25 Desember malam.
Sudah menjadi tradisi di keluarga Samuel untuk melakukan makan malam
bersama pada hari natal dan pada malam menjelang tahun baru, biasanya
hanya keluarga inti saja, ditambah beberapa orang terdekat. 2 tahun
yang lalu, karena Kenneth tidak ikut pindah ke luar negri, mereka
terpaksa harus makan malam natal tanpa Kenneth, tapi karena sejak
setahun yang lalu mereka kembali ke kota asal mereka lagi, tahun ini
akhirnya Kenneth bisa ikut lagi. Selain kehadiran Kenneth, ada lagi
yang berbeda pada makan malam natal tahun ini, yaitu dengan kehadiran
Gwen di tengah-tengah keluarga mereka, Saat ini Mr & Mrs. Owen, Gabriella, Kenneth, Samuel dan Gwen tengah berada di ruang makan keluarga Owen, Orang
tua Samuel sudah mengetahui bahwa Gwen adalah pacar Samuel, karena
itulah mereka mengajak Gwen untuk makan malam bersama mereka. “Tidak apa-apa kau menghabiskan natal bersama kami ? bagaimana dengan keluargamu, Gwen ?” tanya Mrs. Owen. “Tidak
apa-apa, tante.. di sini saya tinggal sendiri, keluarga saya tinggal di
luar negri, jadi tiap hari natal saya biasanya merayakan sendiri..”
jawab Gwen sopan. Mrs. Owen menatap remaja perempuan yang duduk di
hadapannya tersebut, selain sopan dan ramah, ia juga cantik dan manis,
semoga saja Samuel jadi dengannya, harapnya dalam hati. “Kalau begitu malam tahun baru kau ikut kami makan malam lagi ya.” katanya. “Dengan senang hati, tante..” kata Gwen sambil tersenyum manis. Samuel tersenyum sumringah melihat kedekatan Ibu dan pacarnya tersebut. Mereka
kemudian melanjutkan makan malam sambil mengobrol banyak hal, hingga
akhirnya kira-kira jam di dinding ruang makan sudah menunjukan 10 malam. “Ayo Gwen, kuantar kau pulang..” kata Samuel. Gwen mengangguk, “Baiklah
kalau begitu, om, tante, kakak-kakak semuanya, saya pamit pulang
dulu..” katanya sambil bangkit berdiri, begitu pula dengan Samuel. “Ya.
Jangan lupa malam tahun baru ke sini lagi.” kata Mrs. Owen, sementara
suami dan kedua anaknya yang lain mengangguk sambil tersenyum. “Pasti.” kata Gwen. Ia dan Samuel kemudian beranjak pergi. Kini
tinggal Gabriella, Kenneth dan kedua orang tua mereka yang masih duduk
di meja makan, beristirahat sejenak sambil menurunkan makanan di perut. “Cantik
sekali pacar Samuel itu, selain itu anaknya ramah dan sopan.. semoga
saja hubungan mereka bisa bertahan lama, lebih bagus lagi kalau mereka
sampai menikah..” kata Mrs. Owen sambil tersenyum-senyum sendiri. “Hhmm..” gumam suaminya sambil menghabiskan minumannya. Sementara Gabriella dan Kenneth asyik mengobrol di ujung meja yang lain, Mrs. Owen melirik ke arah mereka, “Bagaimana denganmu, nak ? kapan rencananya kau mau mulai cari pacar ?” tanyanya. Gabriella dan Kenneth berhenti mengobrol kemudian menatap bingung pada ibu mereka. “Siapa ?” tanya Kenneth bingung, “Tentu
saja dirimu, tidak mungkin kan Mama bertanya pada kakakmu yang sudah
bertunangan ?” tanya Mrs. Owen lagi sambil tersenyum, Gabriella
memang sudah bertunangan tahun lalu dengan pacarnya yang saat ini masih
tinggal di negara tempat mereka pernah menetap dua tahun yang lalu. “A.. aku ?” tanya Kenneth tergagap sambil melirik Gabriella sekilas, mencari bantuan. “Ya.” ulang Mrs. Owen. “Aku sudah punya pacar, kok..” kata Kenneth keceplosan. Mrs. Owen menatap anaknya dengan kaget, “Oh iya ? lalu kenapa kau tidak mengajaknya makan malam bersama kita ?” tanyanya. “Ehhmm.. di.. dia ada acara bersama keluarganya, la.. lagipula.. dia kan tinggal di kota sebelah, Ma..” jawab Kenneth terbata. “Seperti apa orangnya ?” tanya Mrs. Owen mulai menginterogasi. Kenneth terdiam sejenak, “Di.. dia..” katanya tergagap. “Apa dia secantik Gwen ?” tanya Mrs. Owen dengan antusias.
Ini dia, pikir Kenneth, dari dulu ibunya selalu
membanding-bandingkannya dengan Samuel, dan biasanya ia selalu kalah,
tapi tidak kali ini, “Jauh lebih cantik !” bohongnya, Gabriella menatapnya sekilas sambil menaikkan sebelah alis matanya, “Kalau begitu, malam tahun baru nanti ajak dia makan malam bersama kita ya.” kata Mrs. Owen. Kenneth terdiam mematung di tempat duduknya, “Mati aku !” katanya dalam hati sambil menyesali kebohongannya barusan. Sementara Gabriella tersenyum diam-diam melihat ekspresi wajah adiknya yang sedang kebingungan. “I.. iya..” kata Kenneth sambil menunduk bingung, Bagaimana
ini, pikirnya, tidak mungkin ia membawa Collin ke rumah pada malam
tahun baru nanti kemudian mengenalkannya pada orang tuanya, “Ma, Pa, Ini
pacarku.” Kenneth merinding membayangkan hal tersebut, bisa-bisa namanya dicoret dari daftar silsilah keluarga.
⃰©⃰©⃰©⃰
Malam tahun baru, Keluarga
Owen plus Gwen sudah berkumpul di meja makan, makanan buatan Mrs. Owen
sudah terhidang di hadapan mereka, siap untuk disantap, “Mana pacarmu, Kenny ?” tanya Mrs. Owen. “Sedang
di jalan, Ma.. mungkin sebentar lagi tiba..” jawab Kenneth sambil
melirik keduanya saudaranya yang menatapnya dengan was-was. Tak lama kemudian bel pintu depan berbunyi, “Itu dia..” kata Kenneth sambil berdiri dan berjalan menuju pintu depan dengan jantung berdebar-debar, Mrs.
Owen menatap suaminya dengan antusias sambil tersenyum, ia tidak sabar
untuk melihat pacar Kenneth, karena biar bagaimanapun ini pertama
kalinya Kenneth membawa pacarnya untuk dikenalkan pada mereka. Kenneth kembali ke ruang makan bersama seorang perempuan, Dengan cepat Gabriella dan Samuel menatap ibu mereka untuk mengetahui bagaimana reaksinya, Mrs. Owen menatap takjub pada perempuan tersebut sampai-sampai mulutnya menganga lebar,
Tubuhnya yang tinggi semampai, rambut panjang berwarna coklat tua yang
dibiarkan terurai, kulit putih dan mulus serta wajah yang manis, ini
baru yang namanya cantik sempurna, pikir Mrs. Owen. Ekspresi wajah
Gwen tak beda jauh dengan Mrs. Owen, di kampus ia memang terkenal
sebagai primadona karena wajahnya yang cantik, ia tahu yang bagaimana
yang dibilang cantik, dan ia memang merasa cantik, SANGAT cantik bahkan,
tapi perempuan yang kini sedang berdiri di hadapannya ini cantiknya
kelewatan. Gwen jadi merasa kecil dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya. “Ma, Pa, kenalkan, ini pacarku, Carol..” kata Kenneth dengan bangga setelah melihat ekspresi wajah ibunya. Carol kemudian menyalami Mr. dan Mrs. Owen sambil tersenyum, “Ayo duduk..” kata Mrs. Owen sambil menepuk punggung kursi kosong di sebelahnya. “Iya, tante..” kata Carol ramah. Mrs. Owen terlihat senang sekali, ia langsung menyukai Carol dari sejak pandangan pertama. Kenneth
duduk di sebelah Carol sambil menatap kedua saudaranya yang duduk di
hadapannya, ia tersenyum lega, begitu pula dengan kedua saudaranya. Merekapun mulai menyantap hidangan makan malam. “Tinggal di mana ?” tanya Mrs. Owen di tengah santapannya. “Di kota sebelah..” jawab Carol canggung, “Sendiri ?” “Dengan keluarga.” jawab Carol lagi sambil tersenyum kaku, “Kuliah di mana ?” “Sama dengan Kenneth..” Mrs. Owen tersenyum lagi, “Sudah berapa lama pacaran dengan Kenneth ?” tanyanya. Carol menatap sekilas pada Kenneth, “Su.. sudah 2 tahun..” jawabnya terbata. “Apa ? kok kau tidak pernah cerita, Kenny ?” tanya Mrs. Owen pada Kenneth, “Sibuk kuliah, Ma.” jawab Kenneth singkat. Mrs. Owen menatap Carol lagi, “Kalau mama perhatikan, wajahnya mirip Elliot anak tetangga sebelah, ya..” katanya pada keluarganya. Mendadak Kenneth, Samuel, Gabriella dan Carol terdiam mematung di kursi mereka masing-masing sambil saling tatap cemas. “Ma.. masa sih..” kata Gabriella. “Iya.. iya, kan Sammy ?” tanya Mrs. Owen. Di antara mereka yang paling sering bermain bersama anak-anak di rumah sebelah memang Samuel, “Tidak, ahh..” kata Samuel terbata. “Perasaan Mama aja mungkin..” tambah Kenneth. “Masa sih tidak mirip..” kata Mrs. Owen sambil menatap wajah Carol lagi. Sementara Carol menunduk cemas. “Mungkin memang hanya perasaan Mama saja..” kata Mrs. Owen akhirnya sambil kembali melanjutkan makannya. Keempat anak tampak menarik napas lega. Sepanjang
acara makan malam Mrs. Owen masih sibuk bertanya ini itu pada Carol, ia
juga tak jarang menawarkan makanan buatannya pada pacar anaknya
tersebut, Ia merasa senang sekali karena calon-calon menantunya cantik-cantik, ramah-ramah dan sopan-sopan. Seperti harapannya pada Samuel dan Gwen, ia juga berharap hubungan Kenneth dan pacarnya ini bisa bertahan lama. Kenneth
menatap bangga pada Collin, untunglah bakatnya berakting sebagai
perempuan belum hilang, dan juga, walaupun sudah 2 tahun berlalu sejak
Collin menyamar sebagai karyawan perempuan di cafe Arlochrion, hingga
kini wajahnya masih tetap manis seperti wajah anak perempuan.
©⃰©⃰©⃰©⃰©
Usai
makan malam Kenneth, Carol dan Gabriella pergi ke kamar Kenneth untuk
menghabiskan waktu menunggu tengah malam, sementara Gwen dan Samuel
pamit untuk pergi merayakan tahun baru bersama teman-teman mereka. Keduanya kini sedang berada di depan rumah, Gwen
sedang menunggu Samuel mengeluarkan motornya, rencananya sekarang
mereka mau ke rumah Aidan untuk merayakan malam tahun baru bersamanya
dan Alan. “Ehhmm, Sam..” katanya ragu sambil mengambil helm yang disodorkan Samuel padanya, “Apa ?” tanya Samuel. “Kau yakin, ehhmm.. kakakmu itu gay ?” tanya Gwen ragu. “Kenapa memangnya ?” tanya Samuel sambil menatap pacarnya. “Yang barusan itu.. be.. benar-benar pacarnya, kan ?” tanya Gwen lagi. “Iya.” jawab Samuel singkat. “Kok.. perempuan ?” tanya Gwen kebingungan. “Siapa ?” tanya Samuel lagi. “Carol..” jawab Gwen. “Dia laki-laki, kok..” jawab Samuel enteng. “APP.. APAA ???” sentak Gwen terkejut. “Aduh Gwen, jangan teriak-teriak dong, sudah malam..” kata Samuel sambil menutup telinganya. “Ta.. tapii.. dia cantik sekali !!” kata Gwen lagi. “Itu hanya penyamarannya saja, tidak mungkin kan kakakku mengenalkannya pada orang tuaku sebagai laki-laki ??” kata Samuel lagi. “Ta..
tapii..” Gwen tidak bisa berkata-kata saking syoknya, bagaimana
mungkin, ia, yang merupakan primadona kampus, yang dipuja-puja banyak
laki-laki, yang dikagumi banyak perempuan, bisa dikalahkan kecantikannya
oleh seorang,... laki-laki ?? Gwen berdiri mematung tampak syok, pandangannya kosong. “Ayo Gwennie..” kata Samuel yang sudah siap dengan motornya. “Laki-laki.. aku dikalahkan laki-laki..” ratap Gwen pelan sambil naik di belakang Samuel, pandangannya masih kosong.
TAMAT
|
0 comments:
Post a Comment