DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 15

Chapter 15
by Ajiseno



Perjalanan selanjutnya bagai menyusuri mimpi indah
Menjelajah
Menyusuri indahnya panorama mulai dari lereng sindoro dan sekarang di lembahnya
Dan lembahnya berupa dataran dengan kesuburan tanah yang luar biasa
Air mengalir si selokan…mengairi sawah-sawah
Padi dan palawija tumbuh dengan begitu suburnya
Mengalir tanpa henti
Bening…jernih…gemericik
Menggoda untuk segera mencuci muka
Membasahi wajah dengan air murni dari gunung sindoro

Tadi sebelum sampai di daerah sini, sempat mampir dulu di hutan wisata jumprit
Banyak kera nya, aku jadi takut
Takut hp atau dompetku di ambil
Padahal kulihat agung begitu bersemangat untuk menunjukkan tempat tersebut

Dan sepeda motor pelan
Terus menyusuri lembah
Melewati rumah-rumah penduduk
Dan gunung sindor yang cantik…akhirnya pelan kutinggalkan
Dan…dari daerah sini gungung sindoro jauh terlihat lebih cantik
Dasarnya tertutup awan putih dan puncaknya menyembul biru
Sangat-sangat indah

Tiba-tiba aku berteriak keras
Tanpa sadar….
“gung…berhenti!”
Dan secepat kilat agung berhenti
“ada apa?”

Tanpa komando aku melompat
Ini…ini…
Tiba-tiba aku merinding…
Aku merasa tidak asing dengan tempat ini
Yahhh…tidak asing lagi
Aku merasa sudah sering kesini
Ke tempat ini
Tempat yang luar biasa
Di sebuah lembah dengan panorama gunung sindoro yang cantik
Yahhh aku sering ke sini
Melalui mimpi-mimpiku

Aku alngsung turun
Ada selokan lebar
Dengan air bening mengalir deras
Dan dibelakangnya ada rumah sederhana
Rumah kecil berdiding papan
Berlantai tanah
Rumah sederhana dan biasa dengan panorama luar biasa
Disampingnya ada pohon nangka
Berbuah lebat hijau
Rumah ini terpisah dari perkampungan penduduk
Seperti rumah dalam sebuah lukisan
Rumah yang di kelilingi sawah yang hijau dan sebagian menguning

Aku melompati selokan
Kudekati rumah yang selama ini menghiasi mimpiku
Dan…entahlah aku merinding
Ini nyata
Ini bukan mimpi lagi
Kuraba dindingnya yang berdebu
Ini nyata…
Aku tersenyum lebar

“jiii…ada apa?” agung bingung
Dan sejak tadi agung mengikutiku bingung
“gung…aku sering sekali kesini, aku tak mengira hari ini aku bisa meraba rumah ini” bisikku
Agung tercekat bingung
“jiii…kamu…kamu…kenapa?”
Aku menoleh sambil tersenyum

“gung…”
“ya”
“kadang di dunia ini ada hal-hal yang bersifat misterius…yang tak bisa diukur dengan nalar”
“maksudmu?’

Aku mengambil nafas
Sejak tadi tanganku terus mengusap dinding papan berdebu
Dan dalam bathinku aku berteriak “ini nyataaaa…”

“gung…aku sering bermimpi…aku berada di rumah ini…”
“hahh..yang bener?”
“bener…sudah puluhan tahun…aku sering mimpi disini…aku sampai hafal betul”
“kamu pasti salah!”
“ohhh…baik, kalau kamu nggak percaya gung…mari”
Kuseret tangan agung berjalan kesamping rumah sambil mulutku nerocos
“gung…dibelakang rumah nanti ada kolam ikan bader, disamping kolam ada pohon jambu biji dan di serambi belakang ada bangku panjang..terus diatas kolam ada tanaman kangkung…”

Dan langkah kami terhenti
Mata agung langsung melotot tak percaya
Karena apa yang tadi kuucapkan benar adanya
Semuanya benar…
Ada kolam ikan beserta semua yang tadi kuucapkan
Dan aku semakin yakin…
Aku pernah kesini..
“jii kamu …kamu …indigo ya?”

Aku menoleh
Dan mengangguk pelan…
Pelan aku duduk di bangku panjang
Rumah ini seperti disetting untuk memandang pemandangan alam yang luar biasa
Bagian belakang menghadap ke barat
Dan…
Sejauh mata memandang…hamparan sawah berundak..menguning indah
Latar belakangnyapun sangan menakjubkan…
Deretan gunung-gunung yang berbaris rapi

“jii…kamu kok main duduk saja, kalau ada yang punya rumah gimana?”
“tenang gung, yang punya rumah ada di surabaya, rumah ini sudah di tinggal penghuninya selama tiga bulan kok”
“hahh!” agung kaget melotot

Aku sendiri kaget dengan apa yang tadi kuucapkan
Bukannya aku nggak kenal dengan yang punya rumah
Kututup mulutku
Tadi aku menjawab pertanyaan agung seperti spontan saja
Tanpa kendali
Dan memang benar…aku sering ke tempat ini…
Walau lewat mimpi saja

“surabaya?’
“nggak tahu” aku menggeleng
‘maksudmu?”
“akhh udahlah gung…tadi itu Cuma jawaban spontan saja, moga yang punya rumah masih disini, aku mau melihat matahari terbenam dari sini…pokoknya indah banget gung…lihat saja gung…entar ada siluet jingga dibalik gunung prau..pokoknya indah banget..seperti perahu tengkurap dengan latar belakang jingga..”

Sekali lagi agung melotot
Aku juga kaget
Sangat kaget
Entahlah
Semua kata sepertinya meluncur deras tanpa kendali dari dalam mulutku
Aku maklum…aku memang sepertinya sering sekali mimpi di tempat ini
Aku sampai hafal semua bagian tempat ini
Aku sering mimpi duduk disini
Melihat indahnya matahari terbenam dibalik gunung prau

“jiii…kamu yakin belum pernah kesini?”
“kalau secara fisik , baru kali ini aku ke sini, tapi di mimpi, aku sering sekali kesini” uajrku mantab
Agung pelan duduk disisiku

“dalam mimpimu apa lag jii…?”
“hmmm…aku sering duduk disini…dengan dua orang…tapi aku tak ingat wajahnya …yang satu masih remaja dan yang satu sudah dewasa, kami duduk berdua memandang matahari terbenam dibalik gunung prau dan di depan sini ada kegiatan bakar-bakar singkong dan ikan bader…sungguh indah dan nikmat”

Agung memandangku kaku
“napa? Kamu takut ya?”
“nggak! Cuma nggak ngira saja…kamu indigo”
“aku nggak tahu ini indigo atau bukan..yang jelas banyak hal misterius menimpaku”

Aku bangkit
Berjalan mondar-mandir di depan agung
Agung melihatku dengan tatapan penuh tanya
“jii kamu ngapain?”
“hmmm…menurutmu jalanku pincang nggak?
“nggak”
“kakiku cacat nggak?’
“nggak juga…emang kenapa?”

Aku kembali duduk disisinya

“gung…aku pernah kecelakaan…sepeda motorku masuk jurang sedalam lima belas meter…dan…hmmm tulang kakiku lepas dari sendi pinggulku…waktu itu aku berobat ke sangkal putung dan sembuh, Cuma jalanku pincang, karena kakiku jadi panjang sebelah, selama dua tahun aku lumpuh dan selama setahun aku pincang”

“terus?’
“kemudian oleh keluarga aku berobat ke rumah sakit di rontgen dan hasilnya…kakiku dinyatakan cacat permanen…jadi aku di pastikan cacat permanen, sampai lima rumah sakit semuanya sama hasilnya aku dinyatakan cacat permanen”

“terus?”
“kamu tahu…siapa yang mengobatiku?”
“siapa?”
“eyang buyutku…bapaknya eyangku”
“ohhh…gitu to? Terus apa hubungannya dengan indigomu?”

Aku menghela nafas
“gung …eyang buyutku sudah meninggal 90 tahun yang lalu…aku lihat kuburannya”
“apa? Jadi…yang ngobatin kamu sudah meninggal..hahh…bagai mana caranya?” agung melotot

Aku Cuma tersenyum

“Suatu malam.. Habis dari rumah sakit aku terus menangis mengetahui aku cacat permanen….Malamnya aku mimpi….Didatangi orang tua yang mengaku eyang buyutku…beliau alngsung membopongku…dan memijat kakiku yang sakit..dan ajaibnya habis di pijat…dalam mimpi aku sembuh…dan …esok harinya keajaiban datang lagi, aku bisa berjalan normal, kedua orang tuaku sampai heran dan membawa ke rumah sakit…dan hasil rontgen lebih mengejutkan lagi, aku dinyatakan normal kembali”

“ohhh…aneh…”
“kamu takut ya gung”
“iya…merinding juga, kamu sering mimpi bertemu dengan orang yang meninggal?”
“sering sekali gung”
“sering bertemu dengan tempat yang ada dalam mimpimu?’
“iya…sering juga, terakhir kemaren aku ke rumah kontrakan temanku di semarang…aku langsung masuk…dan…aku hafal betul seluruh bagian dan ruangan di rumah itu, padahal aku baru pertama kalinya kesana”

Agung terdiam
“jii…betulkah?”
Aku mengangguk
“jii…kamu pernah ketemu dengan makhluk halus?”
“beberapa kali”
“hah yang bener?”
“bener..”
“kamu nggak takut?”
“ya nggak lah…wong aku nggak tahu kalau itu makhluk halus kok gung”
“lho kok bisa?”
“ini beberapa bulan yang lalu…habis maghrib aku masih dalam perjalanan dari luar kota, dan di sudut desa ada yang mencegat sepeda motorku…seorang ibu-ibu menggendong bakul, dia bermaksud membonceng sepeda motorku…dan…setelah satu kilometer dia minta berhenti…ketika kutoleh udah hilang hahahaha…dan itu terjadi beberapa kali gung, di tempat-tempat yang berbeda”

“heran aku…kamu nyante saja”
“ya nggak lah..apalagi kalau aku tahu akan ada peristiwa kecelakaan…uhh aku gelisah”
“pernah kejadian seperti itu?”
“iya…beberapa bulan yang lalu…adik sepupuku bermaksud ke magelang, aku langsung menjerit melarangnya…tapi sepupuku bandel akhirnya aku bilang…hati-hati ya kalau lewat depan RSJ…dan….dia kecelakaan di sana”

“hahhh…”
“kamu jadi seperti dukun”
“ya beda lah…ini terjadi secara tiba-tiba…tak terduga, lewat mimpi, beda dengan dukun yang meminta bantuan jin untuk keperluannya”

“udah jii…pulang yuk, aku lapar neh”
“hmmm bentar ya..aku mau lihat matahari terbenam, lihat saja entar…indah banget’
“hmmm…”

Kurasakan agung semakin menempel duduknya di tubuhku
Aku paham
Ini hal tak terduga baginya
Mungkin dia takut dengan cerita yang tadi kuucapkan

“oh ya gung, aku juga bisa mengetahui secara garis besar sih…sifat seseorang dari sorot mata, suara maupun tulisannya”
“oh ya?”
“iya…makanya aku yakin kamu orang baik walau banyak yang bilang kamu orang jahat dan preman…aku percaya..pada dasarnya kamu orang baik”

Agung kali ini tersenyum
“hehehehe…makanya aku heran, kok Cuma kamu yang percaya ama aku”
“iya gung…aku tahu…sebenarnya kamu orang baik dan bertanggung jawab”
“dari mana kamu tahu?”
“Ya ada deh…rahasia pokoknya…hehehe”

Agung mencubit pinggangku
Aku menggeliat kaget
Kami tertawa cekikikan sampai kudengar sebuah suara…

“nyuwun sewuuuu….” Suara keras laki-laki tua
Seketika agung menjerit dan melompat kaget
Aku Cuma terbengong
Memandang tubuh orang tua bercaping menghampiri kami
Kulihat wajah agung ketakutan pucat pasi

“ohhh maaf mas, ada maksud apa masse ada disini?” suara orang tua itu ramah
“maaf pak, saya Cuma istirahat kok, sambil lihat pemandangan”
“ohh gitu ya…ya sudah silakan saja …selamat istirahat”
“makasih pak”

Agung masih berdiri kaku ketakutan
Orang ini seperti orang misterius
Datang secara tiba-tiba

“pak…”suara agung memanggil
Pak tua menoleh
“iya mas…gimana?”

“hmmm…boleh tahu …apa bapak yang punya rumah ini?”
Orang tua itu memandang kami
Dan kulihat agung semakin ketakutan
“bukan mas…yang punya rumah ini sudah tiga bulan meninggalkan rumah ini, dia ke surabaya, ikut anaknya, maklum dia janda tua”

Dan…
Dengan sedikit membungkuk orang tua itu pergi lewat samping rumah
Agung terpaku
Tubuhnya bergetar ketakutan
Dan….di sebelah barat siluet warna jingga menghiasi gunung prau
Sangat indah
Sangat kontras dengan agung yang pucat pasi

“jii…berarti…berarti apa yang tadi kamu katakan benar adanya…”suara agung bergetar ketakutan
Aku tak menanggapinya
“gung…lihat..indah banget kan?’ kataku sambil menunjuk kearah gunung prau
Agung Cuma melotot…
Suasana temaram
Pukul 17 40 menit
Hmmm…matahari tenggelam dibalik gunung prau
Gunung prau terlihat hitam
Mirip perahu tengkurap
Dan dibaliknya semburat warna jingga indah
Sangat-sangat indah
Matahari yang tenggelam tertutup gunung hanya menampilkan sinarnya ke atas
Aku memandangnya tak berkedip
Hatiku begitu bahagia
Mimpi yang selama ini menghantuiku sekarang terwujud

Aku duduk di bangku bambu
Menghadap ke siluet gunung prau
Hatiku begitu tenteram
Hmmm…aku seperti menemukan kembali diriku
Menemukan apa yang selam ini jadi mimpiku…hampir tiap malam

Cuma…
Ini memang tidak sesuai dengan mimpiku
Dalam mimpi aku merangkul seorang remaja
Dan seorang pria dewasa…
kami bertiga menikmati suasana petang memandang gunung prau

Sekarang aku sendiri terpaku
Bukan bertiga
Cuma dengan agung yang berdiri kaku
Memandangku melotot……..
Tidak bertiga seperti dalam mimpiku
Aku dan seorang pria dewasa mengapit seorang remaja
Lengan kami saling melilit berpelukan

Akhh…andai mimpi ini kembali terwujud…
Dengan siapa aku berpelukan?
Dengan agung dan teguh kah…
Apa mereka akan akur…dan kami saling berpelukan disini?
Akhh…rasanya tak mungkin

Andai aku bisa merubah sebuah mimpi…
Pasti akan kuamati wajah remaja dan pria dewasa disisiku
Akan kuamati betul sehingga hatiku lega…
Tapi ini hanya mimpi
Sebuah mimpi yang berulang hampir setiap malam
Menghantuiku
Dan semua mimpi sama…
Aku tak dapat melihat wajah dua lelaki yang ada disisiku

Tapi apapun juga…
Hatiku begitu leganya
Aku sudah menemukan tempat dalam mimpiku…
Sebuah rumah sederhana di tempat yang luar biasa

Aku masih memandang siluet yang semakin menipis
Agung masih saja berdiri terpaku
Seperti berjaga-jaga
Dan hari semakin gelap
Aku tidak takut…
Aku malah merasakan damai..
Menemukan mimpiku

“jiii…” agung memanggil pelan
“ya…
‘sudah ya…pulang yuk?’
“bentar…aku kok rasanya seneng ya, maen kesini”
‘kamu tuh aneh…ini tempatnya kan serem…rumah sudah tiga bulan di tinggal pemiliknya…pasti serem lah”

Aku tersenyum menggeleng
Seumur hidup aku tidak takut dengan yang ghaib-ghaib
Bagiku jin dan manusia itu saling mewarnai…saling mengisi
Mereka sama-sama makhluk Tuhan
Jika kita tidak ganggu…maka jin juga takkan ganggu..ini pemikiranku

“jii…sudah yuk, pulang, sudah gelap’
Kutatap agung
Wajahnya dalam temaram masih terlihat pucat
‘gung…kamu tuh yang aneh, aku masih ingat…malam-malam kamu kan yang ajak aku ke tepi hutan? Waktu itu kamu nggak setakut ini, lho sekarang kok ketakutan sih, napa?”

‘jii…ini tuh lain..disini tempatnya jauh lebih serem dibanding di tengah hutan…ini tuh serem jii”
“akhhh biasa saja, kamu tuh yang berlebihan, aku kok kalau disini rasanya damaiii…gitu’
“apa? Kamu tuh yang aneh ji, kayaknya kamu sudah di temani jin setiap harinya”
“hahahahaha…ada-ada saja gung…

Tiba-tiba agung kembali melotot
Dia berdiri kaku
Aku heran melihatnya

“ada apa gung?”
“jiii…kamu…kamu dengar…hmm…dengar suara langkah kaki di dalam rumah ini?’
“apa?”

“jiii…suara langkah kaki semakin dekat jii…”
Agung sedemikian takut
Aku diam…
Kupasang pendengaranku
Dan benar ada suara…’srekkk…srekkk…srekk….” Dan semakin mendekat
Aku tidak takut
Aku yakin ini suara langkah kaki manusia
Ini bukan rumah hantu…
Ini Cuma rumah penduduk biasa yang kebetulan tidak di tempati

Dan tiba-tiba agung melompat…
Menyeret lenganku
“jiii…lihatt….
aku bangkit terpaksa
“ada apa gunggg…?’
“lihatt…”
“apa?”
“lihattt….” Kali ini agung berbisik disisi telingaku
“apaan gung?” aku juga ikut berbisik
“lihat jii…lampu rumah ini tiba-tiba hidup sendiri”

Aku memandang ke arah rumah
Memang benar…dalam rumah walaupun tertutup papan tapi bisa terlihat sinar lampu yang terang

Aku terkekeh
“gung…gitu aja kamu takut…biar aku masuk rumah ya…akan kubuktikan kalau didalam rumah ada manusia, hantu itu tidak dapat menghidupkan lampu gung”

Aku melangkah menuju pintu
Kutinggalkan agung yang berdiri ketakutan
“jiii…jangan gegabah ji, pulang saja, sudah malam…ayooo jii, udahlah tinggalkan rumah ini ya?” suara agung masih sedemikian lirih karena tercekat takut

Aku nekat…
Aku menuju pintu..
Paling tidak aku harus tahu siapa yang menghidupkan lampu
Kalau pintu di kunci…aku akan mengintip…

“jiii…jangan nekat jii…pulang yukkk” suara agung lirih bergetar
Dan suara ‘sreeekkk…sreeeekkk…sreeekkkk semakin mendekat
Dan kulirik…tubuh agung semakin kaku…

Tiba-tiba…
“kreeekkkkkkkk……”
Suara pintu pelan terbuka
Aku berdiri terpaku menunggu
Menunggu siapa yang membukakan pintu

Dan…
“krekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk” pintu semakin terbuka lebar
Menampilkan sosok hitam dibalik pintu, berdiri menatap kami

“huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..” agung menjerit dan melompat lari
Menabrak pohon pisang di samping rumah
Aku hanya berdiri menatap sosok di depanku
Tak bergeming
Sampai kulihat…
Gigi-giginya yang putih
Dia tertawa…tak bersuara
“hahahahahha…” aku tertawa keras seiring dengan suara deru mesin sepeda motor
Kutepuk pundak agung keras
Agung Cuma terdiam
Dia masih cemberut
Aku terus tertawa..
Menertawakan ketakutan agung
Masih kuingat agung berlari spontan sampai menabrak pohon pisang
Padahal yang membukakan pintu rumah bukan hantu
Tapi orang tua bercaping yang memang tiap malam menunggui rumah tersebut

Tadi orang tua tersebut hanya bermaksud mempersilakan aku masuk rumah
Kata beliau..’daripada di luar, nanti masuk angin”

Kamipun berkenalan
Namanya mbah sutrisno
Dia kakaknya yang punya rumah ini
Dan dia yang disuruh mengurus rumah ini tiap malam

Tadi kami sempat dibuatin kopi
Agungpun senyum-senyum waktu minum kopi
Dia ingat…betapa takutnya dia

Akupun berkata;
“gung…ketakutan hanya ada dalam otak kita…kalau otak kita berfikir yang ngeri-ngeri..pastilah kita takut, makanya cara menghilangkan rasa takut kita harus berpikir positif saja”

Kami sempat ngobrol…
Kukatakan aku ingin sekali punya rumah ini
Dan mbah sutrisno akhirnya menawarkan bantuannya, jika nanti rumah dan pekarangan ini dijual maka orang pertama yang akan dihubunginya adalah aku…
Aku lega…
Walau dalam hati…aku ragu, aku tak punya uang cukup untuk beli rumah atau tanah..
Hmmm…apapun akan kulakukan jika rumah ini dijual
Aku akan berusaha untuk membelinya….


Agung mengendarai sepeda motor dengan pelan
“hahahaha…gimana gung, masih takut juga ya?”
“akhhh…ya udah…silakan mengetawai akuuu….” Ujarnya ngambeg
“hahahaha…habisnya kamu tuh mirip anak kecil, ama rumah aja takut, takut ada genderuwo, pocong gitu ya?”
“udaaaaahhhh jangan bicara kayak gitu, ini udah malam jiii…”
“biarin…pocooooonnggggg…ini ada temanmu…datanglah pocooooonngggg” aku berteriak keras

Tiba-tiba agung berhenti
“jiiii…aku mohon, berhenti bicarain hantu, ini malam hari bahaya”
“hahahaha…ya udah, cepet jalan lagi…cari makan ya…aku kelaparan nih”
“ya udah”

Akhirnya kami berhenti disebuah warung makan
Warung makan lamongan
Aku pesen tempe tahu penyet
Dan agung pesen ikan nila
Kami makan begitu lahapnya
Bahkan agung sampai nambah …jadi dua piring habis
Mungkin rasa takutnya membuat dia kelaparan

“jii..”
“iya”
“kamu beneran…hmmm…mau beli itu rumah jika dijual”
“pasti lah…tapi ya tergantung harganya sih, soale…uangku kayaknya mepet…lom cukup lah”
“ohhh gitu ya”
“tapi tetep, aku berusaha untuk beli jika itu dijual, mungkin aku akan utang bank ”
“apa sih menariknya rumah itu…jelek dan menyeramkan”
“ohhh…rumah itulah yang memenuhi mimpi-mimpiku tiap malam gung”
“ohhh..tetap saja jii, aku nggak suka rumah itu”
“hmm…itu kan kamu, bagiku rumah itu sangat indah…kayaknya hidupku akan bahagia jika dihari tua aku hidup di rumah itu, belakang rumah sudah ada kebun buah dan sayuran serta ada lauk ikan..padinya juga ada, diatas kolam nanti akan kubuat kandang ayam bawahnya untuk memelihara lele…wowww..lengkap sudah deh, tiap hari makan enak’
“hehehehe…nih orang kalau ngayal kelas tinggi!”
“hahahaha…biarin, dari pada hidup kayak kamu…nggak punya khayalan sama sekali tentang masa depan”
“uhhh mulai lagi”

Makan kami selesai
Kami melanjutkan perjalanan
Kulihat hp, sms ari mas yoga banyak banget, menanyakan jam berapa aku pulang
Ku balas sambil canda-canda…

Perjalanan selanjutnya seperti menembus sebuah kegelapan
Sepeda motor agung belok kiri..
Menyusuri jalan beraspal yang sempit
Gelap…
Hanya beberapa rumah penduduk
Jalan naik…mendaki…melewati kebun kopi yang gelap
Sepi…
Hanya kudengar suara dengungan keras binatang malam

Dan bagai kilat menyambar
‘indigo’ku kumat lagi
Aku…aku merasa pernah bermimpi…berkali-kali melewati jalan ini
Dan…tiba-tiba bulu kudukku berdiri
Aku teringat sesuatu dalam mimpiku
Sebuah kengerian…..

“gung!...berhenti!”

Agung berhenti
“ada apa ji”
“gung…kita pernah lewat jalan ini belum?”
Agung menoleh…dalam gelap sempat kulihat wajahnya menunjukkan kekagetan

“belum lah…baru kali ini”
“lha kemaren waktu aku ngecek pasir lewat jalan yang mana?”
“ohh itu lewat jalur utara…jalurnya agak jauh, kalau yang ini dekat, Cuma sepi jii, ada apa emangnya”
“ohhh gitu ya”
“jii ada apa jii?”
“hmmm…aku…aku merasa pernah melewati jalan ini, gelap seperti ini gung’
“oh ya?”
“kalau lewat jalur yang utara saja gimana gung”
“waduuhhh…harus memutar lagi jii, malah nggak nyampe-nyampe entar, emangnya ada apa ji?”
“ohh gitu ya?”
“ada apa emangnya, kamu pernah mimpi apa lagi?”
“nggak pa pa kok gung, aku Cuma agak ngeri lihat pohon beringin di kuburan di atas sana”

Aku ingat betul…
Aku ingat betul dalam mimpiku…aku melihat dua pohon beringin besar
Dalam gelap
Dan itu sebuah kuburan…
Ada kegerian dalam mimpiku
Dan aku tak berani bercerita pada agung
Takutnya…agung malah semakin ketakutan

“jiii…kamu..kamu memang benar-benar…akhhh…kok bisa-bisanya ya…kamu tahu diatas sana ada kuburan angker dengan dua pohon beringin yang besar”
“ya Cuma itu yang kuingat gung…tapi bener kan?”
“iya bener banget…terus dalam mimpimu apa lagi yang terjadi?”
“nggak apa-apa …kita Cuma lewat saja kok gung, ya udah kita jalan lagi saja”

Pelan agung menghidupkan kembali mesin sepeda motor
Dan pelan pula..sepeda motor meluncur
Mendaki
Menyusuri kegelapan

Dalam hati aku berdoa
Semoga semua yang ada dalam mimpiku…
Semua kegerian dalam mimpiku tidak terjadi
Aku menghela nafas panjang
Mau-tidak mau…jantungku berdebar kencang
Selanjutnya perjalanan kami menemui sebuah kampung kecil
Hanya beberapa rumah di sebuah lembah diantara dua bukit
Sebuah kampung yang tersimpan oleh rimbunnya hutan dan kebun
Sebuah kampung yang begitu damai

Dan dari kampung ini sudah terlihat….
Sebuah bukit diatasnya
Bukit yang kecil…
Dengan gerumbul pohon besar
Hitam dan kokoh
Pohon beringin yang juga selalu memenuhi mimpiku
Dari kejauhan aku memandangnya nanar
Sungguh aku tak mengira sama-sekali
Aku membuka simpul-simpul misteri mimpi-mimpiku di hari ini
Aku memandangnya

‘gung..iya gung…itu gung…kuburannya..kuburan dengan beringin…..”
‘diaaaammmm!” agung jengkel
Aku tahu..dia sedang berusaha melawan ketakutannya

Jalanan selanjutnya menanjak tajam
Menuju atau lebih tepatnya melewati kuburan …
Ke atas bukit sana
Sebuah jalan sepi yang dinaungi beringin tua yang besar…
Dan dari kejauhan kulihat lampu kecil..berkelap kelip yang dipasang di pohon beringin
Untuk menerangi pemakai jalan
Dan…sepeda motorpun semakin dekat…
Semakin dekat dengan pohon beringin
Ini sama persis seperti dalam mimpiku
Sama…sama…sama…sama persis
Roda sepeda motor menuju lampu kecil
Sama seperti dalam mimpiku

Dan..
Akhirnya sebuah peristiwapun datang
“awaaassss….awaaassss gunggg…” aku berteriak
Ketika tiba-tiba kulihat seorang bapak-bapak menggandeng anak kecil menyeberang

Yang kudengar selanjutnya suara rem berderit panjang
Agungpun berteriak keras
Sepeda oleng…
Dan tiba-tiba lampu sepeda mati
Lampu di pohon beringin mati…
Dan mesin pun mati
Semua mati

“brrakkk…” kami terjatuh
Seperti menabrak sesuatu
Sesuatu benda keras
Kepalaku terbentur gundukan tanah…
Hmmm…mirip kuburan…
Akhhh semua gelap…
Kuraba…tanah…dan kuremas…
Bau kembang…
Ini benar kuburan
Akhhh tak mungkin kuburan
Bukannya kuburannya sekitar dua meter diatas jalan?
Nggak mungkin lah

Gelap…
Semua gelap

Kudengar suara suara agung merintih
“gungg…agung…agung…kamu…. kamu nggak pa pa kan?”
“iya neh…eh jii…ambil hape…duh kakiku tertindih sepeda, tolong kamu terangi pake hape”

Aku segera mengambil hape di saku
Kuterangi agung
Dia berusaha mengangkat sisi sepeda
Dan…akhirnya dia dapat meloloskan diri dari himpitan sepeda motor

Semua penuh debu
Tetap kuterangi agung
Dan wajah agung tiba-tiba tegang

“jii kita dimana?” suaranya serak
Kualihkan sinar hapeku kesisi tubuh agung
Hahhh…sama persis seperti dalam mimpiku
Sinar hapeku menyinari sebuah batu nisan…
Ini tak masuk akal….

“gung…ini…ini kuburan gung”
Agung langsung melompat
Dia berdiri cepat…

Kualihkan sinar hapeku memutar
Sepanjang yang kulihat..batu nisan berjajar
Diantara rumput alang-alang….

Dan aku baru sadar…kami berada di tengah-tengah kuburan
Sepeda motor tergeletak diantara dua batu nisan

Kami melompat sangat jauh dalam hitungan detik
Ini tak masuk akal…
Ini tak masuk akal…
Tapi ini memang kenyataan…
Kenyataan bahwa kami berada di tengah-tengah kuburan

“jii…kita di tengah kuburan jii..”suara agung bergetar penuh ketakutan
“iya gung…”suaraku kubuat setenang mungkin

Akhhh…benar..aku berada di tengah kuburan
Dan kulihat dibawah sana
Lampu di pohon beringin yang menerangi jalan masih hidup
Terlihat jalan dibawah sana
Jauhh
Berarti kami melompat sangat-sangat jauh

kembali hapeku kuarahkan ke bawah
dan…
benar…
dibawahku ada kuburan baru…
masih ada kembang segar…
ada kelapa muda di pojok gundukan…
aku memandangnya
ini seperti dalam mimpiku…
dalam mimpi burukku bertahun-tahun lalu
dan sekarang baru terjadi

“gung…lihat gung…ini kuburan masih baru gung’
“apaaaaa”
Tiba-tiba agung melompat dan merangkulku erat
Tubuhnya bergetar
Dia benar-benar ketakutan

Dan….
“tolonggggg…toloooooonngggggggggggggggggg…toloooooooooooooooooooonggg….”
Agung berteriak sekuat tenaga
Teriakannya terus dan terus
Melolong minta tolong
Entah kepada siapa….
Karena ini jauh dari perkampungan
Yang jelas telingaku sampai berdengung mendengarnya
Suasana begitu gaduhnya
Aku berdiri terpaku dengan agung yang masih bergetar ketakutan disisiku
Kami memandang ke arah kuburan
Beberapa obor tampak menyala mengiringi evakuasi sepeda motor yang harus diangkat beberapa orang agar bisa sampai di jalan

Ternyata teriakan agung tadi membuahkan hasil
Beberapa penduduk berdatangan sebagian besar para pemuda
Agung sampai tidak sadar kalau kening dan sikunya terluka
Sedangkan aku tidak apa-apa hanya sedikit syock saja
Semua ini diluar nalar
Dan menurut beberapa warga, sudah beberap kali kejadian seperti ini terjadi
Sepeda motor yang tiba-tiba mati mesinnya dan tiba-tiba sudah berada di tengah-tengan areal pekuburan

Suasana mengangkat sepeda motor menjadi begitu gaduh
Beberapa warga menanyakan keadaanku
Banyak pula yang menanyakan proses kejadian
Kujawab apa-adanya
Sungguh aku tak mengira kejadian ini

Setelah melalui perjuangan beberapa warga, akhirnya sepeda motor berhasil keluar dari areal kuburan
Selanjutnya secara bersama-sama kami ke dusun terdekat
Kami di terima dengan ramah oleh warga kampung
Luka agung juga diobati

Dan…perjalanan pulang laksana sebuah rombongan…
Kami diantar pulang oleh beberapa sepeda motor
Aku terharu …
Semua ikut merasakan musibah yang sedang kami alami
“Hahahahah” suara tawa menggema seiring ceritaku tentang agung ketika di kuburan
Mas yoga yang sejak tadi begitu tegang mendengar cerita dari agung , tertawa mendengar ceritaku
Saat ini aku begitu lega
Duduk mengelilingi tungku api
Ada aku…mas yoga, putri , pak sujar dan bu sujar serta agung yang belum juga bisa santai
Dia masih syock



Kami telah tiba tadi…sekitar pukul 9 malam
Seluruh warga rumah menyambut kami
Terlebih karena kami diantar begitu banyak pemuda..tentu menarik perhatian
Mas yoga juga ternyata penakut..
Dia sejak tadi kulihat bengong mendengar cerita dari pemuda yang mengantar kami
Mas yoga menoleh padaku
“bener ji apa yang diceritakan dia?”
“iya mas..tiba-tiba saja aku dan agung sudah di tengah kuburan”
“hahhh ngeri bener…”
“iya mas…tuh sepedanya sampai penuh debu gitu…tahu nggak mas..itu tuh debu tanah kuburan hiiii…”
Aku menakut-nakuti mas yoga
“jii pokoknya harus kau cuci tuh sepeda…”
Para pemuda yang mengantarkan kami senyum-senyum
Agung masih syock berat
Aku sungguh ngga mengira …
Agung begitu penakutnya terhadap hantu
Akhirnya setelah kurang lebih satu jam..para pengantar kami pulang…kembali ke kampung dekat kuburan dimana aku terkena musibah


Akhirnya segelas kopi datang
Kulihat agung masih cemberut aku ledekin terus sejak tadi
“gung…kopinya gung…”mas yoga nawarin
Agung masih diam
Kutepuk pahanya
“gung…udahlah…nggak mungkin lah..pocong dan genderuwo di kuburan sana datang ke sini hehehe” godaku
Agung malah melotot kearahku
“jii…sudah jangan macem-macem kalau bicara”
“hehehehe…petruk ini, malam ini beda banget dengan tadi malam mas yoga, tadi malam begitu perkasa sampai mabuk” pak sujar ikut menimpali
“hehehehe…iya ya..baru tau kalo agung penakut…sudah gung, minum kopi dulu”
Pelan agung menyeruput kopi panas

“ehh pak sujar, boleh tanya tidak?” tiba-tiba mas yoga bertanya disela-sela kegiatan kami minum kopi
“monggo, mau tanya apa mas”
“menurut cerita sih, katanya tanah kuburan tak boleh dibawa pulang ya pak?”
“iya sih nggak boleh itu…bisa bahaya”
“nahhh itulah ayng kupikirkan pak, sebab tadi mas aji dan agung ternyata membawa tanah kuburan”
Agung melotot “apa?”
“iya gung…kamu itu membawa tanah kuburan lho”
“nggak ahhh…” agung ngeyel
“iya…lihat saja di sepeda motormu…penuh debu dari tanah kuburan”
“ohh gitu ya? Wahh cepet gung di bersihin sana” ujarku mengerling mas yoga
Aku sengaja menakut-nakuti agung

Agung tiba-tiba pucat…
“nggak ahh”
“ayolah gung..itu kan sepedamu, mosok aku yang mbersihin”
“nggak ahh”
‘uya udah…nanti malem kalau kamusampe di datangi pemilik tanah itu aku nggak tanggung jawab lho”
“jiii…jangan macem-macem ahh..” agung semakin takut saja
Wajahnya pucat
Aku kok jadi kasihan sama dia

“ya udah gung..ayo kita bersihin bareng bareng setelah itu kita besrsih-bersih badan dan tidur..yukk…”
Kuseret lengannya
Agung mengikutiku sambil membawa serbet
Mas yogapun ikut

Sampai di sepeda motor kami tertegun
Sepeda motor penuh debu
Sampai tak terlihat warna aslinya
Penuh debu tebal
Akhh ini harusnya dibersihkan pakai air

Kami mulai bekerja ..
Aku, agung dan mas yoga
Aku membersihkan bagian belakang sepeda motor
Dan amas yoga dan agung dibagian depan

Tiba-tiba….
Agung menempel erat tubuhnya di mas yoga
Mas yoga kaget
“mas…mas yoga..iii..tuuu…appp…paaa mass” agung terbata-bata
Tangan agung menunjuk pada sesuatu di bagian depan sepeda
Aku mendongak…

Perlahan kulihat mas yoga mebungkuk…
Mengamati apa yang tadi ditunujuk agung
Dan….
“huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..” mas yoga tiba-tiba lari ketakutan sambil menjerit
Agungpun ikut lari sambil menjerit
Keduanya sampai menabrak pintu
Aku terbengong
Dalam hati bertanya-tanya

Pak sujar, bu sujar dan putri kaget dan langsung ke ruang depan
“ada apa mas aji? “
“nggak tahu pak”

Pelan aku , pak sujar dan busujar mengamati bagian depan sepeda motor
Putri ketakutan di belakangnya
Sedang agung dan mas yoga udah masuk kamar ketakutan

Kuamati….
Dan mata kami melotot…ada bekas telapak tangan terlihat…
Terlihat jelas di debu tebal yang menempel di sepeda motor
Sebuah telapak tangan yang tidak wajar

TELAPAK TANGAN KECIL SANGAT KECIL..DENGAN JARI-JARI YANG KECIL DAN PANJANG…
PANJANG-JARI-JARINYA SEKITAR 15 CM…DAN…CUMA ADA BEKAS 4 JARI SAJA

Semua melotot mengamati
Hatiku tiba-tiba kembali berdebar
Dan putri menjerit menutup muka..ketakutan
Pak sujar hanya diam…
Otak Kami penuh tanya…
“BEKAS TELAPAK TANGAN SIAPAKAH INI?”

to be continued...


0 comments:

Post a Comment