DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 27

Chapter 27
by Ajiseno


Kami duduk dalam kebisuan yang tak kami mengerti
Hendra menyetir dengan sedemikian pelan
Hening…
Bisu…
Sepi di tengah keramaian kota semarang
Aku sendiri tak tahu lagi akan bicara apa saat ini
Semua kata seolah lenyap dari celah bibirku
Hmmm…otakku dipenuhi dengan kenangan bersama agung
Masih kuingat sorot matanya
Bibirnya yang penuh dan sexy
Senyum sinis ciri khasnya
Bahkan bentakannya
Atau kata-kata kotornya
Aaakhhhh…tiba-tiba aku kangen dengan semua tentang agung
Semuanya…
Aku ingin melepasnya
Melepaskan diri dalam kubangan kenangan bersamanya

Aku menoleh menatap hendra
Aku ingin melupakan agung..paling tidak walau hanya sesaat saja
Ada hendra disisiku
Toh hendra lelaki sempurna buatku
Dia masih diam…
Ini tidak seperti biasa..
Selama ini hendra adalah sosok yang paling penuh dengan pengertian
Dia tak pernah mengikatku…
Mengikat dalam arti yang sebenarnya
Dia beri aku kebebasan, bergaul dengan siapapun
Sedekat apapun….
Dia begitu penuh percaya terhadapku
Apapun yang kuperbuat…dia selalu mendukung dengan sepenuh hati
Bahkan ketika aku sedemikian dekat dengan adit, dia tak mempermasalahkan

Tapi….
Tidak sedemikian dengan agung
Dia sepertinya begitu cemburu atau apalah…
Dan…
Lebih parah lagi, agung memberi aku kenang-kenangan
Sebuah kenang-kenangan sepertianya berupa cincin
Ohhh salahkah agung memberiku cincin untuk kenangan ?
Akhhh…mungkin juga agung bingung mau memberiku apa
Yaahhhh…aku sebenarnya maklum
Cuma ada perasaan tidak enak hati dengan hendra
Lebih nggak enak hati lagi, beberapa waktu lalu aku menolak memakai cincin pemberiaannya
Tapi…pada prinsipku aku menerima cincin dari agung karena ini adalah cincin sebuah pengikat sebuah persahabatan
Menurutku ini sangat dalam maknanya
Tak akan aku pakai cincin ini mungkin
Tapi terus terang akan tetap kusimpan mungkin untuk selamanya toh ini bukan cincin tunangan
Tunangan?
Mana mungkin lah, agung kan straight
Tak mungkinlah agung menyukaiku secara seksual
Tapi apapun itu, hendra sudah terlanjur larut dalam emosi kecemburuan

Tiba-tiba mobil berhenti…
Aku kaget
Dan memang parah…
Ini kan sudah nyampe halaman rumahku
Sudah sampai
Tak terasa rupanya….

Hendra turun masih dalam kebisuan
Hah…ini tak boleh berlarut-larut
Aku tak ingin cincin kenangan ini sebagai sumbu penyulut perpecahan

Kulihat hendra berjalan cuek meninggalkanku yang masih di dalam mobil
Ini tak boleh berlarut….

Dengan cepat aku membuka pintu mobil
Setengah berlari aku menghampiri hendra
Kupegang pundaknya
Dan cepat kukecup pipinya
Hendra menoleh….
Dia berusaha tersenyum..
Tapi tetap saja…kulihat ada kemarahan tersimpan disudut kelopak matanya

“ndraa…kamu marah ya?”
Da menggeleng
Dan dengan cuek kembali masuk ke dalam rumah
Aku hanya berjalan mengikutinya

Hendra menghempaskan tubuhnya di kursi dengan sedemikan keras
Aku duduk disampingnya
Kuambil telapak tangannya
Dan…
Kurogoh sakuku dan kuambil kotak cincin pemberian
Pelan…..
Kuletakkan di telapak tangannya hendra

Hendra menoleh
Menatapku dan kemudian menatap kotak cincin di telapak tangannya
“ndraaa…ambil ini, jika ini menjadi duri dalam hubungan kita, ambil saja dan buang saja, toh ini mungkin hanyalah cincin saja…aku ……aku…..menerima ini, karena hmm…ini murni sebuah persahabatan,”

Hendra mengangguk lemah
“aku hanya menyesal jii…”
“menyesal napa?”
“menyesal tidak jujur pada agung perihal hubungan kita”
“maksudmu…kamu menyesal, kamu tidak jujur, kamu..kamu akan mengatakn kepada agung kalau kita ini pacaran? Kalau kita ini pasangan homo gitu?”

Hendra mengangguk
“jii….kurasa sudah saatnya kita jujur perihal hubungan kita”
‘terus …apa untungnya bagi kita ndraa? Trus apa untungnya jika agung tahu hubunga kita”
“hmmm paling tidak….agung takkan memberi cincin itu untukmu jii…”
“bahhh…kamu ini, sekali lagi ndraa…aku tak semurah itu, kalau kamu mau, ambil saja ndraa, ribet amat sih, ini kan Cuma cincin?”

Hendra menarik nafas dalam-dalam
“hmmm….. oke…mari kita buka” suara hendra tegas

Pelan hendra membuka kotak berwarna merah
Kotak cincin tunangan…
Tiba-tiba jantungku berdebar
Detik-detik membuka kotak itu begitu menegangkan

Dan terbuka sudah akhirnya
Dan logam perak berkilat terkena sinar lampu
Kecil …tipis…
Pelan hendra menarik logam tersebut
Sebuah logam yang terselip di belahan tengah kotak tersebut

Dan…
Sesaat kami terbengong
Dan selanjutnya tawa hendra meledak bagai petir
“hahahahahahahhahahahahahahha…..”

Ternyata benda itu bukanlah cincin
Aku Cuma tersenyum
Benda yang dipegang hendra berupa logam kunci berwarna keperakan

“hahahahahhaha…sejak tadi kita ribut gara gara benda ini…hahahahha…dasar agung, kirain…hahahhaha agung..agung, kamu itu yaaa…awaaasssss…” hendra geram

Hendra melempar kunci ke pangkuanku
“tuh jii…pakai saja…hahahahha”
Kuambil kunci perak dipangkuanku
Dalm hati aku bertanya..
“ini kunci apa?”

Suasana hening..
Sudah sedemikian larut malam
Aku bergerak pelan melepaskan diri dari pelukan lengan hendra
Sempat kulihat hendra tidur dengan sedemikan pulas
Dengkuran kecil tidurnya terdengar
Aku tersenyum sendiri
Melihat hendra tidur dengan sedemikian tenang membuatku terasa tentram

Aku bangkit pelan dan kupakai bajuku
Hmmm ………………jam 1 malam dini hari
Pelan aku berjalan menuju kamar mandi, mengosongkan kandung kemih
Dan kembali…
Kulihat kotak cincin yang berisi kunci tadi
Aku duduk disamping meja
Kuamati kotak cincin tersebut
Dalam hatiku masih penuh tanya, ini kuci untuk apa?
Nggak mungkinlah agung main-main dengan pemberiannya
Aku paham sekali dengan agung

Aku buka kembali kotak cincin tersebut
Sebuah kunci dari logam…
Sebuah kunci biasa
Terus apa makna hadiah ini?

Aku menghela nafas panjang…
Sekali algi kuamati kunci itu
Mengkilat diterpa sinar lampu

Dan kembali kuamati kotak cincin
Hmmm…ternyata ada ada secari kertas kecil terselip disisi kotak
Kuambil…terlipat begitu rapi dan kecil
Tersembunyi seolah ada harapan, hanya aku yang boleh membaca kertas tersebut

Pelan kubuka…
Hanya kertas kecil
Dan dengan cepat kubaca tulisan agung
Sebuah tulisan kecil yang sangat rapi menurutku

“jii…masih ingat rumah seram di pinggir sawah?. Ini kuncinya, untukmu saja, hadiah kecil dariku”
Tiba-tiba jari tanganku bergetar
Ingin rasanya aku pingsan saat ini juga
Sungguh, aku tak mengira agung sedemikian besar menghargai sebuah persahabatan
Aku merasa agung begitu mencintaiku
Dan cinta memang tak bisa dihargai dengan benda apapun di dunia ini
Dan….
Tak terasa air mataku mengalir haru

Ulang tahun….
Aku benar-benar paling tidak suka dengan moment ulang tahun
Entah mengapa, yang jelas setiap kali aku ulang tahun aku selalu merasa sedih
Aku merasa selalu menyia-nyiakan usiaku
Aku sering menangis di malam ulang tahunku
Bukan gembira…
Atau pesta…
Selalu saja, aku selalu menangis dengan penuh kesedihan
Jika aku boleh memohon, aku tak ingin ada ulang tahun
Makanya seumur hidupku, aku tak pernah merayakan ulang tahun

Dan….
Saat ini adalah hari ulang tahunnya fian
Dia merayakan dengan penuh gempita
Dengan sebuah pesta
Dan aku diundangnya
Sebuah pesta yang lumayan besar menurutku
Semacam pesta kebun katanya
Yah halaman depan rumah dihias warna warni
Undangannya juga banyak
Dan aku baru menyadarinya, ternyata aku satu-satunya lelaki dewasa yang berada disini
Semuanya anak-anak remaja temannya fian
Gila….aku seperti orang hilang saja
Tak kulihat juga pak danar, hanya bu danar yang mondar-mandir mengatur acara
Berkali-kali aku menelpon hendra
Dia selalu jawab..”bentarrr…nih baru di jalan”
Uhhh…bisa gila kalau aku harus di dalam ruangan ini
Beberapa remaja cewek sengaja berkedip ke arahku genit sambil berkata “ommm…”
Dasar!
Tau kondisi saat ini seperti ini aku takkan berangkat

Pelan aku beranjak dari kursi
Keluar arena
Kuamati satu persatu remaja yang hadir
Tampak fian yang sedemikian tampan dirubung cewek-cewek
Yahhh…aku paham, fian memang cakep
Bibirnya kemerahan
Hidungnya mancung mirip mamanya yang keturunan arab
Tubuhnya jangkung
Sayang sifatnya begitu manja
Aku paham…di sekolahnya pastilah fian jadi idola cewek-cewek

Saat ini fian memakai jas…
Mungkin biar penampilannya terlihat dewasa
Tapi tetap saja imut
Beda sekali dengan adit
Walau tubuh adit tampak lebih kecil, tapi wajah adit terlihat lebih dewasa
Aku tak paham, apa ada hubungan antara sifat seseorang dengan dengan fisik?
Tak tahulah…
Bagaimanapun juga mataku terus menjelajah seisi arena
Hanya satu yang kucari…
Sosok tubuh ramping…
Adit..
Yah aditlah yang selalu kucari
Pastilah dia sangat cakep
Akhhh…tak kutemukan juga
Apa adit tidak berangkat?
Yahhh…aku maklum, adit sifatnya hampir sama denganku
Tidak suka hura-hura pesta seperti ini
Mungkin dia berfikir, daripada menghadiri pesta seperti ini, mending baca novel di kamar

Aku berjalan ke samping rumah
Kutinggalkan remaja-remaja yang super heboh dalam pestanya fian
Aku benar-benar mirip orang hilang

Aku duduk disamping rumah
Disebuah bangku kecil menghadap ke taman
Rumah fian memang luar biasa besar
Taman diatur dengan sedemikian indah
Ada beberapa pohon mangga yang rindang juga terlihat dengan buah bergelantungan
Menurutku menambah keindahan taman ini
Dibalik sana ada tembok tinggi
Hmmm…
Sebuah rumah yang besar dan mewah
Dan dulu aku pernah tinggal disini walau hanya sekitar empat bulan
Waktu itu fian masih kecil
Waktu tak terasa berlalu
Mengubah fian yang kecil dan imut menjadi remaja yang tinggi dan tentu saja sangat cakep
Fian adalah perpaduan jawa - arab
Kulitnya kecoklatan
Tinggi….
Dan mulai banyak tumbuh bulu dibawah hidungnya yang mancung
Kalau dari segi fisik menurutku dia adalah kesempurnaan
Andai dia tinggal di jakarta, mungkin dia sudah jadi bintang sinetron atau foto model

Sejak dulu fian sudah menganggapku saudaranya…omnya lebih tepatnya
Keluarganya juga demikian
Karena itulah aku sedemikian dekat dengan keluarga pak danar yang sekaligus bossku di kantor
Banyak juga yang bilang, aku ini ‘tangan kanan’nya boss
Sungguh ungkapan yang tak mengenakkan hati
Tapi apapun juga semua kuanggap wajar
Dalam hal tertentu aku berusaha menjaga jarak dengan pak danar
Menghindari gosip yang tidak mengenakkan

“woiii ngalamun terusss…” suara di belakangku
Aku menggelinjang kaget dengan tepukan di pundak

Hendra nyengir-nyengir manis
‘asemmm…kamu lama banget ndra…’
“heheheheh maklum tadi ada kerjaan dikit, kok nggak masuk jii?”
“uhhh suntuk di dalam, tau nggak undangannya ternyata semua anak-anak SMA hahahhha, parah aku di dalam”
“hmmm gitu ya…ya udah jii, ya udah kalau gitu, kita nyerahin kado terus cabut dari sini, gimana?”
Wajahku langsung berbinar mendengar argumen hendra
“waduhhhh..kok sejak tadi nggak kepikiran ya” aku garuk-garuk kepala

“ommmm…” kami menoleh mendengar suara fian dari kejauhan
“ya yan…gimana?”
Fian mendekat dan langsung tersenyum lebar melihat hendra di sampingku
“ohhh om hendra, kapan datang? Wahhh makasih ya om, mau datang di ultahku”

Hendra mendekat dan langsung menepuk pundak fian
“met ulang tahun ya…moga tambah manjaaaa….”
“hahahahaa om hendra ini ada-ada saja, mosok tambah manja to om, eh om, ayo masuk acara mau di mulai” ujar fian mantap

Aku menoleh memandang hendra
Dalam hati bingung juga, berarti tidak jadi cabut dari pesta ini
“eh, om aji, nanti kebagian memberi kata sambutan mewakili papa, papa katanya sedang di surabaya”
“apa? Sambutan? Sambutan apa yan?” kataku kaget
“ya sambutan ultah, selaku wakil tuan rumah gitu …”
“waduhhh…kok baru bilang sih yan, aku kan nggak persiapan”
“nggak usah pake persiapan segala om, Cuma nyambut saja kok”
“nggak bisa yan, om hendra saja yah..” aku mulai panik
“nggaaakkk! Pokoknya om aji nanti mewakili papa menyambut untuk teman-teman fian” waduuuhhh mulai kumat manjanya fian

Aku benar-benar panik
Aku paling males kalau di suruh pidato dalam sebuah acara
Semua kata yang telah tersusun biasanya langsung menguap, tinggallah kepanikan
Aku pobia dengan publik
Walau ini hanya dihadiri anak-anak remaja tetap saja kacau di otakku

Fian langsung berlari
“omm…cepat lho, kutunggu, acara sudah akan di mulai”
Aku terengong..
Aku menoleh memandang hendra
Hendra menutup mulut sambil terkekeh geli melihat aku panik
“ngapain ketawa hah!” kataku mulai sewot
“hihihihi…rasain ji”
“kamu ini bukannya bantu malah ketawa”
“halah…Cuma nyambut ultah anak-anak saja kok bingung ji”
‘iya….lha aku harus ngomong apa ndra”
“ya…bilang saja ..met ultah yan, gitu”
“Cuma itu?”
“yaa di tambahin lah”
Aku garuk-garuk kepala lagi
Semakin panik saja

“ommmmm….cepaaattttt….”fian berteriak keras
Dan hendra masih saja tertunduk sambil tertawa
Seumur hidup aku tak pernah mendatangi pesta ultah
Dasar fian, bikin repot saja pakai kata sambutan segala
“rasain…rasain…rasainnnnnn…hihihihi” bisik hendra disisiku
Langsung kucubit keras perutnya
“auwww” hendra menjerit

“met ulang tahun yan….” Suaraku bergema dibalik microfon
Aku terhenti
Kupandang ke depan..
Semua remaja seumuran fian yang berjumlah tigapuluhan diam serius mendengar apa yang akan kusampaikan dalam pidato sambutan ulang tahunnya fian

Aku berusaha tersenyum
Sebenarnya ini bukan pidato yang yang pertama kali aku sampaikan ke banyak kalangan
Aku beberapa kali pidato atau paling tidak menyampaikan presentasi
tapi semuanya selalu kupersiapkan sebelumnya
dan kali ini aku benar-benar kacau
aku paling tidak suka dengan sesuatu yang mendadak tanpa persiapan

aku masih mengambil nafas mengatur kata-kata yang akan keluar dari celah bibirku
tadi acara sudah dimulai dengan tiup lilin
diikuti dengan lagu happy birthday
dan sontak semua diam ketika acara sambutan dimulai

“yan….”ucapku lirih
Fian menatapku sambil mengangguk pelan
“yan….kamu harus bersyukur, hmmm…mengapa aku katakan itu? Karena kamu dapat merayakan ulang tahunmu, aku …aku tak pernah merayakan ulang tahunku…bahkan seringnya aku tak ingat tanggal ulang tahunku, mungkin bagi kamu ini aneh ya? Yahhh…begitulah, bagiku merayakan ulang tahun bukan acaranya tapi bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari sebuah acara ulang tahun, kamu paham yan?”
Fian terdiam…
Dia menggeleng pelan
Uhhh aku paling tak suka saat aku mengutarakan sesuatu dan orang yang kuajak bicara tidak paham dengan yang kuutarakan.

“yan…di keluargaku di desa ada acara mirip ulang tahun , namanya upacara ‘tenger weton’ artinya setian hari kelahirannya kita diperingati, misalnya aku lahir hari sabtu pon, makan setiap hari sabtu pon, keluargaku selalu merayakannya, mirip ulang tahun, Cuma….acaranya Cuma doa sambil disajikan bubur beras dalam dua warna, yaitu putih yang rasanya gurih dan merah yang rasanya manis, bubur merah melambangkan darah…artinya itu adalah sebuah doa semoga aku selalu sehat…jauh dari penyakit dan …bubur putih melambangkan hati…yang artinya sebuah doa, doa agar aku dapat berubah perilakuku…menjadi lebih baik..menjadi lebih pandai…menjadi seseorang yang lebih sukses hidupnya….’

Kembali aku menarik nafas panjang
Sempat kulihat hendra menunduk
Semua teman-teman fian juga terdiam
Aku heran…aku Cuma ngawur saja dalam berpidato

“yan….” Lanjutku dalam gema microfon
Fian masih terdiam menatapku
“yan…disini tidak ada bubur beras merah dan putih, yang ada kue tart, dan aku tak paham mengapa setiap ulang tahun selalu ada kue ini dan mengapa harus ada lilin, yang jelas berdasar upacara ‘tenger weton’ aku Cuma ingin mengucapkan selamat ulang tahun yaa….perlu kamu sadari ulang tahun bukan sebuah acara hura-hura atau sekedar senang-senang, ini harusnya sebuah acara dengan sebuah perenungan yan….”

Kali ini kulihat fian mengangguk pelan
Aku lega…
Paling tidak fian yang saat ini ulang tahun paham dengan apa yang kuucapkan

“Maksudku perenungan itu gini yan….kamu saat ini bertambah umurmu, bertambah umur tak berarti bertambah senang hidup kita…di depan sana…kamu akan menghadapi banyak tantangan di hidup kamu, menjadi tua bukan selalu menjadi bahagia, kamu harus merubah hati kamu harus menjadi lebih dewasa, tidak manja lagi, lebih mandiri dan tidak tergantung lagi dengan kedua orang tuamu atau teman-temanmu, kamu harus belajar mengatasi masalahmu sendiri, tak boleh lagi cengeng, itulah yang namanya dewasa, dan di kesempatan ini selaku wakil dari papamu….aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun yan….semoga di ulang tahun yang kali ini kamu dapat belajar menjadi orang dewasa, …lihat mamamu yan….aku yakin yan…mamamu pastilah ingin kamu menjadi penerus keluarga…dipundakmulah masa depan keluarga ini akan kamu teruskan, aku hanya berharap, jangan kecewakan papa mamamu yang sudah sedemikian mendoakanmu menjadi orang yang terbaik….itu saja sekedar ucapan dari saya selaku wakil dari papamu, maaf ya…aku tak pandai pidato…wassalam”

Tiba-tiba suara tepuk tangan menggema
Dan kulihat mata fian berair dan dan bibirnya tersenyum manis
Selanjutnya….
Tubuhnya ambruk dalam pelukanku
Dalam isak tangis bahagianya sempat kudengar…..
“ommmm…akan selalu kuingat apa yang om katakan hari ini, percayalah…aku akan berusaha untuk berubah….”
Kuelus rambutnya pelan sambil tersenyum
Kulihat hendra juga mengembang senyumnya sambil mengacungkan jempolnya..

to be continued...




0 comments:

Post a Comment