DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 16

Chapter 16
by Ajiseno



“trii..ambil senter..” pak sujar memberi perintah kepada putri
Putri berlari
Dan secepatnya kembali
Disodorkannya senter dengan sorot tajam ke bekas telapak tangan yang misterius

Kami kembali mengamati
Ini benar-benar telapak tangan yang tidak wajar
Bentuk telapaknya kecil bulat
Jari-jarinya panjang…runcing
Ada dua bekas telapak tangan..
Bentuknya sama…

Dalam hati aku membayangkan…
Jika aku melihat langsung telapak tangan ini pastilah mengerikan
Jari-jarinya kecil dan memanjang…dengan kuku-kuku panjangnya yang siap mencakar
Hmmm…mungkin sih..
Ini kan Cuma bekasnya saja

“menurut pak sujar, apa ini bekas telapak tangan manusia?”
Pak sujar menoleh…
Kulihat wajahnya juga tegang
Tiba-tiba pak sujar menempelkan telapak tangan di bawah lampu sepeda motor
Pelan…dan meninggalkan bekas nyata
“lihat pak aji…beda nggak?”
Kami semua menggangguk
Benar-benar beda
Ini sangat beda..
Bekas telapak tangan ini jari-jari jauh lebih panjang dan kecil
Sangat-sangat panajng
Mirip kaki laba-laba…atau apalah…susah untuk di gambarkan

“pakk..terus ini bekas telapak tangan siapa?” tanyaku lagi

Pak sujar berdiri
Mengambil nafas panjang
“yahhh…kadang di dunia ini banyak hal-hal yang tidak nyata, tapi kita harus paham harus percaya bahwa itu ada…”
“semacam makhluk halus…gitu ya pak?”
Pak sujar mengangguk
“menurut pak sujar…mengapa disini bisa ada bekas telapak tangan?”
Pak sujar tersenyum…
“hehehe ya nggak tau mas aji…ini kan makhluk halus jadi nggak bisa dilihat, hmm…mungkin ini tadi tertabrak sepeda motor”
“tertabrak?”
“ya mungkin saja…apa tadi mas aji waktu berkendara merasa menabrak sesuatu?”
Aku mencoba mengingat
“ya…keliatannya iya pak, tapi yang lebih jelas agung tuh yang tahu, dia kan yang di depan”
“hahahaha…aku baru tahu, kalau petruk sang preman ternyata penakut, heheehe”
“iya pak…itu artinya sebuah ironi...hehehe”

Pak sujar kembali menghela nafas panajng
“ya sudah…sepeda motor ini kita keluarkan terus kita cuci bersih, lupakan..ini pelajaran berharga bagi kita, bahwa disekitar kita ada juga makhluk yang tidak terlihat yang harus kita hormati pula keberadaannya”
“ya pak”
“mas aji tak takut?”
“nggak lah…lagian tadi aku nggak lihat apa-apa kok”
“maksudku waktu di kuburan itu”
“hehehehe…nggak juga lah, kuburan kan isinya orang mati, napa harus takut?”
“hehehe…benar juga”

“mana kuncinya mas aji, biar aku keluarkan” pak sujar menanyakan
‘bentar pak”

Aku berlari ke arah kamar mas yoga
Hah …pintu di kunci rupanya
Ku gedor pintunya
“hoyyyy…kalian ngapain di dalam?...”aku berteriak keras
Pak sujar tersenyum
“hoyyy…keluar heyyy…itu sepedanya sudah dibersihkan” aku berbohong

Dan pelan pintu terbuka
Mas yoga senyum-senyum memandangku
“hehehehe…badan segede ini ternyata takut ama bekas telapak tangan”
“jii…nggak takut lah, aku kan Cuma nemenin agung tuh yang ketakutan’
‘halahhh…ngaku aja mas yogaaa...”
Aku melongok ke dalam
Kulihat agung sedang rebahan di tempat tidur
“gung…mana kuncinya?”
“ohhh..sudah bersih ji?”
“udahh…mana?”
“nih…” agung memberikan kunci sepeda motor
“ya udahh sekarang keluar dari kamar lah…”

Keduanya keluar dari kamar..
Pak sujar tertawa terkekeh melihat kelakuan kedua orang dewasa yang penakut
“gung…ini sepeda di keluarkan dulu , letakkan di halaman sana!”
“ya pak”
Agung langsung mengambil kunci yang ada di telapak tanganku
Dan langsung memegang stang sepeda motor
Menuntunnya keluar pelan
Kami semua mengikuti
Dan…tiba-tiba dia berhenti
Tubuhnya kembali bergetar
“hwoiiiiii…. Ini …..iniii …kan telapak tangan yang tadi…?? Lho kok masih disini?” agung berteriak keras ketakutan
“hahahahahahaha…”kami semua tertawa terbahak
Dasar si agung penakut….


Malam semakin larut…
Entahlah aku susah untuk tidur
Berkali-kali kupejamkan mata, tetap saja susah tidur
Suasana sepi…
Kunaikkan selimut sampai sebatas leher
Tetap nggak bisa tidur
Kututup sampai muka…
Tetap nggak bisa tidur…
Bayangan kuburan dengan beringin besar yang gelap terus menghantuiku
Di kamar sebelah kudengar suara dengkuran keras agung dan mas yoga saling bersautan
Hmmm…nyaman banget jadi mereka…
Bisa tidur pulas..
Beda dengan keadaanku saat ini
Merana..
Dan baru kusadari…susah tidur ternyata merana

Aku sekali lagi menggeliat…
Ini gerakan menggeliatku yang kesekian kali..
Tapi tetap saja aku susah tidur

Ohhh..hari yang melelahkan
Berkali-kali aku menemui hal-hal yang misterius
Mungkin inilah yang menyebabkan aku susah tidur..
Atau…mungkin karena besok aku harus sudah meninggalkan tempat indah ini

Tadi malam setelah membersihkan sepeda motor aku berkemas
Mengemas semua pakaian yang akan kubawa pulang
Agung ikut membantu
Dia tidak mau pulang
Harus tidur disini..katanya
Dan kubilang ke mas yoga..”mas kalau besok aku di semarang, biar agung yang nempatin kamarku ya?’
Mas yoga setuju saja, bahkan senang dengan keberadaan agung yang menemaninya
Agung akan bekerja di proyek
Membantu mas yoga
Hmmm…aku lega lah…

Sudah pukul 1.20 dini hari
Woiiii…ini larut malam….
Napa aku susah tidur?

Dan tiba-tiba…
Suara dering hp ku berdering menggema…
Hahhh…ini kan dini hari…?
Siapa sih yang nelpon aku malam-malam?

Hpku terus berdering
Dan pelan aku bangkit
Kuambil hp
Dan kulihat…
Sebuah nomor asing tak kukenal
Hp terus berdering…

Ragu…
Benar-benar ragu untuk mengangkat
Iseng sekali dini hari gini nelepon
Akhh…siapa tau ini penting…

Kuangkat juga akhirnya
“halloooo…”suaraku serak pelan
Kutunggu…
Tak ada jawaban dari sana
Hanya suara kemeresek ….berisik….

“halloooo…”kupanggil lagi
Kutunggu lagi…tak ada jawaban
Tapi kudengar nafas seseorang…
Yahhh..nafas….berarti memang ada orang mempermainkan aku…

“hallooo….” Kupanggil lagi
Uhhh…sabarrrrr…
Aku benar-benar nggak suka dipermainkan kayak gini
Dini hari gini di telepon orang misterius

Dan…suaranya akhirnya muncul juga
“hallooo…yankkk…”
Suara serak besar…
Berat…
Dan aku sepertinya sudah mengenal suara ini
Yahh…sudah kukenal
Suara orang yang begitu dalam mengisi hidupku
“pa kabar yankk…?’
Dia bersuara lagi
Kali ini begitu jelas suaranya
Dan ketika anganku telah tersadar
Tak kuasa air mataku menggenang
Memenuhi rongga kelopak mataku
Tak lagi dapat kubendung……

Tak tahulah..
Mungkin tiga bulan tanpa kabar…tanpa suaranya, dan ketika mendengar suaranya membuatku hanyut
Air mataku membuncah..
Aku terisak
Tak mampu lagi untuk sekedar berucap sepatah katapun
Rasanya seperti..ombak besar yang tiba-tiba menerjang
Kaget..
Tapi penuh dengan kebahagiaan yang sulit untuk di lukiskan

“yank..kamu nangis ya?” bisiknya
Ohh..dia tau aku nangis
“nggak kok..”
“hmm pasti kangen sama aku ya? Sampe nangis gitu”
“nggak lah..ge-er”
“hehehehehe…kangen nih..”
“uhh”
“kok Cuma uhh”
“boong”
“lhoo”
“ahh”
“kok Cuma ahh”
“uhhh”
“kangeeennn” dia merengek
Bikin gemes
Pengin nyubit pipinya
Akhh…andai dekat
Sayangnya dia jauhh..di batam sana

“yank…” dia berbisik lagi
Dari seluruh temanku Cuma hendra yang panggil aku yank
Aku tersenyum
Jadi ingat masa-masa lalu

“kok diem?”
“kaget saja..”
“napa?”
“nggak pa pa”
“kamu kok lain sekarang?” nadanya agak meninggi
“lain? Lain apanya?”
“sekarang kok irit bicara?”
“hehehehe..la iyalah…jam satu pagi nerima telepon, syock, kaget lah”
“kamu kangen nggak ma aku?”
“hehehehe…nggak penting”
“halahh..ngaku aja yank..”
“banget hahahaha”

Dia terdiam
Cukup lama
Aku menunggu suaranya..
Tapi nggak muncul juga
“halloooooo…”
Masih diem
“haloooo..napa?”
“lagi pingsan” jawabnya
“hahahahaha kirain kabur’

“udah ya…besok kusambung lagi, sini deket sini, kucium…’
“uhhh..”
“sejak tadi kok Cuma jawabnya uhh?”
“kamu tuh..jam satu pagi nelpon Cuma mo bilang kangen ya?’
“iya”
“trus kemaren nggak kangen?”
“nggak lah hahahaha”
“ndra..kapan pulang?”
“nggak tau, mungkin lima tahun lagi”
“seriuusss…”
“dalam waktu dekat lah”
“hmm…ku tunggu”
“met tidur lagi yank, eh kamu sekarang di mana?”
“di rumah”
“semarang?”
“iya”
“kok ada suara jangkrik atau pa tuh”
“hmmm..besok deh kalo ketemu aku cerita”
“brarti tidak di semarang ya?”
“hmm iya heheehhe”
“di mana?”
“jauhh..besok lagi kucerita deh”
“selingkuh ya?”
“iya hahahahha”
“anak manis yang jujur, sini kupeluk”
“uhh..bisanya Cuma ngomong doang’
“awas lho kalo ketemu besok…aku..”
“hayooo mo diapain aku?”
“kuperkosa aja deh”
“dasar polisi bejad”
“biarin..udah ahh..kamu tidur lagi aja, besok pagi ketemu lagi”
‘hmmm..makasih ndraa..lov u..”
“lov u too”
Telepon di tutup
Aku menarik nafas panjang

Kembali aku rebahkan tubuh ini
Kenangan bersama hendra muncul lagi
Di kebatam dalam rangka ‘menyelamatkan ‘ aku
Sebuah pengorbanan yang luar biasa
Dan aku paham..tiga bulan dia tidak menelpon..
Aku paham..dia tidak menelponku karena alasan keamanan
Dalam hati menyesal juga…
Disaat hendra sedang bertugas disana …aku begitu asyik memberikan hatiku pada banyak lelaki
Masih ingat apa ya dikatakan hendra waktu itu
“jii..dimanapun kamu berada…kamu akan selalu menebar kasih dan sayangmu.. pada banyak orang”
Hmmm…
Kupeluk bantal
Kubayangkan in hendra
Dan hatiku tiba-tiba nyaman
Hingga mataku terlelap tanpa sadar

Hmm..aku menggeliat..
Perasaan…… ini sudah siang..
Nggak tau lah jam berapa
Dari pendengaranku..kudengar suara-suara di luar
Suara bu sujar..pak sujar..agung..mas yoga
Sepertinya mereka masih menceritakan kejadian semalam

Tiba-tiba kurasakan sebiah sentuhan tangan di dahiku
Akan kubuka mata…tapi susah
Jari-jarinya menyibak rambutku
Mengelusnya pelan
Mengusap dahiku
Hmm..nyaman
Rasa kantuk membuatku susah membuka mata

Jari-jarinya merambat dipipiku
Hangat..
Bermain disana
Mengusap…
Nyaman…aku tak ingin membuka mata
Kubiarkan jari-jarinya yang hangat menyentuhku
Dan…
Kurasakan bibir hangat di dahiku
Aku menggelinjang kaget
Kubuka mata seketika

Dalam buram dapat kulihat
Wajahnya…
Senyumnya
Dan suaranya pelan…
“yank…udah bangun ya’
Selanjutnya bibirnya mengecup pipiku
Kali ini mataku terbuka lebar
Hidungku mencium baunya…
Bau badannya yang terus melekat dalam memori otakku
Dan aku tak kan percaya
Ini pasti mimpi
Mimpi di datangi hendra
Karena dia menelponku semalam

Diambilnya telapak tanganku
Dipegangnya erat
Di kecup pelan

Akhh..aku tak ingin ini hanya mimpi
Aku ingin ini nyata
Bibirnya yang hangat terus berada di punggung telapak tanganku
Membuat hatiku semakin nyaman…

Tiba-tiba kurasakan hembusan nafasnya disisi telingaku
Hangat menyapu
Membuatku nyamnan
Dan kurasakan sentuhan rambut kumis dan jenggotnya yang keras di leherku
Hmmmmm….
Aku tetap terpejam..
Aku tak ingin membuka mataku
Aku tak ingin mengakhiri mimpi ini…
Aku ingin terus…bersama hendraku..walau aku yakin ini hanya dalam mimpi semata

Tiba-tiba kurasakan…
Jilatan lidah di belakang telingaku…
Jilatan khas hendra…
merinding seluruh bulu kudukku…

“yank…banguuunnn…” dia berbisik serak
Aku Cuma sedikit bergerak…
Aku tak ingin bangun
Aku tak ingin mengakhiri mimpi ini

Tiba-tiba kurasakan tubuhnya
Seperti setengah meindih tubuhku
Lengannya yang kekar memelukku erat
Sangat erat
Lidahnya terus menyusuri leherku
Dan mengecup pipiku
Tangankupun bergerak
Menyusuri lengan yang kokoh
Akhh…mirip lengannya agung…
Kokoh keras…Cuma ini berbulu
Nafasnya terus menderu
Menyapu setiap bagian di leherku
Dan aku seperti sesak nafas dalam himpitan tubuhnya

Aku baru tersadar sekarang…
Ini nyata…
Semua yang kusentuh nyata
Ini bukan mimpi…
Ini nyata
Ini nyata
Ada tubuh hendra menghimpit tubuhku
Seketika mataku terbuka

“Akhhh…” aku berusaha mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku
Kedua tanganku berada disisi tubuhnya

Dan…dia bangkit…
Menampilkan wajahnya …
Wajah paling sempurna sedunia
Bibirnya tersenyum..
Senyum khas yang selalu memenuhi memori otakku
Kuraba pipinya
Berjerawat kecil-kecil kasar..
Tapi tetap cakep..
Diambil telapak tanganku
Di genggamnya erat
“yankk…”

Aku Cuma diam
Rasanya amat sangat mustahil
Sekarang hendra di kamar ini
Mustahil…
Ini pasti tidak nyata
Ini pasti mimpi

Kutampar pipinya keras
Dia menjerit
“ouwww….jii, payah kamu, pacarnya datang malah di tampar…”
“hahhh…kamu beneran?”
“emang menurut kamu apa?”
“beneran?” aku masih tak percaya
“hehehehehe…ia beneran lah”
“ndra…”

Aku bangkit
Kupeluk tubuhnya
Kupeluk erat…
Sangat sangat erat..
“ndra kamu-kamu kok bisa disini?”
“hmmm…Cuma disini, andai kamu di pelosok sumatera sana , pastilah aku bisa menemukanmu”
Kucubit punggungnya
“auww…sejak tadi kamu melakukan kekasaran padaku, napa?”
“hmmm..kangennn…”suaraku manja
Kalau dengan hendra…sangat banyak perbedaanku…
Aku menjadi sangat manja
Mungkin karena hendra terkesan begitu bertanggung jawab dan melindungiku

Kukecup pipinya
Dia sedikit menggelinjang
“jii…”
“hmmm..”
“nafasmu bauu jii”
Kucubit sekali lagi punggungnya
“auww…”
“biarin bau…”
“udah ahh…aku sesak nafas”
“biarinnnn…”
Terus kupeluk tubuhnya
Dan tak terasa air mataku kembali meleleh


“napa?’ hendra mengerling sambil senyum
Aku tersadar..sejak tadi mataku tak berkedip mengamatinya
Hmmm..secara fisik tidak nampak perubahan yang berarti
Cuma…
Sekarang kulitnya tambah hitam
Wajahnya tak sehalus dulu
Banyak bintik jerawat kecil-kecil
Dia sekarang juga berkumis tipis
Ada jenggot tipis juga
Tapi…apapun juga
Hendra tetaplah cakep…

“nggak pa-pa…Cuma …hmmm…kamu sekarang tambah jelek”
“jelek? “
“iya” aku tersenyum
“kok ngomongnya jelek kayak nggak serius gitu?..beneran nih aku tambah jelek? Hahh benerannn?” wajahnya mendekatiku dengan mata melotot jenaka
“hehehehe..iyaaaa..jelek banget”
“biarin deh, entar aku akan cari orang yang mau ama orang jelek”
“aku mau kok ama orang jelek”
“beneran?”
Aku mengangguk tersenyum
“tuh di luar ada yang cakep”
“siapa?” aku kaget
“nggak tahu..cakep…katanya pak tuan rumah ini, seharian kemaren malah kamu maennya ama dia”
“ohhh…agung itu ya?’
Hendra mengangguk
“cakep ya?”
“iya”
“hmmm..kamu suka ama dia ya jii?”
“iya…suka banget, hehehehe” jawabku sekenanya
“uhhh..bener to, kamu selingkuh…”
“biarin,”
Hendra pura-pura memasang muka sewot
Kucubit pipinya…

Tiba-tiba dia menubrukku
Memilin tubuhku
“aku mau ngukum orang nggak setia…”
‘hahahahha…”
Aku menggeliat
Menjerit
Ketika jari-jarinya menggelitik perutku

Dan tiba-tiba pintu di ketuk
Seketika aktifitas kami terhenti
Tubuh hendra masih menindih tubuhku
Dia mengedipkan mata jenaka sambil tersenyum

Kudengar suara putri..
“masss…. Ditunggu sarapan mas…bareng-bareng”
Dan serempak kami menjawab..
“iyaaaaa….”
Sekali lagi hendra mengerlingkan mata sambil tersenyum
Ini pagi terindah sepanjang hidupku
Tak dapat kugambarkan lagi kebahagiaanku bertemu hendra pagi ini
Akhirnya selesai sudah aku berkemas
Aku pulang diantar hendra…bukan diantar tapi di jemput sebenarnya
Sebenarnya hendra datang tidak ada maksud untuk menjemputku pulang
Kebetulan saja waktunya pas…

tadi hendra sempat cerita..
Dia tiba di semarang pukul 11 malam
Dan bermaksud memberi surprise datang tiba-tiba ke kontrakanku
Ternyata kosong
Dia langsung menelpon pak danar
Dan dari pak danarlah dia tau alamatku sekarang

Jam dua pagi dia berangkat ke sini
Dan tiba disini sekitar jam lima pagi

Aku masih tidur pulas waktu dia datang
Dan waktu itulah yang digunakan hendra untuk saling mengenal dengan agung, mas yoga dan keluarga pak sujar
Dia mengaku sebagai saudaraku…
Hmmm…biarlah…mungkin agar tidak timbul kecurigaan hubunganku dengannya

Kuambil nafas panjang
Aku duduk disisi ranjang
Jam 8 pagi…
Rasanya berat untuk meninggalkan desa ini
Tujuh hari disini begitu banyak kenangan

Sepi…
Hendra kudengar sedang bergurau dengan mas yoga di halaman dan beberapa tetangga
Kelihatannya membicarakan mobil…mobil hendra
Memang dia datang dengan membawa mobil

Saat ini memang tinggal berangkat saja
Sudah mandi pagi..
Sarapan…
Dan tinggal berangkat
Tapi..entahlah…
Terasa begitu berat untuk meninggalkan desa ini

Aku mendongak kaget
Pintu kamar terbuka
Ada sosok agung muncul
Wajahnya menyiratkan kesedihan
Aku paham apa yang dirasakan agung saat ini
Dia baru saja mendapat teman, dalam arti yang sesungguhnya
Dan sekarang harus pergi meninggalkannya

“jii…yakin mau kembali ke semarang sekarang?’ tanyanya
Dia duduk pelan disampingku
Aku mengangguk sambil senyum
“gung, pekerjaanku memang nggak disini kok, tapi di semarang gung”
“hmmm..apa kita akan ketemu lagi jii?’
“mungkin”
“datanglah kesini kapan-kapan kalau libur ya…”
“so pasti lah gung”
Kutepuk pundaknya sambil tersenyum

Agung menunduk
Akhh…aku jadi tambah berat untuk meninggalkan desa ini
Meninggalkan agung , teguh, sumargi, mas yoga dan keluarganya pak sujar

“kamu beneran dianter saudaramu itu?”
“iya”
“nggak jadi kuanter berarti”
“maaf ya…mungkin kapan-kapan kamu kan bisa ke semarang gung, deket kok….”
“ya” jawabnya singkat

Aku paham…
Agung kecewa tidak dapat mengantarku

Pelan aku bangkit
Menuju meja
Dan kubuka laci meja
Kuambil sebuah amplop panjang yang berisi honornya agung
Honor dia berkerja membantuku

“gung…ini honormu…” kuserahkan amplop ke dia
Dia menoleh kaget
Menyorongkannya kembali tanganku
“aku nggak butuh uang ini lagi, pakai kamu saja ji, dulu aku kerja hanya untuk membuktikan bahwa aku bisa serius dalam hidup, sekarang semua tak ada artinya lagi”
“nggak gung, aku kalau masalah uang selalu profesional, sesuai perjanjian…ini tetap hak kamu”
“akhhh..nggak akhh…apalagi kalau ingat dengan apa yang kulakukan terhadapmu kemaren malam”

Aku tersenyum
“gung…lupakan semua gung, kamu harus bisa membedakan urusan pribadi dan pekerjaan”
“nggak ahhh…”
“gung, paling tidak, walau ini uang sedikit, bisa untuk hidup kamu”

Agung kembali tertunduk
Kulipat amplop menjadi lebih kecil
Dan pelan kumasukkan ke dalam saku celananya
Agung hanya diam…

Tiba-tiba diraihnya telapak tanganku
“jii, makasih ya, Cuma kamu yang begitu pengetian terhadapku, maafkan aku ya…terutama dengan perbuatanku kemaren malam..maaf jii”

Dan tiba-tiba agung meraih tubuhku
Memelukku begitu erat…
Dan…
Kedengar pelan isak tangisnya
“jii…sesedih apapun hidupku aku nggak pernah mengeluarkan air mata, tapi aku tak tau…kali ini aku menangis”
“ya…nggak pa pa gung”
Kutepuk punggungnya
Dia masih begitu erat memelukku

Dan pelan pintu kamar terbuka…..
Hendra berdiri dengan sorot mata penuh tanya di muka pintu
Dan aku hanya membiarkan saja tubuhku dalam pelukan agung…
“mas aji, ini oleh-oleh sekedarnya mas..”
Putri membawa kardus berisi oleh-oleh
Busujar dan pak sujar hanya tersenyum lebar
“akhh mas..bukan oleh-oleh kok, Cuma makanan nggunung mas”
Aku tersenyum tersipu..
“waduhh..pak, bu, kok jadi repot, pakai dibawain oleh-oleh segala” ujarku basa basi
“iya bu, uhh kalau aku pergi..aku nggak pernah diberi oleh-oleh, uhh” mas yoga menggoda
“hahahaha..iya neh, besok kalau pulang ku kasih oleh-oleh” pak sujar menimpali

Suasana pagi itu di halaman rumah pak sujar sungguh lain
Hampir semua orang berkumpul..
Agung, mas yoga, putri , pak dan bu sujar serta beberap tetangga yang datang hanya untuk mengucapkan selamat jalan
Mereka semua ramah dan menyelamiku
Mendoakanku semoga selamat selama dalam perjalanan
Sungguh aku terharu dengan suasana ini

Hanya agung yang tiba-tiba jadi begitu pendiam
Entahlah..langit mendung di atas seperti wajahnya agung saat ini
Dia berusaha banyak gerak untuk menghilangkan kesan murungnya
Aku paham…
Tapi bagaimana lagi perpisahan memang harus terjadi

Agung langsung mengambil kardus
Memasukkannya ke dalam mobil
Kembali lagi…
Mengambil tasku…
Memasukkannya ke mobil
Kembali lagi…
Mengambil ini itu
Dan aku paham…dia sebenarnya gelisah

Kuhampiri agung
Kutepuk pundaknya
“dah…pe ketemu ya gung…hmm…moga masalahmu beres ya, ingat janjimu gung”
“janji apa?”
“janji mau hubungi keluargamu di lampung”
“okhhh…oke” dia garuk-garuk kepala

Kusalami dia sekali lagi
Kutepuk lengan kekarnya
Sekali lagi…dengan cepat dia ambil tubuhku
Dipeluknya cepat dan erat
Di tepuk-tepuk punggungku

Hendra yang sudah di dalam mobil sempat melihatku
Dia sejak tadi sudah pamitan…
Sepertinya dia sudah tidak sabar membawaku keluar dari sini

Selanjutnya kusalami satu persatu
Semua kusalami termasuk anak kecil
Aku pamit…
Akhirnya kutinggalkan juga negeri indah ini
Pelan aku membuka pintu mobil
Dan kutepuk pundak hendra
Suara mobil menderu…
Tiba-tiba kudengar….
“mas-mas… tunggu…”
Aku menoleh
Kulihat seorang remaja berlari-lari
Mebawa tas plastik hitam
Aku tersenyum
Margi berlari kearahku

Hendra menghentikan mobilnya
“siapa lagi ji? Penggemar ya?”
“hehehehe tau aja ndra”
“hmmm..kamu tuh makin banya penggemar saja”

Akhirnya kubuka kaca mobil
Sumargi sampai juga di dekatku..
Nafasnya ngos-ngosan karena berlari

“mas –mas aji pulang sekarang ya?”
“iya..gik…sampai ketemu lagi ya…”
“ya mas..selamat jalan ya mas, oh ya mas, ini ada oleh-oleh dari ibu mas” dia menyodorkan tas plastik hitam
“wahhh…makasih gik, waduh jadi ngerepotin”
“hehehe..nggak seberapa kok mas, harusnya saya yang bilang makasih mas”
“sama-sama gik, oh ya, kemaren aku sudah bilang ke pak yoga, kamu bisa langsung hubungi dia”
“ohhh..sekali lagi makasih mas”

Akhirnya mobil hendra pelan meninggalkan halaman rumah pak sujar
Aku terus melambaikan tangan sampai semua tak terlihat

Mobil menembus kabut tipis
Entahlah…
Pagi ini mendung ..kabut..begitu tebal..serta disertai gerimis
Aku tertunduk..
Rasanya begitu berat meninggalkan semua ini
Disaat aku mulai jatuh cinta pada alam ini
Kabut bergulung-gulung
Menerpa mobil…
Pandangan menjadi begitu samarnya
Akhh…tidak biasanya pagi-pagi gini kabut seperti ini
Tapi cuaca di daerah sini memang tidak menentu
Dan kulihat bintik-bintik air di kaca mobil
Hmmm gerimis di pagi hari
Dingin…
Aku menaikkan krah jaketku sekedar mengusir hawa dingin yang merasuk

Hendra mengendarai mobil dengan sedemikian pelannya
Sesekali aku menoleh
Mengamati wajahnya takkan memuaskan hasratku
Hendra selalu cakep di lihat dari sudut manapun
Dalam keadaan bagaimanapun
Bahkan dalam diam seperti ini dia masih terlihat tampan luar biasa

Akhh..batam telah merubah banyak warna kulitnya…
Kulitnya sekarang jadi terlihat gelap
Rambutnyapun tak lagi cepak seperti dulu
Sekarang panjang…walau tak sepanjang rambut agung
Tapi apapun perubahan fisik hendra dia tetaplah hendra yang kukenal…
Tampan…
Tak ada yang berlebihan darinya
Semuanya pas..
Bentuk badannya
Tinggi badannya
Wajahnya
Hidungnya
Bibirnya..
Semua pas…tidak berlebihan
Hendra tetaplah hendra yang selalu mempesonaku…

Hendra menoleh sesaat…
Dia tersenyum amat sangat manisnya
Di luar gerimis mulai deras
“napa jii..?” dia kembali fokus pandangan ke arah jalan
Aku kaget sesaat
Tersadar, sejak tadi aku mengamatinya
‘nggak pa pa…ati-ati saja ndra jalanan berkabut”
“maksudku…napa sejak tadi kamu memandangku seperti itu?”
“nggak pa pa” ujarku ketus
Kurasa hendra mulai kumat ge-er nya
Dia tersenyum sinis
“hmm..kayaknya kamu makin terpesona denganku ya?”
“hrrrrrrrrr…”
Aku pura-pura menggerutkkan gigi…tanda geram..
“hahahahhahha….” Dia tertawa terbahak
Uhhh..

“jii..”
“ya”
“alam sini selalu gini ya?”
“nggak mesti lah, kadang berkabut gini, kadang cerah”
“tumben…”
“tumben apaan?”
“tumben fisikmu kuat…biasanya kalau dalam cuaca yang berubah pastilah kamu masuk angin”
Aku tersenyum
Yah…heran saja selama tujuh hari dalam cuaca yang super dingin gini aku tak masuk angin
Ohh..hendra masih begitu mengenal fisikku
Berkali-kali aku di rawat dia saat masuk angin hanya gara-gara kehujanan
Sekarang kok aku sehat…
Heran juga..

Hendra menoleh
“kok diam?”
“kamu tuh aneh, pacarnya sehat malah bilang heran”
“bukan gitu, aku kan tanya, napa sih dalam cuaca dingin gini kamu nggak masuk angin, gitu lho”
“ohhh…ya nggak tau”
“mungkin disini…hmm…ada yang selalu menghangatkan kamu ya?”

Aku tersenyum
Hendra cemburu..
Aku paham sejak tadi dia sedemikian cemburunya pada agung yang pagi ini sudah dua kali memelukku

Yahh..memang perbuatanku selama ini tak pantas
Tak menunjukkan kesetiaan
Tapi aku tak paham dengan hubungan sejenis…
Adakah kesetiaan dalam sebuah hubungan sejenis?
Uhhh…mungkin aku memang selalu berlebihan
Selalu menyayangi seseorang dengan sedemikian berlebihan
Sampai begitu intim
Dan…
Aku juga paling susah membedakan antara cinta..persahabatan..dan nafsu
Semua selalu kucampur jadi Satu hingga susah untuk mengatakan aku ini setia

“iyaa…” ujarku lirih
“bener to?”
“iya..” jawabku tak konsen
“dengan agung ya?” kali ini nadanya seperti mengguman
Hendra benar-benar cemburu dengan agung
Mungkin karena fisik agung…
“hah?” aku baru tersadar
“bener to?”
“hehehehe..kamu cemburu ya ndra..”
“nggak lah..buat apa aku cemburu…”
“yeeee…ayooo ngaku…cemburu pada agung to?”
“nggak!”
“syukurlah kalau tidak cemburu”
“kok malah bersyukur sih?”
“iya lah…soale disaat beberapa bulan aku tak ada kabar dari pacarku, ada kehangatan baru mengisi relunggggg…hatiiiii kuuuuuuu…hahahahaha”
Aku menggodanya

Tiba-tiba mobilnya berhenti…
Aku kaget
Hendra melotot
Menoleh kearahku
Aku sadar…ternyata dia serius

“kok..berhenti?”
Di luar hujan sedemikian deras
Berkabut…
Kami berhenti di tempat yang tidak kukenal

Tiba-tiba hendra menarik tubuhku
Tubuhku langsung lenyap dalam pelukannya
“jii…aku …aku tidak menghubungimu karena tugas…bukan karena aku melupakanmu, kamu tahu selama ini bathinku selalu tersiksa…sangat-sangat tersiksa jauh darimu jii”
“ya ndra…aku tahuu..aku tahuu kok, udahh..aku tadi canda saja” ku tepuk bahunya dalam pelukan

Hendra melepaskan pelukannya
Kedua tangannya tetap di bahuku
“nggak tahulah..aku merasa …agung jatuh cinta sama kamu”
“akhhh…biasalah..entar aku cerita lah siapa agung sesungguhnya”
“nggak perlu!”
“halaahhh…perlu lah dari pada tiap hari kamu cemburu terus sama dia..”
“dia memang pantas di cemburui sih”
“napa?”
“secara fisik…agung lebih dari segalanya dari aku”
“hahahahah…nggak lah..kamu tetep yang paling tampan kok”
Kuusap pipinya
Dia tersenyum
“swear” aku menegaskan lagi
Aku juga tersenyum
“hehehehehe…aku tau ji siapa kamu, kamu bilang gini agar aku nggak sakit hati to?”
“benerrrr…sweeeeeerrr, bagiku kamu tuh tampan banget lah…nggak ada tandingan”
“hahahahha…dasar!”
“benerrrr…kamu tuh nggak percaya, agung tuh memang ngganteng sih, Cuma secara fisik dia terlalu tinggi, hidungnya terlalu mancung, badannya terlalu kekar dan aku tak suka sorot matanya…sorot matanya tak menentramkan jiwa, beda lah denganmu…”

Hendra kembali duduk menghadap ke depan
Aku menarik nafas panjang
Entahlah…aku merasa begitu berdosa..bermain-main dengan kesetiaan
“lagian..untuk apa sih kita ngomongin fisik…iya kan? Bukan saatnya lagi kita bicara membanding-bandingkan fisik seseorang” ujarku mengguman
“iya juga…ini juga salahku juga , aku tak pernah hubungi kamu”
“mungkin..”
“makanya introspeksi diri jauh lebih penting”

“iya..kalau bicara masalah cemburu…aku juga punya hak cemburu lah, kamu di batam tanpa kabar…disana aku tahu…gudangnya cowok tampan sedunia…dekat singapor, kalau mau…kamu tinggal pilih saja, karena wajahmu pasti sangat mempesonakan banyak orang disana..” aku mengguman lirih

“iya…tapi kayaknya lebih nggantengan agung…”
“uhhhh..kamu tuh bicarain agung mulu, lagian dia tuh sudah punya anak istri mosok kamu cemburui?”
“hah?”
“iya…baru tahu ya? Agung tuh dah punya anak istri”
“kok tinggal di sana?”
“nanti aku cerita..makanya”
“ohh…ya udah kalo gitu aku tenang sekarang”
“nahh gitu dong…walau..sempat juga sih..raba-raba dia hehehehe, soale dia gantenggg hehehe” aku kembali menggoda
Hendra melirikku
Dia paham aku Cuma godain dia
Dia tersenyum
“hmmm..nggak pa pa lah…Cuma raba-raba doang kan?”
“nggak juga sih, sempat pegang-pegang juga”
“pegang apanya?” hendra kali ini mengerling

Kudekatkan wajahku disisi wajahnya..
Kubisikkan di telinganya
“pegang kontolnya..hmm..kontole gedeeee banget ndra…”
Hendra menoleh sambil tertawa lebar
“dasaaaaaa….rrrr….”
Dia langsung merengkuh wajahku
Melumat bibirku
“nakal ya…ini hukuman buat yang nakalll”
Kembali dia melumat bibirku dengan kasarnya
Aku sampai sesak nafas..
‘ndraaaa…udaaahhh…ini kan di jalannn…”
“biarin…”
Dia terus melumat bibirku
Dan akhirnya melepaskan diri dengan nafas terengah-engah

“beneran kamu pegang kontolnya?”
“bener” ujarku lirih
“Cuma pegang?”
“iya…”
“saat apa? Kok bisa megangin”
“saat mandi bareng”
“hahh…mandi bareng…kurang ajaarr kamu ya……nakalll”
Dia kembali memelukku kuat seolah meremukkan tubuhku
Aku Cuma tertawa terkekeh
“kok malah tertawa?...awas ya…nanti kuhukum lebih kejam lagi…awaasss…”
Di kecupnya pipiku
Di gigitnya leherku
“udahhhh…”
“hahahahha..gemes banget sama kamu jii”
“dah..jalan lagi…’

Dan pelan mobil berjalan lagi
Menembus kabut
Sesaat kami terdiam

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara klakson sepeda motor bertubi-tubi
Seolah memberi tanda
Kami melihat spion
Benar…
Ada sepeda motor dengan sinar nyala lampu mendekati mobil
Dia terus membunyikan klaksonnya
Sejenak wajah kami tegang
Hatiku juga berdebar
Kuharap ini bukan perampok jalanan
Hendra memelankan mobil
Akhhh…aku lupa, hendra kan polisi…jadi tenang sajalah
Dia pasti santai saja kalau Cuma menghadapi orang jahat di desa seperti ini

“aapa lagi ini?” gerutu hendra emosi
“hati-hati ndra!”
“oke…jii kamu tenang saja,”
Hendra membuka loker
Terlihat pistol di sana
Aku ngeri…

Dan mobil berhenti dengan nyala terang
Sepeda motor melesat dan langsung berhenti menyilag di depan mobil
Sesosok tubuh kecil turun dari sepeda motor
“lho kok anak kecil?” hendra melotot

Akupun melotot tak percaya dengan apa yang aku lihat
Hujan sedemikian deras
Dalam remang kabut, dengan pancaran lampu mobil dapatlah terlihat…….
Tubuh ramping seorang remaja
Putih
Pucat
Bibirnya merah oleh air hujan
Tubuhnya basah kuyup
Dengan tangan merentang lebar mencegat mobil kami
Dan aku kenal siapa dia

“ji siapa anak ini jii?”
aku langsung membuka pintu mobil
“teguh ndraa…”
Aku langsung melesat keluar
Tak peduli lagi dengan hujan yang menyiram deras tubuhku
Aku berlari menghampiri tubuh teguh yang berdiri di tengah sorotan lampu mobil
sempat kudengar hendra berteriak “jii pakai payungg…”
aku tak memperdulikan lagi
teguhpun menyambutku
dia berlari kearahku

dalam sinar lampu mobil..aku dan teguh berpelukan erat
sempat terdengar..teguh terisak menangis
menangis keras…
kurasakan wajahnya bergetar hebat akibat tangisannya di dadaku
“mas ajii…mas aji pulang sekarang?”
“iya guh”
‘kok aku nggak tahu..”
“nggak pa pa guh”
Dia masih menangis
“maafkan aku mas..”
“nggak pa pa guh, sama-sama, maafkan aku juga guh”

Kuusap rambut basahnya
Kami masih berpelukan

Dan pelan kulepaskan pelukannya
“guh..ayo ikut ke semarang, besok kuantar lagi kesini”
Teguh menggeleng lemah

Dalam hujan kulihat wajahnya pucat pasi
Mungkin karena kedinginan akibat hujan
“guhh…”
“iya mas”
“kamu kok ujan-ujanan gini? Entar sakit lho”
“nggak pa-pa…maaf mas…aku nggak sempat nganter mas aji, baru saja datang”
“ohh..nggak pa pa lah guh”
Kulihat teguh tersenyum

“guh..ya udah, kamu kembali saja ya?, makasih ya guh…selama ini kamu dah nemenin aku, maafkan aku ya..selama ini aku sering menyakiti kamu”
“nggak apa-apa mas, sama-sama”
Dia menyerahkan sapu tangan..
“mas ini untuk kenang-kenangan dariku”
Aku menerima sapu tangan basah dari tangannya
Aku terharu..
“makasih guh”
Ini mirip dalam film-film..
Sapu tangan jadi tanda mata

Teguh kembali memelukku
Tubuh kami basah kuyup oleh guyuran hujan
Dan aku lepaskan kembali pelukannya

“udah guh…nanti kamu sakit, kamu pulang saja guh” kutepuk pundaknya
Dan pelan teguh menuju sepeda motornya
Membunyikan mesinnya sambil berkata keras..”assalamualaikum mas..”
“Walaikum salammmm” aku berteriak

Sepeda motor teguh kembali
Dan aku melangkah gontai menuju mobil
Kembali rasa bersalahku berkecamuk

“siapa itu remaja cantik itu ji?” hendra bertanya setelah aku duduk di mobil
Aku menoleh sambil senyum mendengar hendra menyebut remaja cantik
Teguh memang ‘cantik’

Tubuhku basah kuyup
Kuseka dengan lenganku
“teguh ndra..”
“siapa teguh?”
“hmm..dia yang menemaniku, waktu mas yoga ke batang beberapa hari”
“apa? Menemanimu?”
“iya”
“tidur sekamar?”
“iya”
Aku menoleh
“kamu apain saja dia?”
“ya macem-macem lah”
“maksudmu?’
“kucium..kupeluk hmmm..macem-macem lah” jawabku mengeling ke arah hendra

Hendra langsung menubrukku
Dia memelukku begitu eratnya
“kali ini aku percaya…soale dia cantik banget, pasti dah kamu apa-apain ya kan?”
“hahahahaha…” aku tertawa
“dasar …selingkuh ya kamu….”
Hendra memilinku
“sakit ndraaa…”
“biarin rasain hukumankuuu”

Kali ini hendra tidak menciumku
Tapi menggigit keras leherku
“draaaaa…jangan di gigit, nanti ada bekasnyaaa…”
Pelan kuusap dada telanjangnya..
Kupermainkan puting kecoklatannya
Dan kutempelkan segenap wajahku di dadanya
Kurasakan degub jantungnya
Nafasnya…menimbulkan gelombang pelan di dadanya
Mengayun-ayunkan wajahku yang tetap menempel di dadanya
Kurasakan jari-jarinya menyisir pelan rambutku
Penuh rasa sayang…
Aku begitu nyaman…

Kuusap bintik-bintik keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya
Udara begitu panas
Tubuh telanjang kami begitu basah oleh keringat
Ini di semarang…
Udara telah berganti seratus delapan puluh derajat di banding di lereng prau yang berkabut
Panas…
Tapi mungkin kebersamaan inilah yang mmnyebabkan aku tak peduli lagi dengan udara panas dan keringat yang membanjir…

Tadi aku bercinta dengan begitu dasyatnya dengan hendra
Baru saja nyampai rumah…
Hendra langsung mengunci pintu
Tak sabar menumpahkan segenap kerinduan
Demikian pula diriku
Rasa rindu yang menumpuk…membuncah menjadi gelora yang sulit untuk di lukiskan
Dan ketika semua usai tinggal kemesraan yang tersisa

Kami masih berbaring dengan masih berpelukan
Tak peduli lagi dengan tubuh telanjang tanpa sehelai benangpun
Hmmm…hendra sekarang tambah gemuk..
Perutnya sedikit kendur
Walau tidak bisa dikatakan dalam kategori gendut
Kulitnya coklat tua
Udara panas di batam lah yang mungkin menyebabkan kulitnya terbakar
Tapi tetaplah dia hendra yang dulu
Hendra dengan fisik yang sempurna…
Dan untuk hal inilah…perasaan cemburuku pada fisiknya tak pernah pudar

Tanganku terus meraba pelan…
Ke perutnya..
Mengusap pelan
Seolah tak habis dengan kekagumanku terhadap fisiknya
Dan…
Di tariknya wajahku
Di kecup dengan gerakan super pelan di keningku…lama…dan tak jua lepas bibirnya dari keningku
Kemudian dia kembali memelukku
Aku menyambutnya
Tubuh kami berhimpit…
Tanpa kata-kata..
Karena kami sadar, kata-kata tak cukup mengobati segenap kerinduan
Hanya nafas kami yang kembali menyatu dalam lumatan bibir pelan
Takkan puas…
Entah sampai kapan kemesraan ini akan berakhir

“ndraa…”
“hmmm..” dia melepaskan kecupannya
Kuusap bibir atasnya
Kuusap pelan kumis tipisnya
“sejak kapan kamu punya kumis?”
“hmmm…sebulanan mungkin, napa? Nggak suka?”
“suka”Jawabku singkat
“tambah jelek ya? Udah item di tambah kumis dan jenggot”
“iya”
Dia kembali memelukku sangat erat
“ya udah..besok ku cukur”
“nggak usah, aku suka kok”
“tapi kan jelek ji”
“nggak pa pa, aku suka dengan orang jelek kok”
“dasar hehehehehe”
Dia kembali melumat bibirku
Kali ini sepertinya dengan nafas gemasnya

“ndraa..”
“ya”
“kangen nggak ama aku?”
“nggak,”
“uuuhhh”
“maksudku sekarang nggak, kemaren kangen banget ma kamu”
“uhhh”
“jii, kemaren malam aku ketika mau pulang sampai nggak bisa tidur”
“hmmm…kumat kayaknya kamu”
“kumat apanya?”
“gombalnya hihihi”
“kangeeeennnn….”
Kembali dia memelukku

“jiii…”
“ya”
“hmmm…cerita dong”
“cerita apa?”
“cerita di lereng gunung itu”
“tadi di perjalanan kan udah”
“hehehehe..iya”
“uhhh kamu tuh…sepanjang perjalanan aku ngoceh cerita ternyata nggak di dengerin”
“hehehe…maklum, sepanjang jalan aku Cuma mikir satu hal”
“apaan”
“buru-buru pengin nyampe rumah, nggak sabar pengin bercinta dengan kamu”
“dasar!”
“hehehehe…tapi sekarang dah lega…akhirnya kesampean juga bercinta setelah sekian lama kutahan”
‘hehehehe…aku nggak percaya!”
“nggak percaya apaan?”
“nggak percaya kamu bisa bertahan”
“hahh…kamu kok nggak percaya sih, makanya dulu kan sempat mau kuajak ke batam, biar tau aktifitasku”
“iyaaaa…aku canda kok”
“uhhh…canda, kamu tuh diajak bicara serius malah canda”
‘emang ini serius ya?”
“ya iyalah, dalam sebuah pacaran, membicarakan kangen, cinta itu hal serius”
“hmmm…”

Kupejamkan mataku di dadanya
Nyaman sekali
“jii…di batam, awalnya aku sangat susah hidup tanpa kamu, tapi kemudian aku sadar…cinta tak harus terus bersama” hendra berkata pelan
“sama…terlebih aku ndra, sempat juga aku ragu akan kelanggengan cinta kita”
“yahhh…aku tak menghubungimu karena aku ingin selalu mengingat akan kamu, tapi apapun itu maafkan aku ya”
“sama-sama ndra”
“jii…ketika cinta telah bersemayam di hati, tak kan pernah hilang sampai kapanku, walau mungkin ketika nanti kita tak lagi bersama”
“tak lagi bersama?”
“iya”
“maksudmu…suatu saat kita akan berpisah?”
“iya lah…hmmm…aku tak tahu, apa mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi aku merasa sangat sulit bagi kita untuk selalu bersama jii, terlalu banyak rintangan”
“maafkan aku ndraaa…aku memang yang nggak setia”
“jii…bukan itu maksudku, maksudku aku merasa kita nggak mungkin terus bersama sampai tua”
“mungkin ……..tapi aku tetap akan berusaha ndra”
“makasih jii, kuharap kamu masih tetap mencintaiku, walau jarak kita sekarang sudah terlalu jauh”
“ya ndra”


Sesaat kami terdiam…
“kita sudah bukan anak-anak lagi ji, dan dalam memaknai sebuah arti cinta tak lagi hanya sekedar kepuasan nafsu semata, cinta tak harus terus bersama secara fisik, dan percayalah…walau aku jauh di batam sana…di sudut hatiku terdalam hanya ada kamu, aku…aku tak ingin jatuh cinta lagi jii”

Entahlah…
Kata-kata hendra bagai menohok hatiku
Selama ini akulah yang lebih sering bermain-main dengan cinta
Dan kenanganku bersama teguh dan agung kembali muncul
Tak terasa mataku berair
Bercampur antara haru mendengar perkataan hendra dan penyesalanku yang semakin menumpuk
to be continued...


0 comments:

Post a Comment