Sheet 22
by be_biant
Rakha seakan didatangin oleh seseorang yang sangat lekat dihatinya,
tidak mengharapkan ini. Baginya, amat begitu menyiksa! Tak kuasa berada
terlalu dekat, karna Rakha takut hatinya akan kembali lagi menyimpang..
jahatnya, Rakha menyukainya! Dan ini tak bisa dibiarkan. Karna yang
disukai Rakha adalah Brilliant. Seorang pria. Sebaiknya ia menjauh,
sejauh ia bisa. Agar perasaan aneh ini, mungkin masih bisa sembuh sedia
kalanya. Rakha hanya ingin jadi pria normal! Tidak akan pernah mau jadi
gay! Sama seperti halnya statement Biant saat Rakha sakit dan berpura
pura tertidur, perkataan itu masih menghantuinya, singkatnya “Biant gak
akan mau jadi gay gara gara Rakha!”
“Kita bisa saja berteman, Ka! Gue mohon, kita tidak mungkin terus
terusan begini! Tak ada gunanya membatasi tali silahturahmi” pinta Biant
halus disela telinganya Rakha. Seakan mereka menyembunyikan sesuatu,
dan tak ingin ada yang lain tau, apa yang sedang terjadi diantara
keduanya.
“Gak bisa, Iant! Gue ngelakuin ini, demi kebaekan gue sendiri. Lo
sekarang udah tau gue gak normal. Kalo bisa, jangan bikin keadaan ini
tambah parah. Intinya, dengan menjauh dari lo. Pelan pelan gue bakal
bisa ngelupain segala perasaan ini, yang elo berikan segalanya hanyalah
harapan hampa. Yang bisa gue nikmati, tapi gak lo nikmati juga!”
“Gue juga gak bisa dipaksa lepas dari lo, gue terus terusan mikirin yang
terbaik buat kita. Kalo perlu, gue berencana batalin niat nikah gue
sama Mili demi lo!”
Rakha kaget, mendengar pengakuan pengorbanannya, seperti ada sedikit
kemenangan dan kebahagiaan dihati. “Itu juga gak bisa Biant!” berusaha
terus tersenyum “Cukup gue aja yang ngerasain gak enaknya jadi cowok
yang suka ama sesama jenis, lo gak perlu nurutin egonya gue. Gue dukung
niatan elo, karna jalan itu sudah benar! Yang gue sesali cuma perasaan
gue yang salah menimbang. Biar kita nantinya bersatupun tak mungkin
selamanya bertahan.! Gue hanya butuh waktu agar bisa nerima kenyataan.”
Dan Rakha pada kenyataannya, tersuntak terbangun dari tidurnya “Ya
ampun, gue mimpi in dia lagi!” gerutu Rakha kesel sendiri. “Kapan gue
bisa ngilangin elo dari pikiran gue, Iant? Secara gak langsung, ingetan
wajah lo dipikiran gue seakan siksaan yang tak ada habisnya!” bagaimana
bisa ia melupakan kebersamaan nya? Takkan mudah!
Rakha menyadari ketika melihat terangnya langit dari sela jendela yang
tidak tertutup rapat, ini sudah pagi! Iapun bergegas bangun, mandi,
membalut tubuhnya dengan seragam SMAnya lagi dan bergegas berangkat
menuju sekolah yang masih jauh sekali akan perubahan yang diharap Rakha.
Masih seperti yang dulu!
Andai aku bisa ...
Memutar kembali
Waktu yang telah berjalan
Tuk kembali bersama di dirimu selamanya...
Bukan maksud aku membawa dirimu
Masuk terlalu jauh
Ke dalam kisah cinta
Yang tak mungkin terjadi..
Dan aku tak punya hati
Untuk menyakiti dirimu
Dan aku tak punya hati tuk mencintai
Dirimu yang selalu mencintai diriku
Walau kau tahu diriku masih bersamanya ...
Walaupun kau tahu
kau tahu diriku
Masih bersamanya ....
Setelah sampai dikelas, Pandangannya gak sengaja memutar kearah Biant
yang akhir akhir ini telah ia coba dihilangkan dari memorinya. Dan Biant
makin cuek, konsisten dengan perjanjian. Tidak seperti mimpinya
belakangan hari ini. Yang nampak begitu hangat, meski kebenarannya
sangat dingin. Sejujurnya, Rakha merindukan Biant yang dulu. Tapi apa
yang mau diharap? Rakha gak mungkin lagi bisa mengatakan kekalahannya
dan memohon secara tak wajar, kalo hubungan cinta terlarang ini harus
diwujudkan.
Lagian hubungannya sama Mili malah makin memuakan! Sok Romantis! Jual
sensasi! Dan suka cari cari muka sendiri, denger denger Biant juga
dicalonkan jadi ketua osis. Semoga saja ia berhasil! Dan makin
membesarkan kepalanya saja, ketika sudah jadi artis, kelak. Semoga pula,
dengan kegembiraan itu semua, ia makin membenci Rakha, agar Rakha
semakin mudah pula melupakannya. Walau harus melalui proses yang
menyakitkan terlebih dahulu.
Apa sih, yang ada dipikirannya Biant saat ini? Rakha gak tau kalo Biant
juga sebenarnya sama terlukanya dengan dia. Gak tau kalo rasa sayangnya
makin parah. Gak tau juga, kalo ia lakuin semua ini karna menurut egonya
Rakha. Dan berharap sekilatnya, hubungan ini bisa kembali normal,
sesuai harapan mereka berdua. Meski agak susah!
Dan lagi lagi Rakha harus membiasakan diri memperhatikan kemesraan itu
dimanapun ia berada. Bahkan di warung sekalipun, Rakha harus mencoba
menepis kehadiran keduanya disekeliling pandangan matanya.
“Eh, ada Rakha tuh!” Rakha merasa, dari kejauhan Emili sudah nunjuk ke
arahnya dan menarik lengan Biant agar bisa gabung. Terang aja, seluruh
tempat full. Kecuali disamping Rakha yang ada sedikit peluang.
Well, hanya Rakha yang tau jikalau jantungnya tak berhenti berdetak lebih cepat dari kebiasaan normal, seperti sebelumnya.
“Boleh duduk sini, Ka?” Tanya Mili. Rakha hanya bisa mempersilahkan dengan halus.
Sialnya, Rakha harus ngeliat mereka main perang perangan centil, siapa
yang cocok duduk disamping Rakha? Kalo menurut Mili, Biant. Tapi Biant
malah berfikir sebaliknya. Gak heran, karna akhir akhir ini Biant takut
diplototin sama Rakha?
Rakha berdehem membuyarkan sok keakraban mereka, ia gak mau jadi
penengah, Rakha bukan nyamuk! “Gue sudah selesai!” katanya cuek, lalu
memilih kabur. Tak seharusnya mereka berbuat seperti itu dihadapan
Rakha, karna itu sama sekali tak membuatnya merasa lucu, dan bisa turut
berbahagia selayaknya kebahagiaan mereka!
Sumpah! Kalo sering memperhatikannya, Rakha seolah terbawa akan lamunan.
Heran, heran dan heran.. Rakha masih penasaran kenapa bisa mirip sama
ciri khas gambar yang pernah Rakha buat? Wajah imutnya, sama sekali tak
pernah terlintas akan secara kebetulan Rakha mendapatinya disekolah ini.
Namanya Valent, tinggal dikelas sepuluh. Yang artinya adik kelas Rakha.
Ia bisa tau namanya karna tag name diseragamnya, dan emang Rakha belom
pernah menegurnya sekalipun, tapi sering banget ber pas pasan dijalan
dan membuat pandangan Rakha selalu menuju padanya karena kagum, bangga,
atau semacam apalah!. Rakha bahkan pernah sempet gak sengaja bertabrakan
dengannya. Tingginya melebihi Biant dikit. Peranggainya, bak orang yang
lagi bermasalah kalo diliat sama Rakha. Serius, dan takut sekali
menatap balik.
Even, kali itu Rakha lagi bersandar di tiang penyangga atap. Sambil
mencuri pandang saat Valent dan beberapa temannya sedang berjalan
melewatinya. Bukan itu saja, selintas juga Rakha mendengar percakapan
penghinaan si Valent dengan teman sekelasnya, gak nyangka kalo
sebetulnya fikiran Valent selama ini bisa sebejad itu terhadap Rakha.
“Lo pikir gue homo!” tereak si Valent keras keras dan di sertai tawa
lengkingan rekan rekannya. Seakan jelas sekali sengaja melecehkan si
keripik jengkol ini.
Kontan aja, rakha shock dan beringas ngedengernya “Lo ngomong apa barusan?!” bentak Rakha ke dia tiba tiba.
“Loh, ada yang tersinggung kayaknya…” ledek Valent belagak sok terhadap
pendukung kesebelasannya. Ia menyuruh sahabatnya menunggu ditempat,
sementara ia semakin berani mendatangi dan menghadap wajahnya ke wajah
Rakha. Dan untuk pertama kalinya, jantung Rakha dibikinnya deg degan.
Rakhapun harus mencongak membalas tatapannya. Sampai beberapa detik saja.
“Gue tadi gak gitu jelas, lo ngomong apa barusan?” tantang Rakha. “Napa lo bilang gue tersinggung?”
“Gue gak ngomongin elo! napa sampe lo masukin ati omongan gue barusan?” jelasnya tak mau kalah.
“Mau lo apa?!”
“Oke! Gue bakal jujur sama Elo!” menurutnya “Gue bukannya ge-er. Tapi
gue bener bener risih dipandang ama lo terus! Dimana gue berada selalu
lo liat, kalo bukan karna benci, jangan jangan lo suka lagi, ama gue.”
“Suka?! Gue rasa ada yang musti diperbaiki dari jalan pikir lo”
“Dan semua orang tau kalo elo emang homo! Dan pacar lo si Biant itu..”
Rakha langsung mencangking kera bajunya dengan segenap emosinya dia.
“Sekali lagi lo nyebut gue homo, gue bisa bikin idung lo patah!”
Sayangnya Valent tak merasa terancam, malah santai menghadapinya. “Coba saja!”
“Enggak!” spontan Rakha mengurangi cengkeramannya “Lupain, Gue minta
maaf!” secara tiba tiba, Rakha ngalah “Salah gue, karna gak tau cara
ngedeketin elo dan hanya bisa mengagumi lo dari jarak yang jauh. Tadinya
gue pikir wajah lo mirip sama sosok gambar yang pernah gue buat. Jadi,
rasanya gue baru aja ngeliat gambar itu hidup”
“Maksud lo? gambar yang ada dimeja itu, bikinan elo?” Valent agaknya baru nyambung.
“Seharusnya, itu yang sejak tadi mo gue bilang!”
“OH!,..” Valent nampak ketawa, ngebuat temennya bingung sama sikapnya.
“Gue kira siapa,.. itu jadi tampat duduk gue sekarang. Sorry, gue juga
salah paham!”
“Elo darimana sampe berfikiran gue sama Biant?”
“Foto lo yang ciuman sama dia udah nyebar kemana mana… gue pikir normal
aja, koq! Lo kan pingsan, dan yang nyipok lo saat itu si Biant.”
Jelasnya kemudian. “Gue pikir, yang mustinya gay itu Biant. Tapi dia
punya Emili sekarang. Dan elo gak punya siapa siapa, ditambah belakangan
ini elo sering banget merhatiin gue..”
Busyet dah, anak baru aja sampe tau segitu lengkap beritanya.. bener
bener gak wajar! Zap! Biant selamet karna perisainya.. tapi Rakha gak
perlu punya pacar juga buat menghindari persepsi orang kalo gak mo
dibilang curang!
“Btw, lo gak cemburuan sama Emili kan? Denger denger hubungan
persahabatan kalian sedikit renggang.” Lanjutnya penasaran, bak reporter
siaran tivi local.
Gak tau gimana ceritanya? dari situ Rakha ama Valent mulai keliatan
akrab. Sometimes, Valent yang ngejer ngejer Rakha seakan akan Rakha lagi
butuh belaian kasih sayangnya. Makin deket, polosnya Rakha ngerasa
makin eneg sama idolanya kali itu. Baru ketauan kalo sifat sebetulnya
Valent itu belagu banget! Yang pastinya, Lebih buruk dari Corrie…
Ujung ujungnya, Rakha selalu berusaha jaga jarak dengannya, nyesel karna
udah bicara soal “kagum”. Rakha berusaha agar tak terlihat, ataw
berpura pura gak ngeliat. Namun, Corrie melirik ke Rakha saat pelajaran
baru saja usai dan bel istirahat baru terngiang, Corrie sempet mikir
kalo Valent fans gilanya Rakha yang baru, tapi Corrie ngerti perasaan
Rakha, malah cuek kayak bebek. Sementara Valent sibuk memanggil manggil
Rakha dari balik jendela kelas.
“Lo bisa jaga sikap ga?” maki Rakha ke Valent “Lama lama gue yang risih
liat kelakuan lo kayak gitu!” ungkap Rakha memperingati hari
kebenciannya terhadap Valent untuk yang kesekian kalinya.
“Gue minta maaf, gue kan sekedar mo minta nomer telpon Tasya!”
“Valent! Gue tau lo playboy.. tapi, apa mesti Tasya juga lo embat?!”
“Elo gak bilang, kalo lo suka ama Tasya, kan? Selagi gue belom beraksi. Api cinta gue berasa membara bara, man!” ujarnya sok.
Rakha menarik nafas berat, dan menghelanya dengan berat pula. “Gue gak
bisa sabar sebelom sikap lo berubah jadi natural. Style playboy lo
dibuat buat, Val. Gak pure!”
“Kenapa lo jadi mengkritik sikap gue?”
“Karna dalam khayalan gue, Raekal gak seperti itu. Jauh banget, malah!”
“Entar dulu,..” tahannya penasaran “Raekal tuh siapa?”
“Raekal, ia sosok gambar itu. Yang pernah ada dalam imaginasi gue. Gue
yang nyiptain, tentu gue juga tau karakter, siapa Raekal dimata gue”
“Bukannya lo ngefans sama gue sampe lo bikin gambar itu?”
“Valent,.. gue ngegambar itu sebelom ketemu ama lo! makanya gue juga
heran dari mana bisa dapet bayangan muka lo yang mirip banget. Tapi gak
sesuai ama sikapnya.” Rakha rada kecewa sambil menatapnya.
“Oke! Lo mao gue bener bener jadi Raekal? Gue mau buktiin kalo gue bisa
jadi apa yang lo khayalin. Karna jujur, gue juga kagum sama gambar yang
lo buat!”
Rakha memandangnya dengan penuh keraguan. “Gue gak yakin lo bisa bikin
impian gue nyata. Bagi gue, Raekal itu jauh sekali dari sikap lo yang
sekarang. Raekal, kalem. Ia tidak terlihat mengejar ngejar perempuan,
tapi justru sebaliknya. Sikapnya yang menyimpan teka teki sering membuat
pertanyaan misteri bagi kaum hawa. Ia teramat menarik, namun tak
mengumbar pesona. Tak pernah memamerkan kecerdasannya, tapi semua orang
yakin bahwa dia mampu. Raekal tak suka bertanya, ia selalu mencari
jawabannya sendiri atas segala pertanyaan yang mengganjal pada dirinya.
Raekal cerdik! Tapi tidak licik!”
“Gue bisa jadi Raekal.. liat aja nanti!” ikrarnya pasti seraya menjentikan jemari dan pergi.
Rakha hanya bisa menghiraukannya, “Dia takkan bisa!” batinnya berdenyut.
Selang dari hari dimana Rakha menyebutkan secara detail tentang
avatarnya, tiba saja Valent mulai memberikan tanda tanda ketertarikannya
untuk membuktikan kalau Raekal bukanlah bentuk halusinasi lagi, tapi
real!. Ia belajar mengontrol sikap, mengubah tatanan rambutnya menjadi
sama persis seperti yang ada di gambar, seolah tak mau kalah. Ia juga
sedikit bicara, dan sedikit bertingkah. Sayangnya, untuk menjadi orang
yang cerdas memang dibutuhkan waktu yang lama. Tidak asal cuplak! Kayak
penampilan.. hasilnya, Valent tetep kena hukuman keliling lapangan karna
gak sempet ngerjain pe-er.
Rakha cuman tersenyum “Yaa Samaaan,.. Gue bilang juga apa!”
Tidak sampai situ saja usaha Valent. Lambat laun, benih benih skillnya
mulai mengibar, ia masuk dalam anggota lingkungan hidup, masuk formasi
paskibra, sama terakhir jadi anggota Osis juga. Ngomong ngomong, Biant
sekarang udah menjabat sebagai ketua Osis, bukan omongan kosong belaka.
Ia serius menekuni dan mendeklarasikan beberapa proker selama setahun
penuh. Membuat Pak Najmi tertarik dan mewujudkan mimpinya. Bagi Rakha
tak ubah, ini hanyalah factor keberuntungannya saja. Pak Najmi mungkin
cuman kasian doang!
Sementara lagak Corrie belakangan ini makin gak jelas. Selalu mengintai
Rakha, bak detective. Seakan catatan harian Rakha jauh lebih penting
dari cerita sejarah. Nah, untuk kesekian kalinya. Corrie mulai berani
mengungkit obrolan tentang Biant, yang sebelumnya nama Biant sempat
vakum dari bibirnya.
“Lo udah denger, Biant resmi jadi ketOs.” Jelasnya belagu serius.
“Gue udah tau, emang apa hubungannya ma gue?”
“Jadi, Biant belom ngomong ke Lo?”
“Ngomong soal apaan? Dia mo ngerayain besar besaran, trus ngundang gue? Gitu!”
“Bukan itu!” Bantah Corrie ngambeg “Emang lo sama dia berantem, Ka?”
“Enggak!” ceploz Rakha cuek. Padahal, batin ngeri banget sampe ketauan.
“Trus, napa Biant sampe nyuruh gue ngomong ini ke lo…”
“Ngomong apaan, lo dari tadi ngomongnya gak to the point. Gimana bisa gue tau?”
“Iya, gue mau ngomong, tapi rasanya gak etis kalo gak Biant sendiri.
Kecuali kalian berdua lagi gak teguran belakangan ini.. Bisa jadi, kan?
Lagian siapa yang merasa penting, coba? masak ngelibatin gue?!” pikir
Corrie.
Niatan banget si Corrie mempersatukan mereka dalam satu pertemuan, dan
satu tempat secara empat mata. Ya, motifnya tentu dia gak mau lagi
terlibat untuk urusan Biant sama Rakha. Malesnya, Corrie udah angkat
tangan. Hasilnya, ruang kelas kosong ekslabor yang jadi tempat
terselubung keduanya.
Awalnya, Rakha nunggu dikelas itu hampir patah semangat dan patah
tulang. Dan sekian lama, akhirnya Biantpun datang juga. Tetap dengan
sikap yang merasa takut untuk bertemu, takut untuk bertatapan lagi,
serta takut untuk bersentuhan.
“Sorry, Ka! Gue bikin lo repot. Gue,..”
“Langsung aja ke topic, Iant. Gue mo pulang.” Penggal Rakha menegaskan.
Biant lalu memberanikan diri memandang mata Rakha yang ngangenin “Gue minta lo gabung di anggota osis kita!”
Rakha mengernyitkan dahi “Gue gabung?”
“Bukan permintaan pribadi gue, tapi permintaan anak anak”
“Iya, tapi ujung ujungnya. keputusan elo juga terlibat, kan?”
“Kalo lo gak bisa, gue gak maksa!”
Rakha memperhatikan Biant dari ujung kaki ke ujung kepala, kurus banget
dia sekarang. “Iya,.. gue gak bisa!” dengan amat menyesal, Rakha
menggeleng
“Tapi, kalo menurut lo ini terlalu cepet. Gue kasih lo waktu tiga hari dari sekarang. Kesempetan lo untuk merubah fikiran.”
“Buat apa? Gue gak mungkin berubah..”
“Tapi untuk tiga hari itu, karna gue yang minta!” ujarnya yakin
“Terserah lo!” dan Biant keburu cabut, tanpa mengulur waktu yang banyak.
Kumatnya, perkataan terakhir Biant jadi boomerang bagi Rakha. Ia tidak
bisa mengulang keadaan bikin dia yang menang. Yah! Mo diapain, mungkin
Rakha kali ini memang harus berani mengaku kalah. Pesonanya, tak jua
berubah! Sulit sekali menepisnya seperti kejadian Rakha tak mengenalnya.
It still feels like our first night together
Feels like the first kiss
It's getting better baby
No one can better this
Still holding on
You're still the one
First time our eyes met
Same feeling I get
Only feels much stronger
I want to love you longer
Do you still turn the fire on?
So if you're feeling lonely, don't
You're the only one I'll ever want
I only want to make it good
So if I love you, a little more than I should
Please forgive me, I know not what I do
Please forgive me, I can't stop loving you
Don't deny me, this pain I'm going through
Please forgive me, if I need you like I do
Please believe me, every word I say is true
Please forgive me, I can't stop loving you
Still feels like our best times are together
Feels like the first touch
We're still getting closer baby
Can't get closer enough
Still holding on
You're still number one
I remember the smell of your skin
I remember everything
I remember all your moves
I remember you yeah
I remember the nights, you know I still do
The one thing I'm sure of
Is the way we make love
The one thing I depend on
Is for us to stay strong
With every word and every breath I'm praying
That's why I'm saying,
Please Forget me by Bryan Adams
Satu hari berlalu. Tak ada tanda tanda ketertarikan Rakha untuk
mendekati Biant, sekedar mengatakan kata, setuju! Rasanya mereka masih
saja seperti dua insane yang sedang bermusuhan. Biant bicara, Rakha yang
jadi bungkam. Atau Rakha yang terdepan, namun Biant lebih merasa nyaman
kalo tak memperhatikannya.
Waktu terus berjalan, harapan Biant untuk menunggu jawaban “Iya” dari
Rakha semakin tipis sekali. Malah, sering kali Biant merasakan bahwa
Rakha sudah benar benar menghiraukan perjanjian itu. Kenapa? Karna Rakha
belakangan ini dekat sekali dengan lelaki itu? Apa dia sudah menemukan
kebahagiannya? Tapi kenapa Biant tak pernah bisa membuatnya tersenyum
dengan mudah, seperti sekarang ini ia sedang tersenyum pada orang yang
baru saja dikenalnya. Sedang, Biant sendiri malah harus dipaksakan untuk
berperan cemberut dihadapanya. Biant tau, hanya dia seorang disekolah
ini yang dibencinya. Bukankah itu jauh lebih baik! Memanipulasi rumours
yang mengatakan kalo keduanya punya hubungan khusus.
“Berapa nilai gue sekarang?” Tanya Valent ke Rakha.
“Lima!” Rakha ngakak. Karna berhasil ngebuat tampang Valent jadi lucu.
“Hampir sebulan gue berackting jadi yang terbaik. Masih belom lolos jadi
actor juga. Ada yang gak beres sama sutradaranya, nih!” Valent gak
setuju sambil ngerangkul Rakha dengan geremnya.
Rakha hanya bisa tersenyum
“Oke! Gak usah diharep lagi!” Valent putus asa.
“Gue mo tanya, tapi lo harus jawab sebagai Raekal”
Valentpun bersigap mendengarkannya “Jangan yang sulit sulit”
Rakha menggaruk garuk dagunya seraya berfikir tentang sesuatu. “Apa yang membuat lo tertarik sama sosok Raekal?”
Tak kalah, Valen pun memiting miting dagunya pula. “Indah, dan
sebenarnya gue hanya membangun karakter gue seutuhnya, bukan karna si
Raekal. Gue mo nunjukin kalo Raekal yang niru Valent, bukan Valent yang
niru Raekal.”
“Belagu amat,..” koment Rakha tak banyak bicara lagi.
Tiba saja, ada badai yang membawa Biant berada disamping mereka. Rakha
merasakan keberadaannya, tapi lagi lagi gak berani menghadapkan mukanya.
“Sorry ngeganggu” Biant mengatakannya pada Valent, dan Valent hanya
terdiam saja. “Rakha, gue mo minjem salinan buku Pak Nasrul..”
“Ada dilaci gue, lo ambil sendiri aja” perintah Rakha cuek.
“Sekalian, gue mo ngingetin soal tawaran gue kemarin. Gue butuh jawaban
lo. Apapun!” setelah bicara itu, Biant pun berpaling meninggalkan Valent
dan Rakha dalam kebisuan.
“Jadi dia yang namanya Biant? Sombong banget! Gak nyangka orang kayak
dia bisa jadi ketua Osis. Yang menurut gue, elo jauh lebih pantes, Ka!”
gerutu Valent mencairkan ketegangan Rakha dalam batinnya.
“Gak mungkin guelah, dia udah jadi anggota osis semenjak awal masuk
kelas. Emang dia lebih pantas dapet satu penghargaan.” Terang Rakha
nyante. Kalo di inget inget, sebenernya itu justru posisinya Rakha yang
direbut olehnya. Inget waktu Rakha dipilih jadi anggota pskibraka..
biant yang gantikannya, kan?
“Elo gak bergabung jadi anggota aja? Enak lah, ngisi waktu senggang sama nuangin angan angan.”
Melihat animo Valent, bikin Rakha teringat ama sesuatu. “Oh iya yah, gue
emang punya niat pengen ngebuat sekolah ini tambah hancur!”
“Ngaco!” valent ketawa.
“Btw, yang gue lebih heran, kenapa orang angkuh kayak dia bisa perhatian ama lo, ya?”
Nah, kalo pertanyaan itu, Rakha nyerah. jawaban Ini pasti pancingan agar
semua perasaannya terbongkar ke public. Inget Rakha, lo harus hati
hati!
Hari terakhir kesempatan Rakha menentukan, apakah ia siap jadi formatur
Osis? Ia kebingungan. Dikelas, cukup gerah dan merasa bosan sendiri
menelan ceramah sejarah yang bukunya sudah dibaca Rakha berulang ulang.
Corrie gak ada disampingnya karna ikut rapat, dan menunggu rapat selesai
seperti sedang berada dalam kegelisahan seseorang menunggu hasil
operasi selesai pula. Sementara di perpus, sedang berlangsung rapat
paripurna. Gak tau, mereka ngebahas soal apa? yang jelas, disana
terdengar begitu ramai, seru dan gaduh, bak lagi berlangsungnya acara
konser musik.
Setelah dipikir pikir, kayaknya lebih asik disana, deh! Rakha akhirnya
berontak untuk memilih jalannya ke ruang yang bikin dia geregetan,
kepengen nyampur. Keramaian itu kontan meredam, ketika kaki kanan Rakha
masuk melewati pintu yang tidak begitu rapat tertutup. Yang ada, Rakha
seakan masuk keruang sidang yang super tegang.
Semua pandangan berpusat pada kedatangannya, mulut mereka beragam. Ada
yang mingkem, sampe ada yang mangap. Bahkan ada yang berbisik aneh.
Saking heran, ngeliat si keripik membaur sama manusia untuk pertama
kalinya.
“Gue masih boleh gabung?” Tanya Rakha bikin separuh hati mereka
bergetar, ketakutan menentang. Tapi, kebanyakan senang dengan
kehadirannya yang resmi bergabung, meski gak nyangka akan menjadi saksi
rapat hari ini dan seterusnya.
Rakha sengaja memilih bangku deket Corrie, dimana ia berseberangan
dengan tempat duduk Valent. Dan jelas sekali mereka berdua bisa
bertatapan diantara Biant yang mengetuai sidang.
“Lu kenal Valent, Ka?” bisik Corrie ke telinga Rakha pelan
“Kenapa?” Rakha balik nanya.
“Enggak! Aneh aja, elu kan di anggap keripik jengkol! Nah, kalo si
Valent itu sering disebut sebut banyak orang sebagai cowok sambel
terasi!” jelas Corrie bikin Rakha ngakak.
“Koq bisa?” Rakha penasaran
“Gue aja baru tau kalo sekolah ini ada adat semacam itu pertahunnya,
buat hiburan semata. Dan alesan dia dapet julukan itu, karna tampangnya
hot banget. Bikin pere pere pada horny hanya dengan menatap mukanya.”
“Gue gak segitunya!”
“Iya, gue bilang juga perempuan, bukan laki kayak lo! kecuali kalo lo bener gak normal”
“Istilah Hotnya kan dari sambel, kalo definisi terasinya?”
“Ya dari sifatnya yang rada rada mirip kayak lo yang sombong juga!”
“Aneh!”
“Aneh kenapa?”
“Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting dari ngomongin orang lain.
Kalo kakak kelas kita? Lo tau siapa yang dapet julukan itu?”
“Cowok malapetaka! Parah, kan dengernya! Tapi orangnya sudah gak ada”
“Meninggal?!”
“Pindah sekolah” timpal Corrie mengoreksi.
Rakha tak menghitung seberapa lama ia berada dalam ketegangan rapat yang
tak menghidangkan makanan maupun minuman. Membuat Rakha berubah fikiran
pengen balik lagi kekelas. Apalagi rapat seperti ini layaknya sidang
yang sedang mendebatkan soal perlombaan futsal antar kelas.
Hanya kehadiran Rakha yang diharap Biant mengubah sikapnya jadi penuh
semangat, semua anak bersorak senang menyambut idenya. Hanya beberapa
oknum saja kurang setuju. Tetap pada pendirian mereka masing masing.
“Bukannya kita punya kendala tempat?” gumam salah seorang anggota yang terdaftar.
“Gue udah mikirin sebelumnya, kita akan sewa tempatnya!”
“Butuh biaya besar, kan? Perjam, kalo gak salah! Sementara permainan ini
sama kayak bola kaki. Minimal butuh dua jam an sekali make. Kalo
menurut gue sekali rental ngeluarin dua ratus ribu, bagaimana
pertandingan berikutnya? Gue bukannya gak suka dengan ide lo, tapi apa
semua anak mau mengumpulkan dana segitu untuk pertandingan semacam ini?”
“Iya, gue paham dengan itu. Sebenarnya, Gue dapet informasi tentang
happy hour, paling kita bisa bayar setengah dari harga sebenernya.
Gimana?”
“Tetep harus nyumbang, Iant! gue setuju banget sama dia” sambung Valent
“Kita bukannya mau yang gratisan, tapi untuk menjalankan ini memang
butuh persiapan yang matang. Kita sih, maunya pertandingan ini untuk
menghilangkan rasa suntuk saja. Alangkah senangnya kalo kita pake
lapangan bola yang ada di dekat sini saja! Tak perlu harus make tempat
gituan”
“Gue bakal cari ide laen, gue bakal bicara sama rekan om gue. Dan tentu
kabar selanjutnya akan secepetnya gue kasih tau. Mudah mudahan dapet
tempat yang lebih menghemat biaya lagi. Menurut gue lebih bagus kita
bisa make rentalan. Karna tentunya kita udah biasa maen disana, kan?”
Setelah persidangan berlangsung cukup memuaskan, anak anak mulai
berhamburan kembali ke kelas masing masing dan melanjutkan jam pelajaran
mereka. Yang masih tersisa di ruang perpus hanya Biant, Rakha dan
Valent yang nunggu Rakha.
“Cepetan sedikit, keong!” Valent kekesalan
“Keong? Lo siput! Gue mo nyari buku dulu sekalian!”
“Gue duluan aja, yah!”
“Pergi sono! Siapa suruh nunggu gue? Kelas kita kan beda!”
“Tapi sebelom pergi, gue mo jitak kepala lo dulu!”
“Plaaak!..” Rakha ngotot ngotot sama Valent yang langsung kabur setelah ia puas ngelakuin yang dia minta.
Diwaktu yang sama, Biant tiba saja berada disamping Rakha tanpa ada tanda tanda sebelumnya.
“Eherm,.” Biant mengusik suasana dengan tingkah yang lumayan grogi.
“Sorry, Iant! Bisa lo tolong ambilin buku yang diatas” pikir Rakha licik.
Dan Rakha sudah mengira Biant akan bersedia melakukan untuknya. Sambil
memberi buku tebal yang Rakha maksud, Biant pun berkesempatan mengatakan
sesuatu
“Gue tau gue salah, Ka! Mungkin menurut lo, gue orangnya terlalu
mempermainkan perasaan lo. tapi yang gue lakuin semua ini sebenarnya
menyiksa batin gue juga. Kita sebelomnya akrab, Ka. Kenapa harus
berpisah? Gue mau ngelakuin apapun buat lo, asal lo masih menganggap gue
satu satu nya teman yang special buat lo.”
“Itulah yang gue mau, Iant. Lo bantuin gue ngilangin perasaan suka gue sama lo.”
“Pasti ada cara laen yang bisa merekatkan hubungan kita.”
“Elo ngarep itu, tapi gue enggak!” Rakha mengakhiri obrolan mereka
dengan hati yang bergemuruh bagai mendung yang tak kian mendatangkan
hujan.
Dalam perjalanan menuju kelasnya, hati Rakhapun bergumam “tidakkah lo
sadar, Iant. Belakangan ini, Gue sedang melakukan sesuatu agar bisa
menarik kembali perhatian lo sama gue, seperti dulu. Ketika hati lo
belum membagi nya bersama Emili. Gue bakal berusaha keras agar lo bisa
meluluhkan hati gue. Yang gue harep sekarang.. lo kembali bilang
cinta,.. hanya itu yang ingin gue denger dari bibir lo, untuk gue
seorang. Bukan untuk orang lain”
aku masih mencintainya
masih menyayanginya
meski telah ada kamu
aku masih ingin memilikinya
masih ingin mendekapnya
meski telah ada kamu
kekasihmu
oh maafkanlah aku
bukan ku tak mencintaimu
tetapi hati berkata berbeda
oh ampunilah aku
ku tak bisa mencintaimu
sepenuh hatiku lagi
aku masih ingin memeluknya
masih ingin menciumnya
meski telah ada kamu
kekasihku
Samsons Masih (mencintainya)
to be continued
DISCLAIMER:
This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.
The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.
Cowok Keripik Jengkol Sheet 22
Labels:
be_biant,
Cowok Keripik Jengkol
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Info Kesehatan
Artikel Lain :
9 Hal Seputar Kondom Pria yang Paling Sering Ditanyakan
0 comments:
Post a Comment