DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 21

Chapter 21
by Ajiseno


Kuambil telapak tangan adit
“dit…” kataku lirih
Kulihat dalam remang adit tertunduk
“maafkan aku kak..aku …aku tak bermaksud mencampuri urusan kak aji, aku…aku Cuma tak ingin terjadi apa-apa dengan kak aji”
“makasih dit…tapi sebenarnya kamu nggak harus sekuatir itu terhadapku, aku nggak pa pa kok”
“kak aji emangnya nggak merasa ya, kalau selama ini kak hendra menipu kak aji”
“hah…menipu?”
Dalam remang kulihat adit mengangguk pelan

Tiba-tiba hendra telah di sampingku
Adit langsung ingin berlari
Tapi tangan hendra dengan cepat mencekal lengannya
Adit sedikit meronta…
“dit..maafkan aku ya..tadi aku emosi” ujar hendra pelan
“kaakk…lepasin”
“hmmm..dit, masuk saja dulu ya..kita bisa bicara baik-baik di dalam” hendra masih menampakkan ketenangan

Pelan…
Diseretnya lengan adit
Kami berjalan masuk kembali ke dalam rumah

Suasana hening
Aku mengambil nafas panjang
“okee…hmm..pokoknya sekarang kita bicara baik-baik biar semua jelas, tidak ada marah apalagi emosi..” aku mengawali bicara
Kulihat adit dan hendra mengangguk

‘dit..’ujarku lirih
“ya kak”
“ok…sebelumnya ndra, kuharap kamu diam saja ya, selama aku bicara sama adit”
“oke aku akan diam dan hanya dengerin saja” ujar hendra mantap

Kupandang adit
Dia tertunduk
Akhh entahlah ada rasa empati yang dalam menusuk ulu hatiku

“dit…” ujarku lirih
“iya kak”
“coba cerita deh, napa kamu bisa bilang kalau aku sudah ditipu oleh kak hendra”
“hmmm..maaf sebelumnya..anu kak”
“iya dit..nggak usah sungkan, kami takkan emosi kok..ya kan ndra?’
Kutepuk pundak hendra
Dan hendra kembali mengangguk

“gini kak, sejak dulu kak hendra kecelakaan…aku sudah menduga, ada yang nggak beres dengan kak hendra, dan kemaren fian sudah cerita semua kepadaku..kalau kak hendra mendekati kak aji dalam rangka penyelidikan, benarkah itu kak hendra?”
“iya..”ujar hendra mantap

Aku kaget
Ternyata fian tahu hal ini
Ohhh bukannya kejadian ini sudah lama
Tiba-tiba aku menyesal, aku tidak pernah cerita ke adit

Kuliat adit menatap tajam kearah hendra
“jadi..jadi benar, kalau kak hendra benar-benar hanya pura-pura cinta sama kak aji?”
“ditt…untuk hal ini, akan kami bicarakan dengan hendra nanti, tapi percayalah dit, kami saling cinta kok, aku percaya betul dengan hendra”
“jadi…jadi..kak aji menganggap aku ….”
“dit..nggak gitu, aku percaya…aku percaya dengan apa yang kamu katakan, kejadian itu sudah berlalu, kami sudah membicarakan hal tersebut” ujarku masih tenang

Adit menatapku..
“ohh jadi kak aji benar-benar cinta dengan kak hendra?’
“iya..” ujarku sambil menatap hendra
Wajahnya berbinar

“bagaimana denganku?” tanyanya lagi
“ohh..apa maksudmu dit?”
“bagaimana denganku kak? Apa kak aji masih mencintaiku? Seperti yang kak aji ucapkan setiap saat waktu itu, kak selalu mengucapkan cinta padaku…gimana kak? Apa kak aji masih mencintaiku?”
Sebuah pertanyaan bagai petir menyambar
Aku tercekat
Terdiam kelu
Semua kata-kataku seperti tercekat di tenggorokan

Masa lalu kadang memang harus kembali muncul dalam memori otakku
Aku masih ingat betul..
Saat itu masa-masa terindahku
Saat dimana aku dan adit hidup dengan begitu indahnya
Hidup bersama
Setiap hari yang ada adalah rasa rindu berkecamuk untuk segera bertemu
Kubimbing adit dalam belajarnya..layaknya ayahnya
Kusayang dia layaknya kekasihnya
Kulindungi dia layaknya kakaknya
Kurawat dia layaknya mamanya
Akhh…aku benar-benar menjadi begitu berarti hidup bersamanya
Dan akhirnya aku sadari…aku jatuh cinta padanya
Sedalam-dalamnya cinta
Takkan berubah sampai kapanpun
Bahkan ketika aku hidup bersama hendra…aku masih mencintai adit
Aku takkan melepasnya sampai kapanpun….
Mungkin sampai akhir hidupku
Aku akan tetap menyayanginya
Bahkan jika suatu saat nanti adit mungkin punya pacar, aku akan tetap menyayanginya
Sangat rumit untuk sekedar diungkapkan

Dan kini adit ada di depanku
‘Menagih’ perasaanku yang dulu sering kuucapkan kepadanya tiap pagi
Tiap bangun tidur
Masih selalu kuingat..
Selalu kubisikkan rasa cintaku padanya
Akhhh…aku tak mau ‘melepas’ adit
Walau ada hendra di sampingku
Memang….
Aku terkesan egois
Karena aku juga mencintai hendra
bagiku hendra dan adit adalah kesempurnaan dalam hidupku

sesaat kami hening
“kak..kak hendra…maaf, aku …aku tidak bermakasud untuk mengungkit masa lalu…aku..aku hanya….”
“iya dit…nggak apa apa dit, ungkapin saja semua yang ada di benakmu, kami tidak apa-apa,…biar jika ada masalah semua jadi jelas dan dapat terselesaikan”

Aku hanya terdiam
Kulihat adit kembali menata nafasnya
“kak…entahlah akhir-akhir ini aku begitu gelisah dengan hidupku, mungkin memang sudah saatnya aku merasakan ini, sejak dulu sampai sekarang aku paling tidak mudah untuk jatuh cinta, aku tidak mudah tertarik dengan seseorang, aku tipe orang yang selalu fokus jika punya tujuan hidup, jika aku punya cita-cita maka yang kupikirkan Cuma satu…aku harus meraihnya …meraihnya dengan caraku sendiri, aku masih ingat dulu harapanku Cuma satu……. lulus dengan nilai terbaik, maka kuputuskan untuk belajar di rumah kak aji, dan yang kudapati bukan Cuma nilai yang baik, tapi semangat hidup dan kenyamanan ketika bersama kak aji, aku merasa ada sosok yang selalu menyayangiku setiap saat, ada yang memperhatikanku, bahkan memelukku dengan penuh sayang setiap malam…aku masih ingat betul waktu itu…dan…akhir-akhir ini aku benar-benar gelisah setelah aku sadari…aku telah jatuh cinta…aku ingin mengulangi saat-saat seperti dulu, walau aku sadar…kak aji tidak lagi sendirian saat ini, ada kak hendra…dan…maaf kak hendra…….”


Adit kembali menghela nafas panjang
Aku masih terdiam…
“maaf kak hendra…aku tidak bermaksud apa-apa, tapi kemunculan anda secara tiba-tiba dalam kehidupan kami sungguh menyakitkan, aku tahu siapa kak aji, dia orang yang sangat baik, sangat baik pada siapapun, dia orang yang kulihat tidak pernah marah atau emosi, dia sangat sabar menghadapi seseorang…siapapun juga, secara diam-diam kadang aku membuntuti kegiatan mas aji saat berangkat kerja, dan yang kulihat dia selalu membeli beberapa bungkus nasi bungkus di warteg, dan sesampai di kantor langsung di bagi ke satpam dan beberapa tukang becak yang mangkal disana, aku sering melihatnya….aku paham, sifat kak aji yang sedemikian justru banyak disalah gunakan oleh beberapa orang…maaf…maaf…termasuk anda kak….”

Adit terdiam
Sedikit kulihat, hendra menghela nafas panjang, dia menundukkan wajah…

“maaf kak hendra…aku harus mengatakan hal ini,…awalnya aku sempat curiga dengan kemunculan anda, awalnya aku sering bingung, kenapa tiba-tiba anda bisa masuk dalam kehidupan kak aji, tapi aku sadar…kak aji tipe orang yang mudah sekali berteman…dengan siapapun…dan kulihat…kalian memang pasangan yang serasi, saling mengisi, dan aku sadar…aku harus merelakan, aku harus mundur walau tak dapat kupungkiri aku masih menyayangi kak aji, dan kemaren aku ngobrol sama fian, dan….aku tahu siapa sebenarnya kak hendra….aku…aku…sempat emosi hingga beberapa malam aku susah tidur…aku merasa…ini tidak adil untukku dan untuk hubunganku dengan kak aji, aku takkan menyalahkan kalian berdua, tapi bener..swear….aku kasihan …aku kasihan…kalau benar kak hendra memacari kak aji hanya untuk kepentingan tugas pekerjaan semata, kak….maaf kak hendra…sekali lagi maaf, aku paham tuntutan pekerjaan anda, tapi…mengorbankan kebaikan seseorang hanya untuk kepentingan karirnya…hanya untuk menaikkan pangkat jabatan anda…menurutku itu tindakan egois….”

Akhhh adit …
Kali ini kulihat adit yang berbeda
Adit yang jauh lebih dewasa dari yang sebelumnya
Dia bisa berkata denga sangat runtut dan panjang lebar
Sementara kulihat hendra kembali tertunduk seperti menghindari tatapan mata adit
Aku paham ada rasa penyesalan yang dalam di benakknya

“dit…apa yang kamu katakan adalah benar adanya….itu mengapa aku juga cinta dengan aji, dan benar…aku memang mendekatinya hanya untuk kepentingan tugas semata, jika kamu mau mengatakan aku ini egois…benar…kuakui aku egois, tapi ketahuilah…aku baru tahu sekarang, aku baru tahu kalau hubunganmu dengan aji sudah sedemikian dekat sebelum aku masuk dalam kehidupan kalian…sama sekali aku tak bermaksud masuk dalam kehidupan kalian…nggak ada maksud sama sekali…”ujar hendra lirih

Aku masih diam
Kupandang dua sosok yang sangat kusayang
Kubiarkan untuk sementara keduanya bicara dari hati ke hati dengan tanpa dikendalikan oleh emosi
Walau…
Walau…
Ada sisi lain batinku..
Aku bahagia sekali saat ini, di kelilingi dua orang yang begitu menyayangiku

“dit…”aku berkata lirih
Adit mendongak menatapku
Tatapanku beradu
Entahlah apa yang kini kurasakan
Yang jelas aku menjadi bingung mau menjelaskan apa lagi

“hmmm…dit..ndra…hmmm..baiklah mungkin yang paling penting adalah…hmm..baiklah..aku akan bicara…ohh aku tak tahu harus mulai dari mana…semua ini rasanya begitu tiba-tiba…”

Aku bingung..dan pelan kurasakan tepukan telapak tangan hendra di bahuku
Dia memberi penguat agar aku berani bicara sejujurnya
Kuambil nafas panjang…

“dit…hmm..dulu…dulu…aku sempat berfikir…menjadi gay itu enak, mengapa enak? Maksudku gini, aku bisa bercinta sesukaku tanpa takut diminta bertanggung jawab akibat perbuatanku, aku bahagia…aku sering berfikir jika aku bukan gay, betapa susahnya jika aku bercinta, pastilah aku akan dituntut untuk bertanggung jawab, bertanggung jawab karena aku telah membuat pasanganku tidak perawan lagi atau mungkin lebih parah lagi, mungkin aku akan di tuntut bertanggung jawab jika pasanganku hamil……..dit…..dulu aku berfikir, menjadi gay bisa bercinta sesukaku, mencari pasangan yang kurasa cocok kemudian bercinta dan selanjutnya kutinggal, mencari lagi dan bercinta lagi, toh kami sama-sama enak tidak ada yang merasa dirugikan , jadi tak ada lagi rasa bersalah.”

Kuambil kembali nafas panjang
“Walau aku tak sampai melakukan kegiatan seks bebas, tapi aku Cuma punya pemikiran demikian, cobalah kamu chat dengan gay dit, pasti belum apa-apa dia sudah ngajak ngeseks? Ya ngga?”
Kulihat adit mengangguk

“dulu sempat kupikir, bahwa di kehidupan gay tidak ada yang namanya cinta, dikehidupan gay hanya ada rasa suka saja, dan jika rasa suka sudah hilang maka kita bisa meninggalkannya. Dulu aku juga berfikir, tidak ada kesetiaan dalam kehidupan gay, kesetiaan hanya ada dalam kehidupan straight, karena kesetiaan adalah tuntutan sebuah tanggung jawab terhadap pasangan…terhadap anak-anak yang mereka lahirkan, dalam kehidupan gay tidak ada pengikat, tidak ada anak, bahkan tidak ada surat resmi pernikahan. Itulah mengapa aku tak pernah melihat kehidupan gay yang bertahan lama, jangankan sampai puluhan tahun…yang setahun saja jarang, beda sekali dengan hubungan straight…bisa sampai kakek-kakek bahkan sampai meninggal dunia, semua itu karena ada ikatan…ikatan resmi…dan…ikatan bathin…itu yang paling penting”

Hendra kaget dengan apa yang tadi kuucapkan
Dia menatapku tajam demikian juga dengan adit
Sebenarnya aku hanya membicarakan masalah realita saja.

“dit……jangan salah sangka dulu, aku berfikir demikian...itu dulu…sebelum bertemu dengan kalian, saat pertama bertemu kamu…aku merasa biasa saja…tapi lama-lama aku tertarik juga, tertarik tidak hanya pada fisik semata..tapi pada pemikiranmu yang sejalan denganku, kagum dengan semangat hidupmu…bahkan kagum dengan kebaikanmu, dari situlah aku merasakan hidup denganmu sangatlah berarti, hidup dengan mu membuatku sadar bahwa diriku dapat juga berarti bagi orang lain, tiap hari…jujur saja..hanya satu keinginanku…cepat-cepat pulang untuk menemuimu…setiap saat aku selalu rindu…setiap waktu yang ada hanya seluruh bagian dirimu yang ada di kelopak mataku…dan sangat kusadari…sangat-sangat sadar, bahwa aku sedang jatuh cinta, tak dapat kusangkal…aku benar benar jatuh cinta padamu…pada sosok adit…seorang remaja yang sungguh mempesonaku…dan aku sadar…dalam kehidupan gay..ternyata…ternyata…hmmm…ternyata ada cinta, dan benar…aku benar-benar cinta padamu…” aku mengakhirinya dengan lirih

Kulihat hendra menunduk
Dan kutatap adit
Matanya memandangku…dapat kulihat matanya berkaca-kaca

“jadi..jadi kak aji masih mencintaiku..”ujar adit lirih
“iya” aku mengangguk

Sekali lagi adit menatapku dengan rasa tak percaya
Aku paksakan untuk tersenyum
Dan sekali lagi dia menatapku
Aku tak lagi melihat hendra
Yang kutahu hanya desahan nafas disampingku

“kalau kak aji mencintaiku, mengapa kak aji hidup dengan kak hendra? Ayolah kak…jangan permainkan aku..”

Aku menghela nafas panjang
“itu..itu karena aku kasihan sama kamu”
“apa? Kasihan?”
“iya”
“napa?”
“dit…kadang ada hal yang tidak masuk akal, tapi ini harus dilakukan demi kebaikan bersama”
“maksud kak aji apa?”

Aku terdiam kelu
Dalam hati, aku mengatur semua kalimat, hingga tak ada yang salah keluar dari mulutku

“dit…andai aku tidak kasihan denganmu, maka kamu mungkin sudah ‘rusak’ saat ini, jika aku ini gay yang hanya ingin seks semata, maka kamu akan aku suruh hidup disini, tiap hari kita bercinta…hidupmu mungkin tidak akan seperti sekarang ini, mungkin sekolahmu akan hancur, masa depanmu juga mungkin akan berantakan…dan aku sadar…kamu tuh masih kecil…maksudku secara fisik, kamu tuh masih kecil dan aku orang yang dewasa, secara fisik kita jauh berbeda, kita lebih tepat jika disebut bapak dan anak, atau kakak dengan adik, bukan pacar , jika kita pacaran dan jalan bareng, maka takkan ada yang percaya kalau kamu ini kekasihku, dan secara psikis…aku paham…kamu masih remaja…masih dalam masa pencarian jati diri…dan aku tak yakin, kamu mencintaiku karena benar-benar mencintaiku, mungkin kamu hanya kagum padaku..atau mungkin karena kamu ‘haus’ akan sosok ayah yang saat ini jauh darimu”

Adit kembali menatapku
“kak tapi aku benar-benar mencintai kakak”

Aku tersenyum
“dit…aku juga cinta kamu, tapi kamu harus paham, cinta tak harus hidup bersama berdua, kita bisa memaknai cinta dengan lebih arif, aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun, aku akan tetap membimbingmu, hingga kamu nanti berhasil meraih cita-citamu, aku akan selalu membantumu disaat kamu memang perlu bantuan, dan aku akan menjadi sahabatmu tempat kamu berkeluhkesah, aku akan menjadi kekasihmu yang akan selalu menyayangi …dit… itulah bentuk cintaku padamu saat ini…dit…kamu masih begitu muda, kamu masih harus meniti jalan panjang yang tidak mudah untuk meraih masa depanmu, kamu perlu sahabat bahkan sosok ayah yang harus membimbingmu, dan akulah yang akan jadi sahabat sekaligus pembimbingmu,…. dit…kamu itu anak yang cerdas..kamu pandai…, aku ingin kamu meraih cita-citamu dengan maksimal..dan…aku berharap…kamu tidak seperti aku, kamu bisa hidup dengan normal, mencintai wanita..bukan laki-laki seperti aku, aku yakin kamu bisa, tapi dengan siapapun kamu kelak hidup, aku akan tetap mencintai dan menyayangimu…”

Aku terhenti bicara
Suasana hening
Kulihat pelan adit melepas kaca matanya
Diusapnya pelan sudut matanya yang berair

Tiba-tiba dia berdiri
Dia tersenyum dan merentangkan kedua lengannya
Akupun tersenyum
Aku bangkit dan berdiri

Dan dengan cepat tubuhnya larut dalam pelukanku
Kurangkul erat tubuhnya
Dan sempat kulihat
Hendra bangkit dan berjalan menuju kamar
Dia biarkan aku dan adit berpelukan erat

Dalam hangat pelukan sempat kurasakan isak tangisnya
“kak…makasih kak..makasih…aku..aku bahagia malam ini, aku bahagia karena aku sadar…mulai saat ini aku tak lagi sendiri dalam hidup, ada kak aji yang menemaniku, percayalah kak, aku akan tetap meyayangi kakak”
“yahh oke dit..sama-sama, malam ini aku juga lega, terhapus sudah rasa bersalahku terhadapmu”
Kuusap rambutnya pelan
Dan…dia semakin mempererat pelukannya
Ada damai meresap dalam sanubariku…

Aku berjalan pelan menuju pintu kamar
Kubuka pelan..
Kulihat hendra sedang duduk terpekur dengan bersender pada dinding kamar
Sejenak dia menatapku
Selanjutnya dia kembali tertunduk
Ini hendra yang lain
Hendra yang selama ini kukenal tidak seperti ini

Aku menuju ranjang
Duduk disampingnya
Kuraih telapak tangannya dan kugenggam erat

“adit sudah pulang ji?”
“ya” ujarku lirih

Sejenak kembli suasana hening
Tatapan kami sama-sama lurus kedepan
Aku sendiri bingung setelah ada kejadian tadi

“jii…apa itu alasan kamu menolak cincin dariku?’
“iya”

Hendra mengambil nafas panjang
“ndraa…aku…”
“udahh ….aku paham kok, kamu meragukan hubungan kita to?”
“nggak juga, Cuma nggak yakin “
“kamu masih meragukan aku?”

Aku menoleh kutatap wajahnya
Sejenak tatap mata kami beradu

“iya…dikit” jawabku sambil tersenyum
“ji…aku serius!’
“iya…aku juga serius”
“sebenarnya apa yang harus kuperbuat agar kamu yakin, agar kamu percaya kalau aku benar-benar mencintaimu?”
“nggak ada ndra”
“ji, aku serius”
“iya aku juga serius ndra”

‘ahhhhhh…” hendra mendesah
Kupeluk dari samping dan kukecup cepat pipinya
Dia terdiam beku

“jii…aku tak paham dengan hatimu”
“maksudmu?’
“jii ayolah…katakan dengan jujur, apa kamu benar-benar serius berhubungan denganku?”
“kamu kok tanya gitu ndra?”
“hmm..jii..aku tadi paham betul pemikiranmu yang kamu katakan pada adit, dari situ aku paham..kamu masih meragukan hubungan kita”
“ya ndra…kita harus realistis dengan kehidupan ini ndra”
“maksudmu apa ji”
“ya realistis lah, kita sesama jenis ndraa..kuulangi lagi, kita disini, di indonesia, jangan berharap banyak tentang hubungan serius”

Hendra menghela nafas panjang
“terus apa artinya kita selama ini”
“itulah yang bikin aku ragu ndra”
“sudah berapa kali jii..kamu nggak usah ragu, kita ini cocok, kita sudah menjalani hubungan ini sekian lama, aku yakin kita bisa menjalaninya sampai akhir hayat”
“akupun berharap demikian ndra, Cuma apa benar kamu nggak ingin berkeluarga…punya istri dan anak ndra?”

Hendra menatapku serius
“kamu serius dengan pertanyaanmu ji?”
“sangat serius, jika boleh jujur, aku ingin kamu berkeluarga…punya anak dan istri “
“kalau boleh tahu apa alasanmu?”
“dulu kan pernah aku ungkapkan to?..ndraa…bahwa hidup harus di teruskan..dan penerus hidup kita ya anak kita, apalagi kamu …”
“emangnya kenapa dengan aku?”
“kamu tampan”
“trus?”
“kalau kamu berkeluarga, anakmu pasti cakep banget, hehehhehe”
Hendra mendengus kesal
“jii..kamu nggak pernah serius dalam hidup”
‘aku serius kok”
“trus kalau aku berkeluarga, kamu gimana?”
“aku juga akan berkeluarga”
‘apa?”
“ya…aku juga akan berkeluarga”
‘trus…hubungan kita gimana?”
“tetep berjalan…”
‘hah…kita akan menghianati istri-istri kita?”
‘hmmm…terserah..itu namanya apa, yang pasti aku akan tetap mencintaimu”


Sekali lagi hendra mendengus
“sama seperti cintamu kepada adit?”
“nggak”
“kita akan tetap bercinta?”
“iya”
“gimana dengan adit?’
“dia tetap sama seperti yang tadi kujelaskan kepadanya…aku hanya akan menganggapnya sebagai saudaranya”
“walau adit nanti tambah dewasa…tambah tampan?”
“aku tak peduli”

Sekali lagi hendra mengambil nafas panjang
“ini…tidak seperti apa yang ada planning hidupku”
“hmmm…”
“jii…aku sejak ketemu kamu, aku yakin dengan masa depan…aku pasti bisa menjalani hidup denganmu sampai tua…bahkan sampai akhir hayat, sayangnya kamu punya pemikiran lain”
“ndra…palnning merupakan rencana…bisa saja berubah”
“kalau kita sama-sama punya istri dan kita masih bercinta, terus apa gunanya punya istri?”
“ohh…jika kamu nggak mau ya nggak apa-apa ndra, yang jelas kuharap hubungan kita tetap berjalan”

“maaf ji, aku bis berfikir sampai kesitu”
“makanya ndra…jalani dulu hubungan kita”
“terus…napa kamu nggak mau pakai cincin yang kuberi?”
“sekali lagi, cincin itu untuk istrimu aja”

Kali ini dia tersenyum
Tiba-tiba dia memelukku erat
“jii…kamu kan istriku, heheheheh”
“apa? Enak saja…nggak lah..kita kan ngga suami istri…setatus kita nggak jelas, kita kan gantian, hahahah”
“hahahhahaha…iya benar…hahahahha”

Sekali lagi dia memelukku
Dan kuhirup bau parfum semerbak menerpa hidungku
Tiba-tiba aku tersadar…
“ndraa…stop…kita kan rencananya malam ini mau nonton?”

Hendra melepaskan pelukannya
Dia menatapku sambil tersenyum
“nggak jadi!”
“hah..napa?”
Wajahnya mendekat ke sisi wajahku dan dia berbisik
“jii…aku ingin bercinta…” bisiknya
Aku melotot
Belum sempat berkata dia telah menubrukku
Melumat bibirku
“ndraaa..udaahhhh…” aku meronta
“biarinnnn……” selanjutnya dia terus melumat bibirku dengan ganasnya..

to be continued...




0 comments:

Post a Comment