DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 17

Sheet 17
by be_biant


Rakha masih kurang percaya atas apa yang telah didengar dari bibir Erica yang mengatakan bahwa Rishaa udah resmi jadian. Si keripik itu pun kembali ke bangkunya dengan sikap rada memelas setelah diusir mentah mentah sama partnernya Rishaa, Erica. Jahat banget, sih! Bahkan, ia bisa meramal bahwa Corrie pun akan mati matian meledeknya karna kalah taruhan. Tuh kan, apa yang barusan Rakha prediksi in bener, Corrie gak henti hentinya ketawa.

Tidak ada yang bisa Rakha lakukan sekarang. Iapun lebih berinisiatif keluar kelas dan memutuskan absent di jam belajar bahasa inggrisnya, sama sekali gak tertarik buat nerusin pelajaran yang sedang berjalan sekarang. Makin memuakan melihat pemandangan sekitar, dan makin gak betah!

Ia berjalan di selasar luar ruangan dengan pandangan kosong, mo kemana? Di warung, pasti ketauan. Perpus? Udah bosen, dimana lagi?? Gak ada ruang ekstra disekolah ini, itu ituuu… aja. Males! Dan Akhirnya, Rakha menemukan sebuah tempat yang nyaman buat pelarian sesaat. Di ruang terbuka di seputaran toilet, rada bau tapi lumayan bisa bikin tenang. Jauh dari kebisingan.

Rakha kemudian bersandar pada beton pembatas sumur. Ia duduk terkapar diatas tanah kering. Gak peduli kalo celananya bakal kotor, yang penting enjoy! Dan rupanya angin yang berhembus disini sangat bersahabat, Semilirnya gak pernah berhenti serta bisa membuang aroma hasil limbah toilet yang tak sedap ke arah yang berlawanan.

Jujur, Rakha tetap merasa kecewa dengan pilihan Rishaa tanpa berfikir panjang sebelum ambil tindakan terlebih dahulu. Minimal diskusi dengan sahabat sendiri, kek. Selama ini Rakha dianggapnya apa? Malah bukan sebagai teman curhat! Aneh banged, Jelas jelas Mohad itu bodoh! Apa karna Mohad anak orang borjuis? Ataw selevel karna peringkatnya yang tak jauh beda? Terserah lo, lah Rish,.. Rakha gak mo ambil pusing! Itu semua sudah jadi pilihan lo, udah jadi resiko lo dapet calon laki kayak gitu. Parah!

Tapi kenapa efeknya Rakha masih galau? Jealous? Gak juga! Mungkin kesel aja. Jadi cewek pun, ada juga yang bisa munafik. Intinya gak ada manusia di dunia ini yang bisa dipercaya. Titit! Kurung, Ekh,.. huruf belakang ganti “K”.. yang punya jadi pada tersanjung,.. bukan tersungging. Tutup kurung!

Yang sekarang jadi pikiran Rakha, hanyalah Biant. Cuma dia satu satunya harapan Rakha yang masih setia, walao gak jelas pilihannya sekarang ke siapa? Emili? Rakha sedikit khawatir, kalo saja Emili sampai ngerebut perhatian Biant dari Rakha. Yah, Rakha tentunya gak bisa berbuat apa apa, hanya bisa pasrah!

Warning, Emili punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorang Rakha. Yaitu kecantikan dan payudara yang besar.. lumayan bisa bikin pelor Biant nganceng kalo lagi deket deket. Ya ampuun, Mili itu genitnya bukan maen,. Kalo emang Biant seekor buaya yang ingin kembali kelubang sarangnya, mudah mudahan Emili bukan tempat sesungguhnya. Masih banyak perempuan perempuan normal atau janda janda kembang laennya diluaran. Jadi jijik, lama lama mikirin si Emili.. ngak tau kenapa?

Gak terasa, setelah cukup lama khayalan Rakha melambung bersama gelembung gelembung sabun yang berterbangan ke atas langit. Ia masih saja bermukim pada posisi awalnya, sama sekali tak tergerak kemanapun sampai jam istirahat terngiang. Rakha ngerasa, ia telah berhasil bolos kali ini. Samar samar, beragam bunyi keramaian telah membanjiri halaman sekolah. Entah kenapa lagi, Rakha masih bete? Ia letih sekedar berdiri, apalagi sampe berjalan mencari makan… gak nafsu!

Pandangan Rakha terganggu oleh sesosok bayangan perempuan yang terpantul dari datangnya sinar mentari. Tiba saja Rakha mencongak ke atas. Ia ngeliat sosok Tasya sedang berdiri disampingnya sambil ngos ngosan mengatur nafas.

“Lo abis Lomba meraton darimana?”

“Sinting lo, ya! Gue abis muter muter nyariin lo!” masih dengan nafas yang tersengal.

“Nyariin gue? Emang Pak Eko nanyain?”

“Pak Eko? Enggak nanya sih. Gue cuma denger kabar dari anak anak kalo Rishaa udah jadian sama Mohad. Lu gak apa apa, kan?!”

“O, gue udah tau. Jadi, lo nyari gue cuma sekedar ngasih informasi yang gak penting doang?”

“Gak penting? Rishaa itu bukannya gebetannya elo? Lo gak patah hati.”

“Gak taulah, males banget mikirin dia! Meski gue tau dia masih punya rasa, tapi sampai kapanpun gue gak bakal terima cewek bekas!”

“Ati ati kalo ngomong,.. elo gak malu kalo nanti ketiban karmanya!”

“Biarin! Eh, kemaren Rishaa nyari in elo. Katanya mo balikin binder. Sudah?!”

“Udah kemaren, dia cuma mo nyatet…” Toeeng, Tasya seakan teringat sesuatu “Ya ampuuun, di binder gue.. gaswat! Rishaa pasti salah paham!”

Kontan, setelah Tasya ngucap kata terakhirnya. Ia kemudian ngacir terpontang panting seperti ngejer tukang es krim yang ketinggalan jauh. Tanpa pamit! Kayaknya ia lebih ambisi ngurusin soal binder ketimbang Rakha. Sempat ia menabrak Biant di jalan , dan si hantu itu berkata “Udah ketemu,..”

“Tuh dia,..” Tasya nunjuk melalui bibirnya yang dimonyongkan. Kemudian lanjut lari lagi.

Giliran Biant yang menghampiri Rakha dengan sigapnya yang kerasa aneh, tampangnya serius banget, seakan bukan Biant yang Rakha kenal, lebih seperti boom atom yang siap mau meledak ledak. Keliatannya, Ia sudah terlanjur geram sama si keripik itu.

Rakha bangkit dari tempatnya duduk, kini tinggi mereka nyaris sejajar, keduanya terpaksa saling berhadapan, serta tatapan keduanya pun tak terputus dari kontak. Saling menangkap isyarat yang mengembara, rasa yang tak kunjung terbuka. Terpendam dihati, namun terpancar di sinar mata.

“Lo jangan biasa in ngilang di jam belajar! Kelakuan lo bikin kita kita panic, lo bisa gak bersikap wajar, dan bukan bersembunyi kayak anak kecil.”

Entah ada urusan apa, tiba tiba tu cowok misterius meluapkan emosinya dengan selera dan maksud serta tujuan yang gak jelas? Rakha udah terlanjur sebel sama sikapnya yang sok peduli, sok ngatur, sok ini itu, dan terakhir, sok nyampuri urusan orang.

“Emang, lo siapa?” singkatnya, Rakha membuat Biant tersuntak pedas.

Omongan barusan bikin batin Biant menggelegar. Kontan ia terdiam. Tak sekalipun terdengar bantahan langsung. Kejujurannya mulai tertantang. Ada tambatan hati yang tak wajar bila dikatakan, bibirnya hanya bisa bergetar, giginya geratakan, genggaman tangannya semakin menguat. Tatapannya serba salah dan mengarah tak tentu, antara marah, kesal, benci sendiri atau apalah. Yang jelas, ia tak berani melirik ketajaman bola mata Rakha Ia mencoba mengalihkan segala yang membuatnya makin benci untuk mengakui ini,.

Begitu lama menunggu prosesnya berfikir. Rakhapun masih diam menunggu detik detik pengakuan. Dan parahnya, Biantpun mengakhiri perjumpaan itu tanpa ada kata pisah, hanya bergerak melintas saja yang mengisyaratkan kalau kini, ia pergi dan melupakan segalanya,..

Rakha baru bisa menghela nafasnya dengan bebas, dan berusaha menetralitsir degup jantungnya yang berdebar diatas kecepatan normal. Aneh, kehidupan nyata ini bagai membawanya mengarungi samudera lepas. Lelah tadinya, namun teratasi meski agak sulit.. Jujur, jika berhadapan seperti tadi dengan emosi yang tak wajar, Rakha semakin takut. Takut akan adanya rasa sayang yang berlebihan.

“Kenapa lo gak jujur saja, Biant… percuma lo pendam! Isi hati lo selamanya tak kan pernah jadi berlian, mutiara ataupun intan. Hanya akan jadi daging busuk yang tertelan dalam mulut kerang dan terbawa mengikuti arus deras lautan.. gak akan pernah sampai pada tujuan, ingatlah itu!”

seandainya kau tau betapa
ku sangat inginkan dirimu
seandainya kau tau apa yang
ada di dalam isi hatiku

akankah bisa ku nyatakan
rasa cinta dalam hatiku
dan apakah bisa ku nyatakan
bahwa kaulah yang terindah untukku

masih disini menantimu
berharap kau akan memikirkanku
masih disini menunggumu
menanti jawaban atas cintaku

masih disini menantimu
berharap cinta kita kan bersatu
masih disini menunggumu
menanti dirimu kembali untuk ku

Disini Untukmu by Ungu ost Cokelat Strawberry

Sudah begitu lama waktu terlewatkan, sudah bosan memandang wajah Biant, serta bosan pula memperhatikan tingkah tingkah murid SMA yang tak ubahnya seperti anak TK! Tak terhitung lagi seberapa jenuh Rakha berlama lama jadi penghuni sekolah disini. Dan menempatkan posisi ini sebagai tameng.

Saat bersamaan, Rakha hanya butuh refreshing, boring jadi siswa yang selalu ngapalin milyaran kata tiap kalinya, rasanya selalu dihajar tumpukan tumpukan buku yang tebal. Belom lagi ditempatnya bekerja menguji adrenalin kesabarannya menghadapi customers complaint. Dan dirumahnya, selalu dihadapi dengan sikap saudaranya Kim yang masih belom berubah.

Tabungan Rakha dirasa sudah cukup. jika Rakha berniat, Rasanya pengen pindah sekolah serta pindah rumah, ia mau mandiri! Dan hanya ingin lari dari semua ini. Hanya itu mimpinya, tak ingin memikirkan yang lain. Baik itu Biant, Rishaa Tasya maupun yang lainnya! kepalanya semakin kumat menanggung beban pikiran mereka.

Akhir akhir ini Rakha cuek dengan situasi sekolah, masa bodoh dengan gossip, karna sebagian besar isi rumours yang jadi perdebatan itu sendiri adalah kehidupannua seorang Rakha, makin gak aneh digubris dan tentunya apatis dengan segala hal hal yang berbau menarik menurut isi hati mereka.

Rakha datang kesekolah hanya untuk memenuhi konsekuensi nya menjadi pelajar, tidak banyak bicara, tidak mengeluh soal pelajaran, tidak memandang orang berlebihan, tidak ikut campur urusan orang, serta tidak mau keliatan jadi orang yang terobsesi jadi yang terdepan. Hidup itu natural! Yang merusak kehidupan, adalah cara pandang!. Dan jikalau waktunya pulang, Rakha keukeuh pengen nyampe dirumah dan istirahat tepat pada waktunya. Jangan sampai ada yang mengganggu kebiasaannya, ia hanya akan menentang secara terang terangan. Dan peraturan baru sekarang, Rakha benci tentangan orang pada hidupnya!

Siang itu, seperti biasa Pak Muslim ngabsen anak didiknya sebelom mulai jam belajar. Secara bergantian, nama anak yang disebut kontan angkat tangan. Ada yang keliatan keteknya kebasahan saking semangatnya. Ada pula yang gak bersuara sama sekali saking malesnya. Tapi yang lebih kaget lagi, ketika nama Biant disebut sekali, gak ada satu orang pun yang berani angkat tangan. Disebut lagi nama Biant sekali lagi, gak ada yang ngerespon tentang Biant, apalagi sampe ada yang ngaku liat dia. Reflek bikin Rakha celingak celingukan dalem area kelasnya. Apa bener? Emili juga gak tau alesannya. Masak sih?! Mencurigakan. Apa tu anak minggat sekolah lagi? Kali ini, siapa yang diajaknya pergi?

Pas jam istirahat, Rakha langsung mendatangi Tasya untuk minta bala bantuan.

“Udah lo telpon, tadi? dimana dia sekarang?” Sergah Rakha tnapa basa basi

“Katanya lagi dirumah, dia bilang sakit..” Jelas Tasya

“Dia ngomong, sakit apaan?”

“Enggak! Tapi kalo denger dari suaranya, kayaknya agak bindeng. Gue rasa dia pilek”

Rakha mendengus, pilek doang pake alesan gak masuk! Minta perhatian banget.

“Mmm,.. Tasy.. kalo misalnya besok gue gak msuk. Tolong lo bikinin surat izin ya! Gue soalnya mo kerumah Biant.!”

“Lo nginep?” Tanya Tasya pasti in.

“Makanya, gue juga gak tau!” Rakha ragu.

“Ya udah, lo terima beres aja pokoknya,..”

Balik sekolah itu pun, Rakha segera berancang ancang ngebut buat nemuin kak Joe dulu, minta izin gak kerja sehari. Dan untuk kali ini, alesan Rakha jujur pengen nengok temennya yang sakit. Hanya saja do’i gak tau kalo Rakha maen kerumah sahabatnya yang bernama Biant.

“SH8t,…” gerutu Rakha sewaktu ngeliat adegan Mohad sama Rishaa berantem di deket pintu pager sekolah. Nge ganggu banget, pikirnya.

Berhubung Rakha udah buru buru, dan harus melewati satu satu nya jalan itu. Iapun terpaksa nerusin langkahnya hendak mengacuhkan keduanya tanpa mau menoleh sedikitpun. Pura pura aja gak tau, beres kan!

“RAKHA!” Tereak Rishaa melibatkannya tiba tiba, ngebuat jejak Rakha terhenti sesaat.

Lalu Rishaa nyusul berlari menghampiri Rakha, seakan minta pertolongan pada pahlawannya. Sayangnya, kali ini tampang Rakha masih sok gak peduli sama urusan mereka. Ekspresi mukanya sama sekali gak kebaca, karna yang ada dipikirannya pengen ketempat Biant secepat mungkin dan nunjukin bales budinya. Bukan di halang halangin seperti ini.

“Gue mo ikut lo balik, Ka!” spontan Rishaa ngomongnya ngawur, kayak ngaku ngaku kalo anak yang dikandung Rishaa sekarang anaknya Rakha?? Terang aja, Rakha nolak

“Gue gak balik kerumah, Shaa. Sebaiknya lo ikut Mohad, dia kan cowok lo!” Alih Rakha.

“Masak lo gak mo nolongin gue sih? Anter gue balik sekarang! Gue gak mo dianter sama dia”

“Terserah lo, gue lagi ada urusan! Urusan gue lebih penting daripada masalah hidup lo!”

“Lo marah sama gue? Gue minta maaf kalo gue pernah ada salah”

“Sebaiknya lo selesai in dulu masalah lo sama Mohad, dari tadi dia tereak tereak manggil nama lo, gue bisa budeg dengernya!”

“Okey,..” Rishaa nahan sebelnya “gue nyesel minta tolong ama lo!”.

Rakha mendengus lebih kesel dan tetep gak ngerespon omongan Rishaa! Batin Rakha cuek.

Rishaa belagu jalan sok ngebut sendiri melangkah keluar sekolah dengan perasaan yang menjengkelkan, ia terpaksa ambil tindakan sendiri. Dan Mohad masih nekad menyusul dengan motor kesayangannya.

Sorenya, ketika masih parahnya terik matahari menyengat, ditambah dengan keringat badan yang membasahi seragam sekolah yang komplit melekat. Tibalah Rakha di depan pintu gerbang rumahnya Biant. Ini kali pertamanya ia bertamu ke istana orang. Gak punya hape, gak ada bel, dan untung Rakha ngeliat seorang bapak setengah baya sedang sibuk menata taman di seputar halaman. Kalo enggak, mungkin Rakha sudah balik dengan tampang kecewa sembari membawa bungkusan plastic hitam yang tadi sempat dibelinya dipasar 16.

Rakha tereak tereak minta tolong bukain pintu gerbang sambil ngintip reaksi si Bapak itu dari balik pintu yang tinggi menjulang. “Kapok, kalo sekali lagi kemari.” Batin Rakha ngedumel.

“Siapa, Den?” Tanya si tukang kebun itu.

“Gue temennya Biant, Pak! Biant ada didalem, kan”

“Owada,.. entar Bapak ambil kunci gerbang dulu sebentar, ya!” Beliau pun mulai pergi berlawanan arah.

Mampus! Udah segini panas diluar, masih disuruh nunggu. Dengan hati yang super sabar, akhirnya si pintu ke buka. Rakha langsung masuk dan menuju Rumah khas modern itu dengan diiringi sang penjaga kebun.

“Makasih, Pak!” mau gak mau Rakha ngulang kata itu sampe dirinya bosen sendiri.

“Sama sama, Den!” si Bapak mengetuk pintu rumah.

Rakha kaget. “Loh, Bapak gak punya kuncinya?”

“Ada, tapi Bapak gak berani masuk kalo ada Raden Biant dirumah.”

“Kok bisa tau Biant ada dirumah??”

“Kalo pintu gerbang kebuka, sama salah satu lampu dirumah nyala”

“Kalo pencuri yang masuk, gimana?”

“Enggak lah, security system sini aman.. gak kalah canggih ama rumah Presiden!”

Rakha tersenyum, sok berlebihan Bapak ini! “Kedenger gak, Pak? Rumah segede ini diketuk?”

“Tunggu aja, Den. Biasanya Raden Biant gak jauh jauh dari ruang keluarga ama dapur.”

“Bapak kerja disini lama banget pastinya,.. sampe tau jelas apa yang sering dilakukan sama Biant!”

“Iyalah, Den. Bapak kerja disini sebelom Raden Biant lahir, malah.” Diem sesaat “Saya, kerja dulu ya, Den. Bentar lagi pintunya kebuka koq!” Ujarnya berpamitan

“Iya, makasih ya Pak!” mudah mudahan ini terimakasih yang terakhir, kalo terus dibagi bagi in bisa habis rasa terima kasih Rakha. Apalagi kalo makasih banyak, wah bisa bangkrut!

“Clek Clek Clek,…” Terdengar knop pintu bereaksi kebuka. Tiba saja jantung Rakha kian drastic deg degannya. Apalagi, dalam waktu yang singkat itu ia akan bertemu dengan sosok pria yang selama ini bikin hatinya jengkel. Yah, sabar aja.. dengan apa yang bakal terjadi selanjutnya??

sajnaaa,……….. kya yeh mera pehla pehla pyaar hai,..

suraj hua maddham chaand jalne laga
aasmaan yeh haay kyon pighalne laga
main thehra raha zameen chalne lagi
dhadka yeh dil saas thamne lagi
oh kya yeh mera pehla pehla pyaar hai
sajna kya yeh mera pehla pehla pyaar hai

OST KABHIE KHUSIE KABHIE GHUM

Biant muncul dari balik dua daun pintu yang terbuka lebar. Waaah,.. ganteng! Salem atinya memuja muji puas, tapi muka Rakha sama sekali gak ada ekspresi. Reaksi Biantpun gak terlalu kaget, begitu wajah Rakha satu satunya yang dia liat. Malah melengas lengos kearah halaman luar. Spontan Rakha ikutan noleh kebelakang.

“Kenapa?!” Tanya Rakha heran.

“Lo sendirian, Ka? Yang laen mana?” ujarnya balik nanya.

“Gue gak kepikiran ngajak yang laennya.” Balas Rakha. Iapun ditemenin masuk oleh Biant langsung ke dapur sambil nenteng belanjaan “Elo sakit apa, emang?”

“Flu biasa, bentar lagi sembuh koq!”

“Udah periksa?”

“Mmm,.. males, gak ada rewang!”

“Gue aja yang nemenin,..” Rakha belagu sigap.

“Emang elo bisa bawa motor?” Omongan Biant kayak anceman bagi Rakha.

“Elo kan anak orang kaya, masak gak ada dokter specialis yang rela datang??” Rakha menepis dengan tampang mo setengah marah.

Alih alih si Biant malah ngikik gak jelas. Ia mencoba mencairkan suasana. “Gue bercanda.. makanya, belajar! Bisa naek motor kan, ada manfaatnya juga!”

“Emang syarat mo nganter lo kerumah sakit kudu bisa naek motor dulu?? Kalo mau gue, tinggal tereak tukang becak dari sini, lo mo bilang apa?!”

“Ya, enggak mao!”

“Terserah elo! Ekh,.. ngomong ngomong, gue mo numpang mandi. Gerah banget. Nih, sekalian oleh oleh gue, lo bawa ke dapur. Handuknya lo taro’ dimana?”

Berkat celoteh Rakha yang panjang lebar, akhirnya Biant mempersilahkan tamunya melakukan apa yang menurutnya baik dilakukan. Dia gak mau ikut campur. Lagian ini bukan kali pertamanya Rakha maen ke rumah itu, jadi rasanya ia gak perlu lagi pemandu! Seperti kata Biant sebelomnya, ‘anggap aja rumah sendiri’

Selagi Rakha lama didalem kamar mandi, Biant kayaknya asik membongkar pasang isi belanjaan yang tadi sempet dibeli Rakha.

“Elo beli mangga banyak banget, Ka! Mo dibikin apaan? Jangan jangan, lo mo numpang nanem di halaman belakang rumah gue lagi?” pekik Biant dari dapur sembari mindahin buah mangga nya ke kulkas. “Empek empek nya sedikit amat? Buat lo aja, ya?”

Tiba saja, Rakha selesai mandinya. Iapun keluar dari kamar mandi sambil nyahuti pertanyaan Biant tadi. “Entar juga lo bakal tao,..” jawabnya simple.

“Teruus, timun gede gede ini buat apaan, Ka?” Tampang Biant blo’on banget liatnya.

Kontan, si Rakha nyengeh. “Entar juga lo tao,..”

Biant langsung ketiwi nyengir bajing. Pikirannya udah pasti ketebak yang enggak enggak. Dasar! Ngeliat ekspresi Biant, Rakha juga ikutan ngekek gak jelas. Cuma tawa mereka malu malu, enggak saling berhadapan. Ditambah, Rakha langsung ninggalin Biant buat ganti baju di lemari biasa, yang pernah isinya dibongkar Rakha sebelomnya.

“Raden Biant, GTman sekotak ukuran S ini punya siapa? Koq gue baru liat!” tereak Rakha dari kejauhan.

“Punya siapa aja, sengaja gue beli supaya bisa lo pake, kalo maen kesini.” Bales Biant gak kalah

“Boleh gue bawa balik, dong!”

“Enak aja! Gue nyarinya susah susah, Cuma di PIM yang jual sempak anak anak kayak gitu. Tempat laen, mana ada.. mana mahal lagi, harganya!” Terang Biant gerem

“Kalo disimpen juga, buat apa?” Protes Rakha lagi.

“Yah, buat sepupu gue kalo maen kesini. Pokoknya buat siapa aja yang cocok lah! Pokoknya itu milik umum!”

Wess,.. khusus sore itu fashion Rakha lebih tampil casual. Pake jeans biru kepanjangan yang dilipet ujung kakinya sampe mata kaki, sama baju kaos ngepas buat badannya. Dan kata Biant, itu baju dipakenya sekali seumur hidup, tiga taon yang lalu. Tepat di usianya yang ke 12 taon. Biar dikata baju anak nanggung, Rakha enggak ngerasa kenapa napa kok, makenya. Malah comfort banget!

“Okey, saat nya gue makan. Laper banget!” keluh Rakha pada dirinya sendiri

Biant bengong “Mo makan apa? Gak ada yang masak?”

“Loh, dari tadi elo belom makan, Iant?” Rakha mengernyitkan dahi “Baiklah, gue mo masak mpek mpek lenggang!” gayanya udah kayak cheft amartiran. “Elo masih punya stock telor ama mie instant, kan Raden Biant? Loh!,.. empek empek gue disini, mana?” Mata Rakha seliweran, padahal makanannya gak jauh jauh dari matanya. Maklum semangat empat lima..

Biant tersenyum geli “Gila tu anak!”

Setengah jam kemudian, Rakha menghadirkan menu makanan special berbahan dasar cemilan khas Palembang. Adonan mie sama telor, dimix jadi satu, and then must be fried kedalam Teflon yang sudah dioles mentega,.. wuiih, jadilah hasilnya kayak lempengan pizza hut yang isi dalemnya ada mie instant ama mpek mpek iris. belom lagi si Rakha nanyain Blender dan ngorek isi almari buffet di kitchen setnya Biant.

Maka “This is it,.. mpek mpek lenggang plus fresh mango jus ala Rakha Queen..”

Biant sama sekali gak tertarik ngeliat tingkahnya “Orang aneh!” komentar Biant.

Menjelang malam, kedua remaja belasan taon itu menghabiskan waktunya di ruang keluarga sambil maenin salah satu game petualangan Biant yang amat sangat diminati Rakha, sekalian Rakha masih penasaran sama level berikutnya Resident evil 5. So, Biant masih uring uringan di sofa belakang. Ngeliat dia salah tingkah, akhirnya Rakha punya ide.

“Lo masih sakit, Iant? Sini, gue pijet!”

“Enggak usah! Lo maen aja..”

“Sini!..” Paksa Rakha sambil narik tubuh Biant ke hadapannya. Dan pijetan itu bermula dari area jidat dikepalanya. Pindah ke leher, pundak, punggung dan sayang tak meneruskan sampe ke bawah. Tapi dirasa Rakha, Biant masih kurang releks, kayaknya ia terlalu tegang. Apa karna gak terbiasa dipijet, ataw malah karna si Rakha yang mijet? Pijetan Rakha kan, luar biasa! Nyatanya, Biant amat sangat menikmati, matanya ampe merem melek ke enakan.

“Elo bolos kerja, Ka?” Tanya Biant tiba tiba

“Iya, demi Lo!” jawab Rakha singkat. “Eh, gue mo Tanya soal kemaren elo dipanggil Ibu Yanu setelah ketauan minggat. Elo dihukum apaan?”

“Dihukum? Cuma disuruh bikin surat perjanjian gak akan mengulang kejadian yang sama. Karna, mending gue masih pelajar. Nah, Bu Yanu kan juga minggat di jam operasionalnya dia. Siapa yang lebih parah kalo ketauannya?”

“Terserah elo dah, Iant! Sekolah itukan punya bokap lo!” penggal Rakha.

Tadinya, romansa itu ingin berlangsung lama, berhubung BB Biant bergetar berkali kali. Pas, Rakha ngeliat. Tercantum sebuah nama Emili di screen ponselnya. Rakha kesel, dan menghentikan pijetannya.

“Lo tidur aja, gih. Udah malem!” perintah Rakha mendadak.

Biantpun langsung nurut kayak adek kandungnya Rakha saja, dan gak ketinggalan, BBnya pun dibawa sama dia. Yang jelas, keduanya pasti lebih asik bales BBan dengan kata mesra mesra an. Emang, Emili itu paling Resek! Enggak ada waktu laen aja, selaen gangguin orang yang lagi baekan? Alih alih Biant yang sembuh, sekarang malah kepala Rakha yang kumat lagi.

Rakha kembali kedapur untuk ngebuatin jus mangga lagi, sebelom Biant tertidur. Dan dibawanya segelas hurricane ke tempat tidur Biant. Sebelomnya, Rakha ngeliat Biant mainin hapenya sambil senyam senyum getir.

“Elo belom tidur, kan Iant? Nih gue bawain minuman.”

“Jus mangga lagi? Elo kenapa sih, doyan banget sama mangga!”

“EH,.. ini tuh obat mujarab sakit flu. Supaya lo gak pilek lagi, udah gue bacain mantra mantra anti godaan setan juga!”

“Tapi kentel banget, Ka!”

“Iya gue tau, itu Fresh namanya. Gak pake es ama gula. Lebih banyak vitaminnya”

“Kayak makan bubur, Ka!” protes Biant lagi

“Diem!!” bentak Rakha kesel. Biant pun terpaksa nurut “Abisin!”

“Ka, elo tidur sini aja ya. Sekalian pijetin gue lagi..” pinta Biant jadi melankolis sambil berbaring dikasurnya.

Terus terang, Rakha ibah kalo liat Biant kolotan gitu. Rasa bencinya hilang seketika, Rakha kemudian bergerak tak ingin jauh jauh dari temennya. Cuma kalo lagi ada dikelas, jangan ngarep bisa dikasih plus plus kayak gini.

“Rakha,..” Biant ngetest telinga Rakha

“EHMmm,..” simbat Rakha rada males

“Dari tadi mangga terus, timun buat apaan??” pertanyaan Biant terkadang bikin geli.

“Entar juga lo bakal tau!” sahut Rakha terus ngikik tertahan. Sambil mijetin kepala Biant sampe tertidur. Dan semakin malam, Rakha pun menyusul tertidur disampingnya Biant…

I'll be your dream
I'll be your wish I'll be your fantasy
I'll be your hope I'll be your love
Be everything that you need
I'll love you more with every breath
Truly, madly, deeply do
I will be strong I will be faithful
'cause I'm counting on
A new beginning
A reason for living
A deeper meaning, yeah

I want to stand with you on
a mountain
I want to bathe with you in the sea
I want to lay like this forever
Until the sky falls down on me

Oh can you see it baby?
You don't have to close your eyes
'Cause it's standing right
before you
All that you need will surely come

"Truly Madly Deeply By Savage gardens"

to be continued




0 comments:

Post a Comment