DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 1

Sheet 1

by be_biant



Inilah gambaran sebuah sekolah swasta termiskin seantero kota Palembang; biaya SPP paling murah, fasilitas serta mempunyai kelas yang terbatas, kebutuhan pokok dan property ala kadarnya, sumber ilmu berdasarkan kurikulum yang terbit berkisar lima tahunan silam, lapangan berumput multifungsi mulai di gunakan sebagai upacara sampai olahraga. Kalo hujan, pasti becek, gak ada ojek…

Siapa menyangka, siapa menduga kalo sekolah seburuk itu punya siswa yang paling nyebelin, sombongnya amit-amit. Tak ada siswa laen yang pernah ngaku sekedar deket dengannya, apalagi denger curhat masalah pribadi hidupnya. Bibirnya beku, bicara sekedar menjawab pertanyaan penting menurutnya, dan terkadang membantah!

Sirat matanya penuh rahasia, wajah cute nya selalu mengundang tanda tanya, banyak orang yang tertipu oleh muslihatnya. jika berada disampingnya akan merasakan dingin yang mematikan, tak ada yang mau bertahan lama dengan makhluk seperti manekin itu. Warna kulitnya putih bersih, seragam sekolah yang dikenakannya tidak pantas, seperti baju dan celana bekas. Minusnya, dia pendek. Jika tinggi sedikit saja, ia pasti jadi seorang artis terkenal. Tambah di idolakan banyak orang, dan tambah congkak tentunya…

Inilah alasan kenapa ia disebut keripik, ia kriuk banget, serta nge gemesin. Cemilan berkelas yang punya cita rasa. Sayangnya, rasa itu kayak jengkol. Setelah tau rasa itu tak nyaman, sebagian besar orang menghindarinya, punya gengsi sendiri menyadari kalo kita suka. So, apa pendapat kamu soal keripik jengkol?? Itulah dia!

Cowok keripik jengkol itu mengenakan tag name Rakha Pramadhan di baju sekolahnya, ia duduk di bangku kelas sepuluh bareng tiga7 siswa laennya. Waktu MOS kemaren, dia paling kalem, nurut, namun agak lemot. Belom jadi senior aja, sifat aslinya udah ketauan. Nyesek di dada sih, pas tau orangnya kayak gitu. Tapi apa boleh baut,…

Sebagian waktunya dihabiskan untuk menyendiri, tanpa berinteraksi. Hobinya menggambar manga, hasil karya tangannya halus, ia lebih suka nulis di papan ketimbang nyatet di buku. Warna kesukaannya putih, musik kegemarannya semua suka, kecuali dangdut, ia bukan asli keturuanan kerajaan Palembang, tapi jajanan favoritenya “Mpek-mpek empat, sama cuko” setiap kali jam istirahat

Menurut desas desus yang beredar, Rakha itu sosok yang pernah berprestasi di SMP nya, mimpinya pengen masuk sekolah bergengsi punya, tapi sayang, bonyoknya gak sanggup bayar admin nya, jadi terkarau di SMA pedalaman. Gosipnya, dia sengaja sekolah disini karena “Terpaksa!”

Jreeeeeeeeeeeenggg!!!..... All crew shock…. “APAA??!!”

Rakha benci sekolah disini, ia benci semua yang ada di sekolah ini. Termasuk Kepala sekolahnya, Gurunya, Temennya, bahkan termasuk penjaga sekaligus perawat sekolah ini yang suka bersih-bersih. Pedagang kaki lima, warung makan (lebay kalo disebut kantin, cuz menu jualannya gak komplit-komplit amat.) lalu yang jual empek-empek itu juga gak kalah nyebelin, udah beberapa minggu jadi langganan, tetep! Gak bisa ngutang!

***

Jam istirahat kali ini, Rakha mutusin gak mo jajan mpek-mpek lagi. Bukan karna ia merasa kenyang atau gak nafsu makan, cowok yang kira-kira baru berusia lima belas tahunan ini tidak dikasih jatah sama nyokapnya, mereka miskin sekali.. bokapnya pengangguran sejak dia tamat sekolah tingkat SMP nya, nyokapnya buruh cuci dua rumah sekaligus. Tentu pendapatan segitu tidak akan memenuhi kehidupan mereka, apalagi menghidupi empat anaknya, termasuk Rakha, anak ketiga dari mereka. Ngeselin, curhat tentang ini!

Di kelas 2belas IPA, seorang wanita berperawakan manis menyambut hangat kedatangan cowok cute ini. Rakha sendiri telah lupa, bagaimana mereka bisa berteman sebelumnya? Meski wanita ini kontras sekali terlihatnya, namun bagi Rakha dialah satu-satunya paling special di sekolah ini. Bukan alasan Rakha jatuh cinta sama dia. Tapi, jika sudah berada di sampingnya dan sedikit bercerita, maka Rakha akan merasa lega. Tidak seperti penduduk lainnya yang sedang menuntut ilmu disini, bisanya hanya bergossip!

Harus Rakha presentasikan siapa wanita ini, namanya Vidya. Rakha memanggilnya “Ayuk” itu sebutan kakak perempuan bagi orang Palembang. Ia pernah mengatakan minder ketika Rakha berusaha ingin mengajaknya kewarung sekedar jajan es. Yang jadi masalahnya, kulit Vidya nampak hitam kelam sedang Rakha putih sekali. Sesungguhnya, itu tidak jadi masalah. Yang bermasalah itu, mereka yang secara diam-diam sedang mengatakan “kalo tinta diatas kertas sedang berjalan.” Itulah, kenapa dibilang kontras!

Kali ini, kedatangan cowok keripik jengkol ini tidak untuk mengajaknya keluar kelas dan ngebikin heboh masyarakat setempat. Ia hanya ingin duduk santai, apalagi kelas 2belas IPA dikenal sangat nyaman untuk istirahat. Angin disini sepoi-sepoi, AC alami. Walaw panas membakar sekalipun.

“Dimana kak Joe?” suara merdu Rakha terngiang memecahkan kesunyian. yang lainnya bukan tidak ada, hanya saja rata-rata kakak kelas disini mengisi kekosongan jam istirahat mereka dengan tidur bermalas-malasan. Jadi suasananya tetap sepi.

Joe, ialah sosok cowok resminya Vidya. Namun, ia tau… dan tidak merasa cemburu ataupun terganggu jika pacarnya,.. Rakha pinjem sebentar. Malah setiap jam kosong, Joe mempercayakan pada Rakha untuk pacarnya dititipkan. Ya iyalah, mana mungkin Rakha mau… pacaran sama sahabat sendiri, apalagi sama pacar sahabat sendiri!

“Kakak, lagi beli sesuatu untuk bisa kita makan..” ujarnya tak kalah lembut. Bukan sok imut, tapi di area sini kudu control suara. “Harap maklum dan tenang” begitu yang tertulis di Papan. “mpek-mpek!” lanjut Vidya menerangkan

Dalem hati Rakha seneng gila, ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya sampe empat jam pelajaran berikutnya.

“Gimana belajarnya? Gurunya nyaman gak?”

Vidya paling tau apa yang sering di keluhkan Rakha. Pertama, pelajaran ekonomi akutansi, Pak Deny yang ngajar itu tidak memberikan soal. Tapi malah menyuruh semua muridnya mengumpulkan uang jika mau nilai mata pelajarannya besar. Yang berikutnya, Ibu Virgo dengan pelajaran fisikanya yang gak pernah bisa kompromi dengan angka, salah sedikit, maen cubit di bagian perut,.. sakit banget, asli! Ada yang suka ceramah bikin ngantuk, ada yang langsung ujian harian, padahal sekolah aja baru berapa minggu. Gak nyangka, sekolah jelek-jelek gini masih banyak kurangnya..

Rakha menghela nafas sesaat, perjalanan dari kelasnya cukup melelahkan. Ia lalu terperosot disalah satu bangku deket Vidya.

“Gue gak pernah nyangka, nilai gue ternyata paling buruk hari ini! Tapi apa yang musti dibanggain kalo punya nilai besar, Cuma gak punya uang…”

Vidya tersenyum, mencairkan suasana. “Jadi, uang problema kamu?? Orang kaya sekalipun juga punya problema,.. artinya, setiap manusia memang tak jauh dari masalah.” Alihnya dengan nada santai, ciri khasnya. Rakha sempet manyun “Jangan berkecil hati, Tuhan tidak pilih kasih. Tidak selalu orang miskin yang dapat cobaan,.. kita harus belajar merasa cukup, dan selalu berdo’a”

Tak lama kemudian, makanan yang di singgung Vidya datang. Kak Joe membawanya begitu banyak, ada mpek-mpek, kroket, bakwan berikut dengan 2 gelas es jeruk. Joe terkejut kalo Rakha maen dikelasnya, ia menyesal hanya membelikan yang ada. Meski kata mereka Rakha sombong, nyatanya ia tidak seperti itu. Ia amat tau diri, malah mereka bertiga minumnya Joint an.

“Ada siswa baru di kelas kamu ya, Ka?” Tanya Joe sambil mulutnya tak berhenti mengunyah, aroma cukanya sedikit mengundang yang tidur jadi kelaparan, bahkan ada yang sempet terbangun sekedar nyicip beberapa item.

“Iya!” jawab Rakha pasti dan ringkas

“Dari SMA mana tadinya?”

“Gak tau!” pikir Rakha gak peduli, emang dia siapa? Orang pentingkah?

Joe, cowok casual ini agak sedikit memahami karakter Rakha dari pacarnya, jadi sebaiknya ia tidak banyak tanya tentang siapapun, bahkan tentang Rakha sendiri.

“Oh, iya.. kamu pulang sekolah punya kerjaan apa?”

“Emang kenapa?” Rakha balik nanya ke Joe

“Maksud Kakak, kalo kamu gak ada kerjaan, kamu mau gak ikut Kakak kerja”

“Dimana? Kerja apaan?”

“Di jalan R.E Martadinata, ada rumah makan tenda. Sebagai pemula, paling kamu ditempati buat Bantu-bantu dulu.. kalo udah mantep, misalkan kata Bos Kakak Kamu layak ikut serta, nanti kita bisa bagi-bagi tugas..”

“Wah, asik dengernya,.. Trus??”

Keadaanpun mulai larut terhipnotis oleh topic pembicaraan, namun dari kelas 2belas IPA ke kelas Sepuluh yang jaraknya berkisar dua puluh meter. Ada anak baru yang tadi sempet di singgung mereka bertiga, cowok ini masih terlihat kalem diantara gerombolan siswa yang rada brutal. Tubuhnya tidak terlalu tinggi,, sekitar seratus 6lima keatas, beratnya ideal. Orangnya terlihat cukup cakep dengan memiliki warna kulit kecoklatan, ia sangat di kagumi cewek-cewek setempat. Rakha gak pernah tau, takkan pernah menyangka kalo suatu saat cowok itu akan menjadi soulmatenya, meskipun sekarang ia tak mengenalnya sama sekali.

Di seragam putihnya di bagian dada sebelah kanan terjahit sebuah kain yang warna tintanya hitam mencolok bertuliskan nama,… Biant.


to be continued


0 comments:

Post a Comment