Sheet 21
by be_biant
Masih dalam riuh gaduh suasana classmates, sekolah baru saja meramaikan
perpisahan kakak kelas 2belas. Bagi mereka seru, tapi bagi Rakha
membosankan! Tak ada yang bisa mengubah perasaannya yang dilanda
kegalauan. Ayuk kelasnya, Vidya akan keluar dari sekolah ini. Rakha akan
merasa kesepian lagi. Bukan cuma itu, Hatinya pun semakin bertambah
gundah, karna Biant masih keukeuh menjaga imagenya sebagai cowok normal.
Yang bagi Rakha, sebenernya dia itu tak lain seperti manusia yang
munafik. Tidak berani mengakui kekurangan nya, dan memanipulasi
pandangan orang dengan bersikap norak, sengaja mengubar kemesraan. Sh*t,
Lah!
Masih ada satu lagi, masalahnya. Sometimes, jantung Rakha berdebar gak
keruan ketika berhadapan dengan sahabat sebangkunya, Corrie. Perasaan
itu baru dirasakannya belakangan ini saja. Secara firasat, Corrie udah
mulai ngebaca isi hati Rakha. Maka itu, Rakha gak mau bertindak gegabah
terhadapnya, menatap matanya saja, seakan ada anceman besar. Menakutkan!
Mending bibirnya disilent aja! Biarlah, dia mo berfikiran sebagaimana.
Asal tidak terbukti, Rakha tentunya masih bisa menepis tuduhannya.
“Lo musti liat ini!” Corrie menyodorkan hapenya ketika Rakha baru mo nyobain duduk dibangkunya.
Dengan perasaan yang gusar, Rakha menerimanya. Lalu menatap kelayar yang
ada foto dirinya bersama Biant yang lagi berciuman! Jreeeng,.. kejadian
detik detik Biant nyelameti nyawa Rakha yang lagi sekarat. Rakha shock.
Tapi sepintar mungkin disembunyikan ekspresi kagetnya, seolah tak
melihat sesuatu yang serius.
“Biant nyium bibir lo kayaknya terlalu pake perasaan.”
Batin Rakha bergeming “Oh my god! Apa yang selama ini gue pikir bener.
Tenang Rakha, jangan sampe gerak gerik lo kepancing oleh rasa ke ingin
tahuannya.” Jantung Rakha makin hebat berguncang.
“Ada lagi. Ketika lo pingsan, Gue lebih keseringan denger igauan lo
nyebut nama Biant ampe ratusan kali. Padahal, gue yang selalu jagain Lo,
Ka! sampe lo siuman.”
“Mampus Gue!” ingin sekali muka ini ditutup pake kedua tangan dan menunduki kepala selamanya, saking malunya.
“Bisa Lo jelasin, ada apa antara Lo sama Biant?” kedua biji mata Corrie
ketebak akan mengancam tajam. “Gue curiga, jangan jangan Lo sama Dia,.”
“Elo kebanyakan nonton film gay, Rie! Gue pernah nemuin dvd itu di tas
Lo!” Aku Rakha. Entah, pengalihan kali ini bisa berhasil ato kagak?
“Jadi lo udah liat kasetnya? Itu hanya film drama, Ka. Bukan Bokep!”
terang Corrie rada santai ngelessnya “Gue butuh kejujuran lo sekarang,
Ka! Kita temenan udah lama, Elo gak perlu malu mengakuinya. Dan kalo
penting, gue bakal ngejaga ini sebagai rahasia lo”
Muka Rakha mendadak pucat, ia hanya bisa mematung. Mendengarkan ceramah.
“Kalo lo nanya kenapa gue nyebut nama Biant, jawabannya karna gue tau
Biant yang nolong gue saat itu, gue mo ngucap terima kasih ke dia! bukan
seperti yang elo maksud!
“Elo gak usah bohong sama diri lo. gue tau, saat itu segala ucapan lo
emang diluar dari alam bawah sadar lo. dan ada kalimat yang begitu jelas
ketangkep oleh telinga gue,.. lo ngomong sesuatu tentang Biant..”
“Gue ngomong apa?” Rakha kaget setengah mati, ia sengaja memotong
pembicaraan karna ia sendiri masih takut mendengar kelanjutan ceritanya.
“Gue bakal kasih tau, seandainya saja elo jujur sama gue”
Rakha langsung menghela nafas berat. Apa musti Rakha bicara tentang
perasaan nya selama ini terhadap Biant? Jangan, Rakha sendiri masih
belum tau jawaban apa dari Biant. Mungkin detik ini Rakha siap mengaku
kalo dia Gay, asal Biant emang bener bener jadi pacarnya. Sayangnya
hubungan mereka masih belom jelas.
“Cukup kalian jadikan foto ini sebagai bukti bisunya saja, jangan sampe
isi hati gue terlibat. Gue takut, salah ngomong dikit aja, persepsi
orang ke gue malah makin buruk..”
“Saran gue sebaiknya, saat ini lo tutup mulut. Tapi, gue peringatkan
sama lo, Ka!” Corrie menghirup nafasnya sejenak “Lo musti ati ati
bergaul sama Biant…”
“Kenapa?”
Sikap Corrie kontan berubah aneh, pertanyaan Rakha langsung ditepisnya
dengan menggelengkan kepalanya saja, tanpa ada komentar. Rakha mencoba
memahami arti itu, namun teramat sulit baginya… terus terang, apa sudah
seharusnya kedok Rakha terbuka?
Sudah beberapa hari ini, Rakha mengisi kekosongan waktu belajarnya untuk
bantu bantu mempersiapkan acara pernikahan Ayuk Sintya, kakak kandung
Rakha yang pertama. Dan kabar baik dari Kim, ia sudah mendapat kerjaan
di sebuah bengkel mobil yang berkembang pesat dikota. Meski begitu,
sikap jarang pulangnya masih belom berubah. Apalagi, Kim sudah berani
mengambil keputusan buat kredit motor. Artinya, ia sudah punya tanggung
jawab sendiri. Yah, pandai pandai kakak Rakha satu itulah, memanage
keuangannya.
Sesekali, Corrie mendadak datang kerumah Rakha tanpa diundang. Sekedar
ngurangi pekerjaan Rakha yang berat. Bahkan, tak sungkan sungkan Corrie
nganter jemput Rakha pake motor Mio nya. Memang aneh, sikap anak satu
itu! Kalo ditolak niat baeknya, malah marah marah. Dirumah Rakha, gak
ada yang gak kenal sama Corrie. Walau seluruh keluarga Rakha kompak
manggil dia dengan sebuatan Arie, tapi sama sekali gak bikin Corrie
protes, malah suka! Saking tulus nolongnya, nyokap ama bokap Rakha malah
menganggap si Arie sebagai anak mereka sendiri. Gawat, punya kakak
angkat kayak dia.. Corrie emang baek, tapi masih aja Oon. Yang Rakha
takuti bakal nular sakit tololnya…
Tinggalkan kesibukan rumah, beralih ke sekolah lagi yang hari dan siang
ini akan di umumkan siapa siapa saja yang menduduki peringkat jawara?
Meski terik mentari pagi membasahi tubuh, tapi tak jua mematahkan
semangat anak anak berseragam untuk mempersiapkan berbagai keperluan
untuk acara wajib, menyanyi…
Semua sibuk, kecuali Rakha yang gak mau ikut campur. Ia lebih memilih
berada didalem kelas sambil baca novel yang baru ditemunya di
perpustakaan sekolah.
“Pha kabar, Ka!” tiba tiba seseorang menyapanya, membuat Rakha kaget setengah mati.
“Biant! Gue baek, elo?” Rakha berusaha tidak menatap muka Biant, dan lebih baik focus ke halaman buku saja.
“Baek juga.” Diam sejenak “Udah lama gak ngobrol, ya!”
“Iyah, Elo sih… pacaran mulu. Ampe lupa punya sobat lama kayak gue” canda Rakha.
“Enggak kok, gue emang pengen ngobrol sama kalian lagi kayak dulu.”
“Elo gak nyanyi, Iant? Biasanya lo absent paling dulu kalo soal latihan vocal!”
“Bentar lagi, Emili udah nyiapin lagu khusus buat gue nyanyiin.. hari
ini pembagian raport, Ka. Gue harep elo bakal dapet juara umum.”
Tanpa harus memandang wajahnya, Rakha manggut pelan. “Makasih,..”
Rakhapun kemudian merasakan kepergian Biant yang tidak pamit itu. Sekali
lagi, Rakha gak peduli kemana ia hendak melangkah? Tapi bener,
kehadiran Biant yang sesaat mampu memecahkan konsentrasi Rakha untuk
mengkhayati cerita dalam sebuah buku. Aroma tubuh Biant yang belom
hilang mengingatkan Rakha akan kenangan bersamanya yang tak mungkin
terjadi kembali, karna waktu Biant akhir akhir ini, hanya untuk Emili…
Kejujuran Hati - KerisPatih
ku akui aku memang cemburu
setiap kali kudengar namanya kau sebut
tapi ku tak pernah bisa
melakukan apa yg seharusnya kulakukan
karena memang kau bukan milikku
ku akui aku merindukanmu
meski ternyata tak pernah kau merindukanku
tapi ku tak pernah bisa
melakukan apa yg seharusnya kuinginkan
karena memang kau bukan milikku
sesungguhnya ku tak rela
jika kau tetap bersama dirinya
hempaskan cinta yg kuberi
semampunya ku mencoba
tetap setia menjaga segalanya
demi cinta yg tak pernah berakhir
kejujuran hati yg tak mungkin dapat ku pungkiri
keinginanku untuk kau tau isi hatiku
demi cinta yg tak pernah berakhir
Rakha tau, yang bernyanyi kali ini asli suaranya Biant. Ia menghentikan
bacanya sejenak, mungkin sedang melamun. Sebab Rakha gak nyadar ketika
ada Corrie datang mengganggunya.
“Biant nyanyinya kaku. Males gue ngeliatnya,..” keluh Corrie pada Rakha
Rakha sama sekali tak mengatakan apapun, ia hanya menunduk takut. Takut Corrie tau kalo Rakha nyaris pengen nangis.
“Gue heran sama Biant, Ka. Pake jurus apa, sampe bikin cowok kayak lo
luluh banget didepannya? Lo disini sedih, sementara dia senang senang.”
“Lo ngomong apaan, Rie?”
Corrie belagu nggak ngeh sama ucapan Rakha “Yah, maksud gue Biant tidak
bisa mempertanggungkan sikapnya. Gue ngerti lo terlalu diberi harapan
penuh, lalu dikhianati” ujarnya sambil menatap keluar lapangan. “Mungkin
gue gak bisa bantu lo ngelupain dia, tapi gue bisa bikin hari hari lo
cerah”
Rakha ngelirik ke wajah Corrie yang menghadap ke lapangan “Makasih, Rie!” tuturnya pelan.
“Paling enggak, lo sudah tau kalo Biant bukan orang baek baek. Iya kan?”
Corrie meminta pendapat disela lamunan Rakha sedang melayang layangnya.
Kali ini Corrie salah, Biant tetap sahabat yang terbaik. Meski memang
benar hati Rakha terluka karnanya. Namun Biant masih terus berusaha
memberikan kebahagiaan sampai kini, semuanya sulit untuk dilupakan.
Terutama perhatian misteriusnya.
Menjelang detik detik pengumuman, semua siswa siswi sudah stand by di
meja masing masing. Menunggu hal yang tak mungkin, misalnya Corrie
menunggu namanya disebut jadi juara satu, meski jelas jelas tak mungkin.
“Gue kalo jadi juara umum, bakal biayain hidup lo, Ka. Ampe satu semester.” Khayalnya
Rakha Cuma bisa ketawa, “Nazar lo ya! Beneran jadi babu gue”
“Babu, bahasa lo! harusnya yang juara satu dapet perlakuan kayak seorang raja, bukan di jadi in pembokat!”
“Elo sih, berharap yang tidak tidak.” Tawa Rakha berlanjut.
“Justru itu, gue jadi gak neraktir hidup lo selama satu semester.”
“Oh, githu! Entar gue doain sama yang diatas. Terkabul, mampus lo!”
“Jangan, jangan jangan. Bangkrut gue!, mending lo jadi bini gue dulu, baru gue tanggung idup lo”
“Haha!, Ogah banget!” elak Rakha gak ngimpi sekalipun punya pacar kayak dia “Elu naksir gue, Rie?”
Corrie cengingisan “Iya, sih. Tapi mencuri hati lo gak segampang Biant..
hehe, gue mo belajar banyak sama Biant, gimana cara menakhlukan cowok
seganteng lo Haha” Entah apa yang ada dipikiran Corrie? “Elo masih
inget, waktu gue singgung soal hubungan sesama jenis, si Biant ngerti
banget ya, Ka! Pantes aja,..”
“Udah akh! Gak ada topic laen pha? Males gue ngebahas soal homo. Gue gak berminat!”
Dan para peringkat yang dinanti nanti telah di umumkan. Tak ada juara
bertahan, posisi saling geser menggeser. Semakin ketat, dan tak disangka
sebelumnya, Tasya dapet peringkat tiga. Itu juga terjadi karna campur
tangan Rakha. Rishaa juara dua dan finally,.. Rakha benar benar berhasil
menduduki jawara semester kali ini. Tak henti hentinya Rakha tersenyum
dan mengucapkan terimakasih pada yang telah memberikannya ucapan
congratulation…
“Lo jadi nganterin gue beli souvenir buat Ayuk gue, Rie?” Tanya Rakha meyakinkan si Corrie setelah acara sekolah bubar.
“Oh iya, gue lupa ngasih tau lo kalo nyokap gue minta gue nganterinnya
ke Plaju. Paling gue bisa agak sorean dikit.” Bantah Corrie agak
menyesal
“Tapi gue kan mo kerja, mana sempetlah!” musnahlah harapan Rakha,
“Padahal ini hari terakhir, besok udah resepsinya, mana ada waktu lagi.”
“Gue aja yang nganter lo, Ka!” tiba tiba Biant datang menawarkan diri.
Spontan Rakha sama Corrie saling berpandangan dan memberikan kode yang
gak jelas. Corrie menggeleng, Rakha manggut manggut. Corrie mengerling,
Rakha berkedip. Bibir Corrie monyong beberapa centi, mulut Rakha komat
kamit.
“Kalian berdua kenapa, sih?” Biant keliat risih memperhatikan ketidak kompakan mereka
Rakha tersadar “Maaf, gak nganggu waktu lo, Iant!” Corrie langsung buang muka
“Gak masalah sih, Emili juga mo balik ke kampungnya selama dua minggu. Jadi gue punya banyak waktu luang.”
“Okey! Gue tunggu di pintu gerbang sekolah, Iant!”
Dengan senang hati, Biant mempersiapkan motornya. Sementara Corrie
bereaksi menghasut kawannya “Awas! Jangan ampe jebol sama dia”
“Apaan sih, maksud lo? jealous ya! Lu tenang aja,.. gue gak mungkin
selingkuh wkwk” Rakha selalu berhasil memberikan tawa meskipun kecil
terhadap Corrie, namun Corrie takkan pernah tau kalo hati kecilnya masih
teramat sedih.
Jujur! Tak ada lagi sisi menarik yang terkandung dalam aura seorang
Brilliant. Semua dipandang Rakha negative. Bahkan untuk menyentuhnya
saja, Rakha tak berani lagi. Jangan harap sampe pelukan di motor,
ngobrol aja sungkan!
Siang itu, Yang lebih keliatan aktif perasaan senengnya hanya Biant
seorang, Ia lebih semangat banyak bicara sementara Rakha tetap nampak
jenuh, balasan dari jawaban perkataan Biant hanya “Hah!”, “Eeng?”,
“Eh!”, “Ya!”, “Mm,” dan semakin lama, Biant semakin nyadar. Ia kelelahan
mengatasi sikap Rakha yang tak bergairah seakan tidak memanfaatkan
waktu kebersamaan lagi
Tak ada kegembiraan yang terpancar. Hambar! Meski Biant keliatannya
berusaha membuat Rakha bahagia, dengan memasuki omongan yang gak penting
seputar sekolah atau memuji hebat keberhasilan Rakha mencapai
prestasinya, tapi Biant tak kan mampu lagi membuat senyum Rakha
mengambang diudara. Takkan pernah mampu!
“Yang ini, Ka?” Biant mencoba memberikan penilaian tentang souvenir yang
kan dibeli Rakha. Tapi Rakha hanya menggeleng, gak sependapat. Karna
itu, Biant sengaja membalas tak bergeming lagi soal apapun tentang nya.
Biant mulai kerasa bete, dicuekin.
“Jam berapa, Iant?” Tanya Rakha.
“Setengah dua”
“Lo langsung balik aja, gue naek angkot!”
“Enggak! Gue mo nganter lo sampe kerumah.” Bantah Biant gak peduli.
“Gue masih ada tugas nganter undangan di beberapa tempat, nanti malah ngerepotin lo!”
“Gue gak papa, justru kalo make motor gue pasti lebih cepet, lebih menghemat waktu!”
“Gue tetep gak enak sama lo!”
Biant tersenyum tiba tiba “Emang gue siapa sih, menurut lo? lo tuh gak
perlu sungkan kalo butuh sesuatu, gue pasti bisa nge,..” bertepatan
dengan BB Biant berdering. Biant lalu memilih melayani telponnya dulu.
Ada obrolan yang sepertinya penting, sampe Biant sengaja bicara dengan
jarak lumayan jauh. Dan itu berlangsung sekitar sepuluh menitan, Rakha
masih rela di kacangin.
“Kemana selanjutnya?” Tanya Biant setelah ponselnya ditutup
“Makan dulu, deh. Gue rasa perut gue udah laper”
Dan Biant memarkirkan motornya di depan sebuah warung makan ayam bakar.
Biant ngorder beberapa menu kegemarannya, sementara Rakha ngikut.
Pilihan bangku mereka pun paling nyudut diantara keramaian. Sambil
menunggu menu pesanan, Rakha kembali diacuhkan Biant, karna sepertinya
obrolan Biant sama someone misterius dibalik BB itu belum selesai. Rakha
hanya bisa diam mengintari kondisi rumah makan yang kian ramai
Selama waktu senggang yang cukup lama, mereka berdua makan tanpa banyak
bicara, lagian Bbman itu masih terlihat terus berlanjut, Rakha mana
mungkin menghentikannya karna alasan risih! Jadi sebisa mungkin ia
menerima kesendiriannya menyantap ayam bakar pada bagian paha.
“Gue punya planning mo nikah, Ka! Setelah tamat sekolah ini.” Aku Biant mendadak.
Rakha yang lagi asik nyeruput the botol, langsung tersendak. “Anjing!
Napa gak bunuh gue aja sekalian? Daripada musti merasakan sakit perlahan
lahan.” Batin Rakha ngedumel. “Sampe mana lo puas, menyakiti hati gue.
Setelah sebelomnya lo bikin gue jatuh cinta!” pikir Rakha lagi. Ia jadi
gerem sama dirinya sendiri.
“Tamat sekolah masih dua taon lagi, Bro! napa lo ngundang gue sekarang?
Apa lo udah keburu ketauan gara gara ngumpeti kondom di tas?” labrak
Rakha kesel.
“Kondom?” Biant heran sendiri “Lo ngelaba isi tas gue?”
“Gak sengaja!! Lagian, benda gituan dibawa kemana mana.. pasti penting banget, saking dibawa terus, ya?”
“Asal lo tau, Itu bukan kemauan gue, Ka! Emili yang minta!”
“Trus, apa perlu gue tau alesan kalian ngelakuin itu? Lo gak usah bela diri depan gue, Iant. Gak penting!”
“Lo kenapa ngotot?” tantang Biant serius.
ZEP! Rakha keabisan ide. “Gue boleh jujur ama lo. Perasaan gue udah
mulai berubah sejak lo pernah bilang suka ama gue!” Rakha mengawali
pembicaraan itu dengan tempo kebiadaban.
Biant tersuntak kaget, ia mikir mikir sejenak. Ngereplay memory nya. “Kapan gue pernah ngomong itu?”
“Elu baru nanya kapan?” Rakha menggeleng kepala “Ckckck,.. gue bener
bener salah nanggep, elo emang gak pernah punya hati yang tulus untuk
mencintai seseorang. Meski itu hanya ucapan, tapi maknanya sangat besar,
Iant. Gue terlena saking bodohnya..”
Biant terdiam seakan menyadari kesalahannya teramat besar. “Lo sendiri,
kenapa gak ngebales pernyataan gue waktu itu. Bukannya lo juga punya
rasa yang sama”
Rakha sedikit tertawa “Lo mo gue nerima cinta lo didepan anak anak? Lo
sih enak, gak punya siapa siapa yang bakal memberatkan status lo.
sementara gue masih ada keluarga. Gue juga tentunya punya rasa malu.
kalo sampe ke tidak normalan gue terungkap.” Emosi Rakha rasanya mo
meledak ledak, untungnya masih bisa dikontrol. Karna terlalu banyak
orang diwarung ini. Masa bodoh lah, lagian mereka gak kenal siapa rakha!
“Okey, kita sama sama tau perasaan kita. Apa mau lo sekarang?” tampang Biant udah sangat serius.
“Lupain gue! Jangan pernah sesekali lo beri gue perhatian lagi. Anggap
kita tak seakrab seperti sekarang. Dan satu hal, karna pandangan mata lo
yang gak jelas, bikin hati gue mengabur. Gue sadar ini gak wajar, cinta
yang gue rasain ini terlarang! Tapi satu satunya jalan hanya itu.. gue
tau, gue gak akan pernah miliki elo seutuhnya. Karna itu sudah jadi
milik yang lain. Tapi gue gak berhenti bersyukur, karna dari lo lah, gue
mulai belajar apa itu rasa cinta, yaitu rasa sayang, perhatian, dan
rasa ingin memiliki teramat besar..”
Rakha menjelaskannya dengan nada yang sedikit melemah. Sama seperti
kondisinya yang rada terpengaruh sama wajah Biant yang bikin naluri
kecintaan Rakha makin tumbuh. Rakha benci melihatnya tertunduk merasa
bersalah. Itu membuatnya semakin gak tega ninggalinnya.
“Ka, gimana seandainya kalo gue gak bisa ngelupain lo?” tutur Biant memelas dan tak mengubah sikapnya.
“Lo pasti bisa, gue juga bakal menjauh dari hidup lo. kalo itu emang
perlu! Lo bener, sebaiknya gue tetep punya hidup yang berbeda. Minimal
lu udah berusaha menjodohkan gue sama Tasya. dan berfikiran kalo
hubungan ini diterusin juga gak bakal bertahan lama. Gue sama sekali gak
kepikiran sampe situ, Iant!”
Rakha tau, Biant mengantarnya dengan sikap yang masih tak wajar.
Kondisinya bagai terkena depresi berkepanjangan, biarkan saja. Biar ia
juga tau seperti apa rasa sakit itu! Fair!.. diperjalanan tak ada kontak
apapun, begitu nyampe didepan pintu rumah Rakha, Biant lalu
memberanikan diri angkat bicara.
“Kadang kita gak bisa nyalahin perasaan, Ka. Bahkan hanya perhatian lo
yang bisa mengobati segala luka yang gue derita. Disamping lo, gue
merasa kuat. Namun seandainya lo gak ada,..”
“Lo masih punya Emili, masa depan lo.. bukannya lo sendiri yang punya
rencana pengen nikahin dia. Mendengar itu gue seneng, artinya lo cowok
yang bertanggung jawab dimata gue”
Dan untuk kesekian kalinya, Biant memalingkan pandangannya. Serasa tak
sanggup lagi mengenangi perpisahan ini, pahit. Meski yang awalnya
diharap manis. Biant nge gas motornya dengan kecepatan rendah hingga
hilang dari pandangan Rakha.
“Gue tau ini sulit, Iant… tapi inilah yang terbaik!” Rakhapun melepas
pandangan dari lamunannya. “Mudah mudahan keputusan ini bukan
penyesalan”
Akankah semua berakhir?? Jawabnya belooom,… ini baru awal dari sebuah
kisah yang jadi intinya sih.. yang penting kita tau hati masing masing
dulu. Dan membiarkan Cowok Keripik Jengkol itu menghilang dari peradaran
sekolah ampe dua minggu setelahnya. Ia sudah mensukseskan acara
pernikahan kakak nya, Sintya. Kehadiran Ayuk Vidya dengan pacar barunya
menjadi semangat tersendiri bagi Rakha. Semakin rame dengan munculnya
Corrie, Tasya, Melani ama Arjunot. Biant??? Dia sebenernya diundang.
Tapi, menurut desas desus romours yang mengedan. Katanya Biant ikut
mudik bareng ke kampungnya Emili. Biant berusaha mendekati keluarga
besar Emili. Gak kaget, bagi Rakha. Malah doanya menyertakan agar
prosesi serta harapannya berjalan lancar.
Semester baru dimulai, sekolah kembali dibanjiri makhluk berseragam
putih abu abu. Yang register taun ini meningkat hingga nyaris 5puluh
persen dari taon kemarin. Artinya, khusus taon ini nerima sekita
5puluhan siswa siswi hanya sekelas. Banyak wajah wajah baru yang datang
setelah wajah lama terlempar. Sementara diantara ratusan manusia
berseragam, ada satu siswa yang masih mendominasi keartisannya, Cowok
Keripik Jengkol! Ia masih saja jadi tema teratas. Bahkan sebagian anak
baru penasaran sama orang yang sering disebut jengkol itu.
Performers Rakha natural dipoles sedemikian rupa. Ia tak lagi mengenakan
pakaian bekas, seragamnya sudah sesuai dengan bentuk tubuhnya yang
mungil. Kulitnya semakin bersinar semenjak tak melihatnya 2 minggu ini,
rahasia yang ini masih jadi perbincangan, apakah Rakha treatment mandi
susu?, coklat?, atau mutiara?, berlian? Hanya dia yang tau. Rambut
ikalnya yang hitam berkilau dibikin style harajuku. Bukan hanya anak
kelas sepuluh saja yang tercengang, bahkan gurupun ada yang gak nyangka
sama sekali terhadap perubahannya. Sepatunya, sedikit bermotif kets
berwarna hitam tanpa corak, gak norak, gak ribet, padahal sepatu itu
udah ada undang undangnya dilarang dipake. Tapi berhubung si Rakha yang
lebih dulu jadi icons so, satu dua hari yang lain mulai pada ngikut.
“Ihh,.. kriuknyaa” gaya mereka seperti anak singa yang pengen
mencengkeram kulit si Rakha. Tatapan mereka bahkan ada yang seperti mata
elang, tajam tak terperdaya. Terus terang, meski penggemarnya menjadi
makin bertambah banyak. Rakha tetaplah seorang Rakha. Pendiam, tak
bertingkah, tak usil, malah tak berani menatap balik hewan hewan buas
lainnya walaw berada dikandang yang sama.
Upacara pagi itu berlangsung cukup lama, hampir seperempat manusia gak
tahan ngelanjutin adat rutinitas tiap tanggal 7belasan itu. Tapi begitu
ada pengumuman penting, mendadak seluruh mata tertuju pada seseorang
yang namanya disebut beberapa kali itu. Semua penasaran, bahkan yang
didalam ruang kelaspun yang tadinya ngaku mo pingsan terpaksa bangkit
semangat lagi sekedar nengok dari balik jendela, siapa itu yang
dimaksud,..
“Rakha Pramadhan,..” lantang pak Najmi meneriakkan nama Rakha untuk
kesekian kalinya. Sementara Rakha masih bengong ditempatnya berdiri,
kenapa namanya dipanggil? Apakah ia kena hukuman karna sepatunya?
Perasaan, semua atribut lengkap dikenakan, topi, dasi, ditambah arloji
katalog dipergelangan tangan kirinya. Dan Ia tidak memasang tattoo
ataupun make gelang macem macem, bahkan kalung anjing? Heran??
Setelah berjalan melewati lapangan, orang orang yang menganggapnya aneh,
guru guru yang memandangnya penuh decak kagum. Semua masih misteri bagi
Rakha. Sampailah Rakha menaiki mini mimbar, ia berada diketinggian yang
sama dengan pak Najmi. Tapi fisiknya masih tetap mungil itu menerima
sebongkah kado lalu berjabat tangan dengan orang nomer satu disekolah
adalah hal yang jauh dari mimpi seorang Rakha.
Setelah berjabat, Rakha kemudian dipeluk dan di gandeng sedekat mungkin.
“Inilah, siswa yang diharapkan kelak menjadikan kita untuk termotivasi
lebih baik oleh karnanya. Penghargaan ini sebenarnya bukan sebagai siswa
teladan atau dinilai hanya pada kerapian. Tapi, benar benar dinilai
akan personal antarguru kalian masing masing. Sekali lagi, kita beri
selamat untuk Rakha. Semoga kelak akan ada nama nama Rakha lainnya
disekolah kita ini.”
Apa sih maksudnya? Sesudah upacara, Pak Najmi memanggilnya secara
ekslusive dikantornya. Sekali lagi Pak Najmi menjelaskan tahun ini akan
ada program yang mengikut sertakan siswa siswanya yang berbakat dalam
perlombaan tingkat nasional mewakili sekolah.
“Tapi perlombaannya saja belum berlangsung, Pak? Kenapa saya sudah
diberi kado segala?” Rakha masih kurang percaya dengan apa yang
diterimanya.
“Itu bukan sekedar kado, Rakha.. itu ilmu. Bapak percaya, kamu pasti
bisa melalukannya untuk dirimu sendiri jika bukan karna sekolah.”
Sekali lagi, perkataan Pak Najmi masih mengungguli lamunannya. Tugas ini
terlalu berat! Bagaimana kalo Rakha mengaku tak sanggup saja, lalu
mengembalikan hadiahnya?
“Jiyaaa,.. congrat,.. congrat,..” seruduk Corrie mengawali. “Adik angkat
guw makin bersinar aja karirnya, lo kalo udah jadi artis jangan sampe
lupa ama gue, ya?”
Rakha ngikik “Gak, gue gak kenal ama lo?”
“Rakhaa!” pekik seseorang memecahkan keseriusan ngobrol anak anak.
Rakha sama Corrie langsung melirik kearah suara cowok itu memanggil di
perbatasan pintu kelas sebelas. Cowok yang berdiri sambil memutar
pandangan kesegala sisi kelas. Berharap orang yang merasa segera
mendatanginya. Ia tampak masih sangat muda, wajahnya amat asing, namun
perasaan Rakha sebaliknya, seperti pernah melihatnya sebelumnya, tapi
dimana?
Rakha kemudian berdiri. Dan mengekori langkah si pria itu pergi. Sambil
memandangi punggung si pria seraya berfikir. Kekantor lagi? Sampai
disitu, Rakha ditinggal pergi. Hanya selang sepuluh menit, Rakha keluar
dari ruang sembil mencari cari keberadaan si cowok yang masih bikin dia
merasa risih. Dimana pernah kenalnya? Seperti bukan dialam nyata,
percaya tak percaya ini bukan mimpi. Rakha kemudian tersadar. Ada
setitik kebahagiaan yang ditemuinya, seakan timbul semangat baru dilubuk
jiwanya, kegembiraan yang hanya dirasakan olehnya. Tak salah lagi, pria
itu mirip sekali dengan hasil karya tangan Rakha sendiri. Entah itu
lukisan, gambar atau dikategorikan sebagai manga, gak jelas! Tapi siapa
dia? Dimana kelasnya? Ataw jangan jangan ia murid baru yang belakangan
ini tidak diperdulikan Rakha.
“Hah!” Rakha berteriak senang, dan tertawa lepas. Gak mungkin, masih
menyalahkan takdir. Rakha gak mungkin menciptakan wujud seseorang yang
sama persis dengan apa yang belom pernah dilihatnya. Menatap anak tadi
seakan Rakha sedang berada dialam dongeng miliknya. Tuhan sedang membaca
isi pikirannya, Tuhan tak pernah tak ada.
Rakha memasuki kelasnya dengan perasaan yang bahagia berkali kali
lipatnya, sampai matanya berair dan ingin menitikan air mata. Semua yang
berada dikelas lagi lagi bengong melihatnya, “apa lagi nih anak?” pikir
mereka.
“Dapet beasiswa aja segitu noraknya, sih?” sungut Corrie.
“Bukan itu, rie. Hadiah ini malah lebih besar dari uang!”
Taruhan, deh. Pasti Corrie mikirnya emas ataw berlian… sampe angan angan nya melayang.
Lalu disisi lain, Biant terkantung kantung dalam pelukan Emili seraya
matanya masih diam diam menatap sosok yang dikagumi bukan hanya olehnya,
melainkan hampir oleh penghuni sekolah.. dibenaknya tumbuh rasa iri
yang tak bisa semudah Rakha melupakannya dan dengan disertakan muncul
kabar gembira yang bertubi tubi terhadapnya.
Sementara tak ada yang mengerti perasaan Biant yang tersiksa, terpukul
karna harus membenci orang yang ia sayangi. Bahkan sejujurnya, Emili
bukanlah jawaban dari kepastian itu.. Biant bisa membawa lari Emili
kemanapun, tapi Emili takkan pernah bisa melepaskan terali besi yang
mengikat diantara kedua kakinya saat ini. Yang tentu saja, kuncinya
hanya ada pada Rakha seorang. Tak ada lagi duplicatenya.
“Gimana seandainya kalo gue gak bisa ngelupain lo” bisik Biant pelan
“Apa? Ngomong apa barusan?” Emili kontan nyambung kayak lem.
“Siapa yang ngomong? Gue nyanyi barusan..” ujar biant ngeless
“Ya udah, nyanyi dari awal ya? Ayang dengerin..” Emili langsung meluk
Biant makin erat, mumpung jam belajar belom mulai sekalian masang
telinga buat dengerin Biant nyanyi dengan suara yang hanya mereka berdua
saja yang mendengar.
Kerispatih - Demi Cinta
maaf ku telah menyakitimu
ku telah kecewakanmu
bahkan ku sia-siakan hidupku
dan ku bawa kau seperti diriku
walau hati ini trus menangis
menahan kesakitan ini
tapi kulakukan semua demi cinta
akhirnya juga harus kurelakan
kehilangan cinta sejatiku
segalanya telah kuberikan
juga semua kekuranganku
jika memang ini yang terbaik
untuk diriku dan dirinya
kan kuterima semua demi cinta
* jujur aku tak kuasa
saat terakhir ku genggam tanganmu
namun yang pasti terjadi
kita mungkin tak bersama lagi
** bila nanti esok hari
ku temukan dirimu bahagia
ijinkan aku titipkan
kisah cinta kita selamanya
"Koq lagu sedih sih? yang romantis dikit, napa?" perasaan Mili tiba tiba heran campur kesel
to be continued
DISCLAIMER:
This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.
The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.
Cowok Keripik Jengkol Sheet 21
Labels:
be_biant,
Cowok Keripik Jengkol
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Info Kesehatan
Artikel Lain :
9 Hal Seputar Kondom Pria yang Paling Sering Ditanyakan
0 comments:
Post a Comment