DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 20

Sheet 20
by be_biant


Belakangan ini SMA termiskin itu kembali terjadi kehebohan lagi. Kali ini berkaitan dengan nickname seseorang yang memakai nama “KERIPIK JENGKOL” di FB. Tentu orang berfikiran bahwa itu pasti akunnya Rakha! Siapa lagi?! Dia sudah mulai berani lancang,.. karna telah memasuki area terlarang. Menurut, mereka sih! Hehehe…! Ada ada aja, tingkah kelakuan si Rakha yang selalu bikin sensasi setelah namanya sempat tak bersinar beberapa minggu ini.

Dan begitu mereka tau bahwa si keripik mulai mengusik. Mendadak, semua panic terpontang panting. Seluruh status, koment, foto, apapun tentang profil dia diapus hingga tak bersisa. Soalnya, tak ada topic yang tidak melecehkannya… So, akibat ulah keripik jengkol yang masih menampilkan foto profil hantu (bukan gambar dirinya sebenarnya) membuat seisi sekolah pucat bagai melihat hantu sesungguhnya.

Meski hati masih kerasa pedih bagai teriris pisau belati. Namun cemo’oh orang orang itu tentu bukan sesuatu yang patut dijadikan alasan Rakha untuk selalu merenung. Membayangi kesalahan fatal seperti kejadian kemarin, setidaknya fansnya telah berkurang akibat ketauan Rakha sudah ada yang punya. Tentu Rakha sudah tidak menarik minat orang banyak lagi.

Cukup Rakha merasa dikucilkan dan dianggap remeh oleh kaum bejad itu, seakan dirinya selalu tampak bodoh dimata mereka!. Padahal mereka salah besar, jika berfikiran bahwa Rakha tak bisa menciptakan inovasi baru. Nyatanya sekarang, namanya masih jadi tema terhangat dan teratas dijajaran gossip dan masih diburu oleh para pencari berita.

Walau kenyataannya Rakha dijauhkan. namun siapa bilang dia tidak berinteraksi? Biar ia terlihat cuek dimata anak lainnya, tapi kemampuan dalam belajarnya kini berkembang pesat, seperti rudal squad.. tak malu menonjolkan eksistensinya di segala bidang mata pelajaran. Seperti sering angkat tangan dikala guru melontarkan pertanyaan, berdebat pendapat, menyelesaikan soal dipapan dengan waktu tercepat, keaktifannya, bikin beberapa gurunya menganga dan mengacungi jempol karna perubahannya dan terus mencoba konsisten dalam mencapai targetnya..

Dibalik itu, sikap Rakha semakin dibilang sombong. Ia hanya berteman dengan beberapa buku pelajaran yang akhir akhir ini menjadi menarik baginya saja. tak ada yang tau apa maunya? Apa keluhannya? Dan apa yang ada dihatinya! Selain menontonnya diam, belajar, mencatat, membaca ataw mencari cari yang tidak ada. Kalo tidak diperpustakaan, mungkin dikantor maupun diruang tata usaha.

Di tempat umum, Rakha tak pernah menunjukkan keberadaannya yang mencolok. Ia lebih dominant di kelasnya ketimbang luar kandangnya. Ia selalu berusaha menghindar atau mencoba bersembunyi dari orang banyak, bahkan tak pernah menganggap mereka ada, sebab merekapun menilai begitu terhadapnya., lebih baik ia memilih bungkam. Yah! Daripada membuka mulutnya untuk mengatakan yang tidak benar. Kuncinya adalah, Rakha musti punya dunia nya sendiri. Tanpa harus mengusik dunia orang lain. Ini juga bermaksud agar privasi nya tetap terlindungi, koq. Sekali lagi, Rakha tidak sombong! Hanya malas menegur saja. Dia terlalu dingin, jutek, kaku… (ama aja sih, namanya juga keras kepala), bikin orang lain gak berani lagi ganggu konsentrasi dia.

Kini Rakha lega dan merasa nyaman. Ia telah kembali menjadi Rakha yang mampu hidup dengan bayangan nya sendiri, tanpa harus menganggap butuh pertolongan orang lain. Ini seakan benar benar Rakha yang dulu.

Bentar lagi ujian yang menentukan kenaikan kelas, seharusnya Rakha tetap focus. Jangan sampai terpengaruh oleh apapun. Ini kesempatan ia unjuk gigi, dan mengalahkan pesaing pesaing terberatnya. Berat??? Hahahaha,.. gak begitu kenyataannya! (menyeringai licik)

Soal Biant?! Maaf, walau kenyataan Rakha masih cinta, bahkan makin cinta, namun ia berusaha membencinya demi ambisi, Rakha tak lagi memikirkannya sama sekali. Biarlah, saat ini mereka berjaga jarak. Serta menggolonginya termasuk kebagian orang yang tak peduli lagi padanya. Karna telah mengabaikan moment moment dimana kesempatan mereka untuk saling bicara, tapi Rakha sebaiknya memilih mengacuhkan pula demi tak dianggap mengganggu kehidupannya.

Di warung, saat Rakha lagi makan, Biant melintas sendirian. Sepertinya ia kelaparan. Berhubung ia ngeliat Rakha sudah standby duluan, akhirnya Biant milih menghindar. Ataw diperpustakaan, dikala Rakha ingin mengambil buku yang ada di etalase tingkat tinggi. Rakha tau bahwa tubuhnya kecil, takkan mungkin sampai meraih. Meski berusaha loncat sekali pun, tetap butuh pertolongan orang lain. Rakha melihat Biant melintas lagi, tapi Biant sama sekali tak menawarkan pertolongan. Malah berpura pura seakan tak melihat sahabatnya. Siapa yang tidak gerem, coba? Akhirnya Rakha berinisiatif sendiri meminjam kursi yang tak terpakai buat pijakan kaki sementara.

Rakha udah menghitung kalender, tinggal beberapa hari lagi adalah puncak keberhasilannya mencapai hari ujian yang telah lama dinanti nanti olehnya. Ia sudah siap berperang di semester kali ini. Tak sia sia ia menghabiskan waktu luangnya untuk meringkas dan menyalin beberapa sumber buku pelajaran menjadi satu dalam bigbosnya. Iapun sudah menguasai hampir keseluruhan kata kata bahkan rumus rumus yang jadi makanan kesehariannya. Semua nyaris berhasil, kecuali ada satu mata pelajaran yang membuat Rakha tiba tiba mengira telah merusak segala rencananya, Rakha mulai membenci pelajaran ini, yaitu menyusun makalah hasil praktek dengan cara berkelompok. Seperti biasa, Nasrul yang botak kepalanya itu mengandalkan kerjasama. Bersosialisasi! Itu sebernarnya kelemahan Rakha, meski diluar tampak sempurna.

“Saya menyelesaikannya sendirian saja, Pak! Saya akan berikan hasil yang maksimal.”

“Bukan itu tujuan utamanya, Rakha! Yang Bapak butuhkan adalah jawaban dari diskusi perkelompok kalian dalam memecahkan suatu kasus. bukan perorangan! Intinya, Bapak tidak akan memberi pengecualian pada siapapun.”

“Pak, Rakha minta toleransi lah! Bapak tau bagaimana kinerja Rakha dalam,..” pintanya, kali ini memohon dengan kesungguhan.

“Rakha, Bapak tau kamu pasti bisa membuat makalah itu sendirian. tapi, jangan pernah sombong dimata Bapak! Karna itu hanya akan membuat jerih payahmu sia sia!”

Masalahnya, siapa yang mau nerima Rakha jadi bagian kelompok mereka? Semua manusia disini gak berkeprikemanusiaan, lebih lebih Rakha sedang berada dikawasan tanah perang. Ia harus membela dirinya sendiri, perang melawan kepercayaannya sendiri, dan tetap berusaha ingin selamat diantara tumpukan mayat yang bertebaran.

Bel istirahat membuyarkan konsentrasi Rakha, padahal ia masih nanggung untuk keluar ruang, karna masih banyak catetan penting yang belom selesai diringkas. Corrie tiba tiba ngajak Rakha berangin dipojokan toilet, tempat dulunya Rakha suka nongkrong.

“Lo kenapa akhir akhir ini? diajak keluar gak mau, diajak makan ogah juga, emang lo bisa kenyang ngadepin buku mulu,.. lo catet seluruhnya juga, kan belom tentu masuk semua dalam ujian entar.. jangan lo paksain dah, gue capek ngeliat lo gitu mulu!”

“Soal makalah kimia? Lo ikut rombongan siapa, Rie?” Rakha mengalihkan keluhan sohibnya

“Loh! Kan kita udah punya team, pasti kerumah Tasya lah, balik ini.”

Mendadak Rakha punya ide diluar dugaan Corrie! “Oh, iya! Gue bisa minta tolong ama lo, Rie. Tolong lo sampe in sama anak anak, kita gak perlu ngumpul. Nama gue kan, pernah ikut dalem team kalian tanpa kerja keras, jadi gue anggap itu hutang.” Terang Rakha antusias sendiri. Sementara Corrie masih bengong ditemeni laler. “Jadi, gue punya rencana bakal nebus bikin makalah itu sendirian, gue ketik sendiri, gue rangkai sendiri, dan kalian semua tinggal terima beres aja!” maksudnya, Rakha mo menghindari pertemuan sama musuh musuh dalam medan perangnya. Bisa dibilang, untuk urusan ini,.. Rakha termasuk golongan pengecut. Ia takut dikeroyok ditempat hingga tewas.

Dalam sekejap, tadinya Corrie telah menyampaikan amanah menurut apa yang disampaikan Rakha. Namun, Bukan karna setuju. Malah sebaliknya, mereka datang menghampiri karna mau protes keras. Atas tindakan Rakha yang mau menang sendiri.

“Lo tau kan, peran kami juga penting. Kalo Bapak botak itu nanyain darimana bisa dapet kesimpulannya, masa kami jawab dari Rakha dengan entengnya?? Itu sama aja kerja lo bakal sia sia!” jelas Arjunot mengawali persidangan. Busyeett,.. gak ngobrol hampir sebulan, cara bicara Arjunot berubah kayak dewasa banget keliatannya.

“Lagian, kata siapa, elo gak boleh lagi gabung sama kita kita? Fitnah tuh!” tambah Melani sok ja’im depan pacarnya yang sekarang.

Sedang Rakha masih menunggu jawaban yang lainnya, sementara yang ditargetin sama sekali gak bergeming.

“Gue hanya minta tolong sama kalian semua. Gue cuma terpaksa gabung karna tugas. Jika makalah ini selesai, gue janji gak bakal ganggu komunitas kalian. Gue gak akan ikut campur.. Gue udah biasa nahan pandangan benci kayak kalian, ”

Arjunot sama Melani yang gak tau apa apa hanya bisa diam. Menunggu reaksi yang bersangkutan. Rasanya, mereka kurang mengikuti perkembangan.

“Sebenernya,.. gue gak pernah benci ama lo, Ka! Gue cuma emosi ama kelakuan lo yang diem diem tapi semakin nge jengkelin. Setidaknya, elo jangan mikirin diri lo sendirilah. Pikirin nasib orang laen juga, apalagi pada orang yang menaruh simpati ama lo. itu aja sih, saran gue” Tasya bicara ala kadarnya, seperti separoh hati menerangkan alesannya

“Elo, Biant?” Rakha nekad nanyain pendapat Biant dengan belajar menganggap derajat mereka semua sama, gak ada orang yang bisa menaruh hati padanya.

“Gak ada masalah!” Biant tetap pada pendiriannya. Bicara jelas, tapi kelakuan gak wajar.

Baik, kali itu Rakha duluan yang minta maaf. Emang logikanya, Rakha emang salah koq! Tapi setelah kasus kemarin ditutup sedemikian kurang rapat, dirumah Tasya muncul kasus baru yang bikin Rakha tak tahan hidup di alam mereka. Bukan masalah kemenyan atau sesajen yang kurang, tapi kelakuan kelakuan sahabat Rakha kontan semua berubah total.

Sementara Rakha sibuk mencari bahan bahan praktik, Tasya sibuk nulis, Corrie sibuk komentar, serta nama lain yang gak disebut sedang asik asiknya ngobrol terpisah di teras rumah. Mereka seperti menyudut mencari tempat ngobrol yang asik ketimbang ngerjain tugas. Nyaris bikin Rakha gak konsentrasi gara gara mikirin sikap mereka, terutama Biant! Rasanya Rakha gak perlu lagi bicara, buku Kimia yang tebalnya mencapai satu inci itu pengen ditimpuk langsung ke mukanya sekalian. Supaya Biant jera, karna telah melecehkan pemandangan.

“Arjun, Lo punya mistar panjang gak?” Tanya Rakha nahan kesel batinnya.

“Lo cari sendiri di dalem tas gue!” rujuk Ajun disela sibuknya manja manjaan. Maklum, lagi hangat hangatnya kasmaran. Kalo mereka sih wajar, emang sudah jadian.

Rakha bergerak cepat meninggalkan anak anak diteras menuju ruang tamu yang kosong, di sofa itu tergeletak bermacam tas yang sialnya gak ada yang Rakha hapal, punya siapa aja. Rakha kan cuek, jadi mana sempat ngurusin barang barang orang. Ada banyak tas terkapar, dua diantaranya tas cewek, punya Tasya ama Emili. Sisanya tas model cowok semua. Ada berkisar empat tas yang di check ama Rakha. Rakha sendirian yang gak bawa tas.

Tas pertama, Rakha nemuin duit recehan yang banyak. Yang kedua, Rakha nemuin peci. Gak tau punya siapa? Yang berikutnya, Rakha nemuin one pack isi condom. Wah yang punya tas ini pasti parah orangnya! Dan tas yang terakhir, lebih parah lagi, Rakha nemuin kaset dvd porno bergendre gay. Wow!, kontan Rakha tersenyum geli. Seharusnya, guru guru musti tiap hari raziah nih…dari tas kedua ampe terakhir, gak ditemui mistar yang dimaksud. Malah ada di tas pertama yang banyak duitnya.

“Ketemu, Ka?” sahut Arjunot, masih pada posisinya yang tak jauh dari Melani.

“Udah!” jawab Rakha singkat dengan cueknya. Untung semua pada gak curiga kalo seluruh tas masing masing udah kena raziah.

“Tasy, gimana kabar Rishaa?” bisik Rakha pelan ke Tasya sambil ngegarisin kertas HVS

“Baek, sekarang dia lagi deket ama anak kuliahan. Ganteng banget, dewasa lagi! Elo sendiri? Gimana kabar cewek lo si,.. siapa namanya? Gue lupa!” bagus, Tasya mencoba mengingatkan tentang Rara. Artinya sama aja kayak bunuh Rakha didepan muka Biant.

“Mmm,.. gak usah dibahas!” timpal Rakha dengan mengalihkan senyumnya

“HHAHH! Elo putus??” tiba tiba Tasya terkaget, bikin Biant langsung memutar pandangan ke Rakha disela ngobrolnya sama Emili.

“Ssssttt,..! elo gak perlu heboh gitu!” bisik Rakha menekan nada bicaranya

“Jadi lo beneran, putus?” Corrie mempertegaskan.

“Gak usah dibahas pokoknya” Rakha belagu gak ngerespon

“Tuh, kan.. elo suka banget maen rahasia rahasiaan..” Tasya kemudian ngambeg gak jelas “Mil, sini dong, kalian berdua pacaran aja! Bagi bagi tugas dong,.. inget inget waktu kalo mo berduaan terus!”

PACARAN??? (kepala Rakha reflek noleh ke Biant dan Baint sempat melihat ekspresi Rakha yang bingung) Gak gak gak! Rakha salah denger! Bibirnya sambil menyungging senyum meledek. Gak mungkin lah!... Biant gak semudah itu mengambil keputusan. Siapa tau keduanya cuma belagak gitu buat naikin temperature darah sesaat?

Dan emang gak bisa dipungkiri, sikap keduanya belakangan ini rada orang kurang akal kalo ketemu. Cara bergaulnya suka kelewatan, sering peluk pelukan sih, udah biasa. Canda tawa juga gak ngaruh perasaan, apalagi ngusap jidat, maenin rambut cewek, si cowok nemenin si cewek pipis. Maksud yang ini, Biant nunggu diluar wc, bukan ikut masuk sambil pipis bareng. Soooo,.. wajar saja, gak ada yang mencurigakan dengan gaya pertemanan jaman sekarang. Jadi Rakha masih gak ngaruh sama bisikan setan.

Tapi,.. koq lama lama Rakha penasaran. Mili sama Biant pipisnya lama banget,??? Teettt teeereeet teeerereet,.. Rakha musti bertindak, ia harus jadi saksi pertama yang mengetahui kejadian sebenarnya. Rakhapun berlagak mengintai isi rumah Tasya yang lagi lagi kosong, ditinggal penghuni rumah lainnya. Di ruang tamu, gak ada. Gak mungkin masuk kamar orang? Di ruang tengah juga gak ada. Jangan jangan asli, didalem toilet berduaan?? Pipis bareng? Tuh, kan! Gak ada.! Pintu toilet kebuka lebar. Dapur?? Gak ada juga. Rakha lalu nge check ke halaman belakang,.. nah, itu ada!

Rakha ngeliat dengan mata telanjangnya kalo tubuh si Biant lagi dipepet Emili ke dinding rumah. Bibir keduanya saling bertemu seraya menikmati lumatan perlawanan dan pertukaran air liur yang menjijikan. OWOOEAK!,..Jemari Mili lagi asik menggerayangi isi dibalik celana sekolah Biant, dan Biant nampak seperti orang yang kecanduan. Dan tak kalah, tangan Biant sibuk meremas isi dibalik baju atas Emili. GOD will Damn it! Rakha tersenyum. “Itu bukan Biant, Ka! Cuma halusinasi lo doang. Biant masih sayang kok, ama Rakha. Biant gak terlalu bodoh dengan ngelakuin itu di depan matanya.”

Rakha shock, Kali itu ia yakin kalo apa yang dilihatnya tak salah. Apa yang didengarnya tentang Biant sudah resmi jadian, emang bukan rumours lagi. Rakha buru buru berjalan mundur, ia harap Biant tak sempat melihatnya ngintip. Mudah mudahan Biant terus ketagihan sama apa yang diberi Mili, tanpa peduli perasaan Rakha yang menahan amarah yang mulai bergejolak.

Tiba saja tubuh Rakha mendadak lemas total, seperti lumpuh! Bernafaspun terasa begitu berat. Ini jelas bukanlah penyakit! Ia segera meraba dinding sebagai tumpuannya saat melangkah. Parahnya, Rakha gak mo mikir banyak, Entah ada apa? Si Rakha diem diem masuk toilet, ia metutup rapat pintu dengan pelan. Bersandar kedinding dan menghentakkan punggung kepalanya ke dinding beberapa kali. Kemudian merosot kelantai.

Goblok! Rakha liat sendiri kan, kalo Biant itu gak seperti yang dikiranya selama ini. Biant gak mungkin gay! Jadi, harapan Rakha untuk memilikinya gak akan pernah terjadi lagi. Semua berujung sia sia. Segera buang perasaan yang berlebihan itu, Ka. Sebelom lo terbang semakin melayang tinggi. Karna hanya akan membuat angan Lo itu mendadak jatuh terjun ke perut bumi. Sekali lagi, itu hanya impian lo yang gak kan pernah terjadi!

“Lo menang, Biant! Gue Sekarang nyerah! Betapa bodohnya gue percaya akan perasaan yang gak mungkin ini,” Ia sudah membuat jantung Rakha berdetak hebat ketika merasa diserang oleh rasa benci. Dan rasa cemburu membabi buta!

Dan disela keadaan yang sunyi senyap, tiba saja bahu Rakha tergetar, ia melampiaskan kekesalannya hanya dengan mengisakkan air mata. Mungkin dengan menangis bisa mengobati lukanya yang dalam. Sepuasnya, namun tertahan.. Rasanya teramat sakit,.. sakit sekali. Lebih sial dari sesak nafas yang pernah dideritanya! Lalu akankah Biant masih memperdulikannya dalam keadaan seperti ini? Seperti dulu Biant menyelamatkan tubuhnya ketika lunglai di kelas.

Sungguh aku mencintaimu
Biarpun orang tak ada yang percaya
Ku akan membuktikan dengan hati dan tubuhku
Sungguh aku menginginkanmu
Menjadi malaikat yang menuntunmu
Membawaku ke dalam
Dunia yang penuh cinta

Aku mencintaimu
Seperti bintang yang mencintai malam
Dan aku akan memberi Seluruh jiwaku

Aku menginginkanmu
Meskipun bumi tak pernah mengizinkan
Bila memang itu yang terjadi
Aku tak peduli

Sesungguhnya kau menginginkanmu
Meskipun mereka menentang cintaku
Ku akan perjuangkan
Hingga jantungku berhenti

LAGU CINTA BY RAMA

Rakha keluar toilet lumayan lama. Setelah lukanya terhapus, setelah air matanya diusap, dan setelah pikiran kacaunya kerasa tenang. Sementara sahabat lainnya menunggunya dengan perasaan dongkol di teras. Biant dan Emili pun sudah ikut nimbrung bareng yang lainnya

“Gue heran ama lo, Ka!” sambut Corrie memulai “Setiap kali kerumah orang, pasti ketoilet lamaan. Ngapain sih lo?”

Rakha sebaiknya gak nyahut, suaranya pasti kedengeran parau. Ia hanya berlaku orang yang seperti kehilangan semangat hidup, apalagi menyelesaikan tugasnya.

Setelah kerjaan selesai, dan persediaan makanan kehabisan. Meski dihati Rakha memendam amarah yang berlebihan. Namun ia masih penasaran dengan benda benda yang masih menjadi teka teki itu. Kini saatnya menentukan tas milik siapa aja yang sembarangan dikaparkan..

Baik, kita buktikan satu persatu. Pertama tama Arjunot mengambil tas berisi peci. Melani memungut tas isi duit. Ketika Rakha mo balikin mistar, benda itu sudah berpindah tas kepemilik yang sebenarnya. Jadi, ceritanya si Melani ini minjem tapi gak dibalikin!

Si Corrie menggendong tas berisi kepingan dvd, minimal Rakha sudah tau kalo selera Corrie seperti itu. Ia memang tipe orang yang selalu ingin tau apa yang sudah pernah dilihatnya. Percaya deh, bentar lagi bakal dipraktekin olehnya. Asal jangan Rakha yang jadi korban nafsu bejadnya.

Dan tentu saja, tas yang berisi kondom itu milik Biant. Ia anak orang kaya, Tasnya bisa gonta ganti tiap hari. Tapi Rakha sama sekali gak pernah nyangka kalo benda karet seperti balon mainan khusus orang dewasa itu jadi alat yang sering dipakenya. Mungkin tiap bulan sekali, atau mungkin tiap minggu, atau bahkan tiap hari, atau jangan jangan sehari sampai beberapa kali. Ampun deh,.. sebaiknya Rakha bersyukur. Untuk urusan itu, Rakha emang gak mungkin bisa kasih. Coz, Rakha emang gak punya alat pemasok gituan. Kecuali kalo Rakha mau disodomi! Tapi, biarpun begitu. Rakha masih punya satu hal yang tidak dimiliki seorang Emili, yaitu ketulusan cinta dan rasa ingin memilikinya begitu besar. Meski itu tak mungkin!

Rakha sudah berulang kali ingin melupakannya, namun tak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka satu kelas, setiap kali Rakha ingin menanyakan kabar Biant dari hati, selalu adegan memuakkan yang dipertontonkan oleh keduanya. Biant seolah menyembunyikan rasa kagumnya ke Rakha dan berusaha berakting mesra seoptimal mungkin demi membalas hinaan yang telah Rakha perbuat secara tidak disengaja. Sifatnya tak ubah kayak anak kecil yang ingusan! Dia pikir, Rakha akan sakit hati? Sebenarnya sih, begitu! Tapi Rakha tak kalah menjadi actor utama yang selalu sabar menahan cacian makian hingga ending menjelang.

Untunglah, ujian telah berakhir. Masa masa sulit selama seminggu itu lewat dengan begitu mudahnya hingga Mata pelajaran olahraga yang terakhir baru saja usai, menutup semua lembaran soal. Tinggal menunggu waktu seminggu lagi, untuk mendengarkan hasil pengumuman.

Rakha lalu berjalan hendak keluar pagar melewati rute yang tak jauh dari empang.

Waktu seakan berlalu begitu cepat! Seseorang telah mendorong tubuh Rakha hingga nyemplung kedalam kolam ikan secara tiba tiba.. Ini bukan perbuatan kesengajaan dalam arti pembunuhan berencana. Itu adalah ide jayus anak anak yang ingin mengerjakan siapa saja yang sedang berulang tahun. Tololnya, Rakha lupa kalo hari ini ia berulang tahun. Sialnya lagi, Rakha tak mencium niat busuk temannya, semua tanpa ada persiapan, tanpa ada pemberitahuan, bahkan tanpa ada yang tau kalau parahnya, Rakha sebenarnya tidak bisa berenang.

Ketika tubuh Rakha masuk ke dalaman air yang lebih dari dua meter dan di dasarnya seperti lumpur. Ia sama sekali tak bisa bertindak. Selain berteriak minta tolong didalam air. Percuma! Yang ada hanya gelembung gelembung udara yang menunjukkan jikalau disitulah letak keberadaannya tenggelam. Selain itu, Rakha sudah tak bisa menunggu lama lagi kecuali ada kesempatan untuknya bernafas sekali saja dan mencari apa yang bisa membuatnya tertahan. gerakannya yang tak berirama tentu tidak membuatnya mengapung.

Dalam hitungan perdetik, tak terhitung lagi berapa kadar air masuk kehidungnya, bahkan dalam mulutnya pun begitu. Semakin lama, Rakha merasakan tubuhnya bagai kejang kejang dan tubuhnya makin melemah hingga mati rasa secara pelan, perlahan matanya mulai menutup pandangan yang tentunya hanyalah air kecoklatan, sampai menyadari bahwa inilah mungkin akhir dari hidup seorang Rakha. Di hari ulang tahunnya yang ke 6belas. Harapannya, sebelum ia meninggal. Semoga inilah jalan yang terbaik bagi siapapun yang mendengar kabar terakhirnya.

Lima menit sebelum kejadian.

Biant baru saja keluar dan disambut senyuman oleh seseorang yang menunggunya di pintu ruang kelas sepuluh, ialah Emili. Sementara kelas ujian Rakha terpisah dikelas sebelas. Logikanya inisial B dan R emang abjad yang jauh jaraknya, hingga mereka berada dikelas yang berbeda ketika ujian berlangsung. Rakha sengaja pulang mengarah kesisi berlawanan dari kelasnya Biant, agar terhindar dari pandangan benci. Namun, Biant sendiri sudah mengira akan begitu, iapun sengaja akan pulang dengan kondisi jarak yang semakin jauh pula.

Biant sempat melihat kegilaan Corrie yang spontan bertindak mencurigakan. Corrie tiba saja semangat berlari mengejar posisi Rakha yang mulai mendekati empang, targetnya. Biant masih belum tergerak untuk mencegah si pria nyebelin itu. Masa bodoh, pikirnya. Meski sempat menepis pasti itu akan lucu dan akan menjadi kenangan selama Rakha masih bisa mengingatnya. Lagian disini ada Emili yang tak mungkin Biant hiraukan

Entah kenapa? Ketika Biant tau, sejak niat Corrie ingin membuat kejutan ke Rakha dengan mendorongnya hingga masuk empang. Membuat perasaan Biant secara tak sadar jadi gelisah tak karuan. Walau tingkahnya masih ingin dipaksakan tak acuh. Tapi, sikapnya tentu tak sekacau pikirannya.

Biant teringat sesuatu, pada saat moment Rakha dan Ia sedang berada dirumahnya.

“Lo ngapain buka baju depan gue?” tereak Rakha serasa ingin menghindar.

Padahal, Biant hanya pengen tau ekspresi muka Rakha ketika ngeliat badannya tengah kebuka. Apakah nafsu? Atau cuek kayak cowok normal. Biant masih penasaran karna respon itu tak cukup membuktikannya, seperti perasaan nafsunya yang sama, ketika Biant pertama kali melihat tubuh Rakha yang setengah bugil kala menginap dirumah Biant sebelumnya

Lalu giliran celana jeansnya melorot sampe Rakha bener bener melongo pucat dan kaku saking takut diapa apain. Biant hanya mengenakan celana berbahan karet yang super ketat berwarna putih, ia sengaja mendekati Rakha kala itu dan menarik pergelangan tangannya tanpa ada kode apapun. Rakha hanya pasrah dan penasaran kemana ia hendak membawanya?? Tadinya mo diajak kekamar, berhubung Rakha orangnya agak tertutup dan pandai menyimpan kekagumannya. Akhirnya rencana pertama digagalkan!

Dan dihalaman samping rumahnya terbentang sebuah kolam renang raksasa, Rakha semakin takut. Ia menahan langkahnya tiba tiba.

“Kenapa? Gue Cuma ngajak lo berenang!” ceploz Biant.

“Gue,.” Ucap Rakha malu malu “Gue gak bisa berenang, Iant!”

Biant menatapnya dengan sangat prihatin “Gue akan ajarin lo, lo tenang aja!”

Rakha tentu gak ngerti kalo maksud Biant perduli seperti itu agar Biant akan merasa lebih puas meluk tubuh Rakha yang mungil dalam kesempatan mengajarinya berenang. Bodohnya, Rakha tak bisa memahami kebutuhan Biant. Biantpun gak mungkin memaksakan kehendaknya demi keinginan hasrat Biant saja.

Hingga akhirnya, Biant hanya bisa nyuruh Rakha untuk tidak jauh jauh dari kolam, agar siapa tau Rakha lama lama akan tertarik untuk melakukan adegan intim setelah acara berenang selesai. Namun, Rancana Biant gagal lagi. Tiba saja setelah itu Rakha ingin pulang, payah payah semalaman Biant mencari ide agar Rakha berusaha menyatakan kekalahan perasaannya. Dan kenapa Biant saat itu tak sempat berfikiran kalo cowok ganteng imut kayak Rakha mana mungkin di sekolahnya yang dulu tidak ada yang tertarik padanya? Mestinya itu sudah diperkirakan oleh Biant sebelumnya. Kalo Rakha tak mungkin menyukainya. Seperti kenyataan yang sekarang.

Tapi ini terlalu lama, Biant terlampau lama mengabaikan orang yang sesungguhnya paling ia kagumi di kelas ini. Jasad Rakha masih terendam dalam empang, sementara disana tak ada yang bertindak melakukan pertolongan untuknya. Ada apa dengan mereka? Apa yang sedang mereka tunggu? Apa mereka pikir Rakha sedang bercanda? Tidak! Mereka tidak ada yang tau bahwa Rakha memang sesungguhnya tidak bisa berenang.. mereka tidak ada yang tau, kecuali Biant! Sedang Biant masih diam.

“Ow,.. SHIIIIIIIIIITTTT,…” Ini akan membunuhnya, Biant tak mungkin tinggal diam.

Biant lalu menyingkirkan Emili secara tak disengaja, hingga buku buku yang digenggam Emili berjatuhan dilantai. Diacuhkannya Emili, demi sosok seorang yang lebih penting dalam hidup Biant. Ini lebih dari sekedar nyawa seseorang. Dengan gerak yang super cepat bak superhero yang hendak menolong umatnya. Biant langsung saja berlari dan terjun menenggelamkan diri ke empang di tempat Rakha seharusnya berada.

Semua makhluk berseragam putih abu abu berpusat pada sisi pinggir empang. Semua mendekat sekedar ingin mencari tau apa yang terjadi. Dan muncullah Biant dipermukaan air dengan sosok tubuh yang nyaris kaku. Biant mengangkutnya ke tepi empang. Dalam keadaan basah kuyup, Baint berusaha menampar nampar pipi Rakha, namun tak jua sadar. Di check nya sekitaran lubang hidung Rakha yang sudah tak ada proses udara yang keluar. Kontan, Biant langsung menekan nekan dada Rakha dengan sekuat kemampuannya.

“Lo harus tetep idup, Ka!” Batin Biant berusaha terus mencoba menyelamatkannya.

Usaha Biant, belum menunjukkan tanda tanda keberhasilan. Biant sempat memutar segala arah padangannya, semua tidak ada yang peduli. Dan Corrie sendiri merasa bersalah dan ingin mendekat. Hanya saja, Biant menahannya dengan rasa kesal, tanpa banyak bicara.

Biant mencoba menatap wajah Rakha yang pucat sekali. Wajah ini,.. mirip sekali dengan seorang teman kecil Biant bernama Faisal, sepuluh tahun yang lalu. Kejadian ini sama persis. Ketika Biant yang masih nakal nakalnya mengajak Faisal mandi di pinggir sungai musi, anak kecil berumur enam tahun itu mengelak karna belum bisa berenang. Biant menyuruhnya tetap menunggu diatas undakan batu.

Sementara Biant asik berenang, lalu ia tidak menyadari bahwa temannya terpeleset dan masuk ke dalam sungai. Biant berusaha menyelamatkannya dengan membawa tubuhnya ketepi nun jauh. Dan waktu itu, Biant sudah terlambat. Faisal telah pergi, semenjak itu Biant selalu mengira Rakha adalah malaikat yang berwujud seperti Faisal. Ia selalu mengenang kenangan indah bersamanya. Sampai pada semua orang tidak mempercayai Biant, karna masih menganggap Biant ini adalah pembunuh Faisal!

Tak ada cara lain, tanpa pikir panjang, Biant langsung memberikan nafas buatan melalui mulut Rakha dengan mulutnya. Semua orang tercengang dibuat oleh tingkah Biant, bahkan ada yang sempat memotret kejadian yang berkesan itu. Berulang kali Biant menyatukan mulutnya, sampai akhirnya jemari Rakha reflek tergerak memberi respon. Kemudian tubuh Rakha terbangun dan memuntahkan air dari dalam tubuh segitu banyak awalnya. Biant tau Rakha sudah selamat dari masa kritisnya, iapun tiba saja menyingkir. Dan mengatasi rasa lelahnya sendiri.

“Faisal,….” Sahut Biant Seakan ia sendiri sedang mendengar bisikan suara sahabat kecilnya. Tak sadar kalau Biant telah memaksa mencium bibir Rakha, tadinya,.. ada sebuah getaran hebat yang menyadarkan Biant akan keinginan yang sesungguhnya untuk tidak ingin kehilangan sosok seorang Rakha. Seperti ia telah kehilangan Faisal. Biant sangat menyayangi Rakha, meski Rakha tidak pernah mau peduli.

Terjaga ku diujung pagi
Bawaku nikmati indah duniawi
Sendiri bertanya dihati
Akankah semuanya akan abadi

Kupejamkan sejenak mataku
Kubuka hatiku sebelum ku kembali
Untukmu,..

Kuyakini nikmat yang kau beri
Segalanya padamu kan kembali

KEMBALI UNTUKMU BY KOTAK BAND

Rakha kira, ia sudah mati. Mata Rakha terbuka sayup sayup lalu tertutup kembali sampai beberapa kali. Sejak Rakha ingin berusaha membangunkan dirinya, selalu sosok Biant yang terlihat disisinya. Seperti malaikat. Syukurlah, Rakha merasa lega. Apalagi genggaman erat tangan hangat Biant terus membuat Rakha selalu ingin kuat akan bertahan hidup untuknya.

Hingga Rakha benar benar siuman, ia terbangun dan sosok Corrie sedang berada tak jauh disamping tubuhnya.

“Syukurlah, Elo udah sadar Ka! Gue khawatir sekali kalo sampai elo,..”

“Biant kemana, Rie?” penggal Rakha tiba tiba.

Corrie terdiam, ekspresinya seakan kepalanya baru saja ketiban palu besar. “Gue gak tau!” jawabnya cuek.

Tak ada yang diharap Rakha kecuali seseorang yang ia sayangi ada disampingnya. Rakha kecewa mendangar pengakuan Corrie.

“Mm,.. Gue minta maaf, Ka. Gue gak tau, kalo elo gak bisa berenang. Sewaktu lo dibawa ketepian, gue rasanya pengen ngebales rasa bersalah gue untuk memberikan lo nafas buatan. Tapi Biant mencegah gue, Ka. Sepertinya hanya elo dan dia yang tau kenapa?”

Rakha kaget, ia menatap mata Corrie yang begitu serius memohon jawaban atas pertanyaan ngawur yang ada dipikirannya. Gawat, kalo sampe Corrie tau perasaan Rakha!

“Hai, kita datang gak salah waktu, kan?” suara Emili menghancurkan keadaan

Senangnya, saat itu Biant juga ada disamping Emili. Rakha tersenyum menyambut kedatangan mereka dikamar bonyok Rakha. Entah siapa yang ngebawa jasad Rakha pulang? itu gak penting! Yang penting kehadiran Biant yang telah memulihkan kondisi Rakha. Corrie juga menghadap kedatangan mereka di ambang pintu kamar, dan tiba saja Corrie berdiri, ia bergerak meninggalkan tempat, sebelumnya sempat menatap curiga ke Biant. Apa lagi yang dipikirin cowok itu?

“Mil, temenin gue sebentar kewarung..” Ajak Corrie ke Emili mendadak.

Meski agak lemot mikirnya, akhirnya Emili terpaksa ikut. “Jajanin gue sekalian, ya!”

“Beres!” Corrie seakan membaca pikiran Rakha. Gimana kalo sampe Corrie sengaja ngebuat Biant dan Rakha hanya berdua saja? Rakha sangat yakin kalo Corrie pasti sudah mengetahui sesuatu. Sedang Rakha sibuk mikirin Corrie, sampe gak sadar kalo Biant sudah berada sangat dekat sekali dengannya.

“Elo seberapa baekan, Ka?”

“Kepala gue masih melayang, Iant. Makasih udah jagain gue”

“Jagain?” Biant menyungging senyuman meledek. “Yang penting elo selamet”

“Kalo gue gak salah, elo kan yang nyelameti gue?”

Biant tak bergeming. Ia berusaha menutupi keadaan

“Gue kira orang laen, soalnya elo waktu itu berada diposisi yang sangat jauh dari mata gue?”

Sekali lagi Biant membiarkan Rakha ngoceh.

“Kenapa bisa elo, Iant? Elo tau jawabannya, kan? Dan meski gak nyangka, tapi satu satunya orang yang gue harep bisa nolong gue saat itu cuma elo. Dipikiran terakhir gue saat itu hanya ingin melihat wajah lo yang terakhir kalinya.. walau gue gak selamet sekalipun”

“Lo ngomong apaan, sih? Kan cuma gue di sekolah itu yang tau kalo elo gak bisa berenang. Jadi gue berusa,..”

“Kenapa lo gak bertereak pada anak anak” Potong Rakha sebel “orang lain pasti bisa lebih cepet dari gerak lo yang super lambat.”

“Gue panic, Ka!” tegas Biant sambil menatap mata Rakha dalem dalem. “Lo puas!”

Gak! Bukan itu jawabannya,.. lo sebetulnya sayang sama gue, Iant. Tapi lo masih takut mengakui itu. Padahal, mungkin sebentar lagi Corrie akan tau. Dan tak lama lagipun biang gossip disekolah bakal membuat karangan cerita menurut versi mereka. Gue hanya ingin kejujuran yang masih lo sembunyikan…

“Atau kenapa lo gak biarin gue mati?! Kalo itu yang sebenernya elo mau.”

Kali itu Biant lebih milih gak ngomong sama sekali, karna itu jauh lebih baik.
Ku tak bisa paksamu
‘tuk tinggal disisiku
Walau kau yang selalu sakiti
Aku dengan perbuatanmu
Namun sudah kau pergilah
Jangan kau sesali
Karena ku sanggup walau ku tak mau
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku
Huuu.. kalau memang harus begitu
Tak perlu kau buatku mengerti
Tersenyumlah karena ku sanggup
Karna Ku Sanggup by Agnes Monica. 


to be continued

 next chapter

0 comments:

Post a Comment