DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Love Under The Mistletoe Chapter 13

CHAPTER XIII
ALLAN


by  Tuktuk

“Blew, kamu ke dalam dulu saja... Aku masih ada urusan sama orang ini...” ujar kak Riko pelan.
“Oh, oke..” balasku.
“Eh tunggu dulu! Gue belom kenalan tuh”tiba-tiba sang tamu setengah berteriak berujar kearahku.

Aku menoleh tepat saat aku baru saja hendak melangkahkan kakiku meninggalkan ruang depan.

“Gue Allan.”
“Oh, aku Danny...”
“Wah, namanya Danny ya...”

Aku tersenyum tipis. Jujur aku tidak begitu menyukai orang yang datang ini. Gaya bicaranya yang ceplas ceplos dan mungkin dengan maksud yang tidak baik. Kak Riko selalu ramah dengan semua orang, tetapi untuk tamu ini, ia bersikap seolah tidak nyaman. Orangnya sih ganteng, kulitnya putih, tingginya lebih sedikit dariku, badannya juga sedikit lebih berisi. Hmmh, siapa ya dia?

Dengan sedikit gontai aku memasuki kamar kak Riko. Aku segera duduk diatas kasur, dan kembali menemui kak Wildan via Skype.

“Kok cemberut?” tanya kak Wildan.
“Ada tamu yang kurang sopan...” ujarku.
“Tamu yang tadi? Kenapa?”
“Kayaknya kak Riko kurang suka sama dia, dia ceplas ceplos gitu, sok-sok bilang selera kak Riko ga berubah...”

Eh tunggu dulu! Kok dia bilang gitu? Berarti dia tau kak Riko dan aku? Selera ga berubah? Apa dulu kak Riko juga pernah menjalin hubungan seperti ini?

“Siapa tuh? Tumben si monyet ada musuhnya” ujar kak Wildan.
“Ga tau, temen kuliah mungkin kak...Dia bilang namanya Allan”
“HAH?! A?? ALLAN??”
“Iya kak... Kenapa?”

Kali ini kak Wildan yang terkejut. Aku tidak mengerti apa yang terjadi disini. Apa yang tersembunyi disini dan mengapa kak Wildan juga kak Riko tidak senang dengan pria bernama Allan itu.

“Kenapa kak???”
“Allan? Orangnya putih dan agak sipit?”
“Iya bener...”
“My God...Dek, apapun yang terjadi nanti kamu Cuma denger kata-kata aku, Laura dan Riko, Ok?”
“Apapun? Emang kenapa?”
“Percayalah dengan kami bertiga...”
“Aku ga mengerti kak...”
“Nanti, nanti, kami akan ceritakan semuanya... Bersabarlah dulu...”
“Ah, kak Wildan jahat... Ayolah...”
“Aku ga enak ceritainnya, tanyalah ke Riko saja...”
“Huh...”
“Jangan cemberut dong...”
“Males ah kalo dibuat penasaran...”
“Duh... coba kamu tanya ke Riko ya, aku rasa dia lebih berhak”
“Oke deh, aku tanya ke dia ya... webcamnya aku matiin ya kak?”
“Kenapa?”
“Takutnya lama, kasian kamu nunggu...”
“Oh, ok....”

Aku menutup windows skype, lalu menjelajah isi laptop kak Riko. Tamu itu masih didepan sepertinya. Kalau memang tidak ada yang mau memberi tahuku, ada baiknya jika aku cari tau sendiri.

Aku menelusuri senarai folder satu demi satu, mulai dari yang hidden sampai yang tersembunyi diantara folder-folder lain. Sampai suatu ketika aku bingung melihat folder bernama ‘Memory’.

“Aku mulai membuka folder itu dan melihat kumpulan foto. Tunggu,ini bukan foto biasa. Ini foto kak Riko, kak Wildan dan... Alan! Banyak. Banyak sekali, sepertiinya mereka benar-benar akrab. Lantas mengapa sikapnya menjadi seperti itu sekarang? Seperti orang yang tidak saling kenal.

Aku harus menanyakan ini. Baru saja tanganku akan menutup folder itu aku bingung melihat foto terakhir. Tangan, dua tangan... Satu tangan kak Riko. Aku mengenali dari jempolnya dan satu lagi tangan siapa aku tak tahu... Dan tangan itu saling menempel satu sama lain dengan simbol Love yang disatukan dan digambar setengah pada masing-masing tangan. Oh my God! Apa yang terjadi diantara mereka!

“Blew?” suara kak Riko mengagetkanku.
Aku tersentak.
“Kamu ngapain?” tanyanya.
Aku tak bisa menjawab.
“Blew?” ujarnya sambil mendekat.
“Kamu, kamu ada apa dengan Allan?”

Air muka kak Riko berubah. Ia nampak gusar.
“Ceritain ke aku kak...”
Kak Riko tak mau menjawab.
“Fine, aku akan cari tau sendiri...” ujarku sambil meninggalkannya.
“Dan...”

Aku menoleh.
“Kakak sayang Danny...”
“Then tell me, everything kak...”

Kak Riko masih terdiam.

“Fine...” aku berlalu meninggalkannya.

Jika kak Riko tak mau menceritakannya, aku yang akan mencari tahu sendiri.

“Dan! Danny! Mau kemana kamu!” ujar kak Riko setengah berteriak.

Aku tak menggubris panggilan kak Riko. Aku terus saja berlalu ke depan kost.

“Belum banyak yang berubah disini” ujar sang tamu.
“Lho, masih disini?” tanyaku bodoh.
“Iyalah, bukan masih disini... Aku bakalan terus disini..”
“Maksudnya?”
“Kamar bekas Wildan kosong kan?”

Mataku setengah melotot, aku mulai tidak menyukai tamu ini.

“Aku udah urus semuanya, besok aku mungkin sedikit merepotkanmu, aku Cuma mau ambil apa yang aku punya dulu, mohon pengertiannya...” ujarnya.

Aku mengernyitkan dahi. Fu*k! Entah apa yang ada dipikiran orang ini! Aku benar-benar badmood! Aku ga ngerti apa yang dia omongkan, aku juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku seperti orang yang dibodohi disini. Aku harus mencari tahu.

Aku berlari kencang untuk bisa sampai di kost Laura. Ia pasti tahu banyak tentang semua ini. Selama aku berlari kurasakan HP ku bergetar beberapa kali. Aku mengeceknya, kudapati 5 pesan dari Kak Riko menanyakan dimana aku.

Tok tok tok! Ku ketuk pintu kost Laura sedikit kencang.

“Eh, Danny... Tumben main kesini, biasanya ga pernah ninggalin kost...” sapa Laura.
“Ehh... nggak Laura. Aku, Cuma mau tanya tanya sesuatu. Boleh?”
“Silakan...”
“Tentang Allan...”
“Hah?” kini Laura yang melotot.

Entah kenapa semua orang seperti terkejut dengan kehadiran Allan. Aku semakin bingung.

“Tolong ceritakan Laura, ceritakan semuanya!”
“Aku... Aku bingung, Danny... Riko?”
“Kak Riko dan Kak Wildan semuanya bungkam... Aku ga suka sama Allan, dia keliatan ga sopan dan ga punya niat baik untuk ngekost disana...”
“Nge- ngekost????”
“Iya, kayaknya dia nempati kamar kak Wildan dulu...” ujarku.
“Oh tuhan...” kini Laura menepuk jidatnya.
“Please, Laura... ceritain..” pintaku.
“Oke... Oke..”
“Allan itu sepupuku Danny. Dia dulu tinggal disini, di kota ini. Aku juga dulu tinggal bersama dia dan keluarganya.”
“Terus?”
“Sejak awal masuk kuliah, aku berkenalan dengan Riko, kami akrab dan semakin mengenal satu sama lain, termasuk Wildan. Lalu, Riko dan Wildan mulai sering main ke rumah pamanku, tempat aku tinggal dulu...Disitu dia kenal dengan Allan” sambungnya.
“Paman sibuk dengan bisnis dan perusahaanya, sampai kemudian dia pindah ke Jakarta untuk mengurus tender yang lebih besar lagi. Allan waktu itu masih SMA kelas 3, ia ditawarkan untuk tinggal disini sementara keluarganya pindah ke Jakarta. Tetapi Allan menolak, dia lebih memilih ngekost bersama Riko dan Wildan”
“Dia kan punya rumah disini?” tanyaku
“Iya, tapi Allan tidak mau sendirian disini, akhirnya dia ngekost dengan Riko dan Wildan, rumah itu juga dijual oleh keluarganya.”
“Lalu? Mereka begitu akrab, begitu mengenal satu sama lain, aku melihat foto-foto mereka dari foplder kak Riko” sambungku.
“Iya, Riko juga pernah jadian dengan Allan...”

Aku tersentak. Laura tau? Laura tau masa lalu kak Riko???
“Ka... Kamu tau kak Riko itu...”
“Iya, aku tau...”
“Aku kira kamu suka sama kak Riko”
“Haha, aku hanya temenan. Best friend, just it. Riko yang cerita bahwa Allan adalah pacar pertamanya.”

Oh... kerongkonganku rasanya mendadak tersumbat.

“Aku terusin ya...”

Aku mengangguk.
“Riko jadian dengan Allan, kemudian semuanya berbalik 180 derajat saat kami tau bahwa Allan juga menjalin affair dengan Wildan...”
“Serumit itukah?” mata ku melotot.
“Iya” ujarnya sambil mengangguk.
“Wildan saat itu bingung, menurut pengakuannya sih dia juga lagi bingung sampai suatu ketika Allan yang menciumnya, sejak saat itu mereka berhubungan rahasia, Riko tidak pernah bercerita tentang hubungannya dengan Allan kepada Wildan, mereka berdua saling menutupi”
“Lalu, bagaimana bisa ketauan?”
“Riko yang memergoki mereka. Kejadiannya sama kayak pas Wildan nembak kamu”

Muka ku memerah.

“Laura tau?”
“Iyalah, Wildan sama Riko yang cerita” ujarnya sambil tersenyum.
“Waktu itu mereka berantem hebat, sampai aku yang bingung melerainya. Allan mungkin merasa bingung, dia memutuskan pindah dan melanjutkan studi di Jakarta bersama keluarganya.”
“Terus, kak Riko dan kak Wildan?”
“Mereka baru bisa baikan setelah aku yang saling bujuk untuk bisa saling maafan. Hingga bisa akrab lagi, tapi sejak saat itu Wildan tidak pernah pacaran sedangkan Riko menjadi playboy, aku ga ngerti apa yang mereka pikirkan sampai akhirnya kamu datang”
“Maksudnya?”
“Sejak kamu datang, Dan... Aku ngeliat mereka kayak dulu lagi, Riko jadi semangat lagi, Wildan lebih ceria, entahlah, disatu sisi aku juga mikir suatu saat kisah kemarin bisa terulang lagi, dan syukrulah nggak...”

Aku tersenyum.

“Aku kira kak Riko masih menyembunyikan rahasia, aku kira kak Riko ga mau ceritain”
“Pasti ada alasannya Dan, dia cinta sama kamu, dia selalu cerita tentang kamu apalagi sebelum dia nembak kamu...”
“Oh ya?”
“Iya, dia kayak orang bego, dia cerita Danny gini gini... Danny begitu, Danny Danny dan Danny”
“Dasar tuh orang”
“Sana noleh, didepan pager ada yang nungguin” ujar Laura

Aku menoleh ke belakang. Itu Kak Riko!

“Sudah denger semuanya?” ujarnya.

Aku mengangguk pelan.

“Masih ragu sama aku?”
Aku menggeleng.

“Aku sayang kamu, Kak...” bisikku
“Aku juga sayang kamu, Danny” bisiknya.


to be continued



next chapter

0 comments:

Post a Comment