DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 10

Sheet 9
by be_biant



“Lo masih kepikiran?” tebak Biant kalem

“Iya, gue cuma gak biasa berbohong. Mungkin gue masih terbayang bayang akan kesalahan besar..” Aku Rakha

“Kalo gitu, coba lo denger ini!” Biant menyodorkan headset ke telinga Rakha dan mengatur folder lagunya secara random. Dengan begitu, perasaan Rakha agak sedikit tenang.

“Gue suka tembang lawas ini, show me the meaning of being lonely…” ungkap si imut Rakha. Pas ngomongin “Backstreetboys” bibir mereka terucap secara bersamaan. Lalu terdiam sesaat, tidak berani saling menatap ataupun berfikir secara lancang. Apalagi harapan untuk saling berciuman???

“Karaoke aja, gimana?” cetus Biant mengusulkan

Kontan Rakha tersenyum. Pikirnya, ia gak bisa nyanyi. Tapi rada gak sabar pengen test vocal. Selama ini, Rakha hanya bersenandung, jadi agak malu kalo ada yang ngajakin nyanyi.

Akhirnya, dari lokasi yang masih di seputaran PIM, mereka tergerak lagi mendekati Mall yang lain, PS -Palembang Square- cukup naik mobil angkutan kijang berwarna ijo nyambung lagi naik mobil carry warna abu abu.

Inul Vizta,.. we are coming…

Jelang malem weekend, so pasti waiting list nya yang berjam jam, itu yang bikin gerem. Sedang dalem ruang berkapasitas small itu hanya bertahan satu jam saja. Delapan lagu buat dua orang udah terlalu cukup bikin kehilangan suara bagi yang jarang jarang nyanyi kayak mereka. Puas mengekspresikan diri, dari ketawa lepas, makan malem sampai berjoget ria. Mereka berdua merasa lelah seraya masih terus bersenandung ria ketika berjalan keluar ruangan.

Rakha tadi ngebawa in lagu I’m yours nya Jason Mraz sama Kesepiannya Dygta, sementara Biant ngandalin lagu Bruno Mars yang just the way you are with Daniel Badingfield if youre not the one, sisanya mereka duet bareng lagu Linkin park, Bondan, Backstreetboys, dan terakhir Kemana nya Ayu ting ting…

Di luar ruangan,.. langit kian keliat gelap. Gak kerasa udah jam tujuh malem. Next, merekapun kembali naik angkutan carry abu abu, menuju ke Benteng Kuto Besak, ada sejarahnya dalam kerajaan Sriwijaya, tapi ini bukan jam pelajaran, jadi maaf maaf saja, bagian ini gak perlu dibahas!

Biant dan Rakha memilih duduk dipagar pembatas paling tepi sungai musi. Membayangkan malam minggu yang bebas. Mengikuti keramaian suasana lapangan BKB, sungai Musi yang berwarna kehitaman kala malam, kelap kelip lampu rumah rumah diseberang, menatap kokohnya sebuah jembatan bersejarah yang menghubungkan antara dua kota Palembang Hulu dan Hilir yang terbelah oleh Musinya, memandangi langit yang penuh taburan bintang serta berharap salah satu dari mereka ada yang mengutarakan perasaan masing masing. Ha Ha!

Rakha ngerasa santai, tapi juga grogi. Gak tau kenapa? Yang jelas, ia gak mampu merangkai kata kata indah. Yang ada, malah akan membuat jantungnya berdebar semakin kencang saja. Dan mungkin lebih baik diam!

“Thanksfull..” kata Rakha memulai. Sumpah, ia gak berani natap muka Biant. Takut! Dan kata itu sebenarnya tidak sesuai dengan perasaannya. Rakha tidak merasa puas seharian ini, ia hanya menghargai sikap Biant saja.

“It’s okay,..” bales Biant standard.

Sunyi sekian lama di antara keduanya,. Rakha terus sibuk mencoba mengalihkan pandangannya ke segala penjuru arah. Sementara ia tak kan pernah tau dengan apa yang dilakukan oleh sahabat barunya.

“Gue yang musti ngucapin makasih ama lo, Ka.” Diem sesaat “Gara gara gue, Lo jadi dua kali bolos!”

Rakha maksain senyumnya “Gak pa pa, gue juga mau milih minggat karna udah tau resikonya, kok! Paling enggak, gue bisa refreshing sejenak. Bosen!”

“Gue boleh nanya?” pinta Biant mendadak, agak aneh tampangnya.

“Sejak kapan gue minta syarat?” Rakha mengalihkan pembicaraan sambil cemberut

Biant cengengesan dulu. “Iya, gue mo masti in,.. kalo lo sebenernya masuk SMA negeri, kan? Kenapa bisa ke Swasta? Sayang banget sih, orang swasta aja rela beli bangku puluhan juta supaya masuk negeri, eh elo malah sebaliknya!”

Rakha mematung, ia masih berfikiran dan menimbang nimbang, haruskah ini di jelaskan?

“Kalo lo tersinggung, gak usah di jawab.. gak apa apa!”

“Maaf, Iant. Gue bisa nge down kalo ngebahas itu.” Alih Rakha di sela tawanya “Elo sendiri, kenapa pindah? Bukannya lo tau kalo sekolah kita itu, bukan sekolah unggulan!”

“Gue berantem di minggu pertama, akhirnya gue milih pindah. Berhubung Tante gue tinggal di daerah situ, jadi gue sementara ini ikut beliau dulu sampe perilaku gue berubah. Lo gak tau, kalo tinggal sama orang laen juga kerasa nyiksa batin!”

“Orang tua Lo?” Rakha pura pura gak tau.

“Mereka,.. sudah tidak ada. Padahal gue kangen banget sama sosok mereka.”

“Gue sama bokap gue gak pernah ngobrol akhir akhir ini! Jadi, gue rasa kita satu sama!”

“Lo nganggap bokap lo gak ada, Ka?! Gak boleh gitu, sosok mereka tuh penting banget buat kita! Gak ada yang bisa ganti in. Lo harus care sama mereka, mumpung kesempatan ini masih ada!”

“Kata lo, sih!” ucapan Rakha kali ini terdengar hambar. Ia tak mau meneruskan topic, dan lebih baik memilih mandangin kelangit lagi dan merasakan derasnya angin malam itu. Cepat sekali cuaca berubah, kayaknya bintang bintang banyak yang hilang ditelan awan gelap.

Namun pandangan Biant terpatung ke wajah imut Rakha, ia sama sekali tak percaya kalo sikap Rakha memang begitu cuek, dingin, kurang perhatian, sama gak pernah ambil pusing dengan masalah!

Rakha mergokin Biant bengong “Hei, balik yok! Mo ujan kayaknya!”

“Iya deh, bisa masuk angin lama lama disini!” Biant setuju.

Nyaris jam sembilan malem, keduanya masih terpojok di pinggir jalan menunggu Bis terakhir lewat. Angin kerasa kencang, sampah sampah di jalan berterbangan, namun mereka masih saja sabar menunggu jurusan mobil yang mengarah kejalan pulang yang tak kunjung datang.

Gerimis pun datang secara tiba tiba. Tak ada pilihan, mereka naik Bus sembarang jurusan. Menghindari hujan dan yang terpenting adalah berteduh dulu.

“Kita mo kemana, Iant?”

“Balik kerumah gue dulu, deket koq dari sini…”

***

Rakha hanya bisa bengong mandangin langit yang kian mengerikan dari balik kaca jendela, untungnya ia masih aman bersama Biant dalem sebuah Buskota yang makin sepi penumpang. Di international plaza inilah satu satunya terminal yang bisa mengantarkan uang bagi sopir dan kernetnya. Namun kesalnya, mobil ini terlalu lama ngetemnya.. sedang Rakha sudah keburu gak sabar pengen tau, kemana mereka akan pulang dan lewat kendaraan apalagi setelahnya? Ini sudah terlalu malam, gak ada lagi angkot yang beroperasi langsung mengarah ke dusun mereka. Dan semua hanya Biant yang tau jawabannya.

Sepetak bus berwarna kuning itu tak lama kemudian melaju menantang deras angin. Tiba saja Biant menghentikannya di tengah jalan.

Rakha tau, ketika turun dari bus ini akan membuatnya kebasahan, dan ia lebih gak bisa mengelak lagi sama apa yang jadi tujuan Biant. Mereka berdua berlari dan terus berlari, berlindung dan terus berlindung, tak goyah akan terpaan angin dan hujan, pokoknya maju entah kemana akan terhentinya?

Sampailah di depan sebuah rumah yang lumayan megah, Biant membuka sendiri pintu gerbangnya dengan kunci miliknya. Rakha hanya mengikutinya saja, tanpa bicara banyak. namun masih harus berlari kencang lagi melewati lapangan luas, taman, jembatan mini, dan sampailah ke teras rumah yang segitu lumayan jauhnya. Baru mereka sadar, tampilan mereka seperti usai berenang di daratan. Basah sekali, dan kedinginan tentunya.

Rakha menggigil, Biant langsung membukakan pintu rumahnya. Gelap! Begitu lampu dinyalakan,.. hanya kata Waow yang terbesit di benak Rakha. Rumah itu lebih besar tiga kali lipatnya dari rumah Tasya, bertingkat lagi!

“Masuk, Ka! Anggap aja rumah sendiri..”

Meski keliat melongo tapi Rakha lebih pandai menyembunyikan ekspresi kagumnya. Rumah sendiri?? Kalo itu, dia gak nolak!

“Lo tinggal sendirian?”

“Ada penjaga sekaligus perawat rumah disini. Masuk aja, gak usah takut rumah gue kebanjiran gara gara rembesan baju lo!”

“Kasian yang nge pel, Iant!”

Biant ketawa lepas “Maksudnya elo???”

“Gue??” Rakha belagak blo on.

“Ya iya lah, di sini gak ada siapa siapa..”

Rakha makin gak ngerti “Tadi katanya ada pembokat, Lo?!”

“Iya, mereka tinggal dirumah belakang, kasian kalo dibangunin.. ya kita lah yang bersihin rumah..!”

Baru Rakha paham! Yah, Cuma nge pel dikit doang, gak masalah!

“Enggak, koq. Gue bercanda! Udah, di tinggalin aja!”

“Becek, Iant!”

“Kagak masalah! Ayo, kita mandi dulu!”

“Kita??? Elo aja kaleee!!”

“Haha, maksudnya mandi masing masing tempat. Emang Lo pikir, rumah segede ini punya kamar mandi satu??”

***

Gila! Kenapa Rakha bisa sampai dirumah ini? Biant mo pamer kekayaan?? Rakha senyum sendiri sambil mikir di dalem kamar mandi yang lebih luas dari kamar tidur bonyoknya. Air hangat yang keluar dari shower itu terus mengguyurinya. Ia tak peduli, seberapa lama lagi ia mampu bermain dengan air.

Jadi kesimpulannya, sejak jalan seharian. Menurut Rakha, Biant ini gay deh! Coba di inget lagi,.. iya yah, dia pasti gay! Perlakuan, perhatian, sikap, tatapan, latar belakang, dan termasuk kesempatan ini. Agak egois mikirnya dan terlalu nuntut kedengerannya,.. tapi gimana kalo emang bener?? Yah, rada memelas,.. Rakha gak nolak! Hehe, sebenernya, Rakha sendiri gak punya prinsip pengen kearah situ, cuman karena dipancing ama perhatian yang sama sekali belom pernah dirasa Rakha sebelomnya, ya gak ada salahnya nyoba?! Toh, Biant gak hanya kaya. Ia bahkan punya segalanya, sok tau! Ngarep ngarep ngarep,…

Gak bisa banyangin abis mandi ini, Rakha diperkosa?? Eit, sebaiknya Biant jujur dulu kalo sejak awal bertemu, ia memang tertarik dengan Rakha. Dengan begitu, semua pertanyaan yang ada di pikiran Rakha terjawab sudah! Gak masalah kalo Biant yang nembak omongan! Yang jadi masalah, kalo Rakha yang nembak duluan. Gengsi dong! Toh, kalo pemikiran Rakha salah dan ternyata Biant Straight, gimana?? Jam belajar di Sekolah gak akan terhenti gara gara kasus ini. Mereka masih tetap terus bertemu di kelas, masih harus say hai! Masih terus jaga image terus terusan, tapi entah sampai kapan? Sedekat ini, Rakha gak mao ada perubahan, gak mo ada perpisahan, dan gak mo ada perasaan…

Mudah mudahan malam ini berjalan lancar, entah siapa duluan yang akan menyerahkan ke virginitasannya,.. jangan sampai,.. Rakha baru berumur 5belas tahunan. Secara batin, ia belom siap!

Selang waktu yang cukup lama, Rakha akhirnya rela keluar dari tempat persembunyian

“Kira in, lo ketiduran??” sindir Biant agak heran “Baru aja gue mo gedor dan ngasih tau kalo kamar tidur bukan disitu!”

Rakha gak ngelawan ucapannya, malah kaget bukan main ngeliat Biant Cuma nutupi sebagian badan dengan handuk yang di ikat di pinggang doang! Sisanya porno abis, gak aneh sebenernya, namanya juga sama sama abis mandi,! yang jadi problema itu, sekarang dibalik iketan handuknya yang di pinggang juga, Rakha belom pake celana dalem. Seluruh bajunya basah tanpa terkecuali. Yang ada, barang nya masih menggantung gak jelas sampe kapan?

Gila,.. sebidang badannya, one pack.. tapi gak buncit dan gak bentuk otot juga. Rakha yakin badannya keras banget, soalnya ia pernah tabrakan di kelas. Kalo badan Rakha sendiri, putih mulus haha, promo.. gak berisi, cuma emang kayak ginilah, Rakha kan imut kayak marmot jadi proporsional ama badannya yang kecil, gak kurus kurus amat. soalnya tiap hari sering ngangkat in air dari sumur ke kamar mandi.. yang ini intermezzo doang! Supaya ke bayang se imbang.

“Tuh, di lemari ada banyak baju,.. lo pilih aja sendiri.” Tunjuknya kearah yang tak jauh dari lokasi. “Dan ini, kancut Lo!” tiba saja Biant ngasihnya dengan cara dilempar

Reflek ketangkep sama Rakha, biasa jadi penangkap bola kalo maen baseball waktu SD. Setelah di check, Rakha tampak protes “Bekas siapa?”

“Udah gak usah banyak bacot! Gak ada virusnya, tenang aja!”

Rakha bisa nebak ini pasti punya dia, Rakha rada sanksi make nya “Punya yang laen, Ga?”

“Yaa ampuun, gak ada! Emang yang itu kenapa? Bolong?”

“Kegedean!” dengan lugunya Rakha ngejawab bikin Biant ketawa ngakak.

“Itu ukuran ‘M’, Rakha..”

“Gue make yang ‘S’!”

Biant tambah kaget “Hhh!” hawa mulutnya kemana mana. “Punya Loh?!”

“Emank ngaruh? Maksud gue ‘S’, untuk size pinggangnya. Kalo yang ini kedodoran, sama aja bocor make nya..” keluh Rakha, tapi tetep bikin Biant terusan ngakak. “Kalo kecil juga, bukan buat lo, kan? Ngapain heran!”

Tawa Biant tiba saja berubah ke senyum simpul “Pake yang ada aja dulu,.. itu juga model yang karet, kan. Pasti pas ama lu. entar laen kali gue beli in. buat kapan kapan lo nginep sini lagi!”

Setelah itu, Biant pergi ninggalin Rakha. Kontan si Rakha langsung ngumpet di kamar. Malem ini ia musti protectif, situasi kondisi masih gak aman walau jelas ini kandangnya musuh. Pasti in gak ada kamera tersembunyi, atau lubang lubang kecil di dinding yang mencurigakan. Bahaya bahaya bahaya,.. bahkan disaat tidur pun, rudal jepang bisa menghancurkan segalanya kalo lengah sedikit saja.

***

“Lo gak pake baju, Ka? Boxer doang???” tampang Biant lagi lagi mo ketawa liat tingkah Rakha yang gak beres.

“Enakan gini!” bantah Rakha, padahal akalnya bulus sekali si jengkol ini, ia sengaja tak berpakaian atas agar menarik mata sekaligus perhatiannya Biant. Manusia itu, sama kayak ikan. Harus dipancing dulu.

Biant gak koment lagi. Kalo Biant berusaha tampil modis dengan setelan casualnya, Rakha lebih milih apa adanya. Tuh, kan. Biant mencoba keliat curi pandang dan berubah perhatian. Mampus! Skak math, deh!

“Laper, enggak!”

“Enggak! Gue kenyang makan nasi goreng di Inul tadi, ini bisa tahan ampe pagi!”

“Terang aja badan lo kurus..”

“Biarin! Yang penting cakep, daripada Lo??,..”

Biant gak nge gubris, bilang aja syirik! Sementara Biant ke dapur sambil masak in mie instant, Rakha sibuk mengelilingi isi rumah beserta pemandangannya. Ada yang mengganjal! Penasaran, penasaran, penasaran,… tuh, apa yang Rakha pikirkan?

Sepuluh menit kemudian, Biant balik ke ruang keluarga yang ada tv LCD 34 inc nya, sesekali, ia merhatiin tingkah Rakha yang suka pegang pegang barangnya dari luar boxer. Biant pasti mikir, barang Rakha masih menggantung pada tempatnya. Rakha bisa nebak pikiran kotor itu dari sinar matanya. Tapi Rakha Apatis, bukan masalah besar kalo sama sama lelaki dirumah ini. Rakhapun langsung nimbrung.

“Bener gak, laper?? Gue cuman masakin buat gue sendiri! Gak boleh minta, haram!”

Rakha gak peduli soal mie “Nama asli Lo, Brilliant? Itu kan nama bagus, Bro!”

“Jelek!” akunya rada benci dengan namanya sendiri. “Ide bonyok gue sebenernya,. Gue sendiri ngerasa malu make nama itu, kadang arti sebuah nama enggak mencerminkan sikap dan perilaku orang yang make nya. Contonya gue,

Awalnya dengan bangga, ketika hari pertama ada seorang bayi terlahir dan di beri nama oleh orang tuanya. Dengan harapan agar kelak nama itu mempunyai makna yang nyata. Tapi ketika bayi itu semakin tumbuh, maka semakin nyata pula kalo harapan dan impian orang tua itu gak sejalan. Itu hanya sebuah nama, mawar pun tetap semerbak kalo namanya bukan mawar, matahari pun tetap bersinar kalo namanya bukan matahari. Akhirnya, semua usaha mereka mempercayai nama, kerasa sia sia,..

Gue hanya anak yang gak berbakti, ngebangkang, nakal, gak pinter, intinya bukan Brilliant seperti impian dan harapan mereka, tapi mereka masih bangga memanggil dengan sebuatan itu, gue sendiri benci, bagi gue, itu ledekan yang semakin mengancam gue setiap kali mendengarnya. gue bahkan sempet nyumpahin kalo yang suka dengan nama itu akan sial.

Sampe suatu ketika, gue denger kabar kalo bonyok gue meninggal, Ka. Mereka meninggal karna kecelakaan pesawat. Gue sendiri begitu menyesal karna gak sempet bilang maaf ke mereka. Dan asal lo tau, ini sebenernya rahasia terbesar gue dalam hidup. Hanya gue yang tau kenapa gue gak mau lagi ada yang manggil nama itu, itu semakin mengingatkan gue akan kesalahan tentang kecelakaan bonyok gue”

Aduh! Pengen rasanya langsung meluk supaya di bilang care, tapi apa gak kayak perilaku cewek?? Yang ada malah Sok care

“Tapi nama itu gak akan pernah berubah, gak akan pernah hilang,.. sama kayak memory di otak lo. Tapi satu kemungkinan yang bisa merubah itu, yaitu sikap lo! meski lo gak bisa balikin kenyataan merubah nama lo, tapi lo masih punya kesempetan memperbaiki ide Brilliant lo”

“Gue sempet mikir, nama itu lebih pantes elo yang pake, Ka!”

“Ngarang!”

Curhat curhat curhat,.. akhirnya Biant mulai berani curhat. Tapi sayangnya, bukan curahan itu yang di harep Rakha sebenernya. Percuma lah, dalam ke adaan laper, mana mungkin Biant langsung horni liat Rakha nyaris bugil gini. Tapi kali aja, pas di kasur timbul kode kode positif.. ha ha! Dasar mesum!

“Sorry, gara gara nama jadi gak enak ngobrolnya... gue tidur dulu ya! Eh, elo tidur dimana?” Tanya Rakha basa basi, ngarep ngarep ngarep..

“Kamar tidur juga gak satu, Ka!” jelas Biant muncul rasa keselnya tiba tiba.

“Oh,.. gitu ya!” ngusep dada ngusep dada ngusep dada

Dan seperti intruksi Biant, Rakha harus tidur dikamar tamu di lantai dua. Ini malam special, siapa tau tak ada malam malam lain yang indahnya seperti ini. Seharusnya pintu kamar Rakha dibuka saja, gak usah pake baju, gak perlu pake selimut, mati in AC, merebah, dilihatnya jam dinding, pukul setengah 2belas. Waktunya memejamkan mata, mudah mudahan dini hari entar bakal ada ‘sesuatu’ lah! Hanya itu yang bisa Rakha berikan! Met malem…


to be continued





0 comments:

Post a Comment