DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Love Under The Mistletoe Chapter 3

CHAPTER III
The Disturbing News



by Tuktuk


"Tuhan…
Ada satu nama yang menggaung di otakku, ada satu wajah yang menutupi penglihatanku, ada satu suara yang sayup-sayup selalu kudengar…
Rasa yang ku tepis dan ku abaikan
Rasa yang setiap hari selalu bertambah dan tidak pernah berkurang
Berharap aku bisa memiliki daun mistletoe merayap tumbuh diantara hari-hari ini…
Hingga bila saatnya tiba, izinkan daun mistletoe itu memayungi aku dan dia"


Kebiasaanku menulis buku harian sudah ku lakukan sejak awal masuk SMA. Sebutlah itu kuno, tapi bagiku ada kepuasan saat aku bisa membaca lagi apa yang pernah aku tuang di buku harian itu. Lebih suka seperti itu dibanding menjadi selebriti blog, aku tak percaya diri untuk itu.

Jam dinding kamar ku beranjak menuju pukul 7 pagi. Ku tengok keluar jendela. Tidak, hari ini cerah. Flashback ke dua hari yang lalu, membuatku tersenyum sendiri. Tidak pernah aku senekat itu untuk ikut membasahi diriku diderasnya hujan. Tidak pernah. Hanya ia, pria bodoh yang membuatku tersenyum kecil saat mengingatnya, pria pemalas yang setiap pagi merengek untuk dibuatkan kopi, pria itu yang membuat mataku berkunang saat harus bertemu pandang dengannya. Riko.

Aku melompat kecil dari kasurku, mengintip sedikit dari pintu kamarku yang berseberangan dengan kamar Kak Riko. Apakah dia sudah mandi? Apakah dia sedang mandi? Aku hanya berharap bisa berpapasan kembali dengannya, saat ia sedang atau sesudah mandi! Arrrghhh…

Pintu kamarku ku buka sedikit, mataku mengintip ke arah kamar mandi yang ternyata sunyi. Ku alihkan pandangan ke kamar kak Riko. Tak ada suara. Kemana tuh orang? Sudah pergi? Tak mungkin. Ku buka pintu kamar sedikit lebih lebar dan mengulurkan kepala ku keluar. Ku lirik ke arah kamar kak Wildan yang tentu saja masih terkunci rapat dan mungkin ia masih tidur seperti biasa. Ku tolehkan ke samping, ku lihat ke arah ruang tamu. Krek, gagang pintu depan diputar dari luar.
Pintu terbuka dan voila! Kak Riko! Kali ini ia nampak berbeda, ia berkeringat. Peluh membasahi kanan dan kiri pelipisnya, baju kaosnya ketat dan nampak sedikit basah dibagian bawah leher dan dada. Jujur, dia jauh lebih seksi saat begini dibandingkan saat setelah mandi.

“Danny, sudah mandi?” sapa nya tiba-tiba sudah berada didepan pintu kamarku. Tepat didepan muka ku.
“Be…Belum, ini baru mau mandi? Kakak darimana?”
“Lari pagi, seminggu kemarin kan hujan. Kamu suka lari pagi?”
“Suka sih…” jawabku enteng
“Kapan-kapan kita lari bareng ya… Sana mandi!”
“Justru kamu yang mandi kak, udah ‘harum’ badanmu” ledekku.
“Arrghh…. Sana buruan! Kakak masuk siang juga, ini mau istirahat juga”

Aku berhadapan dengan kak Riko yang berpeluh. Harum tubuh Kak Riko menguasai saraf penciumanku. Bau kak Riko. Bau yang membuatku semakin ingin memeluknya.

“Ini, handuk kecil… lap dulu keringetmu…” ujarku.
“Di pijit sekalian ga?”
“Manja! Udah ah mau mandi” balasku.
“Bentar…itu buku apa?” tunjuknya.
“Itu rahasiaaaaa! Don’t touch!!!!!!!!!!!!” Ujarku langsung spontan memeluk buku harian itu.
“Kalo rahasia ya jangan disampul mencolok gitu… motif2nya bagus amat nunjukkin kayak itu bukan buku biasa…
Buku harian ya?”
Aku mengangguk.
“Kayak anak kecil aja…” ujarnya melengos.

Aku dongkol.
“Oke, no coffee for today” jawabku sambil meletakkan buku itu ke laci meja lalu menguncinya.
“Jiahhhh ngambek dia! Jangan dek! Plisssss, you killed me” ia merengek.
“Ogah, pokoknya ogahhh!” jawabku sambil berlalu ke kamar mandi.

Dari dalam kamar mandi ku dengar ia berteriak memohon untuk dibuatkan kopi. Aku tersenyum saja. Hihihi, I will make it for you, you don’t have to ask Kak…

***

Hari ini tidak ada kuliah. Setelah mandi, aku seperti biasa membuatkan kopi untuk kak Riko dan kak Wildan. Kak Riko sudah terburu-buru berangkat setelah menghabiskan gelas kopinya. Sedangkan kak Wildan belum juga keluar dari kamarnya.

Aku duduk di kursi makan. Terlalu malas rasanya untuk menonton TV atau DVD. Tiba-tiba… Krek… Kak Wildan keluar dari kamarnya. Paras kak Wildan bagi ku cukup tampan. Meskipun untuk saat ini, hanya ada wajah Kak Riko yang memenuhi pundi-pundi hati ini.

“Riko udah pergi ya Dan?”
“Iya kak…”
“Hah, tumben dia rajin…”
“Kakak jarang kuliah ya? Perasaan libur terus”
“Aku cuma skripsi kok Dan, dosen ku baik…Jadi pas mengajukan judul langsung diterima… Tulis deh…” ujarnya sambil menyeruput gelas kopinya.
“Hihi, kasian kak Riko…pasti begadang lagi dia”
“Halah, orang itu mah… Begadang juga bukan buat belajar dia… Simpenannya banyak”
“Simpenan? Maksudnya” tanyaku penasaran.
“Dia itu playboy Danny. Pacarnya banyak. Not a role model for you Dek..” jawab kak Wildan polos.
“Hahaha… tapi wajar… Kak Riko keren sih….” Tiba-tiba saja mulutku melontarkan jawaban spontan. Aku terdiam. Ku lihat kak Wildan berhenti menyeruput gelas kopinya.
“Keren? Masa sih?”
“Hehe, ya mungkin bagi mereka kak Riko itu keren…” jawabku ngeles.
“Riko itu playboy, kadang dia kesusahan sendiri waktu salah satu cewenya ngelabrak ke kost ini.Aku yang sibuk ngebantu jelasin ini itu supaya tuh cewe ga main sinetron sambil teriak-teriak disini.”
Aku tersenyum.
“Pacarnya banyak. Tipikal heartbreaker, tapi yang ini versi cerobohnya. Sampe dibawa ke kamar segala pacar-pacarnya itu.”
“Hah?!” Aku setengah melotot.
“Haha, kamu masih kecil sih… Nanti kamu ngerti sendiri kok…One thing, he’s a sure bastard”

Aku terbelalak. Sebegitu kejam kah kak Riko? Sebegitu liar kah kak Riko? Kenapa selama hampir tiga minggu ini ia terlihat sempurna? Kenapa ia tak pernah membawa gadis masuk ke kamarnya? Aku yang belum pernah melakukan adegan dewasa itu hanya bingung. Jujur, aku masih virgin. Berciuman pun aku belum pernah. I only had a few crush. Aku belum berani untuk melakukan itu. Walau aku mengetahui bahwa orientasi seksual ku berbeda dengan yang lain. Tetapi aku masih belum berani.

“Danny?”
“Ya… kak?”
“Kok diem?”
“Ga papa… ga habis pikir aja…”
“Udahlah, take it easy…Kamu kan masih baru disini… Nanti kamu bisa kenal watak kita satu sama lain… Eh… kamu suka nonton film?”
“Suka!” jawabku spontan.
“Kapan-kapan kita bertiga nonton yuk, aku udah lama ga nonton ke bioskop”
“Boleh kak! Aku juga, semenjak disini belum pernah”
“Suka film apa?”
“Komedi romantis atau fiksi”
“Wah, aku suka thriller haha…. Fiksi yang gimana?”
“Yang legenda…misal tentang witch, atau tentang legenda-legenda apa saja”
“Kamu percaya legenda?”
“Sedikit. Hehe, ada beberapa sih”
“Misalnya?”
“Mistletoe” jawabku polos.
“Ohh, yang kalo ciuman dibawah mistletoe kita bisa dapet cinta abadi gitu?”

Aku mengangguk.

“Kamu lucu.” Ujarnya.

Ah, andai yang bilang kak Riko… Tapi mana mungkin dia mau bilang gitu. Lihat aku punya buku harian saja ia tertawa…

***

Ucapan kak Wildan tadi pagi masih membekas di kepala ku. Apa benar kak Riko seperti itu? Aghhh… aku tak mau ambil pusing. Toh kalaupun kak Riko straight, what can I expect from him? Dia gay atau biseks pun aku mungkin ga berani ‘nyosor’ duluan.

Dari luar kudengar langkah kaki setengah berlari datang. Itu pasti kak Riko. Ya! Benar saja… ia nampak buru-buru, meletakkan HP di meja dan berlari ke kamar lalu masuk ke kamar mandi. Handphone kak Riko tergeletak di atas meja. Aku penasaran.

Ku langkahkan kaki ku untuk mendekati HP itu. Ku perhatikan sekitar, kak Riko tengah mandi di dalam. Kuraih HP kak Riko lalu ku buka isi HP itu.

SMS dari Riska “SAYANG, KANGEN…”. SMS dari RATIH “HUN? TUMBEN GA NGABARIN HARI INI?”. SMS dari Laura “OKE, AKU BERANGKAT KE KOST MU YA”. Kaki ku gemetar. Ternyata yang kudengar dari kak Wildan bukan isapan jempol. He’s a player! Oh my!

Aku lemas. Oke, alasan kak Riko buru-buru jelas sudah. He has a date! Tak lagi ku hiraukan isi SMS yang masih menumpuk itu. Ku langkahkan kaki ke kamar. Ku dengarkan lantunan lagu-lagu RnB kesukaanku.

Setengah jam kemudian pintu depan diketuk. Aku membukakkan pintu, seorang wanita berambut se bahu berdiri dihadapanku. Cantik. Dia pasti Laura. Wanita yang memberikan pesan singkat yang sempat aku baca tadi.

“Malem, Riko ada?”
“Ada… masuk… Ini siapa ya?” tanyaku.
“Laura”
“Oke, silakan Laura….”

Laura melangkah gontai kedalam rumah. Ia berjalan mengarah ke kamar kak Riko. Ia seperti sudah menguasai seluk beluk rumah ini. Laura memegang gagang pintu kamar kak Riko dan memutarnya. Tanpa mengetuk! Tanpa memanggil! Laura masuk nyelonong ke kamar kak Riko.

Aku tertegun. Kak Riko ada di dalam. Aku penasaran. Aku berjalan menghampiri kamar kak Riko. Berdiri didepan pintu itu. Sedikit mendekatkan telingaku ke pintu. KLEK. Pintu dikunci dari dalam.

Mereka mau ngapaain??!!!

***


to be continued...

0 comments:

Post a Comment