DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 12

Sheet 12
by be_biant



Masalah Rakha yang terakhir ini masih belom kelar, bahkan kenyataannya makin sulit. Kendalanya hanya komunikasi. Gampang, kan! Tapi ngobrol sama Biant takutnya sama aja nambahin masalah besar. Sekarang, Rakha tau alesan kenapa Biant gak mau konek lagi. Ia dapet sanksi dari bu Yanu, entah hukuman apa yang lebih jelasnya? Hanya dia yang tau. Gak heran sih, orang yang mampu bertahan berteman dengan Rakha paling better seminggu. Abis itu cuekan lagi, emang udah biasa. Gak perlu jadi bingung!

Yang bikin Rakha gak enak, namanya sama sekali gak terlibat. Rakha gak tau, ada rencana apa dibenak cowok misterius itu? Kemaren, dia yang punya ide pengen minggat, mesti terima resiko lah, tapi dia juga yang bikin keadaan jadi sekacau ini. Melibatkan sahabat secara gak langsung, Gak ngerti!

Rakha gak bisa menyangkal, kalo ada sesuatu yang telah hilang dari diri Biant. Yaitu, pandangan dan perhatian. Kalo di inget lagi, gara gara itu Rakha jadi kenal sosok Biant. Padahal tau sendiri, kan. Rakha orangnya anti sosialisasi, hanya saja ia mau berteman dengan Biant karna penasaran, kenapa dia selalu mandangin Rakha disela waktu senggang nya? Sampai berteman pun, Rakha masih belom dapet jawaban itu,.. Biant emang misterius!

Nah! Belakangan ini pandangan Rakha malah sebaliknya, ia jadi merhati in Biant diem diem! Rakha cuma gak mo liat Biant menyendiri di suatu tempat, cukup Rakha saja kalo merasa kesepian dan gak punya temen. Sedang Biant kan, banyak temennya, dari kalangan manapun. Kenapa gak bergabung aja? Daripada bengong gak karuan.

Pengen rasanya mendekat dikala dia lagi sendirian, tapi langsung berubah fikiran. Moh akh! Nanti malah di cuekin lalu bikin dia menghindar, dan End,.. Rakha malu! Lagian, mungkin Biant punya masalah yang lebih besar dari itu, cuma gak mao melibatkan Rakha sekarang!

Pernah di suatu ketika, pas Rakha lagi di perjalanan mo berangkat ke sekolah. Ia gak sengaja liat Biant di warung yang jaraknya gak jauh dari lokasi sekolah mereka. Biant ngerokok dengan gaya cueknya. Rakha juga gak mo peduli, sementara si Biant keliatan banget kalo dia gak mo di liat ama Rakha. Gak berani natap balik atau pun noleh sekejap. Sumpah, Rakha makin benci ama perokok! Apalagi Biant, asli gak pantes!

Mereka berdua udah kayak ngalami perang dingin yang gak jelas faktornya. Yang lebih kasian lagi, Sebenernya mereka berdua lagi sama sama butuh. Cuma gengsi! Cara mereka lah, berdua juga gak pernah ngapa ngapa in! dan keputusannya, Rakha yakin kalo Biant menganggapnya sebagai mantan sahabat!

Ku katakan dengan indah, dengan terbuka hatiku hampa
Sepertinya luka menghampirinya
Kau beri rasa yang berbeda mungkin ku salah…
Mengartikannya yang ku rasa cinta
Tetapi hatiku selalu meninggikanmu
Terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu
Kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
Kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi
Membuatku merasakan yang tak terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa ku akhiri
Peterpan Kukatakan Dengan Indah

***

Hari hari terlewati tanpa adanya perubahan drastic. Bisu, tuli bahkan mati rasa. Hanya saja tidak buta mata di kepala maupun mata hati. Semua masih seperti yang dulu. Rakha masih saja tetap sombong dan gak akan pernah mau maafin manusia yang telah memfitnahnya dengan sebutan cowok keripik jengkol. Ia sebal dengan julukan itu, identik sekali dengan aroma dan rasanya. Memuakkan!

Sekolah pun tetap berlangsung sedia kalanya, tak peduli dengan masalah. Semester semakin mendekat, ancaman siswa semakin nyata. Keseriusan bertambah, latihan soal makin gencar, ujian harian makin mencekik, pe er gak pernah ketinggalan. Rombongan anak anak formatur makalah gak punya ide lagi buat ngumpul bareng, kesannya hidup sudah mulai masing masing.

Rakha tetep seorang Rakha, ia masih tampak jutek meskipun omongan buruk tentangnya masih terngiang di kuping. Kali ini yang lagi hebohnya, Mereka sedang menunggu jawaban kebenaran dan hanya ingin membuktikan tentang desas desus Apakah Rakha nantinya akan menempati posisi sebagai seorang juara umum semester kali ini? Menurut Rakha, itu bukan hal tuntutan baginya, ia sama sekali gak nargetin taon ini musti juara. Sama kayak prinsipnya, prestasi gak sama dengan uang, gak ada nilainya!

Pagi ini, Rakha ngerasa ada yang ngeganjel diantara badannya, apa gara gara tadi gak nafsu sarapan? Ato kelewat capek, kali! Tenaga nya akhir akhir ini di kuras habis, baik dalam pelajaran maupun kerjaan. Tak perlu mengeluh, ini sudah jadi konsekuensinya! Mudah mudahan efeknya, Rakha gak jatoh sakit. Tubuhnya amat sangatlah penting!

Belom jam masuk, Rakha mencoba duduk di bangku nya sambil mengatur nafas. Sebab, dadanya kerasa sesak! Sementara wajahnya berkeringat. Entah, sepertinya ia tidak begitu nyaman dengan keadaan sekarang? Sumpek! Padahal, semalem baek baek aja.

Kini nafasnya kerasa berat, ia mencoba ngap ngap pada mulutnya. Buat ngebantu pernafasan lewat tenggorokan. Masih saja gak plong! Ia jadi kesal sendiri setiap kali ingin bernafas, karna hanya mampu bertahan dengan nafas pendeknya saja. Sumpah, kerasa lagi di jemput ama malaikat pencabut nyawa. Mo mati!

Orang sekitar tak ada yang memperhatikan keanehannya, Rakha pun masih cuek dengan kondisinya, paling bentar lagi bakal sembuh total! Padahal, itu muka pucat sekali. Rakha mencoba memposisikan duduknya, mencari gaya yang nyaman. Karna ia tak mungkin minta pertolongan pada siapapun. Ia menelungkup ke meja atau bersandar pasrah ke dinding kelas, pokoknya tetep gak bisa bernafas secara normal. Apa yang salah, sebenernya?!

Menjelang jam masuk. Tiba saja Corrie, penyelamat sekaligus satu satunya orang kepercayaan Rakha datang. Namun Rakha masih belom ngaku kalo dia sakit. Ia gak berniat bikin Corrie panic.

“Lo gak kenapa napa, Ka?”

Rakha mencoba bersikap tenang, tapi Corrie agak merasa aneh dengan tingkah sahabatnya yang gak biasa.

“Gue kira lo sakit, plen. Balik yok, biar gue yang nganter. Takutnya lo malah pingsan di sini, lagi!”

“Gue gak papa, Rie!” Rakha menggeleng

“Jangan bo’ong, lo pasti masuk angin! Gue kerok ya, mao?!”

Di kerok?! Ide bagus sebenernya, tapi apa gak repot??

Tuuuiiinggggg,… selintas, Rakha ngeliat hantunya, si Biant melewati mejanya sambil noleh ke muka Rakha untuk pertama kalinya semenjak permusuhan gak jelas itu bermula. Meski sesaat, tapi Rakha ngerasa seneng banget akan perhatiannya yang secuil itu, walau belom ngasih respon apa apa. Pengen rasanya Rakha tersenyum. Yess, gue menang! Tapi penyakit itu telah mengalahkan nya.

Gak lama kemudian, jam masuk tiba dan Pak Riyuzah datang dengan tampang yang gak ada toleransinya. Maklum, guru matematik yang mematikan suasana kelas. Ia belom sempet ngabsen anak anak, hanya sibuk memperhatikan agenda kecilnya. Berdehem sebentar lalu memprovokasikan tentang janjinya

“Ehem,.. kita bahas pe er kemaren,..!” lantangnya. “Rakha,.. kerjakan soal nomer satu!” ia sembarang menunjuk muridnya, dan mau tak mau Rakha meski nurut sebelom nilainya berkurang

Rakha sedang ingin bergerak, namun Corrie mencoba menahannya.

“Lo yakin bisa, Ka? Pulang aja, yuk!” Udah pasti Corrie ngarepnya bisa nganter Rakha kerumahnya supaya bisa mengalihkan mata pelajaran yang dibencinya.

Rakha bersih keras bersikap normal. Padahal pandangannya sudah mengabur, tubuhnya kerasa lemas total, perasaannya bagai berada di dalam kapal dan merasakan gelombangnya dan nyaris mo mual, nafasnya kian sesak, apalagi mencium aroma serbuk kapur tulis yang jelas mengganggu udara sekitar, ia mo ngap ngap malah takutnya partikel partikel itu akan masuk kedalam mulutnya, makin bahaya dan serba salah tentunya. tak terkontrol lagi, hingga ia nyaris menjatuhkan tubuhnya kelantai kelas.

Keadaanya amat sangatlah cepat, seperti ada se sosok hantu yang telah menyambar tubuh Rakha sebelum ia terkulai dilantai. ketika ia mencium aroma yang tak asing di hirupnya, ketika sayup sayup matanya menengadah ke atas hendak memandang wajah seseorang yang diharapnya, ternyata tebakan Rakha tak salah, Biant memapahnya. Oh Tuhan, ini kali pertama nya Biant berani menyentuh tubuh Rakha. Beku, kian berubah menjadi hangat.

Taukah Biant, kini Rakha menjadi manusia yang lemah tak berdaya… ia bagai makhluk luar angkasa yang butuh udara segar. Butuh cinta, kasih sayang dan perhatian. Tak peduli siapa yang akan membawanya ke dunia itu. Ia hanya butuh pengobatan arti jiwa yang selama ini telah hilang dari sisi belahan jiwanya yang lain.

I can't count Stars in the sky
Or climb the mountains
I can't even swim all the seas

But I know Absence is Unfair
Nothing can replace what I miss

'Cause I'm breathing far away from you
And every second feels like thousands more without you
I'm breathing for this love to live
Believe that one day life will take me there beside you

Like
The North needs the South
The wind needs the clouds
To all of these reasons of life

I need you
To change the wrong
To become true
And to take me to where I belong

"Breathing by anggun c sasmi"

Pak Riyuzah tak bisa berbuat apa apa selain mengizinkan Biant membawa pulang Rakha kerumahnya, sementara Corrie menyesal sekali karna sigapnya kalah cepat sama tindakan Biant. Padahal bangku Biant ada dibelakang, anehnya! Koq masih bisa keduluan, cepat sekali geraknya? Corrie menggerutu gak jelas sampai pelajaran matematika berakhir, mana si otak brilliantnya gak ada di tempat, lagi. Itu yang membuatnya mati ketakutan.

***

Rakha setengah sadar, ketika Biant masih memapahnya dan di bantu oleh beberapa guru. Naik motor Revo milik Pak Najmi, bakal dibonceng sama Biant sepanjang perjalanan dan yang lebih parah lagi, Biant nyuruh Rakha untuk memeluk tubuhnya. Itu yang gak bisa buat Rakha nolak.

Mesin kini udah nyala, Biant nge gas sambil tangan satunya ngoreksi balutan kedua tangan Rakha. Biant terus memastikan bahwa rangkulan Rakha harus erat. Di kesempatan itu, Rakha menyandarkan kepalanya ke sebidang punggung Biant yang luas, pas dan nyaman. Rasanya, Rakha mulai kehilangan kendali dan tak bisa mengingatnya kembali apa yang terjadi.. atao mungkin sudah ia pingsan!

Begitu perlahan mata Rakha mulai terbuka, ia memperhatikan banyak suara anak anak kecil di sekeliling kamar, dan ini dimana? Rakha belom pernah ke kamar ini sebelomnya, dan ini juga bukan salah satu kamar yang ada dirumahnya. Setelah kepala Rakha melengos ke segala arah, ia baru saja ngeliat Biant dengan ekspresi paniknya,.

“Rakha tadi pingsan, ia belom sempat di anter kerumahnya, sekarang ia lagi di rumah Biant. Kayaknya Biant musti minta izin sama Pak Najmi gak ngikut jam pelajaran sampe kondisi Rakha memulih,”

“Gue gak kenapa napa, Iant!” penggal Rakha di sela suaranya yang parau.

Biant langsung noleh ke muka Rakha, tatapannya masih sinis. “Nanti Biant telpon lagi!” perintahnya pada alat electronic yang sejak tadi menyatu di telinga nya.

Biant memasukkan blackberry nya ke kantong celana sekolahnya, lalu bergerak keluar menemui segerombolan anak te ka yang lagi asik mencuri moment ketika ngeliat orang asing tidur diranjang rumahnya, salah satu anak itu pasti sepupunya yang sedang bermain dengan beberapa teman sebayanya.

“Jangan berisik!,.. ada orang sakit!” sementara Biant sendiri terlampau emosi, ia membanting pintu kamarnya setelah menyuruh paksa anak anak itu pergi. Sikapnya dirumah ini kasar sekali, seperti bukan Biant yang dikenal Rakha sebelumnya.

“Lo gak kasian ama anak itu, Iant? mereka sepupunya lo, kan?”

Awalnya Biant hanya diem sampai ia duduk di samping tempat Rakha berbaring.

“Mereka cuma anak kecil yang gak tau apa apa!” Alih Biant “Elo baru aja siuman, Ka. Gue balik kesekolah sebentar, buat balikin motornya Pak Najmi, abis itu gue balik kesini lagi buat nganterin lo ke rumah sakit..” jelasnya kemudian

“Gue tadi udah bilang enggak apa apa,..!”

“Gak usah ngebantah! Gue tau lo sakit parah, pokoknya tunggu aja sebentar. gue gak bakal lama, koq. Nih, air putih anget ama minyak kayu putih udah gue siapin di meja. Gue tadi mo beli obat, Cuma gue gak tau lo sakit asma apa sakit kepala? Jadi gue urungin aja, sebaiknya langsung ke dokter aja ataw puskesmas terdekat. Biar langsung tau penyakit apa yang di derita sama lo”

Rakha gak bisa ngelak kata kata nya, ataupun menahannya. Perasaanya pun kini sulit di curahkan. Entah senang atau sedih karna meratapi rasa sakit.

Menurut informasi yang didapat dari Tantenya Biant, Bu Dokter yang terkenal di daerah situ hanya buka praktek di jam 4 sore. Tak ada pilihan lain, Rakha dan Biant terpaksa memilih alternative lain karna bagi mereka ini sudah terlalu darurat. Dada Rakha semakin menyempit saja, katanya.

Sementara di Puskesmas, keduanya masih gak saling bicara sampai menghadap sama Ibu dokter yang punya muka galak dan sinis memandang. Seakan terlihat dari raut wajahnya kalo dia sudah terlalu bosan menjamu pasiennya.

“Hubungan kalian berdua ini, apa?” Tanya Bu Dokter belagak sok nyampur urusan orang.

“Adik kakak, Dok! Kita gak mungkin pacaran,..” jawab Biant ala kadarnya, itu pun sebenarnya Biant kelewat kesal sama pelayanannya.

Bu Dokter mendengus “Maksud saya, orang tua kalian dimana?”

“Orang tua saya sudah meninggal, Dok!” sekali lagi Biant yang curhat

“Saya gak nanya sama kamu!” Bu Dokter rada geram

Biant pun gak kalah berang “Tapi dia adik saya, Dok!”

“Adik kandung?!” Bu Dokter masih penasaran. Emank wajah Rakha tampak childish sih, jadi dia ngalah dibilang adik. “Tapi gak ada miripnya??”

“Langsung aja, Dok. Gue ini sakit apa?” Rakha melerai keduanya

“Maagh!” ujarnya masih dengan nada cuek dan ringkas

“MAAGH!” Biant sama Rakha kontan ngulang kata Bu Dokter saking gak percayanya.

“Gue gak ngalami gejala di lambung??” Rakha keheranan.

“Ya, itu hasil diagnosa saya. Pola makan kamu bisa jadi salah, atau memang tidak teratur, atau kurang serat sampe pencernaannya mampet. Banyakin makan sayuran sama buah dan air putih, Ini resep yang saya berikan, Kalo masih belom ada perubahan sebaiknya kalian, saya rujuk sekalian untuk jalani test darah.”

“Sekarang aja!” Paksa Biant

“Mana bisa disini, anak muda! Perlengkapannya kurang memadai. Sebaiknya kalian periksa ke rumah sakit umum, itupun hasilnya gak langsung di dapat sehari dua hari.”

Walhasil keduanya pun pulang dengan tampang memelas, hari semakin terik. Biant dan Ninja hijaunya membawa Rakha ke rumah makan terdekat dahulu sebelum pulang kerumah. Gila! Rakha sempet protes liat menu makanan yang bukan lagi dibilang vegetarian. Ini bukan makan sama nasi pake rendang, tapi makan sayur yang lauknya buah buahan!

“Turutin kata Ibu Dokter tadi, kalo lo belom sembuh juga,.. gue rasa Ibu itu yang sakit!” celoteh Biant rada kesal.

Rakha hanya bisa maklum mendengarnya, itung itung dia kangen dengan suasana kayak gini. Perhatiannya masih belom berubah, sama persis kayak waiter disalah satu hotel bintang lima. Meskipun semua orang tau kalo sudah beberapa bulan ini, keduanya menganggap masing masing tidak pernah ada. Sampai sekarang, sikap Rakha kadang masih canggung berhadapan dengan Biant. He can’t believe that is true,…

“Badan lo masih meriang, Ka?” Tanya Biant kemudian

Rakha hanya bisa menggeleng, ia masih belom berani angkat bicara.

“lo kenapa, Ka? Masih kerasa sakit di dada? Nyerih, gak?”

“Gue udah baekan, Iant. Gue cuma mo ucapin makasih! Udah bikin lo repot hari ini”

“Gak usah dipikirin,” nadanya dongkol “Cuma itu yang bisa temen lo lakuin!”

“Bagi gue, lo bukan sekedar temen, Iant! Dikelas, gak ada temen yang baek kayak lo!”

“Udahan makannya, langsung di minum obatnya, abis ini gue anterin lo pulang.. banyak banyak istirahat, ujian semester tinggal beberapa hari lagi. Jangan lupa belajar!” lagi lagi Biant kayak Ibu kostan yang cerewetnya bukan kepalang, seakan menagih bayaran bulanan kostan dan ngomongin tentang kebersihan. Biar begitu, Rakha nampak senang dalam hatinya. My ghost is Baaaaacckkk,….

Sorry for all the times that he lied
And left your heart hangin'
I can't imagine what that feels like

But that was another place
And that was another time
It's not fair to blame me for all his crimes

Just for a minute give me a chance
Let me inside just for a minute
Baby just for a moment
Let me prove I'll do things right

Let down your guard
And show me your colours
Don't fight it anymore
Show me you're with me
Open your arms
I'm not like the others
So don't fight it anymore no
What will it take for me to make you see
I'm not your enemy

How do you expect things to get any better
If you keep me on the sideline
Don't you know there's a million things I wanna do
But you gotta meet me halfway you gotta try

"Not Your Enemy by jesse McCartney"

***

Sorenya, Rakha kedatangan banyak sahabatnya. Mereka berhamburan di antara rumahnya yang mungil demi menjenguk si keripik jengkol yang tumbang. Berulang kali, Rakha ngucapin makasih atas buah buahannya, eh salah! Makasih atas kedatangannya. Dan Rakha masih harus berbaring di ranjang orang tuanya.

Sementara yang lainnya satu persatu berguyur pulang, Biant sendiri masih belom ingin pulang, katanya mo nemenin sampe Rakha bener bener sembuh total. Biant lupa kalo dirumah ini sudah ada banyak keluarga yang menjaga dan tentu saja lebih perhatian darinya. Jujuran sih, Rakha sebenernya malah ngerasa lebih nyaman Biant yang jaga in daripada keluarganya. Hingga matahari terbenam pun, sosok Biant selalu tak jauh dari sisi Rakha. Ia kayaknya lebih siap siaga ketimbang kakak kandung Rakha, si Kim.

“Udah malem, Iant. Sebaiknya lo istirahat. Entar malah elo yang sakit, lagi!”

“Gue gak bakal pulang sebelom liat lo tertidur, Ka.”

“Loh, emang kenapa?” Rakha keheranan

“Cepetan tidur,.. kalo protes terus, gue bisa gak pulang pulang,..!”

Kenapa sih, nih anak? Tidur itu mana bisa dipaksa! Kadang ada keselnya juga sama si Biant ini. Masih aja belom berubah, masih keras kepala! Maunya, semua isi mulutnya dituruti.

“Kenapa lo baek sama gue, Iant? Gue jadi ngerasa takut, sewaktu waktu gue jadi orang yang gak bisa bales budi lo!”

“Gak usah banyak cingcong! Cepetan tiduuurr,..” Biant malah senang marah marah ketimbang jawab sedikit pernyataan. Seraya nyelimuti sebagian tubuh Rakha yang terbuka.

Satu jam terlewat dalam masa kebisuan, Biant masih berkutat dengan blackberrynya dan duduk tenang disamping ranjang nya Rakha. Sesekali Biant memperhatikan wajah Rakha. Dan untuk terakhir kalinya, Biant nge check apakah benar sahabatnya itu sudah tertidur pulas? Dilihatnya pada jam yang ada di windows blackberrynya, jam setengah sembilan!

Pandangan Biant tiba saja terpaku ke raut wajah Rakha yang sedang terlelap tidur, ia nampak teramat polos dan lugu, tak berjerawat, tak berpori, bersih dan halus bak wajah bayi yang baru lahir. Biant takkan pernah tega menodai nya. Dan hanya mampu berkata lirih ;

“Gue gak ngerti ama perasaan gue, Ka! Sebenernya lo bukan makhluk sempurna. Dan gak ada yang special di mata gue, bahkan sejak awal pertama kali gue kenal ama lo. Tapi Gue ngerasa kayaknya terlalu sayang ama lo, Ka. gue gak bisa kehilangan lo. Namun begitu gue sadar, gue juga seorang cowok. Gue gak akan pernah bisa miliki diri lo se utuhnya, dan Gue gak mungkin biarin perasaan gak normal ini terus berlarut larut. Gue gak mao jadi gay. Hanya karna demi lo, Ka! Gue benci sama perasaan gue sendiri,

Entah apa yang ada di benak lo, kalo lo tau perasaan gue? Lo bakal menghindar, Lo bakal menganggap kebaekan gue selama ini hanya untuk meminta imbalan! Lo pasti nganggap gue cowok yang rendah di mata lo, gue gak mau itu terjadi di antara kita suatu saat nanti, Ka! Tapi biarin perasaan gue mengalir seperti ini dengan sendirinya, dan perasaan gue selamanya gak akan pernah berubah terhadap lo…”

Ungkapan itu menjadi kata terakhir Biant sebelum ia berpisah. Lalu pergi pamit dengan orang tua Rakha dan meninggalkan rumah mungil itu. Tidak pasti besok ataw hari berikutnya ia akan kembali.

Sementara di kamar yang sempit, tempat Rakha berbaring. Kedua mata Rakha perlahan terbuka setelah ia baru saja mendengar deru knalpot motor Biant yang perlahan menghilang. Biant tak tau, Sejak tadi ia belum tertidur, bahkan ia sempat mendengar semua curahan hatinya Biant dengan jelas sekali. Detail malah, persekian frekuensinya.

Always said I would know where to find love,
Always thought I'd be ready and strong enough,
But some times I just felt I could give up.
But you came and you changed my whole world now,
I'm somewhere I've never been before.
Now I see, what love means.

It's so unbelievable,
And I don't want to let it go,
Something so beautiful,
Flowing down like a waterfall.
I feel like you've always been,
Forever a part of me.
And it's so unbelievable to finally be in love,
Somewhere I'd never thought I'd be.

In my heart, in my head, it's so clear now,
Hold my hand you've got nothing to fear now,
I was lost and you've rescued me some how-.
I'm alive, I'm in love you complete me,
And I've never been here before.
Now I see, what love means.

"Unbelievable by Craig david"


to be continued




0 comments:

Post a Comment