aku kasihan dengan kak aji”

Sebuah pernyataan yang mengagetkan dari adit
Aku Cuma melongo memandang adit
Dan hendra kulihat tiba-tiba panik


“ditt..kamu kok bisa berkata begitu?” suara hendra mengeras
Adit tersenyum
“kak hendra…baiklah kak, maaf mungkin aku salah, menurut kak hendra makna dari cinta itu apa kak?”
Hendra menoleh ke arahku..
Aku sendiri bingung dengan alur pertanyaan adit
Dan aku sadar…adit seperti menggiring kearah pertanyaan pokok yang belum dia tanyakan
Aku harus hati-hati dalam menjawab
Aku tidak boleh emosi
Dan kulihat wajah hendra sudah menampakkan emosi

“dit…apa maksudmu nanya-nanya gitu, hah?” suara hendra meninggi
Aku paham hendra emosi
Hendra di katain adit tidak mencintaiku
Dan aku paham…adit sebenarnya hanya ingin kepastian
Sebuah kepastian bahwa aku bahagia bersama hendra
Dari sini aku paham…adit masih menyayangiku
Dia tidak membenciku seperti yang aku duga selama ini
Aku sungguh lega

“mmaaaf kak …maaf kak, aku tak bermaksud begitu, aku..aku hanya ingin tahu perasaan kak hendra terhadap kak aji”
“lho…tadi kan sudah kukatakan to? Emangnya apa urusanmu dit nanya-nanya gitu” suara hendra masih dalam keadaan emosi

Kutepuk pelan pundak hendra
Sekedar meredakan emosinya
Hendra sepertinya belum berubah, emosionalnya sering meletup tanpa kendali
Dan…..
Aku paham betul siapa adit
Dan hendra tak begitu mengenalnya

Adit terbelalak kaget mendengar apa yang diucapkan hendra
Sejurus kemudian dia tertunduk

Dan aku harus mencairkan suasana ini
“ditt…hmmm, sudah ya..mungkin kapan-kapan bisa kita bahas lagi hal ini” ucapku bermaksud menenangkan
“tidak! Aku harus jelas…mengapa adit sampai punya pemikiran seperti itu!” ucap hendra tegas
Aku mengambil nafas panjang

“maaf kak…aku aku…hmmm…”adit terbata-bata
“dit kuulangi sekali lagi ya, apa maksud kamu nanya-nanya gitu kepada kami” kali ini suara hendra sudah mulai melembut
“karena aku tak ingin kak aji hanya di jadikan permainan saja”
“maksud kamu aku mempermainkan aji gitu?”
Adit mengangguk
“dit…kamu peduli banget dengan aji? Emang kenapa?”

Adit memandang nanar hendra
Tiba-tiba dia bangkit
Wajahnya sekarang mengeras…
Dari balik kacamatanya kulihat ada sinar kemarahan

“aku peduli kepada kak aji karena aku betul-betul mencintai kak aji, aku menyanyanginya, dan jika ada orang yang menyakiti kak aji berarti juga menyakitiku, selama ini perasaan ini selalu ku pendam…aku tak ingin kak hendra hanya mempermainkan kak aji, aku paham siapa sebenarnya kak hendra…kak…kak hendra…mumpung belum terlambat, jujurlah…jujurlah kak, aku tak ingin kak aji tersakiti hatinya”

Hendra sekarang meledak
Dia ikut berdiri
Wajahnya ikut mengeras emosi

“dit….apa maksudmu hah? Berani-beraninya..anak…”
“stop kak…aku bukan anak kecil lagi, dan yang paling penting aku paham betul siapa kak hendra sebenarnya…”

Tiba-tiba adit berlari keluar
Matanya berair
Dan tanpa sadar aku melompat dari kursi
“ditt…
mau kemana dit?”
“pulang kakk…” adit telah berlari keluar
Aku berlari pula mengejarnya

Akhirnya kuraih lengannya yang kurus
adit menoleh kaget
“dit…”
“kak…”
“dit jangan pergi dulu dit…”
“kak aji…pergilah dari kak hendra karena aku tahu…aku tahu…kak hendra tak mencintai kak aji”

Aku tertegun menatap adit
Dalam hati ada sejuta tanya menyelimuti


to be continued...




0 comments:

Post a Comment