DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 13

Chapter 13
by Ajiseno



Aku harus berjalan pelan menyusuri lereng terjal ini
Bentuk jalannya berundak, mirip tangga…tidak tahu berapa jumlah undakan yang jelas begitu banyak undakan yang harus kulewati
Jalannya sempit, terjal dan arahnya menuju sungai di bawah sana
Terdengar gemericik air sungai yang bertemu bebatuan menambah suasana menjadi begitu syahdu

Beberapa kali aku hampir terpelanting jatuh
Jalan begitu licin
Apalagi tadi malam hujan begitu deras mengguyur desa ini
Dan…
Kalau aku sampai jatuh melewati jalan ini…ohhh…tidak dapat aku bayangkan
Jurang jauh di bawah sana
Batu-batu sungai siap menerimaku, menerima tubuhku, meremukkannya
Sekali lagi aku harus hati-hati

Kedua tanganku membawa beban
Tangan kananku membawa ember berisi pakaian kotorku dan tangan kiriku membawa pakaian agung yang basah dan penuh dengan noda alkohol serta muntahannya
Aku harus mencucinya sebelum hari terang
Agar tidak banyak pertanyaan dari orang-orang jika melihatku mencuci pakaian agung

Yaahhh…hari memang belum begitu terang
Baru jam 4.30 pagi
Tadi setelah sholat shubuh aku langsung bergegas mengemasi pakaian kotor dan harus kucuci secepatnya
Secepatnya….
Sebelum keluarga pak sujar tahu..
Sebelum masyarakat tahu…

Sempat kulihat agung tadi masih tertidur pulas
Selimut masih menutup separo badannya yang telanjang
Ternyata tadi malam agung tidak mengambil pakaian seperti aku tawarkan
Dia tetap telanjang, dan tertidur pulas
Kubiarkan dia tertidur

Sekali lagi aku harus hati-hati
Jalan licin
Selaput tipis tanah becek diatas bebatuan menambah licin
Dikiri kanan ladang tembakau
Daunnya lebar hijau dengan bintik embun diatasnya
Segar…
Ada juga tanaman buncis dengan buahnya yang luar biasa banyak, hijau dan segar tertimpa hujan semalam
Kata pak sujar jika tanaman tembakau sudah besar seperti ini dan terkena hujan, maka kualitas tembakaunya jadi jelek
Daun tembakau yang tadinya sudah tua aka kembali hijau muda
Dan inilah jeleknya tanaman tembakau
Dan sempat kulihat di keremangan pagi ini
Semua tanaman memang begitu segarnya…

Dari arah timur terdapat cakrawala jingga
Menampilkan siluet terang dengan panorama gunung ungaran yang terlihat indah
Pagi ini begitu cerah
Langit biru dengan garis putih awas yang begitu tipisnya
Udara begitu dinginnya
Dan aku masih terus berjalan menyusuri jalanan ini yang seolah tanpa ujung

“maassss….tunggu”
Suara teriakan wanita
Aku menoleh
Seorang gadis remaja , dengan kerudung di kepalanya berlari lincah kearahku
Aku terpaku menatapnya
“dik putri….” Aku berteriak tak percaya
Dia hanya tersenyum manis menghampiriku

“dik putri ngapain kesini?” tanyaku dengan nada keheranan
Dia semakin mendekat
Kulihat nafasnya cepat akibat lari yang dia lakukan tadi

“hmmm…mas, aku mau bantu mas aji nyuci” jawabnya polos
“hah h….nggak usah dik, sana kembali saja dik”
“nggak apa-apa kok mas”
“nggak usah…nggak baik lho gadis kayak kamu berduaan dengan lelaki di tempat sepi gini, bisa bikin fitnah dik”
“nggak apa-apa mas, atau gini saja mas, pakaian kotor itu biar aku saja yang nyuci, mas aji kembali saja sana”
“nggak ahh…ini…hmmm…ini bajunya petruk kok, kotor kok dik”
“apa???...petruk?”
Dia melotot tak percaya memandangku

“iya dik, dik putri kembali saja sana, entar bapak dan ibu bisa kuatir lho”
Putri kembali tersenyum
“mas, justru bapak yang nyuruh aku nyusul mas aji, bapak kuatir mas, jalan licin lagian sebentar lagi ibu juga mau nyusul kok sekalian mau nyuci juga”

Aku terbengong kaget
Ternyata keluarga pak sujar tahu aku pergi diam-diam ke sungai
Dan yang bikin aku terharu…pak sujar begitu mengkhawatirkanku

“ya sudah…mari dik”
“mas…biar embernya aku yang bawa saja”
Aku menyerahkan ember berisi pakaian kotorku
Dan selanjutnya aku berjalan beiringan menyusuri jalan setapak menuju sungai yang sudah tidak jauh lagi terlihat

“mas aji kok mau-maunya sih nyuci pakaiannya petruk segala, jadi mirip pembantunya petruk saja, mas ini”
“jangan gitu lah dik, mosok aku dikatain pembantu to? Ini kan sekalian nyuci bajuku yang kotor juga, besok aku kan sudah kembali ke semarang jadi semua yang kototr harus aku cuci hari ini”
“hehehehe…maaf mas bukan bermaksud melecehkan mas aji, Cuma aneh saja, mas aji kok mau-maunya nyuci baju kotornya petruk, entar jadi ngelunjak dia, eh…mas…mas aji besok mau kembali ke semarang to?”
“iya dik, sudah selesai kok, kerjaanku disini”

“eh mas…belok kiri mas”
Aku kaget
“lho kok belok kiri?”
“iya mas…yang lurus dan ke kanan itu tempat mandi laki-laki, yang belok kiri khusus utuk mencuci dan disebelah kirinya lagi tempat mandi perempuan”
“ohhh….gitu to? Wahhh ku baru tahu ya, ya udah…nanti sekalian bisa ngintip yang lagi mandi, hehehehe”
“weee mas ini, ya nggak bisa lah, tempat mandi perempuan ada tutupnya mas”
“waduhhh…jadi kecewa dong hahahaha”

Akhirnya sampai juga di tempat yang dik putri disebut tempat nyuci
Ada sebuah pancuran besar
Dan dibawahnya ada batu besar yang datar
Hmmm…batunya halus dan pastilah di atas batu itu tempat untuk menyikat pakaian

Kami mulai bekerja
Memisah bajuku dan baju agung

Kulihat putri langsung menutup hidung ketika bajunya agung aku keluarkan dari dalam plastik
“hoeekkk…kok baunya gitu sihhhh…waduhhhh parah mas”

Aku Cuma tertawa terkekeh
Baunya memang luar biasa
Campuran bau alkohol, muntahan dan…spermanya…luar biasa menyengat
“mass…pakaiannya petruk dibuang saja ahhh”
“hehehehe…jangan lah…masih bagus gini kok dibuang”

Aku langsung membilas seluruh kotoran di pakaiannya agung di air sungai yang mengalir
Dan perlahan bau luar biasanya hilang larut oleh aliran sungai
Tapi tetap saja putri menutup hidungnya

Putri langsung mengisi ember besar dengan air dan detergen bubuk
Diaduk pelan air dalam ember sehingga busanya begitu terlihat menyembul putih

Kumasukkan seluruh pakaian kotor ke ember yang telah disediakan putri
“eitt…mas, pakaiannya petruk jangan dijadikan satu dengan pakaiannya mas aji dong”
“napa?”
“itu banyak najisnya mas”
“walahhh kamu ini kan tadi sudah kubuang kotorannya”
“pokoknya jangan, harus dipisah”
“ya udah..”

Aku mengalah
Kusiapkan satu ember lagi untuk merendam pakaiannya agung

“mas…”
“napa?”
“hmmm…napa sih mas aji baik banget terhadap petruk?”
“baik? Maksudmu?”
“iya mas…tadi malem nolong dia pas mabuk, mas aji juga relain kamarnya untuk tidur orang mabuk trus pagi ini nyuci pakaiannya..aneh”
“hmmm napa ya? Mungkin agung tuh orang baik…makanya harus kutolong”
Dalam hati aku menjerit ‘bukan karena agung orang baik, tapi karena agung ganteng…’

Putri menoleh kaget
“nggak salah denger mas”
“napa?”
“mas aji bilang petruk itu orang baik??”
“iya…emang napa?”
“hahh…terus orang yang tidak baik seperti apa?”
“tidak ada, semua orang yang kukenal kuanggap sebagai orang baik” jawabku datar
“aneh…” dia mengguman pelan

Aku tersenyum memandang putri
Dai mulai menyikat pakaianku
Akupun mulai menyikat pakaiannya agung

Aku menghela nafas panjang
Dalam hati apa yang dikatakan putri benar
Aku ini orang aneh
Tapi sejujurnya aku berbuat seperti ini semua sebagai bentuk rasa penyesalanku atas apa yang telah kulakukan disaat agung mabuk semalam
Bagaimanapun juga aku merasa berdosa, bersalah, memperlakukan orang yang sedang tidak sadar untuk memenuhi syahwatku semata

“dik…”
“iya mas”
“hmmm…aku lakukan semua ini karena aku kasihan terhadap agung”
Ini sebenarnya alasanku saja untuk mengurangi kecurigaan putri terhadap sikapku kepada agung

Putri mendongak
“kasihan?”
“iya”
“kasihan napa?”
“ya kasihan saja, mungkin kalau orang satu desa ini dikumpulkan dan aku disuruh memeilih orang yang paling kukasihani ya Cuma agung”
“hahh”

Dia berhenti menyikat, wajahnya semakin dalam menatapku
Ada tanda tanya besar terpancar dari sorot matanya
Akupun berhenti mencuci
Kutarik nafas pelan….
Aku harus menjelaskannya kepada putri

“dik…aku kasihan kepada agung, napa? Karena aku tahu…dia kesini bukan atas kemauannya, dia mengikuti orang yang dia cintai, dan Disini dia tidak dapat menyesuaikan diri, dia orang kota, anak kuliahan, tak kenal pertanian, tapi apa yang dia dapat disini? Keluarga kekasihnya tidak menerimanya…dia terus dicemooh masyarakat, tidak ada yang peduli terhadapnya, dan aku tahu…dia mencari teman disini yang mau menerimanya, anak-anak desa lain yang suka nongkrong…dan aku paham karena disini memang dia tidak punya teman”

“ohhh…” putri hanya terdiam mencerna setiap kata yag kuucapkan

“dik…aku kasihan, aku kasihan padanya, dia sebenarnya anak baik, dia hanya ingin bertanggung jawab atas perbuatannya menghamili ranti, itu makanya dia orang baik, sampai dia rela di usir oleh keluarganya, keluar dari kuliahnya…itu semua demi apa coba dik? Demi orang yang dia cintai dik, makanya aku sebenarnya tak rela jika ada orang yang menjelek-jelekkan dia”

“mas..tapi mas aji lihat sendiri kan, semalem saja dia mabok gitu”
Aku tersenyum
“tidak setiap orang mabok itu orang jahat, dilihat dulu alasan dia mabok itu apa? Hmmm…aku paling susah langsung menghakimi seseorang hanya dari perbuatan sekilasnya saja”

“hmmm…mas aji sangat lain pemikirannya..”
“ya dik, kita harus bisa melihat seseorang dari sisi baiknya, jangan kejelekannya, karena setiap orang pada dasarnya punya dua sisi itu, dan aku rasa banyak sisi baik dari seorang agung yang bisa kita contoh, paling tidak sikap tanggung jawabnya, coba dik, jika agung itu lelaki jahat, pastilah dia akan tinggalkan ranti sendiri yang sedang hamil dan mengurus anak”

Putri hanya terdiam…
“makasih mas ”

“lhoo…kok malah ngobrol to?”
Suara bu sujar mengagetkanku
Seketika kami menolehh….
kulihat bu sujar datang dengan menggendong ember berisi pakaian kotor menghampiriku

Kudengar suara keras dari dalam rumah
Suara pak sujar..
Seperti sedang memarahi seseorang
Aku langsung berlari…kutinggalkan aktivitasku menjemur pakaian

Kudapati kamarku terbuka
Pak sujar berdiri kaku di pintu kamar yang terbuka
Sempat kudengar…”heyyyy….lihat tuh…mas aji, nyuci dan njemur pakaianmu…kamu ini lagaknya kayak majikan saja, enak-enakan tidur…banguuunnn…”

Aku mendekat
“pak sujarr…ada apa?”
Kutoleh kedalam kamar
Agung setengah duduk dengan selimut sebatas dada, memperlihatkan dadanya yang telanjang
Sorot matanya kosong

“ini lho mas…mosok dia itu malah enak-enakan tidur, sementara njenengan yang nyuci dan njemur pakaiannya, mbok dibantu atau gimana kek..” pak sujar masih dengan nada jengkel

Aku tersenyum..
“ohhh…nggak pa pa kok, aku juga sekalian nyuci pakaiankukok pak”
“ya..bukan gitu caranya to” nadanya pak sujar masih jengkel
“sudahlah pak, nggak pa pa pak, sudah sudah pak, nggak pa pa” ujarku menenangkannya
“ya sudah mas, hey truk, ini terakhir kalinya ya, kulihat kamu mabok di rumahku, aku tak ingin rumah ini untuk para pemabok macam kamu”

Pak sujar berkelebat pergi meninggalkanku
Agung masih duduk dengan sorot mata kosong
Aku berjalan pelan mendekatinya

“gung..” aku duduk di sampingnya
Dia masih diam
Sorot matanya masih kosong
“ji, kamu sengaja ya…ngerawat aku, nyuci bajuku biar aku dimarahi pak sujar itu to?”

Kupandang agung
Dasar!
Sudah kutolong dan kurawat, bukannya terima kasih malah memarahiku

Tiba-tiba wajahnya menatapku tajam
“iya kan ji?” nadanya meninggi

Aku tersenyum
“iya!” jawabku singkat
Aku bangkit…
“gung, kamu tidur lagi saja, aku mau jemur pakaianmu yang tadi malam kotor oleh muntahanmu, basah oleh hujan…hmmm…kalau kamu pengin berpakaian ambil saja pakaianku yang ada di lemari, pilih…” ujarku

Kutinggalkan agung
Sempat kulihat kedua telapak tangannya menutup wajahnya

Dan aku kembali ke halaman
Melanjutkan menjemur pakaian yang tadi kucuci di sungai bersama putri dan bu sujar

Kutarik nafas panjang
Badanku terasa begitu segar pagi ini
Mungkin karena tadi aku telah mandi
Atau…mungkin besok atau nanti sore aku sudah bisa ke semarang
Meninggalkan segala problematika hidup di desa ini yang menyesakkan dada


Keseruput pelan gelas teh hangat
Kehangatan mengalir pelan menyusuri kerongkonganku dan berpedar dalam tubuhku
Sangat nikmat
Kuambil ketan panggang yang tersedia di meja
Kumakan pelan sambil sesekali menyeruput teh hangat

Otakku masih penuh dengan agung
Tanda tanya apa yang telah terjadi padanya
Dan ternyata dia masih emosi, belum stabil emosinya

Aku bangkit
Kuambil nampan kecil
Dan kuletakkan segelas teh hangat diatasnya dengan beberapa potong kue

Kubawa pelan masuk ke kamar
Agung masih dalam posisi semula
Setengah duduk dengan sorot mata kosong menatap ke depan

Kututup pintu dan kukunci
Suara gerendel kunci kamar membuatnya mendongak
“napa di kunci?” dia bertanya

Aku Cuma tersenyum
Kudekati dirinya
“minum gung…”
Kusodorkan gelas teh hangat kepadanya
Dia mengambilnya dan langsung meminumnya
“napa kamar di kunci ji?”
Dia masih bertanya

“kamu…kamu kan masih telanjang, gimana kalau putri lihat kamu coba?” alasanku
Seketika di letakkan gelas kosong diatas nampan
Dan dibukanya selimut yang menutup tubuhnya
Dia terbelalak kaget
Rupanya dia baru sadar kalau dirinya telanjang bulat
Mataku langsung berbinar
Kulihat mobil jeep datang
Itu mas yoga…
Ohhh…berarti selesai sudah tugas beratku disini
Nanti sore atau besok pagi aku bisa kembali ke semarang

Ahhh…aku rindu semarang
Rindu udara panas yang mengalirkan keringatku
Mencairkan bekunya semangat hidupku

Setengah berlari aku menuju halaman
Dan ternyata mas yoga bersama danang
Danangpun tersenyum melihatku

Ahhh…mas yoga membawa tas besar
Ini pertanda dia akan menetap disini
Ini juga pertanda aku sudah boleh pulang ke semarang
Akupun langsung menuju tas besarnya
Kubawakan keluar sambil tersenyum ceria

“gimana mas…yang proyek di batang sudah beres?”tanyaku pada mas yoga
“udah lah…sekarang kamu dah bebas, tapi pulangnya besok saja, ngecek administrasi dulu ya”
“hmmm…” Cuma itu yang keluar dari mulutku
“nang…” aku menoleh pada danang
“ya mas”
“kok bisa ketemu mas yoga?”
“iya…semalam kita janjian ya mas yoga?”
Mas yoga mengangguk

Kami masuk rumah
Suasana menjadi begitu riuhnya ketika pak sujar, bu sujar juga putri menyambutnya
Tapi…
Agung masih saja di kamar…
Kudiamkan saja
Emosinya belum stabil

Tiba-tiba mas yoga menyeretku ke kamar
“ji agung asistenku kenapa? Ada masalah?” mas yoga berbisik
Aku mengangguk…

Akhirnya mau tidak mau kuceritakan kejadian agung yang datang dalam kondisi mabuk semalam…

“dia mabuk?”
Aku mengangguk
“napa?”
“aku nggak tahu mas…yang jelas dia pasti sedang dalam masalah”
“ohh…mabuk bukan menyelesaikan masalah”
“iya mas”
“trus kondisinya sekarang gimana?”
“kayaknya udah lumayan kok”
“hmmm…ya udah, hari ini dia nggak usah kerja saja ya, biar proyek kita yang nanganin”
“mas…”
“ya ji…”
“aku hari ini libur yah…”
“libur? Maksudmu apa?”
“gini mas, proyek biar kamu dan danang yang nanganin, aku mau siap-siap untuk pulang besok pagi dan…benernya sih pengin jalan-jalan kemana gitu, selama ini aku kok Cuma disini saja nggak kemana-mana”
“ohhh…baiklah…emangnya mau jalan kemana?”
“nggak tau..eh mas…sekitar sini ada obyek wisata nggak ya?’
“wahhh…nggak tau, terdekat disini ya hanya dieng?
“ohhh dekat to? Asyiiikkk..ya udah aku ke dieng saja”
“emang mau ama siapa kamu jalan-jalan ji?”
“sama agung”
“lho katanya agung belum fit?”
“sudah kok”
“naaangggg….” Tiba-tiba mas yoga memanggil danang
Aku kaget…

Dalam waktu singkat danang sudah ada di pintu
“ya mas ada apa?”
“nang…kamu tau nggak obyek wisata sekitar sini? Nih aji katanya mau jalan-jalan sebelum besok pulang ke semarang’
“banyak mas…ada curug, dieng, perkebunan teh tambi, wana wisata jumprit dan…pemandian kali anget” danang menjelaskan

Aku langsung berbinar
“ya udah aku mau ke tempat itu semua ahhh…” aku terkekeh
“uhhh…” mas yoga garuk-garuk kepala
“nang…tolong aji di antar ya, ke tempat-tempat itu..”
“woww…oke mas…kapan? Sekarang?” danang wajahnya langsung cerah

“tidak!..aku saja! Aji tanggung jawabku!”
Terdengar suara keras agung di pintu
Kami semua mendongak kaget
Dan kutatap agung di pintu dengan wajah serius

Aku terpaku melihat alam ini
Sungguh luar biasa…
Kami melewati jalan beraspal yang telah rusak
Di sisi kanan kami ada jurang menganga sangat dalam dan di sebelahnya lereng terjal gunung prau dengan hutan pinusnya
Sisi kiri kami kawasan gunung tlerep yang juga berhutan pinus
Semua jadi begitu dekatnya
Begitu indahnya dan hhh…menururtku berbahanya juga
Mungkin gunung juga bisa dikatakan perumpamaan diriku..
Dari jauh begitu mempesona…tapi pada dasarnya aku adalah orang dengan segudang kejelekan jika di teliti
Yang pasti jalan yang kulalui saat ini bersama agung adalah jalan di celah dua gunung besar

Jalanan juga begitu sulitnya untuk dilalui
Menanjak…
Kemudian turun terjal…
Berbelok…sambil menukik tajam
Aku ngeri juga…
Tapi aku tidak panik
Aku percaya betul, agung pastilah sudah begitu hafalnya jalanan disini
Dan dia juga mahir banget caranya mengendarai sepeda motornya

Dan ketika sampai di puncak…
Kami berhenti…
Angin semilir dingin menyerbu kami

“itu kawasan dieng…”agung menunjuk ke depan
Sebuah kawasan yang terdiri dari gunung tinggi dengan rumah penduduk yang terlihat kecil-kecil di lembahnya
Sangat indah…
Terlihat jalan raya dieng berkelok-kelok bagai ular
“itu daerah wonosobo…”agung menunjuk lagi sebuah kota yang tertutup kabut tipis

Hmmm kulihat di kejauhan…
Kota dengan gedung-gedung yang terlihat kecil di lembah gunung sindoro yang begitu indah…

Aku turun dan terus menatap takjub pemandangan ini
Dan agung hanya diam saja

Agung sudah dalam kondisi baik sebenarnya
Pengaruh alkohol juga sudah tidak ada lagi
Dan kesegaran seorang yangbernama agung bisa kulihat saat ini
Walau ….
Kurasakan masih ada kekosongan di sorot matanya
Tapi…
Yang kutahu saat ini dia sudah melupakan kejadian semalam

Agung berjalan agak menjauh dariku
Kulihat tubuhnya yang tinggi besar seperti monumen indah di puncak gunung
Dia hanya memakai celana sebatas lutut…celananya mas yoga
Yahhh…dia tadi kupinjami celana mas yoga, karena hanya celananya yang muat di pinggangnya
Dan kaos putih, milikku, ketat…karena kekecilan
Tapi walau kaos ini terasa begitu ketat…sangat indah ketika dipakai dia
Dadanya menyembul ketat
Dengan tonjolan dua biji dadanya yang besar terlihat
Sexy….

“jiii…kesini!” dia setengah berteriak
Aku kaget dan langsung berlari menghampirinya

Sekali lagi…
Dia menunjukkan beberapa tempat yang indah yang terhampar di bawah sana
Di dekatnya aku kurang begitu konsentrasi
Hanya sesekali aku mengangguk
Entahlah …aku mengagumi tempat laksana nirwana ini atau aku menikmati moment-moment indah bersama agung
Atau…mungkin keduanya
Yang jelas hatiku begitu bahagia saat ini

“jii..setelah ini kamu mau kemana?”
Aku menoleh ke arahnya
“terserah…” jawabku datar
Di menoleh kearahku
Sejenak tatapan mata kami beradu

“kok terserah…gimana kamu ini to?”
“ya terserah…aku kan nggak tahu tempat ini, jadi aku ngikut aja”
“hmmm…”
Kurasa agung bingung

“eh gung, aku penginnya rileks…hmmm…ada tempat untuk rileks nggak ya.?”
“semacam hotel gitu?”
“ya nggak lah…mosok hotel, itu sih tempat untuk tidur gung”
“hehehehe…dimana ya?”

Dia terdiam sejenak
“hmmm…oh iya…di kalianget saja”
“kali anget? Apaan tuh?”
“tempat pemandian air panas ji”
“ohh..trus aku mandi air panas gitu?”
“uhhh…kamu ini goblok nggak ilang-ilang…disana kamu bisa berendam dengan air panas alami, semaumu…katanya kamu mau rileks…”
“ohhh…tempatnya tertutup atau terbuka?”
“ada yang tertutup ada yang terbuka ji, pilih aja yang tertutup, di kamar gitu, nanti sistemnya sewa…”
“ohhh…ya udah…cepetan…aku mau kesana…”kataku bersemangat

Agung Cuma terkekeh
Dan aku tersenyum
Membayangkan aku berendam air panas
Berdua…
Di tempat yang tertutup
Sambil rileks…
Bersama agung yang sexy…
Sekali lagi aku tersenyum…
Perjalanan selanjutnya seperti menyusuri keindahan nirwana
Jalan berkelok menurun tajam dengan kondisi aspal yang mulus
Menyusuri celah diantara dua gunung
Melewati ladang penduduk yang ditanami kentang dan wortel
Membentuk petakan-petakan indah di lereng-lerengnya

Udara bersih sejuk menerpaku
Kami melewatinya dengan hanya diam
Aku memang nggak ingin melewatkan pemandangan ini dengan mengobrol

Beberapa kota kecil yang tadi terlihat sangat kecil kini aku lewati
Rumah-rumah penduduk berjejer di sepanjang jalan
Ini adalah celah…
Lembah memanjang diantara gunung-gunung yang berderet dari selatan ke utara
Dibagian timur ada gunung sindoro, gunung butak, gunung tlerep dan gunung prau
Dan dibagian barat terdapat gunung bismo dan gunung dieng
Kami melewati celahnya
Sebuah lembah memanjang yang sejuk

Aku tak henti-hentinya mengagumi keindahan alam ini
Udara begitu sejuk
Kulihat alam disini begitu suburnya
Air seperti tak habis mengalir disepanjang pinggir jalan
Jernih…
Suaranya gemericik
Sangat menyejukkan mata

Dan…
Jalanan semakin ramai …
Sepertinya kami melewati beberapa kota yang lumayan besar
Agung mengendarai sepeda motor dengan pelan…
Lumayan hati-hati dia mengendarainya
Entahlah…kali ini kurasakan agung juga menikmati perjalan ini

Dan…akhirnya tempat yang kami tujupun telah di depan mata
Sebuah gerbang berupa gapura bertuliskan ‘PEMANDIAN AIR PANAS KALIANGET’ menyambut kami
Aku turun untuk membyar tiket masuk
Sebuah area luas
Dengan beberapa kolam renang alami
Tidak begitu ramai…
Banyak pohon rindang hijau yang menaungi areal ini
Dan aku tersenyum…
Aku mulai jatuh cinta dengan tempat ini
Ternyata di tempat ini ada dua macam pemandian
Pemandian yang pertama bersifat umum…
Di sebuah kolam renang yang airnya hangat
Dan untuk yang ini tidak perlu lagi membayar tiket alias gratis
Dan pemandian yang kedua bersifat privat…
Disediakan kamar-kamar mandi yang bisa disewa
Waktu sewanya 20 menit

Aku memang ingin yang privat saja
Aku harus membayar tiket lagi untuk sewa kamar mandi
Sangat murah…

“mau dua kamar atau satu ji…” tanya agung
“satu aja ahh..”
“aku kan juga ingin berendam?”
“berendam bareng aja”

Agung hanya diam
Dan kami berjalan pelan mengikutinya

Kubuka pintu kamar mandi
Sebuang rangan yang cukup luas untuk ukuran kamar mandi
Ada dua ruangan di dalamnya
Ruangan yang luas terdiri dari bathtub panjang dengan dua keran besar diatasnya
Dan sebuah ruangan kecil…sebuah kamar mandi dan toilet untuk bilas

“bentar…tempatnya aku bersihkan dulu”
Agung langsung sigap
Memutar keran air hingga terpancar keluar
“ji..kran yang ini untuk air panasnya dan yang ini untuk air dinginnya, pokoknya nanti kamu bisa atur sesuai keinginanmu”

Aku Cuma mengangguk
Air dingin terpancar keluar
Dan dengan sigap agung langsung mengosok dasar bathtub
“ini harus dibersihkan ji, karena yang berendam di sini sebelumnya belum tentu orang yang kondisinya sehat”

Dan setelah di rasa bersih, agung membuka tutup bathtub di bagian bawah
Dan dengan cepat bathtub terlihat bersih
Agung kembali menutup bathtub
Dan kemudian dia mengalirkan kran air panas
Air panas keluar dengan derasnya
Asapnya mengepul dalam bathtub
Aroma belerang terpancar….

“bentar tunggu dulu ya….”
“kok nggak dicampur dengan air dingin gung?’
“hmmm…biar dulu diisi air panas ji, biar kalau ada bibit penyakit bisa mati”
“Ohh…kamu sudah pernah kesini gung?’
“sudah …beberapa kali”
“ama siapa?”
“sendiri…”
“kok sendiri?”
“iya..”
“dalam rangka apa?’
“ya…kadang pengin nyante saja”
“ohhh…”

Dan setelah beberapa menit, agung mengalirkan kran air dingin
Dua sifat air yang telah bercampur
Antara panas dan dingin
Menghasilkan air hangat

Agung mengecek kondisi air
“udah siap ji…silakan kalau mau berendam”
Aku langsung meletakkan tas punggungku
Kubuka
Kuambil handuk berwarna putih dan peralatan mandi
Kukeluarkan semua

Kucopot baju
Da seluruh pakaianku
Aku tak peduli lagi dengan agung yang cuek melihatku
Pelan aku masuk ke bathtub
Hangat…
Benar-benar hangat
Dan pelan aku merosot duduk hingga air sebatas dada
Kulihat agung hanya berdiri saja mengamatiku

“gung…”
“iya ji”
“kamu…hmmm…sini kamu…ikut berendam nemenin aku”
“ohhh…entar sesak tuh bak mandinya’
“nggak pa pa..ayolah”

Sesaat agung sempat ragu
Tapi akhirnya dengan pelan dia mencopot kaosnya
Dan celananya
Semuanya lepas dari tubuhnya
Aku memandangnya tanpa berkedip
Bagiku pesona agung tak kan ada habisnya…

Tubuhnya sempurna…
Semuanya sempurna hingga sulit kulukiskan dengan hanya sekedar kata-kata

Pelan kaki agung melangkah masuk
Pahanya kekar….
Berambut lebat
Putih dan terdapat batas garis coklat

Air sempat bergejolak ketika tubuh agung mulai masuk kedalam air
Kami duduk berhadapan…
Kedua lengan agung merentang disepanjang sisi bathtub
Lengannya kokoh
Bulu ketiaknya lebat menyembul disela-sela ujung lengannya

Pelan aku mendekatinya
Bergerak pelan menuju tubuhnya
Agung kaget…..
“mau apa jii?’ Agung bingung

“ssstt….” Aku menempelkan jari di bibir
Tanda agar agung tenang…

Dan aku menempatkan diriku diatas pinggangnya
Aku masing bingung dengan gerakanku
Aku memposisikan diri sedemikian rupa hingga mirip dipangku agung

“jiii…ngapain?’
Aku cuek…
Kurebahkan tubuhku hingga bersandar di tubuhnya
Nyaman…
Tubuh agung begitu liat terasa hangat ketika menempel kulitku

Kutempelkan wajahku di dadanya
Posisiku meringkuk mirip bayi mau menyusu ibunya
Dada agung menempel ketat di pipiku
Hangat......
kurasakan degub jantungnya
Kurasakan hangat kulitnya
Dan kuhirup aroma tubuhnya
Dan kurasakan penisnya di pantatku..kenyal

“jii…kamu…kamu aneh” suara agung parau
“hmm…aku Cuma ingin kamu rileks’
“rileks?”
“iya…aku tahu kamu sedang ada masalah gung”
“hmmm…”
“gung..mabuk tidak menyelesaikan masalah..”
“iya…tapi hanya itu yang bisa kulakukan..”
“ohhh…sekarang…lupakan masalahmu…kita berendam…akan kubantu kamu agar rileks gung’
“makasih ji”

Aku semakin mempererat tempelan wajahku di dadanya
“jii…”
“ya”
“hmmm…kamu luar biasa, kamu memiliki hal yang tidak di miliki lelaki lain”
“apa? Emangnya aku memiliki apa gung?’
“kamu memiliki kelembutan hati yang luar biasa”
“apa?”
“iya…berkali kali aku kasari kamu, tapi bukannya kamu marah, kamu bisa begitu sabar menghadapiku, aku paham Cuma kamu seorang yang selalu membelaku saat banyak orang yang mencemoohku”
“hmmm…” aku Cuma berguman..
“makasih ji, aku senang di pertemukan dengan kamu”


Pelan wajahku bergerak
Naik keatas keujung lehernya
Dibawah telinganya…
Aku berbisik…’gung, peluk aku…
“apa?’
“peluk aku…” bisikku lagi

Dan pelan lengan agung bergerak
Memelukku dengan erat
Dan wajahku semakin erat di lehernya
Menghimpun seluruh aroma tubuhnya
Aku memejamkan mataku
Meresapi seluruh keintiman ini
Sekali lagi aku berbisik ..”gung…pejamkan matamu…”

Tapi aku tak peduli lagi dia memejamkan matanya atau tidak
Yang kurasakan saat ini perpaduan hangatnya air dan hangat tubuhnya
Meresap dalam menyelimuti seluruh tubuhku…
“jii…”
“hmmm…” aku Cuma mengguman
“kamu ngapain?”

Aku terdiam
Dalam hati aku geli juga dengan apa yang aku lakukan saat ini
Wajahku menempel erat di lehernya
Tubuhku menekuk, menggelendot manja di pangkuannya
Mirip orang sedang bercumbu…
Akhh…aku memang sedang bercumbu…
Cuma agung yang tidak menyadarinya saja

“aku…hmmm…aku Cuma ingin rileks saja” jawabku ngasal
“ini aneh…” agung mengguman
“aneh napa?”
“nggak tau lah…”
“aneh napa?” tanyaku lagi
“aku rasa…kamu mirip cewek…
‘Hahhh…”
“maksudku kamu mirip cewek …………sejak tadi..mencumbuku”
“biarin”
“kamu sedang nafsu tinggi ya?”
“iya…kayak kamu”
“lho kok kayak aku?”
“iya lah…semalam kamu merkosa aku…sekarang meluk-meluk aku”

Dengan cepat dia membuka pelukannya
“hehehhee..enak saja, bukannya kamu yang nyuruh meluk…uhhh”
“iya…tapi kalau kamu nggak lagi nafsu tinggi pastilah nolak kalo aku suruh meluk”
“uuhhh..udah sana ahh..jauhhh…” usirnya sambil mendorong tubuhku menjauh
Tapi aku tetap saja…
Lengket di badannya
Kesempatan seperti ini tentu sangat jarang aku dapatkan
Memeluk tubuh sempurna milik agung

“gung..”
“hmmm iya..”
“kamu suka?”
“suka apa?”
“suka dengan keadaan kita saat ini?”
“maksudmu?”
“apa kamu suka, aku lengket dengan kamu saat ini?”
“jujur saja…hmmm…agak aneh saja’
“kok aneh?”
“la iyalah..kita kan sesama lelaki…”
“ohhh…emang napa? Bukannya kulit lelaki juga sama hangatnya”
“iya tau, Cuma ngerasa aneh saja…”
“kamu belum pernah pelukan ma lelaki ya?’
“belum lah…baru kali ini”
“gimana?..... Enak kan? Jadi rileks kan?”
“iya…mungkin karena yang kupeluk itu kamu”
“emang napa?”
“ya…aku sudah kenal kamu, itu saja..kalau selain kamu udah berani peluk-peluk aku, pasti sudah kutendang sejak tadi”
“hehehe”aku tertawa lirih
“kok ketawa?”
“hmmm…gung, kamu sekarang lebih romantis”
“romantis apaan?”
“iya…peluk aku lagi gung” bisikku

Sejenak agung agak ragu
Tapi kemudian dengan cepat agung kembali memelukku
Erat….
Sangat-sangat erat hingga aku susah bernafas dalam himpitan dadanya

“ohhh…jii…andai kamu ini cewek, pasti aku sudah tergila-gila denganmu….”bisiknya parau
Aku Cuma terdiam…
Aku masih sibuk dengan perasaanku
Sibuk dengan rasaku
Merasakan betul pelukan eratnya
Dalam air hangat
Dan bathtub ini jadi saksi…
Jadi saksi menyatunya tubuhku dan agung dalam sebuah pelukan erat…
to be continued...
 

0 comments:

Post a Comment