DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Love Under The Mistletoe Chapter 7

CHAPTER VII
BECAUSE I LOVE YOU



by Tuktuk


Tiga jam. Sudah tiga jam aku mondar mandir keluar masuk kamar ku menuju ruang depan kost. Selama tiga jam juga sesekali aku duduk di teras kost memperhatikan orang berlalu lalang. Kadang aku membeli penjual gorengan yang lewat depan kost. Sudah sejak pukul 10 pagi tadi aku menunggu kurir pengantar paket menyambangi kost kami. Menunggu kiriman laptop dari Ayah. Setelah aku ceritakan kerusakan laptop itu, Ayah lalu menyuruh untuk mengirimkan laptop rusakku dan ia mengirimkan laptop Abangku yang kebetulan jarang dipake.

“Dari tadi mondar mandir, kayak setrikaan..” ujar kak Wildan.
“Hehe, iya kak… Aku bosan ga ada gadget beberapa hari ini…”
“Pake punyaku saja, kamarku 24 jam kalo kamu mau pake…”
“Hehe, makasih kak… Ga enaklah mau ganggu…
“Riko mana, Dan?”
“Ga tau… Tadi pagi pergi dia… Ke kampus mungkin?”
“Kamu ga kuliah?”
“Ngg… Nggak… Jadwalnya diganti…”
“Jarang banget kamu kuliah… Harus rajin ya Dek..”
“Iya kak.. I know… Mau gimana dosennya yang cancel hehe”

Kak Wildan tersenyum. Ia tampan jika tersenyum ramah seperti itu. Cewek-cewek pasti bisa langsung jatuh hati melihat dia tersenyum.

“Dan…”
“Ya kak?”
“Kalo ga ada kerjaan, nanti malam kita nonton yuk?”
“Boleh kak… Aku juga sudah lama ga nonton… Tanya kak Riko juga bisa ga dia?”
“Sama Riko? Hm… Okelah”

Dari air muka nya, kak Wildan terlihat kecewa. Entah aku yang merasa berlebihan, sepertinya ia ingin nonton berdua aja sama aku. Tapi bagaimana bisa kami berdua saja nonton bioskop? Mau sih, cuma kalau ada kak Riko kan lebih asik.

Aku kembali ke kamar dan merebahkan tubuhku di kasur. Ah, waktu itu kak Riko berjanji ingin membuat Mistletoe yang lebih besar untuk kamarku. Bagi kak Riko mungkin itu sekedar basa basi, tapi bagiku… It’s special.

Tok Tok Tok! Kudengar pintu depan diketok agak keras. Tok! Tok! Tok! Kali ini lebih keras lagi. Ah, apa mungkin itu kurir paket? Tapi kok kurang sopan ya kalau mengetuk keras seperti itu? Siapa itu? Aku bergegas menuju ruang depan. Klek! Aku buka pintu depan dan…
Itu kak Riko! Apa yang terjadi padanya? Kenapa ada luka berdarah disudut bibir kirinya? Kenapa ada memar di pelipis kanannya, kenapa ia tampak lusuh dan berantakan?

“Kak? Kamu ga papa?”
“Errh… Ini… Ini paketmu… Tadi pas aku masuk pekarangan ada kurir paket mengantarkan barang, aku ambilin sekalian…”
“Makasih kak, kamu kenapa?” tanyaku penasaran.

Kak Riko tak menjawab ia sedikit tertatih. Aku segera meletakkan paket diatas meja dan meraih kak Riko. Kuraih tangan kanannya dan kulingkarkan di bahuku. Aku khawatir. Sangat khawatir, apa yang terjadi padamu kak?

Ku bawa ia ke kamarku. Di kamarku ada alat alat untuk mengobati luka-luka kecil. Ibuku perawat di Rumah Sakit, sedikit banyak ia mengajariku cara membersihkan dan merawat luka. Ia juga yang menyuruhku untuk menyediakan Betadine, Kassa, Kapas, dan peralatan kecil lain untuk mengobati luka ringan.
Ku ambil mangkuk besi di dapur dan kuisi dengan air hangat lalu ku bawa menuju kamarku. Ku basahi kapas putih itu dan mulai ku lap perlahan lahan bekas darah yang mengering di bibir kak Riko.

“Arrgghhh… Aduh… sa…sakit Dan…”
“Iya, tahan sedikit kak… Ini lagi dibersihin lukanya”
“Arghh”

Kak Riko mengerang kesakitan saat aku sapukan kapas basah itu ke luka luka memar dan berdarah di mukanya. Ku oleskan sedikit betadine untuk mencegah infeksi. Perlahan ku perhatikan sekujur tubuhnya, mencari tahu apa masih ada luka yang belum dibersihkan.

“Kamu kenapa kak?”
“…”
“Ya sudah kalau ga mau cerita….”

Aku beranjak membawa mangkuk air kedapur. Tiba-tiba tangan kak Riko meraih tangan kiriku. Aku melihat kearahnya.

“Duduk sini…”
“Kenapa?” tanyaku sambil mendudukkan tubuhku disamping kak Riko.
“Tadi aku berantem”
“Hufhh…. Kenapa bisa?”
“Salahku sih… Tadi pacar dari mantanku yang menyambangiku saat pulang dari kampus…”
“Kamu ketahuan diam-diam pacaran sama pacarnya?”

Kak Riko mengangguk pelan.

“Sudah kubilang kan? Ya sudahlah… Jadikan pelajaran kak… “ ujarku sambil tersenyum.
“Iya dek…”
“Masih ada yang sakit?”
“Ga ada kayaknya….”
“Kemejamu sobek tuh…”
“Oh iya, wah… “

Sobekannya memanjang di lengan kanan kak Riko.

“Mau aku jahitkan?”
“Beneran?”
“Iyalah, aku bisa tauk…”
Kak Riko lalu membuka kemejanya dan… Terlihat semua, ia hanya mengenakan singlet putih. Badannya yang berisi terlihat begitu menggoda. Tidaakkk!

“K..Kok bajunya dilepas?” tanyaku gugup.
“Emang bisa dijahit bajunya dipasang?”

Ehhh Danny bego! Jelaslah! Dasar… Karena melihat ia yang hanya mengenakan singlet aku jadi deg degan gini.

“Awas ketusuk jarumnya…”
“Aku bisa kok kak…”
“Oh iya kak, nanti malam Kak Wildan ngajak nonton…”
“Boleh, kebetulan aku lagi bĂȘte… jadi pengen ada hiburan…”
“Asik, nanti aku bilangin ke kak Wildan” ujarku sambil terus menjahitkan bajunya.

Sesekali pandangan aku dan kak Riko bertemu. Lalu sama-sama tertawa. Ia mungkin tersenyum aneh, tapi bagiku. Saat pandangan kami bertemu, itu merupakan momen yang bagiku susah dilupakan. Rasanya dada ini menjadi hangat.
“Dan, kamu suka denger lagu instrument?”
“Iya, aku suka Yiruma….”
Ahh, bagiku melihat orang yang bisa memainkan instrument musik itu seperti melihat pemandangan yang begitu indah. Aku denganc epat bisa mengagumi orang yang pandai bermusik.
“Aku ga bisa main musik, Dan…”
“Ga papa lah kak, yang penting kan kita bisa menikmatinya… Aku suka Yiruma, apalagi albumnya yang First Love… Satu album aku suka” jawabku sambil menjelujur jahitanku.

“Lagu-lagu Yiruma itu romantis kak, bagus dan menenangkan. Aku suka yang River Flows In You… Sama Kiss The Rain…”
Aku seperti mendengar lantunan lagu-lagu itu dikepalaku sekarang. Terlebih saat ini aku memegang baju kak Riko, dan disebelahku? Kak Riko >.<
“Kamu suka lagu apa saja kak?”
“…..”
“Kak?”
Aku menoleh. Pantas saja tidak ada sahutan atau jawaban. Dia tertidur! Dasar! Jadi, daritadi aku ngomong sendiri? Ih… Ku angkat sedikit kepalanya dan kuselipkan bantal dibawahnya. Ku biarkan ia tertidur pulas, tertidur dengan singlet dan disebelahku! Ahh, kak Riko…

***

Jam sudah menunjukkan pukul 8. Aku sudah bersiap untuk nonton Midnight malam ini. Kak Riko terbangun dan sepertinya ia terkejut mendapati bahwa ia tertidur di kamarku tadi. Aku geli mengingatnya.

“Dan? Sudah siap?” Tanya kak Wildan.
“Iya kak…”
“Oke, kamu ikut dimotorku ya?”
“O..Oh… Iya kak…”

Yahh, sebenarnya aku mau dibonceng kak Riko malam ini. Tapi ya sudahlah, toh nanti aku bisa nonton bareng dia. Perjalanan menuju mall memakan waktu 25 menit dan cuaca malam ini terasa cukup dingin. Sialnya, aku lupa memakai jaket. Hanya memakai kaos dan jeans. Ahh, Danny yang bodoh…

“Mau film apa Dan?” Tanya kak Wildan.
“Aku terserah sih… Kak Riko mau nonton apa?” tanyaku.
“Hmm, apa ajalah… Filmnya Jason Statham ada ga? Aku kurang update gitu…”
“Kayaknya ga ada nyet, lu jangan minta yang aneh-aneh deh…”
“Sialan, ya udah sekarang terserah Danny aja nonton apa” ujar kak Riko.

Mereka berdua menatapku. Aku seperti diinterogerasi oleh polisi-polisi, persis seperti adegan dimana penjahat ditangkap dan dipelototi.

“Film… Itu saja…” tunjukku. Jari ku mengarah ke poster film yang diperankan oleh Ryan Gosling, “Crazy, Stupid, Love”. Ehh, Danny bego! Lagi-lagi bego! Mana mau kak Riko nonton film begituan??? Kalo kak Wildan sih pasti nurut saja… Kalau kak Riko? -___-

“Film apaan tuh?” jawab kak Riko.
“Heh nyet, tadi katanya terserah Danny, ya udah nonton itu saja ya?”
“Aduh, bisa ketiduran nanti gue di dalem… Dan, kamu yang tanggung ya kalo ada suara dengkuran didalem..”

Aku tertawa. Pada akhirnya kami membeli tiket itu juga, posisi dudukku ditengah. Lagi lagi ditengah mereka ^^. Dari segi cerita film ini lumayanlah, yang aku suka sih liat Ryan Goslingnya itu shirtless dan hampir naked >.<. Begitu di adegan-adegan romantis, aku menoleh kea rah kak Riko. Ia menguap. Aku tersenyum melihatnya.

“Kamu ga bisa ya nonton film romantis gini?” bisikku ke kak Riko.
“Hmmh, bisa sih, Cuma rada bosen…”jawabnya.
“Ini sih ga terlalu romantis, kalo nonton Twilight mungkinkamu muntah kak..” ledekku.
“Hehehe… Tergantung sama siapa sih nontonnya…” balasnya.
“Oh, jadi kalau sama aku ga bisa gitu nonton romantisan?”.

Ups! Tiba-tiba saja mulutku menjawab seperti itu. Apa-apaan ini! Danny bego… Rasanya aku ini bodoh sekali seharian ini, what the…

“Haha, sama kamu nonton apa aja aku nurut…”

Aku memerah. Whatt???? Ga salah kan? Kak Riko ga lagi mabuk kan? Kak Riko ga anggep aku Laura atau siapapun itu kan? Bener kan itu jawaban buat aku??

Aku menoleh ke arah kak Riko. Ia sepertinya menyadari ada yang memperhatikan, lalu ia membalas menolehku. Pandangan kami beradu. Oh God! Aku melting! Ia tersenyum.

“Jadinya mau nonton film, atau mau nonton aku?” jawabnya.
“Hah! Siapa juga yang nontonin kamu…” ujarku sewot.
“Haha, susah kalau sudah terpaksa ganteng…. Maaf ya dek, pesona ku mengalahkan film ini”
“Ge er! Hih…”
“Ssst.. Kalian ngomongin apaan sih?” Ujar kak Wildan tiba-tiba.
“Erhh… Ga ada kak, hehe… sst, lanjut lagi ya kak…” jawabku.

Iya kak, aku mau nonton film, tapi kalau disuruh ngeliatin muka kamu? Lebih lama dari film aku mau. Asal ngeliat kamu. Asal sama kamu. Mataku menatap layar bioskop, scene demi scene berlalu tetapi belum aku mendapatkan kesan mendalam dari film ini, sampai akhirnya Ryan Gosling mengajak seorang pemeran wanita itu berdansa. Dia mengangkat tinggi-tinggi tubuh wanita itu seperti adegan puncak Dirty Dancing yang diperankan oleh Jennifer Grey dan Patrick Swayze. Waaw, so sweet…

“Kayaknya kamu seneng banget liat adegan gini…” bisik kak Riko.
“Sst, aku mau nonton bagian ini…” jawabku.
“Eh.. orang nanya dijawab… Emang kenapa?”
“Ya aku suka sama adegan dia ngangkat cewe itu! Backsoundnya The Time of My Life… Aku suka lagu itu…”
“Itu lagu jadul… seleramu ga nyangka ya..”ledeknya

Aku mencubit paha kak Riko. Ia menahan sakit, mungkin kalau bukan bioskop dia sudah berteriak. Hihihi.
Puk. Aku merasakan tangan sebelah kananku ada yang menyentuh. Ku lihat ke sebelah kanan, itu tangan kak Wildan. Ia menempelkan jari jemarinya tepat diatas punggung tangan kananku. Aku bingung. Aku berusaha menarik tanganku, tetapi ia justru menggengam erat tangan kananku. Aku memilih diam. Aku bingung.

Kak Wildan menggenggam erat tanganku. Tangannya terasa hangat. Setiap kali aku berusaha menarik tanganku, saat itu pula ia menggenggam lebih keras lagi. God, what is happening here? Aku tetap bertahan dengan posisi tangan kananku berada dalam genggaman kak Wildan. Aku tak berani menoleh ke arahnya. Tubuhku lebih condong ke arah kak Riko. Begitu seterusnya sampai ending film itu.

Saat kami berjalan menyusuri parkiran motor, kak Riko melihat ke langit.
“Kayaknya dingin banget… Nih pake…” ujar kak Riko sambil menyerahkan jaketnya kepadaku.
“A… Aku? Kamu pake apa?” balasku.
“Sini, kamunya dibonceng belakangku, jadi agak hangat gitu…”
Kak Wildan mengernyitkan dahi.
“Danny kan duduknya sama gue nyet? Ya, gue dong yang boncengin?”
“Gantian dong nyet, gue ga ada temen ngobrol pas pulang. Kalo gue ngantuk trus jatuh?”
“Haha, ya sudah aku dibonceng kak Riko saja ya kak” jawabku.

Kak Wildan tampak kecewa. Hari ini sepertinya aku benar-benar mengecewakannya.
“Dan, makasih ya…”tiba-tiba kak Wildan berujar.
Aku mengangguk. Hore! Kali ini aku pulang memakai jaket kak Riko, aku suka wangi jaket kak Riko. Sepanjang perjalanan pulang kami terus berbicara, dan tanpa sadar kusandarkan kepalaku di punggung kak Riko. Ia tak merespon. Aku tak peduli, aku tetap saja menempelkan kepalaku.

Begitu sampai di kost, kak Wildan langsung masuk ke kamar tanpa basa-basi. Sepertinya ia sedikit bĂȘte. Aku masih memakai jaket kak Riko. Aku tak mau melepasnya. Aku mau tidur pake jaket ini.
BLAM. Ku tutup pintu kamar. Aku melamun, mengingat kejadian di bioskop tadi. Kenapa kak Wildan menggenggam tanganku? If only he knew, bagiku memegang tangan itu melambangkan perasaan. Itu spesial bagiku. Why?
“Tok… Tok… Dan?” terdengar suara kak Riko.
Ah iya! Pasti dia mau ambil jaketnya! Buru-buru aku melepas jaket itu dan membukakan pintu.
“Ya kak?”
“Sini ikut ke kamarku…”
“Ngapain?”
“Ikut aja…”
Begitu aku sampai di kamar kak Riko, ia langsung memutar backsound adegan di film tadi. The Time of My Life! Ini maksudnya apa?
“Sini, aku bisa lho kayak cowok di film tadi…” kata kak Riko.
“Apanya?”
“Kamu berdiri dari atas kasur, nanti aku yang angkat… Siap?”
Hah? Ini beneran? Kak Riko beneran ngajak aku dansa? Bukan dansa sih, sekedar mengulang adegan film. Adegan film cowok sama cewek! Adegan film romantis!

Aku melangkahkan kaki ke atas kasur. Dan backsound The Time of My Life nya Dirty Dancing di play. Kak riko lalu membuka lebar-lebar kedua tangannya.
“Siap?”
Aku mengangguk. Aku melompat dari atas kasur dan… Hap… Kak Riko menangkap tubuhku. Kami berdua terlihat bodoh dan konyol saat itu. Saat kak Riko hendak mengangkat tubuhku tinggi-tinggi, pandangan kami bertemu. Tetapi kali ini beda, kak Riko lebih hangat saat menatapku sekarang.
BRUUUGH.
Kami berdua terjatuh. Aku jatuh tepat diatas tubuh kak Riko dan ia terlihat kesakitan. Lalu kami sama-sama tersenyum.

“Kalo ga bisa bilang dong kak… kan jatuh gini jadinya, kayak anak kecil aja…”
“Emang anak kecil kepikiran mau dansa?”
“Hha, ya sudah ah… aku mau tidur…”

Kak Riko menarik tanganku. Aku menoleh. Tiba-tiba ia tersadar, mungkin ia tak sengaja menarik tanganku, mungkin refleks… Ia terlihat bingung.
“Dan, tidur disini saja… Belum pernah kan kamu tidur di kamarku?”

If this was a movie, pasti musik romantis sudah diputar saat kamera menyorot muka ku yang menahan rasa senang sekaligus malu. Aku mengangguk tanda setuju. Aku tidur disamping kak Riko. Aku tidur di kamar kak Riko! Jelas aku mau, jelas aku mau! It’s because the feeling inside, the love inside of me. Because I love you, kak…

“Karena aku bodoh dan dungu, mataku tak melihat orang lain selain dirimu.Meskipun aku tau kau bersama orang lain, mungkin kau tak pernah sadar perasaanku…
Ada hari-hari dimana aku merindukan senyum mu, ada hari-hari dimana aku menantikan sentuhanmu, Ada hari-hari dimana aku menangis karena mu, dan saat aku tertinggal sendiri saat merindukanmu…
Kata “I love you” menari-nari dibibirku…Aku begitu mencintaimu dan aku menunggumu”

(SS501 – Because I am Stupid – Ost. Boys Before Flowers)



to be continued...


0 comments:

Post a Comment