DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Negeri Dibalik Awan - Chapter 3

Chapter 3
by Ajiseno


Tubuhku begitu segarnya pagi ini, nggak taulah mungkin karena sepagi ini sudah mandi dan sarapan atau karena sejak tadi teguh selalu menemaniku, bahkan sampai di pak sujar pun dia masih menemaniku

Tadi pagi acara mandi wajibku lancar karena dibantu teguh termasuk nyucinya
Luar biasa, teguh sangat terampil dalam mencuci selimut tebal, sebenarnya mas yoga keberatan pakaian kotor di cuci teguh, mungkin takut ketauan dari baunya dan rasanya tidak ada kecuriaan sama sekali dari teguh ketika mencuci jadi mas yoga akhirnya kelihatan lega.

Cowok ini banyak pengin tahu banyak hal terutama tentang semarang
Hmmm….dia belum pernah ke semarang dan ingin ke semarang

Dan baru kutahu, dia ternyata sekolah di kota dan saat ini sedang libur
Dia sekolah di SMA mengambil jurusan IPA saat ini duduk di kelas dua
Dia pengin ngelanjutin kuliah di semarang katanya dan maka dari itu dia banyak Tanya tentang semarang kepadaku

“jii…ini berkas-berkasnya” mas yoga tiba-tiba menyodorkan stopmap
Teguh yang disampingkupun ikut mendongak kaget
Aku menerima berkas, kuambil dan kubuka laptopku
“berkas apa mas?” Tanya teguh padaku
“bukan apa-apa kok guh” jawab mas yoga menimpali
Aku paham, ini berkas rahasia
“eh mas aji, kapan-kapan aku diajarin pake laptop ya mas” teguh mengalihkan pembicaraan
‘ohhh…kapan-kapan guh, aku jarin ampe bisa lah”
Wajah teguh mendadak berseri-seri
“makasih banget mas”
Aku tersenyum

Kupandangi wajah teguh, uhhh anak ini begitu cutenya, aku jadi inget adit Cuma tubuh teguh lebih besar dan bibir lebih berisi. Tapi hatiku tetap pada satu pendirian, aku nggak mau godain teguh, dia anak baik…..uhhh…mengapa sih jadi inget adit segala?

“guhh…” ujarku lirih
“ya mass…”
“hmmm…maaf ya, kamu diluar dulu bentar ya, aku mau bicara dengan mas yoga”
“ohhh…ya udah, maaf nih jadi ngganggu”
“duh maaf ya guh, nanti kesini lagi deh kita lanjutkan ngobrol kita”
“nggak pa pa mas” teguh berdiri dan akupun berdiri
Dalam hati aku nggak enak banget, ngusir teguh secara halus
Aku berjalan mendampinginya keluar, kupeluk pundaknya dan berbisik “guh, disini ada cewek cakep, sana apelin dong” bisikku sambil melirik mas yoga, mas yoga menatapku curiga
“uhhh…mas aji, mana mau putri ama aku” bisiknya pula
“ahh…siapa sih yang nolak cowok secakep kamu guh, pasti akan rugi dunia akherat, hehehe” bisikku lagi sambil terkekeh
“ahhh…mas aji, jangan nyindir gitu dong” bisiknya

Sampai juga diruang depan
“dik putriiii……” aku berteriak keras memanggil
“nggih masss…..” suara putri dari dalam

Seketika kulihat rona wajah teguh memerah, matanya melotot
Dan dia dengan gerakan cepat melepaskan diri dari pelukanku
“mas…kamu edan ya…..”
Gerakan teguh cepat sekali sebelum putri keluar kamar, dia berlari keluar rumah dengan sangat cepatnya
Aku Cuma tersenyum, sambil garuk-garuk kepala, aneh, kata pak warno kemaren benar bahwa disini jarang banget ada anak muda pacaran, kalau suka dengan cewek maka dia akan menyuruh orang tuanya untuk melamar kalau di tolak ya nggak masalah.

“ada apa mas?” tiba-tiba putri sudah disampingku
Aku jadi bingung
“hmmm….kalau nggak merepotkan dik putri aku pengin dibuatin kopi” ujarku sekenanya
Wajahnya berseri, cantik khas cewek pelosok tanpa make-up, putih tanpa jerawat, rambutnya yang panjang di gelung, dan aku baru tahu pula aat desa sini seorang cewek nggak boleh memotong rambut sebelum menikah, maka kebanyakan rambutnya panjang seperti putri

“ohh…nggak apa-apa kok mas, bentar ya saya buatin dulu”
Dia berbalik menuju dapur
Akupun melangkah menuju kamar, disana mas yoga menungguku sejak tadi

Mas yoga masih menatapku tajam, perasaan curiganya belum juga berakhir setelah tadi aku bisik-bisik teguh dengan meliriknya
Aku tersenyum sendiri, dan kulihat mas yoga semakin penasaran

“hehh ji, tadi bicara apa dengan teguh?”
“hmmm….” Aku Cuma senyum, entahlah aku suka sekali menggoda mas yoga, wajahnya bersemu merah
“kamu cerita tentang kejadian semalam ya?” wajahnya semakin tegang
“mas, tadi itu catatan tentang apa?” kataku sambil melirik mas yoga, aku berkata gini juga agar mas yoga semakin penasaran
“heyy…kok malah jawabnya melenceng to?” ujarnya semakin penasaran

Aku tetap diam acting, padahal dalam hati aku begitu gelinya melihat mas yoga masih terus menatapku tajam dengan rasa penasarannya
Aku paham betul, mungkin kegiatan gocok bareng aku semalam merupakan yang pertama kalinya jadi dia sangat ingin kegiatan ini jangan sampai ada yang tahu
Aku paham juga bahwa ini kejadian yang memalukan baginya

Aku tetap pada posisi duduk serius membaca berkas yang disodorkan mas yoga
Kuamati bebarapa bahasa teknik yang kurang begitu kupahami beserta angka-angka
Tapi sepertinya aku pernah baca berkas ini ya?

“mas, ini kan berkas yang dikirim ke semarang beberapa waktu lalu dan sudah kubuat budgetnya, napa disodorkan lagi ke aku?”
“hehehe, la iyalah memang yang kupunya Cuma itu kok”
“lho, kan sudah disuruh pak danar untuk merubahnya to?” aku mengernyitkan dahi sedikit emosi
“iya…Cuma aku nggak bisa merubah data teknik sebuah proyek, bagiku itu sudah final, coba ji, kalau kamu sudah merancang bangunan setelah itu kamu suruh merubah rancangan, maka yang terjadi harus merubah total, aku nggak bisa merubahnya ji, ini sudah final dan berkas ini sudah masuk ke pemda, bisa-bisa aku menyalahi aturan nantinya”
Aku Cuma bengong, trus apa gunanya aku jauh-jauh kesini?

“mas…pliss…terus fungsiku disini ngapain?”
“hmmm…ngapain ya? Menemaniku tidur aja deh, hahahaha” dia tertawa lucu, dan emosiku meledak
“mas….!!!” Aku menjerit
Mas yoga Cuma senyum simpul, dan kini aku sadar dia sedang membalas perlakuanku tadi…kurang ajar!

“tok..tok…tok” suara pintu kamar diketuk, seketika kami menoleh
“mas ini kopinya” suara putri dari balik pintu
Seketka mas yoga melompat membuka pintu
Dan terlihat putri sedang membawa nampan berisi secangkir kopi yang aromanya begitu harum menerpa indera penciumanku

“eh dik putri…makasih ya kopinya” mas yoga langsung mengambil kopi dan menyeruputnya
Putrid Cuma berdiri bengong, dan aku geleng-geleng kepala saja sambil senyum
Seketika putri dengan cepat berbalik ke dapur
Entahlah tiba-tiba aku nggak lagi berminat dengan kopi setelah aku tahu bahwa perjalanan jauhku kesini sepertinya sia-sia

Mas yoga masih senyum-senyum menggoda
Aku mengambil nafas dalam…hmmm ini pasti Cuma lelucon saja

“mas…serius nih, mosok nggak dirubah sama sekali, mosok aku yang harus ngerubah data-data ini, ya nggak bisa lah, bahasanya saja aku nggak mudheng”
“iya ji, aku serius…ini data sudah final, misal ini jumlah pasir yang akan kita datangkan, nggak bisa dong entar langsung dikurangi, menyalahi aturan lah”
“kok kamu nggak lapor ke boss sih”
“udah tapi boss tetep ngeyel, harus dirubah agar kerugian tidak terlalu besar, karena proyek ini pasti mendatangkan kerugian”
“jadi…???”
“jadi, kamu ditugaskan kesini untuk merubah budget, itu ja, aku nggak paham cara ngerubah budget itu kan keahlianmu ji”
“waduhhh…nggak bisa gitu dong, aku buat budget dasarnya juga data ini, kalau data ini nggak dirubah ya nggak bisa lah aku ngerubah budget” kataku sengit
“terserah! Itu urusanmu ji”
“heh enak saja! Nggak bisa gitu dong!” aku mendadak emosi, pengin marah tapi tak tahu marah pada siapa

“mas aji ini kopinya” kami menoleh kaget menuju pintu
Putri telah berdiri dengan ssecangkir kopi di tangannya
Mas yoga hampir berdiri
“eitt…sekarang itu kopiku, enak aja!” kataku sambil mendorong tubuh mas yoga, dia Cuma senyum
Kulihat putri senyum-senyum melihat kelakuan kami yang mirip anak kecil
“makasih banget dik putri, maaf lho ngerepotin”
“sama-sama mas aji, ngak usah sungkan ya mas, kalau butuh sesuatu panggil saja saya” ujar putri ramah
Aku Cuma mengangguk
“heh put…aku butuh pijat…hehehe” teriak mas yoga menggoda
“uhhhh…” wajah putri memerah
Dan dia langsung pergi menunduk malu

Aku kembali lagi dengan kopi yang kuseruput pelan sambil jalan
Hmmmm…nikmat betul kopi disini, katanya sih di sini nggak ada orang beli kopi bubuk atau the, semua buatan sendiri
Pantesan rasanya lain

“sekarang serius mas!” ujarku lirih
Mas yoga sekali lagi senyum
“jangan senyum-senyum gitu dong, serius lah”
“yayayaya…….serius ji, tapi aku pengin Tanya serius juga sama kamu, tadi kamu ngobrolin apa dengan teguh?”
Aku kaget
“duh mas kok nanya itu lagi sih”
“iya soale ini penting banget, disini issue tentang seks cepat banget beredar, aku nggak ingin kegiatan kita semalam akan menggegerkan kampung ini”

Aku mngambil nafas panjang
“mas..kali ini aku benar-benar serius, maaf…sekali lagi maaf mas, semalam aku memang keterlaluan, sebenarnya semalam aku hanya iseng godain mas yoga, nggak lebih, kalaupun jadi seperti itu ya aku minta maaf, tapi yakin kok aku sedikitpun nggak membicarakan itu dengan teguh, tadi teguh Cuma nanya-nanya tentang semarang, maklum dia belum pernah kesana”
“ohhhh…syukurlah” mas yoga mengambil nafas lega
“mas”
“ya, kejadian semalam jangan terlalu dipikirin ya, itu kan Cuma ngocok, aku saja sering ngelakuin kok”
“hahh…yang bener?”
“iya lah semua lelaki biasa lah ngelakuin itu,emang mas yoga nggak pernah po? bahkan aku bisa lebih dari sekedar itu”
“aku nggak pernah ji, mungkin karena terlalu sibuk jadi jarang mikirin seks, ehh kamu bisa ngelakuin apa saja, hanyoo kamu pasti sering ‘maen’ ama perempuan nakal ya?”
“eitt enak aja…nggak lah”
“trus ngelakuin apa, hayoo?”
“udah ah…kita bahas berkas ini dulu, itu kita bahas nanti malam saja”
“okee…”

Aku memandang mas yoga
Dia mengambil nafas panjang
“jii…sebenarnya sudah ada beberapa perubahan si, tapi nggak besar pengaruhnya, jadi pagi ini kita keluar, meninjau lokasi, siapa tahu kamu entar ada aide”
“ohhh gitu ya”
“ ya udah kalau gitu, sekarang kita siap-siap menuju lokasi rencana proyek, kamu pake jaket, kita bawa motor, kalu mobil takutnya selip, jalannya susah dan rusak parah, pagi ini saja kalau sore kabut tebal”
“oke…” tiba-tiba wajahku ceria setelah dijelaskan mas yoga
Apalagi membayangkan nanti malam akan membahas seks lagi dengannya…pasti seru

Kadang keindahan fisik di muka bumi ini hanyalah fatamorgana belaka, makanya sudah selayaknya kita harus berfikir ulang lagi ketika kita terpesona pada suatu keindahan.

Pagi ini cuaca begitu bersahabat…cerah, langit biru bening dan angin pelan membawa kesejukan
Gunung, bukit, lembah, tebing yang kemaren tertutup kabut sekarang begitu jelas terpampang laksana buah karya fotografer ternama
Hanya satu hal…luar biasa

Tanganku merangkul erat perut mas yoga yang sedang mengendarai motornya dengan pelan
Mirip dua insan yang sedang pacaran
Sebenarnya berkali-kali mas yoga menyingkirkan tanganku dari perutnya, mungkin risih dilihat orang banyak di jalan
Tapi aku cuek, menikmati perut besarnya yang kenyal yang memberikan kehangatan tersendiri

Setelah melewati jalan yang lumayan mulus, kini kami melewati jalan yang hancur, rusak parah dengan lobang yang menganga berisi air
Dikanan jalan tebing dalam yang sangat curam dan disisi jalan tebing menjulang tinggi bagai tembok yang membatasi jalan

Yang bikin aku miris adalah kerusakan alam akibat ulah manusia
Sisi curam dari gunung harusnya sebagai hutan lindung, diagram dan di cangkul tanahnya untuk menanam berbagai jenis sayuran dan kentang
Tanah terbentang luas, gundul hanya tanaman jangka pendek yang tumbuh yang akarnya tidak dapat menopang Tanana dan menyimpan air hujan
Sementara tananama jangka panjang hamper tak ada
Hal inilah yang menyebabkan banyak terlihat pemandangan tebing-tebing yang longsor kemudian menutup jalan atau menutup saluran air yang berada disisi jalan
Aku yakin ketika hujan deras turun, jalan ini mirip sungai yang airnya deras melewati jalan, makanya keadaan jalan berlobang, dan aspalnya mengelupas tetrtutup longsoran tanah

Mas yogapun sangat berhati-hati dalam mengendarai sepeda motornya
Beberapa kali sering akan terjatuh karena licin atau terperosok dalam lobang dalam
Dan…aku selalu menjerit takut
Tanganku semakin erat mencengkeram perut mas yoga

Parah….
Alam disini rusak parah….
Kemaren aku melihat ala mini begitu indah dan sekarang baru aku sadari, keindahan hanyalah fatamorgana belaka
Yang kulihat sekarang kerusakan alam yang memprihatinkan
Aku menhela nafas….
Ini PR jangka panjang bagi generasi muda daerah sini

Alam ini rusak karena ulah manusia yang mengatasnamakan kepentingan ekonomi
Alasan klasik…yaitu mengisi perut
Memang ada benarnya pula…pulau jawa sudah terlalu padat, manusia saling berebut mencari nafkah hingga hutan dan lereng gunung yang seharusnya untuk hutan lindungpun dibabat habis hanya demi alasan…perut.

Kulihat di lereng-lereng terjal, beberapa petani mencangkul dengan cueknya tanpa di terasiring
Dan disisi lainnya beberapa petani dengan mesin diesel dan selang besar menyedot air dari dasar sungai untuk menyiram tananaman kentang
Di tempat lain beberapa petani mencangkul dengan memelorotkan tanah sehingga lahan jadi terlihat bertambaha luas
Di tempat lainnya lagi, beberapa orang memecah batu sungai sehingga batu-batu hilang dari sungai dan suatu saat air akan meluap deras tanpa penghalang lagi

Hmmm…alam sudah rusak
Apa yang selama ini kulihat indah, setelah kulihat dari dekat, terasa lain, tidak indah lagi…tapi rusak
Semua berubah, alam inipun berubah
Hanya satu hal yang kulihat saat ini belum berubah
Yaitu kehidupan bermasyarakat yang masih begitu alaminya

Yahhh…sangat berbeda dengan daerah lainnya di pulau jawa
Kehidupan disini begitu rukunnya
Manusia laksana semut…
Setiap mereka bertemu, entah kenal atau tidak selalu menganggukkan kepala sambil tersenyum sopan
Tadi mas yoga bilang bahwa setiap ketemu orang di jalan baik kenal atau tidak harus senyum dan menyapa
Dan sekarang aku praktekkan apa yang diperintahkan mas yoga

Setiap ketemu di jalan mereka bersalaman, mengobrol ringan disisi jalan sambil tertawa lepas
Aku tahu yang ada dipikiran mereka hanya Satu yaitu bagaimana menafkahi keluarga tercinta mereka

Kegotong-royongan juga masih terjaga
Kulihat sekelompok orang mencangkul bersama dalam satu lahan, jumlahnya sekitar 30 orang, mas yoga mengatakan itu rombongan dalam satu RT mereabergantianmencangkul dari satu lahan ke lahan lainnya
Wow…luar biasa….

Makanan merekapun begitu sederhana, hanya nasi jagung dengan lauk sederhana, peyek ikan asin, sambel terasi dan sayur daun singkong
Mereka tidak kenal makanan-makanan elit perkotaan yang mana setiap kali makan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit
Aku begitu salut akan kesederhanaan penduduk disini…luar biasa
Aku juga salut akan etos kerja orang daerah sini
Merka jauh dari hiruk pikuk kehidupan politik yang memuakkan
Mereka tidak mengenal mall, internet dan gaya hidup perktaan lainnya
Pemikirannya begitu sederhana itulah yang bikin aku tambah salut
Makanya penduduk desa sini kebanyakan panjang umur dan jarang terkena penyakit jantung atau stroke
Mereka semua sehat dan bahagia

Tiba-tiba mas yoga berhenti
“jii…itu tadi jalan yang akan kita bangun”
“ohhh…” aku menelan ludah kelu
Dalam hati sekali lagi aku miris

Aku turun dari motor
Berjalan pelan ketepi jurang yang lerengnya penuh dengan tanaman pertanian
Aku menghela nafas panjang, menghirup dalam-dalam udara segar pegunungan

Sekali lagi kupandang jalan rusak berliku menurun
Jalan dimana proyek perbaikan akan dilakukan perusahaanku
Aku saat ini merasa disuatu tempat yang sungguh asing, terpencil dan sunyi dengan kondisi alam yang kurang bersahabat

Sekali lagi kupandangi jalan lokasi proyek
Sempit, disisinya jurang menganga dan disisi lain tebing tinggi

Saat ini aku maklum, biaya membengkak
Saat ini aku tahu penyebab pak danar menyuruhku kemari, meneliti apa yang terjadi
Aku tak mau menyalahkan siapa-siapa, yang jelas dulu sebelum tender proyek pihak perusahaan hanya mengandalkan data-data sekunder yang diberikan pemda tanpa mengecek langsung kondisi lapangan
Ini pengalaman berharga bagiku khususnya dan bagi perusahaan pada umumnyan bahwa sangat penting mengecek langsung kondisi lapangan sebelum membuat budget sebuah proyek.

Pelan aku duduk dibongkahan batu disisi jalan
Angin dingin bercampur terik mentari menerpa tubuhku menampilkan kesejukan dan kesegaran yang sulit untuk sekedar diungkapkan.
Kupandangi desa-desa dibawah sana, menampilkan kumpulan rumah-rumah yang terlihat begitu kecil
Dan baru kusadari aku berada di ketinggian suatu tempat dan baru kusadari pula desa tempatku menginap ternyata jauh disana di tempat yang jauh lebih rendah dari tempat aku duduk saat ini

“gimana ji…sudah ada ide?” suara mas yoga ikut duduk disisiku
Aku menoleh, kutatap wajahnya sambil senyum
“belum…hmmm tapi gini saat ini aku baru mengumpulkan rincian permasalahan sebelum satu persatu ide itu nanti muncul”
“oke, boleh aku tahu?”
Aku mengangguk, mengeluarkan notes kecil dan bolpoint dari saku

“mas…kita harus membahas satu persatu permasalahan dulu, yang pertama mengapa harga bahan bagunan terutama pasir dan batu disini dua kali lipat dari harga di daerah bawah, kini aku tahu jawabannya, karena…hmmm mungkin ya, karena terlalu jauhnya dan sulitnya medan menuju kemari, sekarang kita harus bahas solusinya….”

“yup…kamu ada solusi? Sebab sejak kemaren aku disini bingung untuk memecahkan masalah ini” ujar mas yoga lebih lanjut

“aku ada beberapa alternatif untuk solusinya antara lain, yang pertama kita harus mengurangi budget untuk pengadaan batu paling tidak sampai delapan puluh persen…”
“apa? delapan puluh persen, nggak mungkin lah ji?”
“mas…coba lihat, itu aspal yang mengelupas…coba perhatikan…bawahnya itu batu yag tertata kan, jadi kita sudah menghemat banyak batu, nggak usah lagi mengadakan”
“udah aku kurangi budget untuk pengadaan batu ji, tapi ya nggak nyampe segitu besar, ya udah aku terima idemu, kayaknya masuk akal tuh, trus untuk pasir gimana ji?”

Aku kembali menghela nafas panjang
“aku belum tahu, boleh aku Tanya mas?”
“ya ji, gimana?’
“apa ada spesifikasi khusus standar bahan bangunan yang akan kita gunakan ke pemerintah, maksudku gini, apa kita harus mengunakan batu jenis seperti ini, pasir seperti itu, atau semen merk apa gitu?”
“nggak ada sih, yang jelas budget yan g kita ajukan hasil akhir proyeklah yang harus memenuhi standar baku yang pemerintah minta”
Aku tersenyum puas mendengar jawaban mas yoga

Mas yoga menerutkan alis sedikit, dia heran dengan senyumanku
“kamu punya ide ji?”
“ya”
“apa?”
“nanti lah aku jelaskan, sekarang kita kembali lagi, mencari penambangan pasir dekat sini”
“hah apa?’
“yah aku rasa khusus proyek ini kita nggak usah menggunakan pasir merapi milik perusahaan karena jelas akan merugi proyek ini mengingat jauhnya medan”
“ohh…tapi aku yakin pak danar nggak setuju ji, bukannya setiap proyek harus memakai bahan-bahan dari afiliasi perusahaan kita?”
“ahhh…itu urusan nanti, biar aku yang akan bicara dengan pak danar, yang jelas saat ini kita harus mencari lokasi penambangan pasir dekat sini, ayooo mas”
‘okee…tapi kamu yang tanggung jawab lho”
“Siap boss”

Kutarik pelan lengan mas yoga menuju sepeda motor kembali
Dan kembali kami berjalan pelan menyusuri jalan yang super parah rusaknya dengan super hati-hati, mengingat jalannya yang menurun dan licin

Setelah kurang lebih setengah jam melewati jalan rusak, sampailah didesa terdekat dengan kondisi jalan yang relatif lebih halus
Aku bernafas lega
Dipertigaan mas yoga mengambil jalur yang kiri menuju arah lain dari arah menuju desa tempatku menginap

Selanjutnya yang kutahu sepeda motor terus menyusuri jalannan berkelok dan menurun tajam
Dari belakang aku leluasa melihat pemandangan alam dibawah sana yang begitu menakjubkan
Hmmm…pak warno salah! Aku tak akan bosan memandang pemandangan alam yang super indah mirip nirwana
Menampilkan sketsa alam yang terdiri dari perbukitan di bawah sana, perkotaan yang terlihat kecil dan hmmm…gunung sindoro yang begitu anggunnya menyapaku, membentuk kerucut besar yang begitu halus dan cantiknya di kelilingi gunung-gunung lainnya disekitarnya…semua terlihat begitu indahnya

Jalan terus menurun tajam dengan aspal yang halus
Disekitar jalan seperti biasa lahan pertanian rakyat dengan aneka tanaman
Petani…tua muda, bahkan anak-anak yang semua berwajah ceria terlihat bekerja dengan penuh kegembiraan
Sesekali aku mengangguk ketika beberapa petani menganggukkan kepala pula
Disini bahasa isyarat sangat penting terutama anggukan dan senyuman, semua tanpa kata
Menurut cerita pak warno, pernah suatu saat pak guru SMP disini hamper di keroyok warga gara-gara karena tidak pernah menyapa penduduk ketika jalan menggunakan sepeda motor, rupanya itu merupakan pengghinaan bagi penduduk sini jika jalan tidak bertanya ketika bertemu seseorang di jalan.

Akhirnya tempat yang kutuju kutemukan juga
Kami sampai di sebuah sungai besar yang airnya mengalir deras dan bening
Ada jembatan panjang yangdibawahnya kulihat beberapa orang
Dan daerah sini beda sekali dengan daerah yang tadi aku singgahi
Disisni arealnya rata dengan perbukitan rendah
Disini lembah dengan menampilkan kotakan sawah yang berwarna hijau dan kuning padi yang menawarkan keindahan dalam sisi yang lain

Kulihat dibawah…
Beberapa lelaki dari berbagai usia sedang disungai
Dari kejauhan mirip orang berendam, dan kadang badannya yang telanjang keluar dari air menampilkan bentuk tubuh yang sempurna lamai, sixpack alami
Semua membawa semacam keranjang dengan anyaman rapat untuk menampung pasir yang diambil didasar sungai
Ketika keranjang mereka penuh, maka mereka akan keluar dari air dan mengangkut psir yang telah didapatkan keatas dan dikumpulkan pasir yang telah didapat disisi jalan

Warna pasirnya memang beda dengan pasir merapi
Disini pasir berwarna kecoklatan sedang pasir merapi berwarna kehitaman
Sedang disisi lain beberapa perempuan bercaping sedang membelah batu menjadi batu belah yang kecil-kecil secara manual

Kami berhenti disini
“mas…pasirnya seperti ini, apa ini memenuhi syarat untuk proyek kita mas”
“hmmm sebenarnya ini kurang bagus sih jika dibanding dengan pasir milik kita, tapi paling tidak dengan perbandingan limapuluh limapuluh bisa lah”
Aku mengangguk

Selanjutnya aku berlari menuju dasar sungai
Sekitar sepuluh orang yang sedang menambang pasir
Hmmm mata nakalku berputar mencari sosok yang terbaik untuk kupandang
Akhirnya kutemukan juga…pemuda dengan usia duapuluhan tahun sedang berendam, telanjang dada
Wajahnya sederhana khas wajah pemuda jawa, tapi bentuk badannya ..hmmm luar biasa coklat tua dan berotot

Aku berjalan pelan menghampirnya
Dia tersenyum ramah menyambutku, tubuhnya bangkit dari air dengan celana kolor berwarna merah basah

Dia berjalan ke tepi menghampiriku
“ya mas… gimana, ada yang bisa saya bantu mas” ucapnya dengan logat jawa yang kental
Aku tersenyum menjabat tangannya
‘gini mas, saya akan beli pasir dalam jumlah banyak, sebaiknya menghubungi siapa ya?”
“ohhh itu saja…pak darto, rumahnya yang itu, mari aku antar mas” ucapnya sambil menunjukkan tangannya kearah rumah yang Nampak paling bagus disamping rumah yang lain
“ohh makasih mas” ucapku basa-basi

Kami berjalan beriringan
Aku menunjuk arah rumah yang kutuju pada mas yoga yang menungguku di atas…di jalan
Mas yoga mengangguk tersenyum

Aku menoleh pada pemuda disampingku
Dia tersenyum amat manis
Butiran air menetes di wajah dan tubuhnya menambah sexy dimataku
“kenalkan mas, aku aji dari semarang, masse siapa?’ ucapku mengenalkan diri sambil menjabat tangannya
“ohh mas, saya munir mas’ dia kikuk menjabat tanganku sambil senyum seadanya

Akhirnya sampai juga di rumah yang kutuju
Pak darto namanya, orangnya bertubuh pendek gempal
Ternyata semua pasir yang di tambang di sini di beli pak darto kemudian beliaulah yang memasarkannya

Saya mengutarakan maksud kedatangan saya
Menceritakan semuanya terutama proyek yang sedang saya tangani, kulihat wajah pak darto bersinar cerah
Dan setelah melalui proses tawar menawar yang cukup alot, akhirnya kudapatkan harga yang lumaya rendah, bahkan mas yoga kulihat rona wajah yang kaget dengan harga yang kudapatkan
Aku beralasan, kami akan membeli lumayan banyak
Dan pak darto berjanji akan memenuhinya
Hmmm…beres satu hal…pasir dan batu

Sudah jam satu siang tak terasa
Kami makan di warung sederhana disebuah kampung
Walau dengan makanan sederhana, Cuma sayur pare dan ikan kali kecil-kecil yang di goreng, aku dan mas yoga makan dengan dengan lahapnya

“waduhhh…jii, kamu hebat, nggak mengira secepat ini masalah akan beres, sejak kemaren aku sempat bingung je, gimana cara ngerubah perhitunganku, makasih ya ji” mas yoga dengan wajah berseri setelah makan selesai
“lom selesai lah mas, nanti kita masih harus bekerja keras lagi, merubah semua dari awal lagi, ohh ya, satu lagi untuk menghemat, rencanaku tenaga kasar untuk proyek, gimana kalau kita ambil dari daerah sini saja, karena setelah kuperhitungkan kita banyak menghemat biaya lagi”
“oke setuju lah”
“ya udah…aku pengin istirahat mas, ayo kita kembali”
‘ayoo, makasih ji”
“sama-sama mas”

Perjalanan kembali terasa begitu cepatnya
Mungkin karena aku tak lagi tertarik dengan pemandangan yang tadi kulihat
Fokus pikiranku Cuma satu yaitu bagaimana secepatnya merubah budget

Kulihat wajah putri tersenyum manis berseri
“ohh mas darimana saja mas sampai siang bener, itu mas aji ada tamu sudah dua jam menunggu” putri mengabariku
Aku kaget…dalam hati aku bertanya…siapa ya?

Cepat aku berlari ke ruan g tamu
Kudapati sosok tubuh yang begitu kukenal
Tinggi, langsing dengan kaos dan celana jeans, kulihat jaketnya dia letakkan di kursi
Wajahnya putih dengan sekumpulan jerawat di pipinya menambah manis ketika dia tersenyum
“danangg…..” aku langsung berteriak
Ya dia danang, cowok yang kukenal ketika perjalanan dalam bis kemaren
Dia berdiri tersenyum menyalamiku

to be continued...


0 comments:

Post a Comment