DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 31 END

Chapter 31
by Ajiseno


Angin semilir dingin menerpa tubuhku…
Terpadu dengan terik panas matahari yang menyengat
Akhirnya terbentuklah sebuah perasaan nyaman berbalut dengan kehangatan dan kesejukan

Pelan aku duduk di bongkahan batu yang lumayan besar
Adit mengikutiku
Ini sudah ketiga kalinya aku duduk di sini
Masih kuingat pertama kali aku mengenal tempat ini
Malam-malam yang ditemani sinar purnama
Aku ‘dibawa’ agung kesini
Dan pagi ini dengan suasana yang sangat berbeda aku kembali di sini

Ini adalah tempat yang sedemikian nyaman dan tenteram
Jauh dari pemukiman penduduk
Bahkan aku yakin…ini sudah masuk wilayah milik negara
Sekitar tiga ratus meter di bawah sana masih kujumpai beberapa ladang penduduk
Tapi disini sudah tak ada ladang
Walaupun ini bukan hutang lindung tapi jelas terlihat kalau disini tadinya adalah hutan pinus
Masih terlihat bekas-bekas pohon pinus yang ditebang
Sekarang terhampar semak belukar dan alang-alang yang luas
Di sela-selanya terdapat tanaman pinus muda untuk penghijauan
Dan sekitar seratus meter dibelakang sana…..
Hutan lindung yang rimbun berwarna kehijauan memenuhi lereng timur gunung prau…
Sangat indah…
Gunung prau dari sedemikian dekat sangatlah indah
Dalam hati aku berterima kasih pada agung yang tlah mengenalkan tempat yang indah ini kepadaku.

“kita di tempat yang tinngi banget ya kak?”
Aku mengangguk pelan
Adit berdiri berkacak pinggang menghadap ke timur
seluruh tempat terasa berada dibawah kita…
“wowww…”adit masih saja terpana
Pemandangan di bawah sana memang menakjubkan
Dua gunung tinggi besar kokoh berdiri…sumbing sindoro
Di bawahnya lembah luas…
Kotak-kotak sawah terlihat sedemikian indah
Dan di ujung sana gunung merapi merbabu terlihat kecil
Seperti beteng alam yang berderet memagari lembah subur.

“indah kan dit?”
“banget…”
Perlahan adit mendekatiku
Duduk menghimpit tubuhnku
Wajahnya masih terus mengamati keindahan alam yang sedemikian sulit untuk di lukiskan.

Kurangkul tubuhnya yang kecil
“dit…”
“iya kak”
“kuajak kamu kesini…hmmm…biar kamu bahagia, kulihat kemaren kamu di rundung duka dan aku tak ingin hal ini terus berlanjut”
Adit menatapku
Kulihat matanya berkaca-kaca
Dan dengan gerakan lembut dua memelukku
“makasih kak…makasih…makasih, swear aku sayang kak aji, kak aji lebih dari saudara buatku”
Kuelus rambutnya pelan…
Dalam kesejukan udara gunung
Dalam kecerahan alam yang menapilkan keindahan yang memukau…
Aku bahagia…
Sangat bahagia dalam pelukan adit.

“kak”
“ya dit”
“siapa yang ngajak kakak pertama kali disini”
Aku sejenak terdiam
Entahlah….
Sekilas memori tentang agung kembali melintas
Di sini…
Dibatu tempatku sekarang duduk
Aku tidur di pangkuannya
Berselimut sarungnya
Akhhh…agung dimana kamu sekarang?
Moga di sana di keluargamu kamu dapatkan keluargamu
Terlalu banyak kenangan yang tak mungkin kulupakan.

“hmmm….namanya agung”
“agung?”
“iya”
“dia orang lampung, hmmm…dia tinggal disini dan apa ya? Dia…hmmm dia jadi sopir eh, ya…boleh lah dibilang sopir, dia yang bantu aku selama disini, lebih tepatnya mirip asistenku gitu,”
“ohhh gitu ya, orangnya pasti cakep ya kak?”
“ya cakep, cakep banget, dia ganteng, dia macho dia…huft!”
Aku melotot pada adit
Semua yang kuucap tentang agung seolah anak panah yang melesat begitu cepat tanpa kendali keluar dari mulutku.
“eit salah ding, dia dah tua, jelek item…”
“hahahhahahhaha…..udahlah kak aji nggak bisa boong”
“iya beneran, agung itu jelek dit”
“hehehehehe, ngga mungkinlah, aku tahu bener siapa kak aji ini hehehehe”
“uhhh, tapi tak seperti yang kau pikir lho dit”
“hehehehehe, iya deh, heran ya, di daerah terpencil kayak gini saja masih nemuin orang cakep, dasar! Eh, sekarang agung dimana kak?”

Aku menoleh memandangnya
Uhh…aku paling tidak bisa bohong dengan adit atau hendra
“dia sekarang di lampung dit”
“alaaa boong”
“beneran”
“ya udah, kok di lampung trus dulu disini ngapain?”

Aku menarik nafas panjang
Dengan pelan aku bercerita tentang agung
Semuanya…..
Adit memperhatikan dengan sedemikian serius

“gimana menurutmu , agung itu dit?”
Adit menghela nafas
“aku kasian ma dia, swear, aku kasihan kak, andai aku jadi dia, aku tak tahu harus berbuat apa, bagaimanapun juga, makasih kak, kak aji telah membantunya”
Aku tersenyum
“jadi anak istrinya agung masih disini?”
Aku mengangguk
“itulah dit, pada dasarnya semua orang punya masalah, makanya kamu tidak sendiri, kamu harus mensyukuri, apapun juga yang terjadi padamu”
Adit menunduk
Dan…
Dia kembali memelukku
Sekarang jauh lebih erat dari sebelumnya.

tidak terasa...
waktu terasa sedemikian cepat
hingga tak terasa sudah jam dua siang aku bercengkrama dengan adit
kabut dari puncak gunung prau mulai turun
hawa dingin menusuk tulang
kuputuskan untuk kembali...
menyususri desa-desa menuju rumahnya pak sujar
meninggalkan lereng prau yang damai.

"ini desa yang tadi ya kak?" tanya adit
'ya dit"
"woww...seneng deh, tadi disana aku agak takut heheheh, takut kalau tiba-tiba ada macan datang"
"heheheheh...justru macannya yang takut pada kita dit, lebih tepatnya terpesona, hahahaha"
"ahahahahhaa...kak aji lebay..."

"bentar dit, aku mau mampir ke rumah seseorang"
"kemana lagi kak?"
"rahasia deh, entar kamu juga tahu"
kubelokkan sepedaku ke gang sempit berbatu
kanan kiri gang rumah yang sedemikian padat
dan tepat di ujung gang, sepedaku berhenti

"turun dit"
adit turun
dia mengikutiku saja
dari wajahnya terpancar rasa penasaran yang dalam

kami berjalan kaki menuju rumah yang berada di paling ujung
rumah yang terlihat paling sederhana dibanding rumah-rumah yang lain
dibelakang rumah terlihat jelas rumpun bambu yang rimbun dan bergoyang pelan tertiup angin

kami berjalan turun melewati jalan berundak setapak yang masih tanah dan belum berbatu
akhirnya sampai juga di depan rumah tersebut...
akhhhh...rumah ini semakin reyot saja
terlihat tiang rumah yang dari bambu mulai keropos termakan rayap tanah
dinding rumah yang berupa anyaman bambu juga sudah mulai rusak

kuketuk pintu....
"salamualaikummmmm..."
tak ada suara di dalam...
sepi...
kuulang kembali ketuk pintu
benar-benar sepi.
akhhh...aku lagi tak beruntung, rumah ini kosong, pastilah seluruh penghuninya sedang di ladang.
"kak ini rumah siapa sih? kok serem gini?" adit berbisik
aku cuma mengambil nafas panjang, sambil mengangkat pundak.
kulihat adit cemberut.

"mas ajiii..." suara seseorang setengah berteriak
aku menoleh ke arang samping
tampat seorang rmaja yang sedang manggul segulung rumput gajah terpaku memandangku
aku tersenyum lebar lega
dia langsung membuang gulungan rumput dari atas kepalanya
sambil mengusap-usap kedua belah telapak tangannya untuk membuang kotoran
dia datang dan langsung menyalamiku
kulitnya semakin hitam
aku yakin....ini karena dia terus bekerja keras terterpa sinar mentari

"apa kabar mas...?" tanyanya sambil menyalamiku
"baik gi, neh kenalkan saudaraku, aditya namanya, dit ini namanya sumargi"
adit langsung menyalaminya.
"kok sepi gi, pada kemana?"
"ohh...bentar, mas aji masuk dulu, bentar..."
dengan cepat dia membuka pintu kemudian berlari dan hilang disamping rumah.

kami pelan masuk rumahnya
sepi dan gelap
hawa dingin dan lembab langsung menyeruak menerpa tubuhku.
pelan kami duduk di kursi panjang dari bambu
adit semakin penasaran saja dengan sumargi

ternyata margi memanggil seluruh keluarganya
tak tahulah tadi semuanya di mana
yang jelas saat ini dengan tergopoh-gopoh ibunya sumargi menyambutku
kulihat beliau semakin kurus setelah meninggalnya suaminya.
rambutnya awut-awutan dan pakaiannya sudah sangat kusam
di belakangnya dua adiknya sumargi terdiam terpaku mengamatiku dan adit
dan...kemudian keduanya menyalamiku dan adit

ibunya margi begitu kikuk menghadapiku
"duh...mas aji kesini kok nggak ngasih kabar dulu to, sami sugeng to mas?"
"nggih bu, pangestu sak konduripun, ibu sekeluarga nggih sami sugeng to?"
"nggih mas, monggo sekecakke lenggah mas"

ibunya sumargi masuk ke dapur
sumargi duduk di depanku
keringatnya masih menetes deras
adiknya menggelendot manja di sisinya
sedang adiknya yang satunya lagi menyusul ibunya ke dapur

pelan kubuka tas punggungku
kukeluarkan tas plastik yang berisi biskuit, roti, kopi susu saccet,dan dua kuilo gula
kusodorkan ke sumargi
"nih gik,sekedar oleh-oleh untuk kamu"
'ahh mas aji, selalu repot, makasih mas.."
"tuh dibuka, adikmu di beri biskuit gi"

kulihat sumargi mulai membuka plastik kresek dan mengambil sepotong biskuit selanjutnya menyodorkan pada adiknya
biskuit itu langsung di santap dengan wajah cerahnya
aku tersenyum bahagioa memandangnya

"gi...gimana kerjaanmu?"
"hmmm...baru libur beberapa hari ini mas, seminggu lagi katanya ada proyek di batang mas, jadi aku ikut mas yoga"
"ohhh gitu ya, kamu nggak pa pa ninggalin keluargamu gi?"
"ya gimana lagi mas, kalau nggak gini aku nggak mungkin bisa ngumpulin modal untuk ngidupin keluargaku mas"
"modal? maksudmu?"
sumargi sedikit tersenyum masam
"yah boleh dibilang gitu mas, upah kerja yang kemaren dapatnya lumayan mas, jadi kemaren sudah bisa aku beli kambing sampai tiga ekor, sekarang keluargaku seneng mas, sudah punya kambing sendiri, makasih lho mas aji, ini semua berkat bantuan mas aji juga"
"walah nggak juga gik, gimana dengan temen-temen kerjamu gik?"
semua baik-baik kok mas, apalagi mas yoga, baik banget mas, aku jarang kerja berat kok, malah sepeninggal mas agung, aku di suruh mengganti posisinya mas agung, kerjaannya cuma nulis-nulis barang dan material saja kok mas, yahh kadang kerja beras juga, ngaspal, ngangkut pipa dan lain-lain, tapi semua nggak masalah kok"

aku tersenyum memandangnya
memandang wajah sumargi yang sekarang lebih berbinar dalam menatap hidup
wajah yang dulu begitu kuyu penuh dengan penderitaan
ohh Tuhan...andai aku bisa bantu lebih, maka akan kubantu sumargi dan keluarganya dari jurang kemiskinan
tapi...
hanya inilah yang bisa kupewrbuat

"mas sumargi ini kerja apa to?" tanya adit penasaran
akhirnya dengan pelan sumargi bercerita tentang kehidupannya sepeninggal ayahnya
adit beberapa kali menunduk ..
aku paham...dia ikut juga merasakan penderitaan hidup ditinggal seorang ayah
mirip sumargi

kesedihan berlalu seiring munculnya ibunya sumargi dengan membawa nampan dengan beberapa gelas teh panas dan singkong rebus yang masih berasap
"maaf lho mas, kami tak ada makanan yang pantes untuk mas aji dan adik ini, hanya singkong rebus saja mas"katanya sambil meletakkan di atas meja
aku tersenyum menyambutnya
"nggak apa-apa bu, ini juga kesukaanku ko, singkong rebus"
"eh bu, katanya minggu depan margi mau ke batang ya?"
"oh nggih mas"
"ibu nggak pa pa bu, di tinggal sumargi"
"nggak apa pa lah mas, ya gimana lagi mas, wong perginya sumargi juga untuk cari uang, bukan untuk dolan-dolan"
"maksudku, ibu nggak takut tinggal bertiga saja dengan anak-anak yang masih kecil"
"nggak pa pa mas, nanti rencananya lik nya sumargi, adikku aku suruh tinggal disini kalau malam, menemani aku gitu lho mas"
" ya syukurlah kalau gitu, terus terang aku nggak enak hati sama keluarga ini, kalau gara-gara pekerjaan sumargi, ibu jadi kerepotan"
"walah, nggak pa pa mas, malah saya yang matur nuwun mas, karena bantuan mas aji, margi jadi dapat kerja"
"maaf bu, cuma kerja kasar gitu bu, karena hanya itu yang dapat kubantu"
"nggih mas, lho ini apa to? mas aji selalu repot gitu kalau disni, matur nuwun lho mas oleh-olehnya"

"monggo mas, di minum dan di makan, gi ayo ke belakang dulu bantu-bantu ibu"
"nggih bu"
sumargi beranjak dari duduknya
aku paham, pastilah mereka mau masakin buat aku
"buu mau kemana, nggak usah repot masak-masak lho" ucapku mencegahnya
"nggak pa pa kok mas, hanya masakan biasa saja"

semua berlalu menuju dapur
tinggal aku dan adit yang mengunyah pelan singkong rebus
terasa nikmat walau hanya singkong rebus
sebuah kesederhanaan kusodorkan pada adit
"kak, usia sumargi itu kira-kira sama denganku ya?"
"iya, emang napa dit?"
"luar biasa ya, diusia segitu dia sudah bisa menghidupi keluarganya"
"yahh karena keadaan dit"
"aku sedikit ngiri pada margi kak"
"nggak usah iri, yang jelas kamu harus bersyukur"
"margi dan aku senasib, sama-sama kehilangan ayah diusia muda, hanya memang harus kuakui aku lebih beruntung dari dia, aku masih bisa sekolah, tapi herannya kami semua dibantu oleh kak aji, makasih ya kak"
dia mengambil telapak tanganku
dan meremasnya di pangkuannya
aku menoleh
memandangnya sambil tersenyum
"kayaknya dah ribuan kali kamu bilang makasih, sekarang kamu yang lebay kan?"
"hehehehehe...iya deh"

Akhirnya selesai sudah kunjunganku kali ini ke lereng prau
Setelah dari rumahnya sumargi kulanjutkan dengan bersantai di rumahnya pak sujar
Kami ngobrol panjang lebar
Tentang agung, teguh dan semuanya
Mas yoga sangat bersemangat dalam bercerita
Sebenarnya malam ini aku dan adit merencanakan tidur di rumahnya pak sujar
Tapi kulihat adit tidak menyukai gagasan ini
Aku maklum, adit belum terbiasa dengan udara dingin yang menusuk tulang seperti ini.

Dan dengan berat hati, sore ini kami pamit
Sudah jam 16.30…
Sangat sore untuk sebuah perjalanan kembali ke semarang
Tapi tak apalah…
Memang tujuan kali ini hanya jalan-jalan saja.
Dan kulihat ada banyak hikmah dalam perjalanan ini terhadap semangat hidup adit
Setelah bertemu dengan sumargi kurasakan adit kembali semangat hidupnya
Aku lega…

Ini memang salah satu tujuanku
Masih kuingat ketika bapaknya adit meninggal, dan eyangnya adit memintaku ikut membimbing adit
Inilah memang tujuanku mengajak adit ke lereng prau…
Agar dia mengenal kehidupan yang sesungguhnya
Agar dia paham…
Disisi lain di sudut dunia masih banyak yang lebih menderita dari padanya
Dan agar dia paham…
Bahwa hidup bukan untuk di sesali
Tapi untuk dinikmati dengan terus menerus berusaha mencari kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dan kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang mensyukuri nikmat
Dan kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh dengan senyum ketika kita melihat orang lain ikut merasakan bahagia
Dan kebahagiaan hakiki dapat diperoleh dengan membuat orang lain ikut merasakan bahagia.
Dan…
Semua itu dapat dilihat disudut dunia yang belum begitu banyak terkontaminasi oleh pendewaan materi
Disudut dunia yang terpencil
Di belakangku saat ini…
Di lereng prau yang sejuk nyaman dan indah….

Aku mengendarai sepeda motorku dengan pelan
Jalan berkelok menurun tajam membuatku tak mungkin jalan cepat
Apalagi adit sepertinya ikut merasakan ketakukatan akan jurang di kanan kiri.

“kak…kita mau nginep dimana?”
“hmmm…nanti deh, cari villa”
“villa? Emang disini ada villa?”
“ada lah”
“villa itu mirip hotel ya?”
“hmmm iya”
“masih jauh villa nya kak?”
“udah deket kok, eh…nanti malem kita bercinta ya dit?”
“hah…dasar otak mesum! Awas kulaporkan ke kak hendra lho”
“heheheheh nggak pa pa lah, palingan hendra nggak marah kok”
“nggak mau! Enak saja, kita pulang ke semarang saja ah, nyampe semarang malem juga nggak pa pa”
“hehehehehehe, takut ya? Dulu kita kan pernah bercinta to?”
“udaaahhhh jangan di bahas!”
“heheheheh…seneng deh”
“uhh”
Aku memang paling seneng kalau membuat adit sewot.
Kubayangkan bibirnya yang tipis pastilah maju,.
Bikin gemes….

Akhirnya setelah kurang lebih setengah jam perjalanan sampalailah pada daerah yang lumayan datar
Di daerah ini ada sungai lebar berbatu dengan kanan kiri pesawahan khas pegungungan.
Yang aku suka dari sawah disini yaitu pola tanam antar sawah tidak bersamaan
Bedan di daerahku bantul, penanaman padi selalu bersama…
Disini tidak bersama, sehingga pemandangan jadi lebih menarik..
Mirip lukisan..
Ada warna coklat untuk sawah yang belum di tanami
Warna hijau untuk tanaman padi yang yang masih muda
Dan warna kuning untuk padi yang siap panen
Sehingga dari kejauhan mirip lukisan penuh dengan warna
Di tambah caping-caping petani yang terlihat disela-sela tanaman padi
Sungguh menakjubkan.

Sawah disini tidaklah rata…
Banyak bukut bukit kecil
Kanan kirinya bukit terdapat sungai kecil dan kemudian menyatu dalam sungai yang lebih besar…sungai trocoh namanya
Diujung sungai trocoh nun jauh disana, di dinding lereng prau terlihat jelas sebuah air terjun yang tinggi
Air terjun ini menakjubkan
Terdiri dari tiga tingkatan
Dan dari jalan sini terlihat jelas, air terjun pada tingkatan yang pertama
Tinggi
Terlihat airnya dari atas terjun di sela-sela tebing
Menakjubkan
Sejenak aku berhenti
Kutunjukkan kepada adit keindahan air terjun itu.
“dit lihat air terjun itu to?”
“mana?”
“itu tuh yang diantara dua tebing tinggi itu”
“wowww…indah banget, air terjun apa kak namanya?”
“itu air terjun surodipo dit”
“ohhhh…tadi kok nggak diajak kesana sih”
“mayan jauh kok, kapan-kapan ja ya?”
“oke , janji lho”
“iyalah”

Kulanjutkan perjalanan
Dan akhirnya sampai juga
Di sebuah tempat tujuan terakhirku
Aku berhenti
Dan mendadak kudengar gemericik air di saluran air yang sedmikian bening
Di depan sebuah rumah sederhana
Dengan pohon pisang, nangka dan jambu di depannya

Sepeda motorku terhenti
“kok berhenti kak?”
“kan mau nginep di villa…”
“villa? Mana villanya?”
“ini…rumah ini villanya”
“hahh” adit melotot tak percaya memandang rumah di depan kami

Aku berbelok
Kuparkir sepeda motorku tepat di depan rumah ini
Hmmm…dari dulu pertama ketemu sampai saat ini, keadaan rumah ini teteplah sama.
Bersih sederhana dan terasa nyaman jika memandang
Pak parto yang kuserahi untuk merawat rumah ini memang terkenal tekun dan rajin.

Aku berjalan melewati samping rumah
Menuju ke bagian belakang rumah
“kak..ini serius kak?”
“maksudmu?”
“kita mau nginep disini?”
“iya”
“emang rumah ini milik siapa kak?” adit ternyata masih penasaran

Aku berhenti berjalan
Dan berbalik
Menatap adit dengan senym
“ini bukan rumah dit…ini villa…ini villa milikku dit”
Dan kulihat adit terbengong kaget
 
Aku berjalan pelan..
Di belakang rumah sana ada bangku panjang dari bambu
Di depannya kolam ikan
Dan sejauh mata memandang hanya pesawahan dan berakhir pada lereng terjla gunung prau.

Kami duduk…
Ini tontonan favoritku
Memandang sunset di lereng prau…
Dan di depan sana gunung prau terlihat sangat-sangat indah
Berbentuk mirip perahu tengkurap
Dan…
Beberapa saat lagi, puncak prau akan berwarna jingga oleh sorot matahari yang tenggelam di balik gunung.

“hweee…mas aji rawuh to? Kapan mas?” suara pak parto emngagetkan aku dan adit
Sejak aku serahi rumah ini oleh agung, memang aku beberapa kali kesini
Sekedar mengecek keadaan rumah
Seperti pemilik sebelumnya, pak parto kuserahi untuk merawat rumah ini dan kuberi upah tiap bulan
Swear…aku senang sekali ‘punya’ rumah ini
Walau status kepemilikan bukan milikku, tapi aku merasa ini seperti milkku sendiri.

“nggih pak, gimana kabarnya pak? Sehat to?”
“alhamdulillah mas, eh mas tunggu sebentar yo, saya mau beresin kamar”
‘silakan pak”

Pak parto langsung masuk rumah
“dit…”
Adit menoleh
Kulihat dari raut wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang tinggi.
“lihat disana..itu gunung prau yang tadi kita datangi dit”
“ohhh…”
“indah kan?”
“iya…indah banget”
“sebentar lagi kalau pas sunset, jauh lebih indah”
“ohhh”
Adit memandang lekat-lekat gunung prau di depan sana

Aku mengambil nafas panjang
“dit..”
“iya kak”
“hmmm…gimana perasaanmu hari ini?”
“ya pastilah banyak surprise yang membuatku sadar kak, yang jelas hari ini aku seneng bangetlah”
“syukurlah…”

Dan saatnya tiba…
Perlahan mentari jingga turun dan seperti masuk kedalam gunung prau
Sisa sinarnya berwarna jingga
Diatasnya ada beberapa awan kecil…
Sangat-sangat indah…
Beberapa kali kuabadikan keindahan ini lewat kamera hp ku
Dan kembali aku duduk
Kurangkul pundak adit erat…
Dia sandarkan kepalanya di pundakku
Sangat intim dengan memandang ke depan sebuah keindahan alam yang menakjubkan

“woiiii…ternyata kamu pacaran di sini to?”
Suara keras laki-laki dari arah belakang mengagetkan kamu
Seketika kami melonjak dambil menoleh ke belakang
Sosok tubuh gagah dalam remang terlihat
Dia memakai kaos ketat berjaket kulit dan bercelana jeans
Sangat ganteng
Wajahnya menunjukkan pura-pura marah

“hendraaaa….” Teriak kami kaget
Dia mendekat sambil senyum
Nahhh..bener sedang pacaran kan?” ujar hendra sambil mengerlingku jenaka
Adit seketika menjadi kikuk
“kak hendra, nggak kok…aku…aku…”
“tetep dit, kamu aku hukum telah merebut ajiku hari ini”
Hendra langsung duduk merapat di sisi adit
“hukumannya …hmmm..peluk aku sekarang dit…”
“hah….uhhh,”
“hahahhahah’
Hendra kegelian karena perutnya dicubit oleh adit
“ndra…kok kamu tahu kami disini?”
“hehehehhe…udah kubilang, kamu dimanapun juga aku tahu, aku kan reserse…hehhehe”

“Udah ya….mari kita lihat sunset di gunung prau depan sana”
Benar…gunung prau sekarang terlihat gelap
Dan…
Semburat warna jingga di atasnya…
“Wowww...indah banget ya…” hendra
Pelan kulihat lengan hendra merangkul pundak adit
Demikian juga lenganku
Adit yang bertubuh kecil dalam himpitan aku dan hendra
Akhh…bukankah aku selalu bermimpi moment ini?

Dan…
Sekarang menjadi kenyataan
Kami…aku ,hendra dan adit dalam sebuah keintiman yang sedemikian nyaman
Kami duduk diam membisu
Memandang keindahan alam yang tiada taranya
Di sana…
Di lereng prau yang indah
Ada kenanganku bersama teguh, agung dan segenap warga sana yang sedemikian menakjubkan.
Disana…
Tempat kedamaian tersimpan
Disana…tempat kebahagian terpancar
Seperti warna jingga yang sekarang terpancar
Bersama senyum kami bertiga…
Seolah kami larut dalam kabut…
Di sebuah negeri yang indah…negeri dibalik awan.

TAMAT********





5 comments:

sinclairrob29 said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

sangat layak di baca dan dinikmati... selamat buat penulis cerita ini..

Unknown said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Whoaw.. Sangat bagus sekali cerita ini.. Good.. Buat pengarangnya, suguhkan kembali cerita yang cetar ya..
Oh iya..
Sedikit kecewa sama endingnya..
Kirain aji akan menikah dengan anaknya pak Sujar..
Dan soal si Agung sama si Teguh kok terasa ganjal ya?
Harusnya di ending mereka di libatkan..
Hehe, tapi keseluruhan BAGUS BANGET!!!

Dadan Ramdhan said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Gilaaaaaaa
Suer keren abis mas aji ! Setelah nunggu lama akhirnya :D
*sampe baca2 dari awal lagi :p
Нaнaɑº°˚=Dнaнaɑº°=D=D

Terima kasih mas aji, sangat sangat terinspirasi sekali

ss said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Keren bgt cerita'a...
banyak pesan moral yg bisa diambil dr cerita ini..
cerita yg lucu, romantis, sedih, terharu n sdkt bumbu menyeramkan'a... sangat perfect..

thx utk ajiseno atas cerita'a

Unknown said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Keren sih. But, how about teguh??

Post a Comment