DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Love Under The Mistletoe Chapter 12

CHAPTER XII
THE EMPTY ROOM


by  Tuktuk

What comes to your mind when you heard ‘pacaran’ ? Candle light dinner ? Watching movies ? Reading books? Seducing massages (ehm) ? Haha... Sayangnya tidak semua hal romantis aku dapatkan selama seminggu terakhir resmi berpacaran dengan kak Riko. Hampir semua kegiatan orang berpacaran yang standar kami jalani bersama. Nonton? Sudah, Makan malam berdua ? Sudah. Mungkin kami harus memikirkan hal yang ekstrim supaya tidak bosan.
Selama seminggu terakhir ini juga aku merindukan seseorang. Orang yang biasanya ada diantara kami bertiga. Orang yang biasanya ada disela-sela makan malam. Orang yang setiap pagi menyambutku dengan seyuman teduh dari wajahnya. Kak Wildan. Sedang apa dia sekarang? Aku merasa begitu kehilangan sosoknya.
Setiap pagi sebelum aku berangkat kekampus diantar oleh kak Riko, aku menengok ke kamar yang kosong itu. Pintu yang tidak lagi terbuka atau tertutup. Aku kangen kak Wildan.
Dengan cepat aku ketik sms untuk kak Wildan.

‘To : Kak Wildan’
“Apa kabar kak? Kapan main kesini lagi?”

SENT! Hmmh... Aku menghela nafas panjang. Bisa juga aku kangen orang itu.

Drrt... Drrrtt... Kurasakan HP ku bergetar , ini pasti dari kak Wildan.

“Kenapa? Kangen ya? Take care, Dek... I miss you like crazy, tunggu kk ada libur ya kk pasti kesana”

Entah kenapa aku tersenyum membaca sms itu. Tersenyum senang, mungkin aku terlalu kangen sama dia, jadi sms dia saja sudah buat aku tersenyum.

“Blew... Lagi ngapain? Senyum senyum..” suara kak Riko mengagetkanku.
“Eh.. Enggak... lagi sms-an aja...”
“SMS-an sama siapa? Selingkuhan???” mata kak Riko melotot.

Aku tersenyum lebar.

“Hm... Kasih tau ga ya?”
“Haish kamu Blew.. Awas ya kalau selingkuh, aku yang hajar selingkuhan kamu... Karena udah berani rebut pacarku...”
“Dasar kamu...” ujarku.

Aku lalu melingkarkan kedua tanganku di leher kak Riko. Lalu kak Riko mendekapku dalam. Aku suka memeluk kak Riko. Aku suka semuanya.
“Brew... wangi kamu enak, aku suka wangi sabun yang ini dari yang kemarin...” ujarku.
“Masa? Hehe, jadi tiap menit aku mesti mandi dong” bisiknya.
“Hahah, aku suka kamu, suka aroma kamu mandi atau gak mandi”
“Ga usah mandi ajalah kalau begitu”
“Dasar...”

Tanganku mencubit pinggang kak Riko. Ia lalu melepaskan aku dari pelukannya.

“Sakit, Blew... Kamu juara deh kalau nyubit orang... Beneran sakit...”
“Aku suka sih usilin kamu, apalagi nyubitin kamu haha..”
“Aku balas yaa....”

Kak Riko lalu menyambarku dan aku langsung meringkuk. Aku dipeluknya. Tubuhnya seperti menyelimuti tubuhku, aku yang hanya bisa menunduk membelakanginya. Sedangkan ia seperti menimpaku dari atas menyelimuti tubuhku.

“Aaaaaakkhh...” aku menjerit saat telingaku digigit oleh kak Riko.

Tidak sakit memang, tapi geli. Geli sekali.

“Haha... lagi Blew?” ujarnya.
“Nggaaakkk ampun kak...”
“Makanya jangan cubit aku, aku makan kamu nanti”
“Kanibal jorok!”
“Haha.. Mana kopi untuk pacarmu ini, Blew?”
“Sabar... Aku mandi dulu ya...”
“Ikut boleh?”
“Kan kamu udah mandi” jawabku.
“Sama kamu mandi seharian ga papa deh...”
“Maunya... wek...” ledekku sambil berlalu.

Aku bersiap-siap untuk menuju kampus. Pakaian sudah rapi, sarapan sudah, kopi untuk pacar sudah. Lengkap, I am ready to go!
“Brew... Kamu mau antar atau aku pergi sendiri?”
“Antar dong, pacar sendiri....masa dibiarin jalan...”
“Deket juga dari kost... Biasanya kita juga jalan kaki...”
“Kan kalo naik motor kamu bisa peluk aku, Blew” ujar kak Riko.

Kak Riko selalu memutar arah jika mengantarku ke kampus. Biar bisa lebih lama nempel-nempelan katanya. Jadi, kost ku yang begitu dekat dengan kampus harus kami lewati dengan memutar arah, lalu putar balik dan menuju ke kampus. Begitu setiap hari. Teman-teman kampus sih sudah mulai nanya-nanya. Siapa yang antar? Tumben diantar? Pacar ya? Sambil menggoda-goda aku. Terutama yang cewe. Ada juga yangmengenal kak Riko. Korban kak Riko mungkin.
“Blew aku kuliah dulu...”
“Belajar yang rajin ya sayang...”
“Kamu itu yang semangat skripsi nya... Jangan kalah sama kak Wildan”
“Buat kamu, pasti semangat terus...” ujarnya.

Aku tersenyu tipis sambil berbalik dan berjalan santai menuju kampus. Aku suka semuanya, kuliah, teman, dan pacarku. Aku suka semuanya.

****

Selama kuliah ini fikiranku melayang memikirkan kak Riko. Kadang aku tersenyum sendiri, karena tingkah polahnya yang spontan dan sedikit ceroboh. Pernah kami tak sengaja mengotori baju kami di pagi hari, karena saat aku mengaduk kopi untuknya ia memelukku dari belakang. Aku geli. Aku tak suka dikejutkan seperti itu, lantas aku setengah melompat dan menjatuhkan gelas itu. Tidak luka sih, tapi panas T.T. Kak Riko benar-benar merasa bersalah, tapi aku tidak marah atau kesal, itu kan bagian dari cerita kami.
Ahh, lagi apa sih dia sekarang?
“To : Kak Riko
“Brew, kamu lagi apa?”

Sent! Hhihi.. Aku benar-benar tidak fokus mendengarkan kuliah yang disampaikan didepan. Fikiranku mengarahkanku ke kenangan saat kami bertiga, saat masih ada kak Wildan. Huffh.... Aku selalu merasa seperti ada lubang dihati ini, sesuatu yang hilang dan tak tau harus aku cari dimana. Kak Wildan. Cinta? Tidak, sepertinya bukan... Tapi aku merindukan sosok yang selalu ada menghangatkan kami bertiga. Sosok dia..

“To: Kak Wildan
“Kakak... Aku kangen”

Astaga! What i’ve done! Aku baru saja melakukan hal bodoh dengan mengirim pesan seperti itu! Mestinya aku tambahin embel-embel, sepi kek, apa kek... Kalau begitu nanti kak Wildan ngira aku kangen dia dan... suka... Ahhh tidaaaaaaakk...

Drt.. Drt.. ada sms masuk!

“From : Kak Riko
“Lagi ngeliatin kamu...”
Hah? Aku sedikit melongo membaca sms itu. Aku balas.

“To : Kak Riko
“Maksudnya? Kamu ga jelas...”

Aneh, apa maksudnya lagi ngeliatin aku...Drrtt Drrtt

“From : Kak Riko
“Coba noleh ke halaman depan kampusmu...”

Hah? Apa maksudnya ini? Aku menoleh ke samping dan... Kak Riko! Duduk dengan motornya diparkiran kampusku! Ruang kuliahku menghadap halaman fakultas dan kebetulan aku duduk disamping jendela kaca ini. Jelas aku bisa melongok keluar juga dilihat dari luar.

Ngapain sih? Dasaarrr... Aku melihat kak Riko keluar dan memberi tanda heran dengan memutarkan telunjukku ke atas. Ia hanya membalas dengan senyuman. Aneh... Begitu Pak Mada mengakhiri perkuliahan siang itu, aku segera keluar dan menghampirinya.

“Ngapain sih kak kamu kesini?” tanyaku.
“Bimbingan kelar, ya aku jemput pacarku dong... Emang ga boleh?”
“Ih, nanti temen-temenku curiga..”
“Biarin... Ayo naik, peluk yang erat ya...”
“Ogahhh...” ujarku sambil naik ke motornya.

Motor kak Riko melaju mengantar kami ke kantin Hasanah. Tempat dimana kami biasa memesan makan siang. Aku selalu teringat makan siangku pertama dengan kak Riko. Teringat kejadian saat aku harus berhujan dengan kak Wildan. Teringat semuanya.

“Kamu mau makan apa Blew?”
“Aku... Aku lagi malas makan disini...”
“Mau makan tempat lain?”
“Nggak... Aku pesen yang biasa aja... Tapi nggak disini ya... Dirumah aja..”
“Oke..”

Kami bergegas kekost dan sekali lagi, aku terhenti saat melewati kamar bekas kak Wildan. Aku menatap pintu yang kokoh itu lekat-lekat. Kak Riko sepertinya menyadari hal itu.

“Kangen ya sama si monyet?”

Aku mengangguk.

“Sini... ikut...” ujar kak Riko sambil berlalu ke kamarnya.
Ia lalu membuka laptopnya dan mengotak-atiknya untuk beberapa saat.

“Sini... Ini ada dia!”

Aku mengernyitkan dahi. Maksudnya? Hmm... Aku berjalan ke arah kak Riko, duduk disebelahnya. Astaga, itu kak Wildan! Kami melakukan video conference! Duh, bodohnya aku... tentu saja bisa bertemu kan ada Skype, ada internet, ada YM ada semuanya!

“Hai kak!” sapaku
“Hai cute...” balas kak Wildan dari jauh.
“Heh,nyet... dia udh jadi pacar orang jangan asal muji...” balas kak Riko.

Aku lalu mencubit perut kak Riko. Ia cuma bisa mengerang. Kak Wildan tertawa kecil dari kejauhan.
“I miss you kak.. Kamar kamu jadi kosong, rumah ini juga sepi banget...”
“I miss you too, Dek... Ini capek banget abis kerja... masih bingung juga sama kondisi di kost baru...” ujarnya.
“Gue ga kangen sama elu nyet” tiba-tiba kak Riko menggoda kak Wildan.
“Halahh ga penting elu... Gimana dan? Ada tanda-tanda si Riko bertingkah aneh? Buat kamu kesel?”
“Hahaa... nggak kak.. we’re fine...”

Tok! Tok! Ku dengar pintu depan diketuk. Kak Riko beranjak dari kasurnya dan segera kedepan.

“Bentar kak... Ada yang dateng...”
“Siapa?”
“Ya ga tau, makanya kak Riko lagi bukain pintu.. Hehe....”

Aku mengobrol untuk beberapa saat dengan kak Wildan. Sedikit mengobati rasa kangenku kepadanya. Sudah lima menit kak Riko tak kembali ke kamar. Siapa didepan? Teman kuliah kah?

“Kak, aku kedepan dulu ya.... mau cek siapa yang dateng..”
“Oke... “ balasnya.

Aku beranjak meninggalkan kamar kak Riko. Melangkah kedepan dan mendapati seorang pria seumuranku berdiri didepan kost kami. Sepertinya kak Riko memasang muka serius. Kenapa kak Riko ga menyuruhnya masuk?

“Kok ga disuruh masuk kak?” tanyaku.

Kak Riko sedikit terkejut.
“Hah... nngg... nggak perlu, Dan...”
“Siapa itu?” ujar sang tamu.
“Bukan urusanmu..” jawab kak Riko.
“Oh... Seleramu ga berubah ya...” jawabnya lagi.

Aku bingung. Maksudnya apa? Siapa orang yang datang ini?

to be continued...


1 comments:

Anonymous said... Best Blogger Tips[Reply to comment]Best Blogger Templates

Kapan Lanjutannya Kakak Tukutuk ? Udah 2 Mingguan nii

Post a Comment