DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 12

Chapter 12
by Ajiseno


setiap langkah kaki seolah terdapat makna
aku melangkah pelan dalam kebisuan
mengikuti langkah-langkah kaki di depanku yang juga pelan
menyusuri jalan desa...
dengan obor menyala di banyak tangan
berjalan menyemut...
mengikuti keranda jenazah yang jauh di depan
menuju ke suatu tempat...
tampat dimana jazad pak amin akan terbaring selamanya

aku dan semua warga berjalan dalam kebisuan
hanya suara kaki berderak bersama mengiringi setiap langkah
aku menunduk dan sesekali menghela nafas pelan
dalam bathin...anganku begitu jauh...
bahwa kelak aku juga akan seperti pak amin
tertidur di keranda...
diiringi orang-orang yang mencintaiku
menuju rumah terakhirku
menuju pembaringan terakhirku
untuk hidup kekal di alam sana
tak kan ada yang kubawa
semuanya...
semua yang kucinta di dunia ini
semuanya....
semua kutinggalkan
aku akan seperti bayi yang baru di lahirkan
tak membawa apa-apa...
menjemput kehidupan baru
hanya satu bekal yang akan kubawa...
amal kebaikan ketika diberi amanah hidup di dunia ini

aku menghela nafas panjang
tapi.....
aku merasa tak punya amal kebaikan
aku merasa berlumur dosa
bersenang-senang atas nama nafsu...
ohhhh...Tuhannn...
jika ajal menjemputku kelak...
aku ingin...Engkau mengampuni samudera dosaku
aku ingin...Engkau mengirim malaikat terbaikMu untuk menjemputku
aku janji....
aku akan memperbanyak amal kebajikan
selagi kumampu
selagi Engkau beri nafas dalam setiap gerakan hidupku

aku berjalan menunduk...
tak terasa mataku membuncahkan air mata
kuseka pelan dengan lenganku
aku menangis bukan menangisi kepergian pak amin yang memang telah menemui takdirnya
aku menangis karena....
aku sadar aku belum ada sedikitpun kebajikan yang telah kuperbuat dalam usia yang telah diberi untukku
aku juga sadar...hidupku penuh noda
selalu bermain untuk memuaskan nafsu semata...
aku juga sadar...sekian puluh tahun hidupku hanya diisi dengan maksiat semata

semakin lama mataku semakin deras meneteskan air mata
tubuhku tergoncang
dan...
kurasakan ada lengan kokoh merangkul pundakku
memberi penguatan
terhadap rapuhnya hidupku
"yang sabar jii" bisiknya
aku mengangguk pelan
karena hanya itu yang dapat kulakukan


iring-iringan pengantar jenazah mirip pawai
paling depan membawa lampu petromaks dan dibelakangnya membawa obor bambu
ratusan orang
orang yang sudah tua dan para wanita tidak ikut mengantar
hanya laki-laki muda dan keluarga dekat saja yang ikut mengantar jenazah
iring-iringan pelayat berjalan pelan diiringi kalimat istiqfar pelan menembus kabut tipis
menuju pemakaman yang letaknya diujung desa
di bagian paling atas di desa ini

tadi setelah jenazah pak amin tiba dari rumah sakit
dengan cepat warga merawat jenazah
dimandikan...
dibawa ke masjid agung...
disholatkan...
dan langsung upacara pemberangkatan

baru kali ini aku melihat upacara pemakaman yang super cepat dan efisien
setiap warga bergerak dengan kesadaran sendiri
mereka seolah tahu tugas masing-masing
semuanya
aku hanya memandang takjub
hanya butuh kurang lebih sejam saja, jenazah sudah bisa diberangkatkan
luar biasa....

kami terus berjalan...
lumayan jauh jarak tempat pemberangkatan ke pemakaman
menyusuri jalan desa yang lurus
mendaki...
dan dari jauh dari temaram cahaya purnama yang sinarnya terhalang kabut putih tipis
kulihat gunung prau yang kokoh hitam
di lerengnya siap menyambut kehadiran jenazah pak amin
dan dari jauh...
kulihat bayangan hitam
bergerumbul...seram
bayangan beberapa pohon beringin
disanalah pemakaman akan dilaksanakan

baru kali ini aku mengikuti pemakaman jenazah di malam hari
suasananya sungguh lain...
sangat-sangat syahdu dan khusyuk

dan akhirnya...
sampai juga dipintu masuk pemakaman
sebuah gapura kuno menyambutku
di kiri kanan terdapat dua pohon beringin yang sudah sangat berumur
tinggi menjulang dengan akar-akar pohonnya yang menjuntai panjang hampir menyentuh tanah
mirip tirai...

dari jauh kulihat lampu petromaks di bagian atas makam
disanalah para penggali liang lahat menunggu kedatangan jenazah

jalan mendaki setapak
disela-sela batu nisan yang nampak gelap
disela-sela rumput alang-alang yang berembun sejuk
akhirnya sampai juga..
di liang lahat yang telah disiapkan

sebuah lubang berbentuk persegi panjang
dengan panjang sekitar dua meter
tanah basah hasil penggalian menggunung

dan upacara penururnan jenazah dimulai
seorang imam masjid memimpin
beri wejangan pada jenazah jika bertemu malaikat penunggu kubur
aku merinding...
wejangan ini sebenarnya untuk para pengiring jenazah
karena aku paham...
jenazah takkan lagi dapat mendengar apa yang dikatakan orang yang masih hidup
aku benar-benar merinding
karena aku merasa wejangan ini ditujukan hanya untukku

di saksikan oleh kelamnya malam ini
disaksikan oleh kabut tipis yang memebku
aku menitikkan air mata
seiring dengan turunnya jenazah ke liang lahat
tak hanya aku yang menangis
sumargi...anaknya pak amin
dan seluruh kerabatnya
semua terdiam dalam kebisuan
menyaksikan jenazah yang telah masuk liang lahat
bertemu dengan tanah...
asala mula terbentuknya jazad itu sendiri
kembali menjadi tanah

sekali lagi aku merinding...
membayangkan gelap alam kubur
membayangkan bumi yang menghimpit
membyangkan dingin disana
tanpa teman
tanpa kerabat
tanpa orang-orang yang di kasihi

aku juga membayangkan
bagaimana dalam gelap malaikat hadir
dalam rupa sesuai amal kita
mungkin seram...
mungkin pula sangat tampan bersinar

akhhh...bagaimanapun kematian tetap saja sebuah misteri...

pemakaman selesai
upacara ditutup dengan doa yang dipimpin imam masjid
semua pengiring duduk melingkari pemakaman yang masih baru
dengan tanah basah...
yang diatasnya bertabur bunga mawar dan kenanga

semua hening...
khusyuk dalam doa...
dan ketika doa selesai ...satu persatu meninggalkan pemakaman
meninggalkan jazad pak amin yang terbaring tenang di alam sana
dalam kesunyian...
dalam kabut tipis
teriring doa semoga beliau diberi kebahagiaan yang jarang dia peroleh ketika dia di dunia
suasana rumah kecil pak amin seusai pemakaman masih ramai
suasana duka masih menyelimuti

beberapa penduduk sudah pamit..kembali ke rumah masing-masing
tak kulihat pak sujar
agungpun tadi pamit...entah pergi kemana...
dengan pakaian rapi
dengan bau wangi dari tubuhnya
rambutnya juga tersisir rapi

ketika kutanya mau kemana, dia hanya menjawab..."nanti aku cerita.."
sambil berlari hilang di telan kabut

mungkin dia sudah pacar baru
mungkin ada cewek di seberang sana sedang gelisah menunggunya
uhhh...buat apa juga mikirin urusannya agung...
toh dia sudah dewasa..
punya kehidupan sendiri
dan aku tak berhak mencampuri urusannya

kubiarkan agung yang telah pergi
perlahan aku masuk rumah pak amin
bermaksud pamit..kembali ke rumah pak sujar
sudah malam
sekitar jam sembilan

kutemui dan kusalami bu amin dengan anaknya yang bungsu masih menggelendot manja di pundak ibunya
anak kecil yang belum paham akan arti sebuah kehilangan orang tua
kusalami bu amin
dalam isak tangisnya..
"terima kasih bantuannya mas... ' ujarnya lirih disela isakannya
"ya bu. ibu yang sabar ya...saya hanya bisa bantu doa bu, moga arwah bapak di terima di terima di sisiNya"
"makasih...mas.."
aku mengangguk pelan
"sumargi dimana bu?"
"di kamar mas.."

aku melangkah menuju kamar yang tadi ditunjuk bu amin
kubuka pelan pintu reotnya...
tampak sumargi yang sedang duduk diatas kasur, bersandar pada dinding reyot
dia mendongak kaget melihatku
wajahnya berurai duka
matanya sembab..

pelan aku mendekat
duduk di depannya
kuulurkan tanganku menyentuh pipinya
kulitnya hitam
wajahnya tirus..pucat

seorang pemuda yang masih belia
yang harus menjadi tulang punggung keluarganya sepeninggal bapaknya
dan...
andai aku jadi dia...
aku mungkin akan mati akal

tiba-tiba tubuhnya ambruk kedalam tubuhku
kupeluk erat tubuhnya
dia terisak...dalam sedu sedan
kuusap rambutnya pelan
"yang sabar yahh..." bisikku

dia masih terisak
aku paham
dia butuh tempat berbagi duka saat ini
sumargi masih terus memelukku dalam isak tangisnya

"aku bagaimana.....bagaimana mas...sama siapa...sama siapa masss..." suaranya disela isak tangisnya
"ada aku....ada aku...jangan kuatir..."ujarku menenangkannya
dia masih terus terisak dalam pelukanku

dan setelah kesadarannya puluh
pelan dia melepaskan diri dari pelukanku
menyeka sisa air mata dengan punggung lengannya

dia tertunduk
dadanya turun naik seiring sedu sedannya

"gii...jangan kuatir, aku akan menolongmu..." bisikku spontan
"mass...aku tak mau merepotkan mas aji.." ujarnya lirih
"tidak repot, aku paham, kamu anak sulung, kamu harus menjadi pengganti bapakmu yang telah tiada"
"iya mas..."
"kamu jangan menyerah ya, ingat..kamu punya ibu dan tiga adik yang masih kecil, mereka butuh kamu, kamu harus sehat"
"iya mas..makasih" ujarnya lemah

kuusap rambutnya pelan
"kalau kamu sudah siap..kapan-kapan temui pak yoga di rumah pak sujar...ada pekerjaan untukmu'
"pekerjaan apa mas?'

aku terdiam memandangnya
kupandang matanya
ada sorot harapan disana

"temui saja..pokoknya kamu harus bekerja, untuk membantu keluargamu"
"tapi aku tak punya keahlian apa-apa mas, cuma lulus SMP"
"nggak pa pa" bisikku

dia tersenyum
"makasih mas'
"ya...maaf hanya itu yang bisa kubantu untukmu"
"ini sudah lebih dari cukup mas...makasih mas"

sekali lagi kurengkuh tubuhnya yang kurus
kembali dia terisak dalam pelukanku
"aku pulang dulu...kamu yang sabar ya..."
kurasakan dia mengangguk pelan di dadaku

aku hanya bisa menghela nafas panjang
ini semua laksana mimpi
Sudah jam satu malam
Hujan lumayan deras
Dingin….
Dan entahlah, ini diluar kebiasaanku, aku begitu gelisahnya..susah tidur
Mungkin ini pertama kalinya aku tidur sendirian dikamar tanpa teman setelah teguh pergi..
Atau mungkin…teringat pemakaman tadi
Teringat nasib keluarga pak amin

Yang jelas apapun kemungkinannya…
Malam ini aku begitu susah tidur

Tadi selepas pulang dari rumah pak amin sekitar jam sepuluh malam, hujan mulai turun
Dan sampai saat ini hujan masih saja turun
Kadang deras…
Kadang ringan…
Disertai petir…
Keadaan lumayan mencekam
Dan ini pertama kalinya aku merasakan hujan di desa ini
Heran saja, tadi udara begitu cerah dengan bulan purnama, tiba-tiba mendung datang dan langsung hujan
Dinginnya sampai menusuk tulang
Aku berselimut dua, memakai sweater tapi tetap saja dingin

Semakin kupejamkan mata semakin gelisah
Entahlah…
Aku susah sekali untuk tidur

Suara hujan terasa memekakkan telinga
Mungkin hal ini disebabkan atap rumah pak sujar berupa seng, sehingga suara hujan terasa sekali di telinga

Tiba-tiba kudengar suara pintu di gedor
Keras….
“permisiiii…kulonuwunnnnn…permisiiiii…”suara teriakan orang

Ini jam satu malam
Sungguh bertamu yang tidak wajar

Aku diam..
Ada semacam naluri kalau itu pasti orang jahat

Terus kudengar gedoran pintu yang semakin keras
Dan teriakan …kelihatannya suara teriakan lebih dari satu orang

Aku semakin menggigil ketakutan
Dan teriakan orang itu semakin terdengar jelas ketika hujan sedikit mereda
Aku semakin menggigil ketakutan
Kurapatkan selimut…
Aku harus tetap diam dan waspada
Ini yang terbaik yang kulakukan saat ini

Tiba-tiba kudengar suara langkah kaki mendekati pintu utama

“siapa iniii…” itu teriakan suara pak sujar
“saya barnooo…” suara dari luar pintu
“mau apa malam-malam?” suara pak sujar lagi
“mengantar petruukkk pakkk…”
“nggak usahhh”

Aku kaget
Petruk???
Berarti agung…

Dengan sigap aku langsung bangun
Kusingkirkan selimut yang sejak tadi menindihku

Kubuka pintu
Dan kulihat pak sujar berdiri di depan pintu sambil membawa pedang
Hahhh…pedang…
Tapi aku maklum kok, ini kan dini hari
Dan rumahnya digedor-gedor orang, dia pasti membawa pedang hanya untuk jaga-jaga

“pakk ada apa pak?” tanyaku
“mas aji tidur saja, ini ada orang lagi mabuk mau masuk rumah” jawab pak sujar tegas
“kok tadi aku dengar ada petruk?”
“iya, petruk”
“ya udah pak, buka saja!”

Aku berlari menuju pintu
“mas aji…tidur saja, kebiasaan entar malem-malem gini nerima tamu”
“pakk…tadi aku terlanjur janji ama petruk, kalau malam ini kuminta dia kesini”
“ohhh ya udahh, tapi kalau ada apa-apa mas aji gimana?” tanya pak sujar ragu
Aku mengangguk

Pelan pintu dibuka

Terlihat dua orang basah kuyup di depan pintu
Dua orang yang tak kukenal sama sekali
Hatiku menciut

“maaf pak, saya Cuma mau mengantar petruk kesini pak”
“dimana dia?” tanya pak sujar tegas

“Itu pak, disitu”
“hahh” aku melongo kaget

Dua orang itu sedang menunjuk agung yang sedang tergeletak di dinding rumah
Dalam temaram kulihat tubuhnya kotor dan basah kuyup

Aku langsung menerobos keluar
Menubruk tubuh agung yang masih tergeletak
Dia masih bernafas dan mengeluarkan suara erangan
Kugoyang-goyangkan tubuhnya yang basah
Tapi agung masih juga pingsan

“masss…tolong agung bawa masuk mass…” aku berteriak

hujan semakin deras...
angin dingin yang bertiup kencang menerpaku
tubuhku basah kuyup...
kugoyang-goyangkan wajah agung yang masih belum sadarkan diri
dalam keremangan kulihat wajahnya pucat...
"gung...gung...sadar gung..." bisikku
dan agung hanya mengerang saja

kedua temannya datang tergopoh-gopoh mendatangi kami
sama...
agung dan kedua temannya sama-sama berbau alkhohol murahan
minuman yang mudah dijumpai di pelosok desa

"ayo mas cepat bawa masuk..." kataku
kedua teman agungpun dengan cepat mengambil posisi untuk menggotongnya
tapi susah...
tubuh agung begitu besarnya
kami terlalu berat
akhirnya agung dipapah dua orang untuk masuk rumah

kulihat pak sujar hanya berdiri saja mengawasi
dari raut wajahnya aku paham...pak sujar tak ingin ada orang mabuk masuk kerumahnya
dan kulihat putri dan bu sujar keluar dengan tergopoh-gopoh
"ada apa ini to pak" bu sujar berteriak
pak sujar hanya menempelkan jari dibibir untuk memberi kode agar bu sujar dan putri tidak panik

akhirnya dengan susah payah...
agung bisa masuk rumah dengan di papah dua orang
saat ini kulihat jelas
tubuhnya begitu kotor...
penuh noda muntahan, dan tanah
mungkin agung beberapa kali terjatuh waktu mabuk

"mas bawa masuk kamarku mas..."
"ehhh...mas jangan masukkan kamar, nanti kotor, di luar saja" pak sujar menimpali

aku mendekati pak sujar
"pak biar di kamar pak, biar aku urus"
"nggak usah mas aji...nati kamar mas aji kotor"
"nggak pa pa pak, nanti aku tidur di kamar mas yoga nggak masalah kok"

ada keraguan sejenak di wajah pak yoga
semantara dua temannya agung yang sedang memapah berhenti menunggu perintah selanjutnya

"ya sudah!" pak sujar tegas
"ayo mas bawa masuk

tiba-tiba bu sujar datang dengan membawa perlak (taplak meja makan dari plastik)
"mas kasurnya diberi ini agar tidak kotor"
dia menyerahkannya kepadaku

dan dengan cepat aku masuk kamar
kusingkirkan selimut kesisi ranjang
dan kugelar perlak diatasnya

dan pelan agung di rebahkan diatasnya...
kedua temannya mengambil nafas panjang, dia kelelahan..

setelah berbasa basi sebentar kedua temannya pamit pulang
aku hanya bisa mengucapkan terima kasih karena telah menolong agung
dan kuantar keduanya sampai ke pintu
di luar hujan masih deras...
kedua teman agung mengendarai sepeda motor ...menembus gelap malam dan hujan
aku memperhatikan hingga hilang tertelan malam
dalam hati aku begitu salut pada keduanya...sebuah rasa setia kawan yang jarang dijumpai saat ini

pak sujar duduk di kursi tamu
"mas...apa menurut mas aji tindakan menolong petruk sudah benar mas?"
aku mendekatinya
"pak...percayalah...dulu aku pas kuliah sering menolong pemuda mabuk, jadi nggak masalah pak"
"ya sudah...tapi maaf, kami nggak bisa membantu mas aji"
"nggak apa-apa pak, hmmm...dik putri...boleh saya pinjam ember besar?"

putri berlari kebelakang tanpa menjawab
dan kembali dengan ember besar yang kosong

"makasih pak dan bu sujar, mohon maaf kalau keputusanku menolong agung mengganggu ketentraman keluarga sini"
"ohhh...nggak apa-apa mas...terus tindakan mas aji selanjutnya apa?"
"hmmm...orang mabuk ya didiamkan saja pak, paling-paling hanya ku ganti pakaiannya yang basah ...itu saja pak"
"oh ya sudah...perlu bantuan mas?"
"ohh nggak perlu pak...saya bisa sendiri kok, silakan ...bapak ibu...kalau mau istirahat"

pak sujar akhirnya tersenyum
inilah yang membuatku lega
suasana kembali sepi...
hujan masih deras di luar sana

tadi seluruh keluarga pak sujar telah kembali ke belakang
beristirahat...melanjutkan tidur malam yang sempat terganggu akibat kedatangan agung

pelan sambil membawa ember aku masuk kamar
kututup pintunya dan ku kunci

aku memandang tubuh agung...
masih ingat tadi malam dia berdandan begitu tampannya
dan sangat kontras dengan kondisi saat ini
dia terbaring lemah
wajahnya pucat, di pipinya masih terlihat sisa-sisa muntahan
baju bagian depan penuh dengan muntahan yang menjijikkan
celananya belepotan tanah...
semua basah...
kotor..
kalau tadi malam dia bau wangi...sekarang dia begitu bau alkhohol menyengat yang membuatku mual

dengan gerakan cepat kubuka lemari
kuambil handuk bersih..
sarung...
minyak kayu putih
semua kusiapkan di meja...

pertama kulap wajahnya dengan handuk
rambutnya yang basah...hingga kering

kubuka pelan jaketnya
lumayan susah hingga aku harus memiringkan badannya agar bisa lepas dari tubuhnya
satu pakaian sudah lepas dari tubuhnya
dia sesekali mengerang
kulempar jaketnya ke ember

selanjutnya kubuka kancing baju satu persatu...
dan pelan kulepaskan
kulempar kembali ke ember
bau muntahan bercampur alkhohol begitu membuatku mual
tapi ini semua harus kulakukan agar agung tidak masuk angin karena kedinginan

aku menghela nafas panjang...
tubuh agung begitu sempurna...
olah raga fitnes yang membuat tubuhnya menjadi begitu sempurna
putih...dan dibagian lengan terdapat tatto
menambah kesempurnaan tubuhnya

kembali kuambil handuk
dan pelan kukeringkan badannya
ku usap pelan dengan handuk
kudengar kembali agung mengguman sesuatu
aku terus mengusap
pandanganku tertuju pada dadanya
putingnya besar dan berambut...
hmmm...sexy...

selesai sudah...
sekarang kubuka celana panjangnya

tiba-tiba tanganku bergetar ketika membuka resleting celananya
akhh...kubuang jauh-jauh seluruh anganku
agung perlu pertolongan
dia sedang ada masalah...
dia sedang mabuk
dia sedang kedinginan

dengan agak berat kupelorotkan celana jeansnya
lumayan susah...
dan perlahan celanaya bisa juga lepas dari kakinya
tinggal celana dalamnya yang isinya menggunung
semuanya basah...

tampalah satu lagi kesempurnaan tubuh agung
kakinya begitu besar..
putih...dan berambut tebal
pahanya begitu kekar...
akhh...impian semua orang...

aku terpaku menatapnya
harusnya aku tak boleh tergoda
tapi pemandangan ini sungguh membuatku mati akal

pelan kubuka celana dalamnya yang basah
rambut kemaluannya yang tebal menyembul
dan detik-detik turunnya celana dalam begitu kunikmati

kepala penisnya muncul
berwarna putih pucat
batangnya berkerut...
mungkin karena dingin
dan...ini penis tersexy yang pernah kulihat
gemuk dan terkulai lemas
menyembul dari rimbun bulu kemaluannya
mirip burung yang menyembul dari sangkar hitamnya


kulepaskan celana dalamnya dari ujung kakinya
dan kulempar ke ember
semua pakaiannya basah dan telah kuletakkan ke ember

agung belum juga sadar
hanya sesekali ku dengar dia mengerang panjang

kuambil handuk
kuusap seluruh kakinya...
dan kuusap penisnya dengan rambut kemaluannya yang basah
dan tiba-tiba tanganku terhenti disana...

entahlah...
sekian lama aku tak bermain dengan penis seseorang
kulemparkan handuk ke ember

dan tanganku bergetar ketika menyentuh penisnya
menyentuh bagian atasnya
mengusap bulu kemaluannya

dan ku genggam penisnya...
dan...kurasakan perlahan mengembang
aku...aku ...ingin...mengulumnya...
tapi disisi lain bathinku menolak
agung sedang tak sadarkan diri
dan akulah pecundang
yang memanfaatkan dirinya saat dia lengah

agung ereksi...
kepala penisnya merah mengkilat terterpa sinar lampu kamar
genggamanku semakin erat

dan kesadaranku hilang
pelan wajahku mendekat
dan ujung penisnya masuk ke mulutku
kuhisap....
dan mengembang diantara kedua bibirku

kudengar angung menngerang...
tubuhnya bereaksi...
dia menggeliat
dan tiba-tiba kurasakan telapak tangannya meremas kepalaku
meremas kuat sambil mengerang
agung menikamati kegiatanku
diremas...dan terus meremas
dan aku semakin lupa diri...
baunya enak...
dan aku terus mengulum penisnya

"akhhh...terus rantiii...ayoooo...akhhh enaakkk..." tiba-tiba dia bersuara keras
aku kaget dan segera melepaskan diri
aku dikira ranti istrinya

dan sejenak aku tertegun
bingung...apakah aku harus meneruskan permainan ini?
dengan berpura-pura sebagai ranti istrinya
dan disisi lain bathinku menolak
ini tidak fair...
udah berulang kali kejadian seperti ini
yahh...aku selalu melakukan tindakan tak bermoral atas dasar nafsu semata
dan....
semua berakhir dengan penyesalan yang menyesakkan dada

dan kali ini terulang lagi..
pada agung yang sedang tak sadarkan diri
atau lebih tepatnya dia sedang berhalusinasi terhadap istrinya karena sedang mabuk akibat minuman keras
dan aku memanfaatkan moment ini untuk kepentingan nafsu semata

aku adalah aku..
yang sulit berubah entah sampai kapan
dan kini aku benar-benar menyesal

aku bangkit
kutatap tubuh polos agung yang luar biasa tanpa sehelai benangpun
sesekali pinggangnya bergerak menampilkan penisnya yang sudah sangat keras akibat cumbuanku tadi

aku menghela nafas panjang
godaan ini terlalu berat kurasakan
aku harus kuat...
agung sedang mabuk...
dia sedang sakit...
paling tidak dari segi kejiwaannya
aku paham...
ada masalah berat yang kini sedang di hadapinya
dan dia berusaha keluar dari masalah dengan mabuk minum minuman keras

aku harus menolongnya
paling tidak memulihkan fsisiknya agar kembali sadar seperti semula

kuambil selimut
kututup tubuh telanjangnya dengan selimut sampai ke bahu
dan dia masih mengerang lirih
menyebut nama istrinya berulang-ulang
penisnya masih keras kulihat dari balik selimutnya
akhhh...apapun juga fisik agung memang sempurna
andai saja...andai saja...andai saja....
akhhh...semuanya serbai andai saja...
toh aku tak berhak melakukan kegiatan ceroboh seperti yang tadi aku lakukan

kuusap wajahnya yang masih basah
dan pelan kusibakkan rambutnya yang basah yang menutupi dahinya
kusisir dengan jariku ...
akhhh....agung...

kuusap keningnya...
tiba-tiba aku ingin sekedar mencium keningnya...
sekedar mengungkapkan permintaan maafku terhadapnya

kukecup pelan keningnya
"maafkan aku gung..." bisikku lirih
di luar hujan masih deras

tiba-tiba...
kedua tangannya memegang erat kedua sisi wajahku
matanya yang merah terbuka

"ranttiii..."
dan dalan sekejap, ditariknya wajahku mendekat ke wajahnya
bibirnya tanpa sempat kutolak sudah melumat bibirku...
ganas...
panas...
kenyal...
sayangnya bau alkhohol begitu menyengat
tapi apapun juga bibir agung kurasakan begitu lembut dibibirku....
terus terang aku menyukai lumatan bibir agung
bibirnya kenyal..manis...hanya aroma alkohol saja yang merusak prosesi ciumanku

agung melumat bibirku dengan ganas
sesekali kurasakan luapan emosi yang luar biasa
kedua tangannya masih memegang erat sisi wajahku

aku ingin melepaskan diri...
tapi...
sekali lagi sisi lain batinku menolak
aku ingin terus berciuman dengannya...
merasakan lembut bibirnya
merasakan hangat cairan ludahnya
merasakan panas emosinya
semua berpadu menjadi gairah yang begitu meluap-luap di batinku

akhh...tapi apapun juga agung menciumku karena mengira aku ini ranti istrinya
akhhh...bagaimanapun juga ada sisi lain yang mengganjal batinku
ini bukan ciuman untukku
ini untuk istrinya

aku berusaha melepaskan diri
dan tangannya merambat turun ke bahuku
aku hilang akal lagi...
ketika dia memelukku erat
ambruk diatas tubuhnya...

dia memelukku erat
ciuman yang panas membara berpindah ke pipi
dan jilatan liar kurasakan di leherku
aku menggelinjang dalam gelora yang tak kumegerti

desahan nafasnya panas..
erangannya terus kudengar
dia terus menyebut nama istrinya...

akhhh...ini tak boleh berlanjut
aku berusaha memberontak
melepaskan diri dari pelukannya
tapi semua terlambat
karena...
semakin lama pelukannya semakin erat

dan...
tiba-tiba dibalik dengan cepat tubuhku
dan tubuhnya menghimpit keras tubuhku
aku sesak nafas...
ingin menjerit meronta melepaskan diri
tapi sekali lagi
semua sudah terlambat

kini...
gerakannya semakin liar
baru kali ini aku rasakan orang mabuk yang begitu bergairah

tubuhnya menghimpit tubuhku
matanya terbuka
merah menyala
dan dia menatapku tajam
"ranttiiii....." suaranya parau

tiba-tiba dia menyobek dengan cepat bajuku
braaakkk....
aku terkesiap
dan kini aku sadar...aku dalam keadaan bahaya
ketika kembali semua sudah terlambat untuk sekedar melepaskan diri

tubuhnya sangat-sangat berat menindihku
aku memang ingin sekali bercinta...
tapi tidak dalam kondisi seperti ini

"guunngg...." aku berbisik parau
dia tak menghiraukan lagi ucapan panggilanku
aku sekali lagi berteriak
tapi tetap saja tak berguna
karena di luar hujan semakin deras

bagian depan tubuhku terbuka
dan tiba-tiba tangannya meremas dadaku kuat
dan...
dia mengggit dan melumat puting dadaku yang kecil
aku menggelinjang kaget

"gunggg..." aku berteriak
tapi semua kini memang sudah terlamabt
karena himpitan tubuhnya membuatku tak lagi bisa bergerak untuk melepaskan diri
aku sebenarnya kalau mau jujur sangat menyukai fisik agung
tubuhnya proporsional
badannya atletis...
wajahnya cakep maskulin
dia adalah lelaki dengan fisik yang sempurna

jika diberi kesempatan untuk bercinta dengannya pasti aku akan senang hati untuk melakukannya
cuma aku sadar...
dia bukan lelaki gay
dia bukan pecinta lelaki
dia punya anak istri
dan bagiku berdekatan dengannya sudah lebih dari cukup
untuk sekedar melepas hasrat

tapi malam ini sungguh lain
aku memang ingin sekali bercinta dengan agung
tapi bukan dengan cara seperti ini...
dalam keadaan mabuk...
dan dalam angannya aku bukanlah aku

aku tak ingin bercinta dengan kondisi seperti ini
aku ingin menjerit keras-keras
tapi aku sadari, jika ini kulakukan dan pak sujar tahu, nyawa agung yang menjadi taruhannya
masih ingat betul...tadi pak sujar begitu waspada dengan pedang yang terhunus
dan jika hal ini di ketahui oleh beliau ...aku yakin, agung mungkin akan dibunuh

dan....
aku juga menyadari
ini semua bukan seratus persen kesalahan agung
ada peran dariku yang menyulut birahinya
tadi sebelum ini aku bermain-main sehingga birahinya meletup
dan ini adalah sebuah resiko yang harus kuterima


tubuhnya terus mendesakku
aku semakin sesak nafas
nafasnya yang berbau alkohol sangat cepat
tangannya terus meremas dadaku

dankurasakan penisnya yang keras menusuk-nusuk perutku
akhh..semua serba tak terkendali
liar...........

dan keberanianku akhirnya muncul juga
kupegang erat kedua sisi wajahnya
matanya merah dengan sorot mata kosong menghujamku

dia terus menghujam
tak peduli lagi
penisnya terus menerus menyodok semua area
kadang sakit juga rasanya...

dan...
tiba-tiba kuraskan dia orgasme...
cairan hangat menyemprot deras diperutku
dan...
kutampar pipinya....keras..
sekali lagi kutampar...
aku tak ingin mengeluarkan suara dari mulutku
hanya tamparan yang terus menerus
hingga.....
matanya melotot...

"ajiiii....." suaranya terpekik sambil melotot seolah tak percaya
dia sadar sekarang

dan tubuhnya langsung melompat disisku
aku mengambil nafas panjang
pergulatan ini membuat ranjang begitu berantakan
selimut di lantai
dan celanaku sudah jatuh entah kemana

aku terengah-engah seolah habis berlari cepat
kulihat agung begitu syock melotot menatapku

aku masih terlentang...
semua ini bagai mimpi
tubuhku belepotan spermanya...

agung duduk dengan lutut tertekuk
dia benar-benar syock...

"jiiii...apa yang terjadi jii?"suaranya parau
aku hanya meggeleng lemah
aku pelan bangun
tubuhku semua pegal dan rasanya mau rontok

"jii"
aku menatapnya
sekedar ingin tahu seberapa besar kesadarannya
kedua telapak tangannya menutup wajahnya
"jiii...apa yang terjadi?"

"gung.."
dia membuka telapak tangannya
"ini gung" aku menunjukkan lelehan spermanya di tubuhku
dia melotot
"jadi?"
aku cuma mengangguk

pelan aku berdiri
kuambil handuk di ember
dan kubersihkan semua kotoran di tubuhku
dan kulihat agung seperti manusia tak berdaya yang hanya menatapku

kubuka lemari pakaian
kuambil kaos dan kupakai..

"sudah malam gung...tidurlah" ujarku lemah
dia masih terduduk

"aku tidur di kamar sebelah...kalau kamu ingin pakaian ambil sendiri di lemari ya"

dia masih diam
dan dengan leangkah gontai kutinggalkan agung yang masih syock
kubuka kamar mas yoga
kurebahkan tubuhku di ranjang
aku mengambil nafas pelan
semua ini rasanya seperti mimpi
dan...aku ingin melanjutkan mimpi yang sempat terpenggal

to be continued...


0 comments:

Post a Comment