All About Magic
-chapter 10- ( 17 )
by MarioBastian
“Kamu lagi santai-santai, kan Sayang?” tanyanya. “Atau lagi nyari sesuatu?”
“Maksud Jeng Nunuk apa?”
“Kakak...” ralatnya. “Maksud Kakak.”
Sejenak Jeng Nunuk tersenyum penuh arti dan dia tampak mendominasi. Seolah dia memegang kunci penting dalam perdamaian dunia.
“Kakak tahu kamu lagi nyari seseorang, ya kaaannn...? Dan Kakak tahu di mana orang itu sekarang...”
Jantungku
berdetak keras, terkejut campur kesal karena orang macam Jeng Nunuk
saja tahu di mana orang yang sedang aku cari, tapi kenapa aku nggak
punya petunjuk sedikit pun?!
“Oh, nggak usah repot-repot. Kami udah punya seseorang yang tau di mana orang yang lagi kami cari. Thanks.”
Jeng Nunuk tertawa sambil menepuk bahuku. “Kamu ini lucu, Agas... Siapa yang kamu maksud? Bu Dewi?”
Bagaimana dia bisa tahu?
For God’s sake, apa aja sih yang wanita ini tau?! Dia seperti setan, tahu segalanya!
“Bu
Dewi nggak mungkin ngasih tau, Sayank. Dia cuma pura-pura. Dia tahu di
mana Dennis, tapi dia nggak akan ngasih tau. Karena kalau dia tahu...”
Jeng Nunuk melakukan adegan tangan memotong leher dan menunjukkan
ekspresi mati. Kemudian tertawa. “Perjanjiannya kan, nggak boleh ada
yang tahu di mana Dennis.”
“Terus kenapa Kakak tahu?”
“Karena
Kakak nyari tahu, dooong...” Dia menepuk bahuku lagi. “Kakak kan
berbakat jadi detektif swasta. Emangnya Agas pikir dari mana Kakak bisa
nemuin semua brosur-brosur itu? Semua itu karena keterampilan Kakak searching. Google aja kalah. Percaya deh, sama Kakak...”
Aku terpana. “Terus... terus Bu Dewi bilang kalo dia bakal ngasih tahu di mana Dennis—“
“Tapi semua ada waktunya, kan?” potong Jeng Nunuk. “Pasti dia bilang begitu.”
Aku
menelan ludah, napasku memburu. Agak kesal karena Jeng Nunuk mendadak
menjadi wikipedia berjalan bagi masalah-masalahku. Tapi aku jadi sangat
penasaran, apa benar yang dikatakan Jeng Nunuk? Apa benar dia tahu? Apa
benar Bu Dewi nggak akan ngasih tahu?
“Waktunya itu bukan
sekarang, Anak Manis. Bukan hari ini. Bukan pula besok dan berhari-hari
yang akan datang. Kamu bakal tahu Dennis di mana, dari Bu Dewi, tepat
ketika Dennis udah nggak ada lagi di dunia ini.”
“Tapi Bu Dewi udah datang ke sini, dan dia mau bilang!” pekikku frustrasi.
“Terus dia udah bilang?”
Aku mematung.
“Di mana dia sekarang?” Jeng Nunuk celingukan ke sekeliling kami. “Kakak nggak lihat ada Bu Dewi di sekitar sini...”
“Dia... dia mau ketemu seseorang dulu...”
“Ooohhh...” Jeng Nunuk geleng-geleng kepala sambil menunjukkan wajah ‘Nah, kan apa Kakak bilang...’.
“Dia
ke sini buat nyelamatin Dennis terlebih dahulu. Cepat atau lambat,
iblis itu bakal tahu kalau yang dibawanya bukan Dennis yang asli.”
“D-dari mana Kakak tahu?”
“Ck,”
Jeng Nunuk mengibaskan tangannya. “Tahu dong, udah dibilangin Kakak ini
detektif swasta hebat. Conan Edogawa pun bisa kalah. Kamu pikir waktu
Kakak datang ke rumah, ngasih-ngasih brosur tuh, cuma buat ngasih brosur
semata?”
Memoriku kembali ke momen saat Granny pergi ke Jakarta,
rumah kosong, dan Jeng Nunuk tiba-tiba muncul untuk membawakanku brosur
penyembuhan gay, dan dia bersikeras dengan brosur itu, lalu tiba-tiba
Esel muncul dari dapur, berlari ketakutan karena melihat Pak Darmo, dan
mereka berdua pun kabur...
I knew it! Mestinya aku tahu
bahwa tujuan mereka memang bukan untuk menyembuhkan orientasi seksualku.
Mereka punya tujuan lain. Mereka hanya menjadikan hal tersebut sebagai
alasan! Selama aku dialihkan perhatiannya oleh Jeng Nunuk, Esel
melakukan sesuatu di dalam rumah... entah apa itu. Mencuri jurnal?
Memasang penyadap?
Napasku memburu karena amarah. Tanganku
terkepal ingin menonjok Jeng Nunuk saat ini juga. Aku benci kalau sudah
ditipu seperti itu. Aku pikir waktu itu mereka hanya ingin menjahili
rumah kami, waktu itu kan mereka lagi panas-panasnya mengerjai rumah
satu sama lain. Aku pikir mereka sedang menyimpan tikus di kamar Granny,
atau membolongi dapur kami biar kehujanan, atau apa gitu... ternyata...
“Terus yang Kakak pengen sekarang apa?”
“Menang,” jawabnya tegas dan tanpa basa-basi. Senyumannya pun lebih tulus dan meyakinkan. “Kakak cuma pengen menang girlband fight ini.”
Dan mendapatkan kunci untuk membuka jurnal? No way.
“Aku nggak ngelihat ada alasan buat aku ngebantu Jeng Nunuk menang.”
“Oooh,
ada kok Darling...” Jeng Nunuk memberikan tatapan pebisnis terakhir.
“Kalau Kakak menang, Kakak bakal kasih tahu di mana Dennis, Kakak bakal
ngasih tahu cerita-cerita masa lalu rumah itu, dan... Kakak bakal ngasih
tahu kehidupan gelap Nenekmu sayang...”
“Bohong. Jeng Nunuk bahkan belum baca isi jurnal-nya Granny!” tantangku.
Dia
agak kaget karena aku tahu soal jurnal itu. Tapi ekspresi pebisnisnya
kembali lagi dalam waktu dua detik. “Yang dalam jurnal memang belum
tahu. Tapi yang nggak ada di jurnal?” Senyumnya tersungging sebelah.
“Percaya deh, Anak Manis... Begitu kamu tahu semuanya, kamu bakal lebih
memihak Kakak...”
Jeng Nunuk pun melangkah perlahan meninggalkanku. “Pikirkan itu baik-baik... sekarang Kakak mau Rolling In The Deep dulu. Okay?”
-XxX-
Aku
sudah tidak tahan lagi. Setelah Itchy Bitchy selesai dengan Rolling In
The Deep, lalu Sweet Strawberry menampilkan Sik Asik-nya Ayu Ting Ting,
aku pergi dari panggung dan menuju rumah. Aku nggak menemukan Bu Dewi di
mana-mana... dan aku nyaris saja percaya pada kata-kata Jeng Nunuk.
Jangan, Agas. Jangan pernah percaya Jeng Nunuk.
Dia itu sapi tolol. Sapi busuk.
Tapi
dia tahu segalanya. Dia serius. Dan bagaimana kalau dia benar? I mean,
pasti ada kemungkinan setidaknya 1% bahwa dia benar. Aku sudah
berkeliling ke sana kemari mencari Bu Dewi, tapi tak kutemukan. Bahkan
barusan aku menyelusup ke tendanya Itchy Bitchy dan harus bertempur
dengan Esel terlebih dahulu, tapi tetap tak kutemukan Bu Dewi di situ.
Aku juga sudah menelepon Zaki yang sedang ada di rumah, menanyakan
apakah Bu Dewi ada di situ? Jangankan Bu Dewi, Bang Dicky pun belum
kelihatan batang hidungnya, katanya.
Bagaimana kalau Bu Dewi
memang mencari Dennis yang asli dan bermaksud menyembunyikannya?
Bagaimana kalau dia lebih mengorbankan Cazzo dibandingkan Dennis?
Kepalaku
pusing dan mumet memikirkan itu semua. Aku berjalan tanpa tujuan di
komplek itu. Dari ingar bingarnya, aku bisa mendengar Itchy Bitchy
mempersembahkan lagu terakhirnya, Boys (yang waktu itu sempat kulihat
latihannya), dan Sweet Strawberry akan tampil dengan lagu
pamungkasnya... Kamseupay. Dari Lollipop.
... Tak sudi berteman sama rakyat jelata
Mendingan lo semua ke laut aja
Lihat ku aduhai, gaya pun keren pandai
Nggak seperti lo semua yang
Kam Se U Pay...
Sekali
lagi aku memutar bola mata, kenapa Granny memilih lagu ini sebagai lagu
pamungkas? Lagunya saja seperti judulnya, sangat-sangat Kamseupay. Tapi
berkat pelatih koreo profesional yang disewa Granny, lagu Kamseupay itu
terlihat lebih mendingan dibawakan Sweet Strawberry.
Ketika aku
tiba di rumah, aku melihat Bello sedang melayang di atap rumah. Dia
kelihatan lesu. Kedua tangannya terulur ke bawah seolah nggak ada tenaga
lagi. Cupid itu pergi ke belakang rumah dan lenyap dari pandanganku.
Buru-buru aku berlari ke dalam melewati Zaki yang sedang sibuk mencicipi semua hidangan pagi tadi dan tiba di dalam workshop.
Kebetulan tempat ini nggak dikunci... dan kebetulan aku berhasil
menemukan Bello di sana. Dia sedang terduduk di atas bingkainya—bingkai
yang dulu digunakannya untuk pura-pura menjadi pahatan cupid. Wajahnya
sedih. Dan entah ilusi atau bukan, buatku dia tampak pucat.
Aku menutup pintu workshop lalu menghampirinya. “Aku nyari kamu pagi tadi.”
“Oh, yeah?” balas Bello dengan nada slengean. “Akhirnya...”
Hah? “Maksud kamu apa?”
“Kamu nyari aku buat apa?”
“Aku mau nanyain soal Cazzo. Barangkali kamu—“
“Sudah
kuduga.” Bello memutar bola matanya dan mengibaskan tangan ke udara.
“Nggak akan pernah ada orang yang bener-bener nyariin aku. Semuanya
nyariin Cazzo. Semuanya nyariin Dennis. Semuanya nyariin Nunun
Nurbayati. Kenapa nggak ada satu orang yang nyariin aku? Si Bello? Cupid
ganteng dua ribu dua belas?”
Aku mengernyitkan alis, heran dengan tingkah Bello. “Kamu kenapa? Kok tiba-tiba sensitif?”
“Aku nggak sensitif. Aku ngomongin kenyataan.”
“Well, first, orang yang bisa lihat kamu cuma sedikit. Second, kamu ada di mana-mana dan selalu ada, jadi ngapain orang nyari-nyari kamu lagi?”
“Tapi buktinya pagi tadi kamu nyari-nyari aku, pas aku nggak ada...”
“Bello, kamu tuh kenapa? Apa kamu ada masalah?”
“Nggak. Nggak ada.”
“Bohong. Aku bisa lihat di mata kamu, ada masalah besar di situ.”
Bello
mendelik menatapku, menantangku supaya tidak bisa melihat masalah di
matanya. Tapi aku bisa melihatnya. Wajahnya pucat dan lesu, seolah
seseorang baru saja mengatakan bahwa orang yang paling dicintainya mati
tertabrak mobil.
“Ini pasti ada hubungannya sama Iblis itu?” sahutku. “Aku belum lihat kamu sejak kemunculan iblis itu semalam.”
“I-ini nggak ada hubungannya sama a-aku.” Mati-matian Bello membela diri, namun itu malah membuatnya terlihat salah tingkah.
Aku menghela napas dan duduk di hadapannya. “Terus, kenapa kamu jadi kayak orang gila sama kata-kata ‘waktunya sudah dek—‘”
“STOP!!” pekik Bello memotong. “FOR GOD’S SAKE! STOP!!”
“Kamu pasti ada hubungannya sama Iblis itu!”
Bello
menutup telinga dan memejamkan matanya. Mendadak aku merasa kasihan
dengannya. Bisa jadi memang ada masalah besar yang sedang dia hadapi.
Bisa jadi dia jatuh cinta pada Cazzo dan sedang sedih karena cowok itu
diculik. (Oh, itu sih aku.)
“Okay... Sorry...” ujarku menyesal. “Aku cuma...”
“Aku
benci kamu,” sela Bello sambil sesenggukan. “Aku benci karena kamu
manusia. Karena kamu bisa jatuh cinta. Dan bahkan banyak orang yang
cinta sama kamu.”
Apa?
“Aku benci karena kamu nganggap sepele
perasaan orang lain. Karena kamu mempermainkan perasaan orang lain demi
kenyamanan kamu sendiri. Aku benci itu. Aku makin benci waktu tahu orang
yang cinta sama kamu ternyata nggak ada di bawah pengaruh busur
panahku, yang berarti ada cupid lain yang nembakin panah mereka atau
memang Tuhan udah menggariskan mereka untuk cinta sama kamu, tapi apa
yang kamu lakukan?
“Kamu malah biasa-biasa aja. Nggak nunjukin
respon apa-apa. Nggak nunjukin penolakan atau penerimaan. Aku benci itu.
Aku ini God of Love, for God’s sake. Aku benci orang yang nggak menghargai rasa cinta!”
Bello
melayang ke pigura lain dan sesenggukan di sana. Aku memutuskan untuk
duduk saja dan menatap cupid itu dari sini. Aku tidak tahu Bello bisa
sebenci itu. I mean, aku pikir apa yang kulakukan dalam hidupku tidak akan berpengaruh padanya.
“Maaf...” Kudengar Bello berkata begitu. “Nggak mestinya aku marah sama kamu. Toh, pada dasarnya, itu kan hidupmu juga.”
“Kamu nggak perlu minta maaf,” kataku.
“Aku
cuma iri sama kamu. Aku juga iri karena semua orang di rumah ini lebih
seneng nyari Dennis. Sehebat apa sih si Dennis itu? Dia itu mestinya
masa lalu, kan?”
Bello melayang ke arahku lagi. “Nanny udah
merekam semua sosok terakhir Dennis di rumah ini, melalui perjanjian
dengan Iblis. Semua demi Bang Dicky tetep bisa lihat wajah Dennis
berkeliaran di rumah ini setahun sekali. Tapi cowok itu malah ketakutan
dan setiap tahun pergi ke rumah Ibunya. Jadinya sia-sia, kan?”
“Granny... merekam? Perjanjian dengan... Iblis?” Aku tidak bisa berhenti bertanya.
“Ya.
Bukannya kamu sendiri denger semalem, Nanny punya perjanjian dengan
Iblis? Yang Nanny janjiin tuh banyak... ada beberapa, lah... salah
satunya rekaman sosok Dennis itu. Memangnya kamu pikir residual energy bisa muncul begitu aja? I mean, dengan tokoh-tokohnya yang masih hidup? Setahuku, residual energy
butuh beratus-ratus tahun untuk muncul, dan biasanya orangnya udah mati
dan udah nggak berkeliaran lagi di tempat tersebut. Sementara ini kan
semua orangnya masih ada, masih berkeliaran di rumah tersebut.”
Bello mendengus dan melanjutkan cerita. “Dan by the way,
aku tahu di mana Dennis. Selama ini aku tahu di mana dia.” Mata Bello
mendelik sebal padaku. Ekspresinya seperti, ‘Ha! Kalian tolol semua. Aku
tahu tapi aku nggak mau bilang!’
“Kenapa kamu nggak ngasih tahu Bang Dicky? Dia kan udah bertahun-tahun nyariin Dennis.”
“Nggak
bisa. Pertama, keberadaan Dennis itu dirahasiakan. Bisa berbahaya kalau
orang sampe tahu. Kedua, aku nggak boleh muncul di depan Bang Dicky.
Kamu juga tahu kan, kenapa Bang Dicky selalu penasaran sama kuntilanak
di rumah ini? Itu karena aku nggak pernah muncul di depan dia. Jadi dia
belum pernah melihatku.”
“Kenapa emangnya?”
“Aku nggak akan ngasih tau alesannya...”
Cekreek...
Pintu
workshop terbuka dan kami berdua kaget. Spontan aku memegang tangan
Bello karena aku terkejut, padahal cupid itu mati-matian mencoba kabur
dari genggamanku, tapi aku nggak sadar. Aku malah menatap waspada ke
arah pintu, melihat siapa yang masuk, tapi tetap saja menggenggam tangan
Bello yang hangat.
Orang tersebut masuk... dan itu adalah Bang
Dicky, membuat darah di tubuhku mengalir kembali dengan lega. Bang Dicky
nampak kaget melihatku di dalam workshop, sampai-sampai dia menjatuhkan
kotak perkakasnya ke atas tanah.
PRAANNNG!!
Bang Dicky seperti melihat hantu. Bukan. Dia melihat cupid di sampingku. Dia melihat Bello! Oh, Tuhan...
Bello
nampak ketakutan dipandang Bang Dicky seperti itu. Dia mencoba
bersembunyi di belakangku, bukannya melayang ke suatu tempat atau
menghilang seperti Genie. Dia malah bersembunyi.
Dan
dengan panik pula aku berusaha menjelaskannya pada Bang Dicky. Mulutku
sudah membuka, tapi tak ada satu suara pun keluar dari situ. Kulihat
Bang Dicky nampak terguncang. Matanya berair... dan salah satu
airmatanya menetes.
Perlahan tapi pasti, kudengar Bang Dicky berkata... “Dennis...?” Sambil menatap tepat ke arah Bello.
DISCLAIMER:
This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.
The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.
Kadang Cupid Tuh Tolol! Chapter 10 (17)'s All About Magic
TO BE CONTINUED
Labels:
Kadang Cupid Tuh Tolol,
mariobastian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Info Kesehatan
Artikel Lain :
9 Hal Seputar Kondom Pria yang Paling Sering Ditanyakan
26 comments:
yayayaya hahahah begitulah manusia...baru dikasih tapi udah minta yang baru lagi hahaha ini aja udah baca ke 2 kalinya....oh ya,,,,bener kan semoga endingnya sejalan dengan pemikiran ane..karena ane orang yang suka menganalisa sebuah bacaan (cuma yang favorit) semoga point yang ane analisa dari page awal sampe 10(17) ga meleset diendingnya hahaha good luck ya bang Mario pengen Ngebukuin deh *ehh nunggu bang mario yang Buat aja deh biar kaya CRA hahaha
@baang
dasar
*jitak baang
@baang
dasar
*jitak baang
udah mau tamat ya..
i vote zaki lah, kasian dia udah banyak berkorban, he deserves to be happy pokoknya, hehehe..
kalo nggak cazzo aja deh, dia lucu soalnya, hihihi..
tengkyu ya dazz..
buat mario sang author, semangat terus yaaa.. ^^
@bang dazz : *srink menghilang hahahaha
Kok ane pesimis ya si Agaz bisa ama Dicky huhuhu T.T malah kayanya ga mungkin
kayanya dari ending endingnya dia prefer ke cazzo...noooooo harus ama Dicky ..... Karena Cinta pada Pandangan pertama itu yang baik...ayooo Dicky dicky
*** ; woyy baang Koment mulu luuu..berisik
gue : bodo bodo bodo hahaha
Yaah pasti lama lagi nungguin lanjutan ceritanya.. :( pingin lagi ceritanya, masih kurang..
Hihi.. But succes terus buat bang Mario :) dan buat OM ADMIN YANG GANTENG SEGANTENG GANTENGNYA, jangan lupa terus hibur para pembaca ya.. Biar ga bosen nungguin lanjutannya :D :* #kecuuupp
@Reza susanto
terima kasih
terus yang ngehibur aku sapa bro ;-)
hehe
@Afni Sutrisna
Makasih Afni
Kok gak ngedukung Jeng Nunuk sih, kan dia juga berkorban hingga berdarah2 untuk membesarkan Esel???
^_^
@baang
ckckck
neh orang
*jitak baang pake palu berat 1 ton
ahhh padahal seneng kan di komenin blognya :p
@baang
Hahahaha
tau aja nih
Ga ada Lo ga rame!!!
Oh ya bro, ada salam dari MarioBastian buat kamu.
thx atas koment2 dan apresiasinya buat cerita dia.
Gitu katanya.
^_^
boong boong ga percaya... :p
harus langsung dari orangnya *ehh emangnya gue siapa? wkwkwkw
Selama Blognya masih nampilin cerita berkualitas ya pasti di komment lah...
oiya,,request cerita yang ga berbau Sex dong hahaha *yang sex hanya pelengkap saja
@baang
Nah loh
Emangnya tampangku ga bisa dipercaya ya??? Grrrr
Ga percaya ya udah
Ntar kalo Mario titip salam, ta minta ganti titip sayuran aja kalo ke baang, ga usah salam
Mario sering mampir kesini kok, jadi u cari aja sendiri hehehe
Perasaan cerita yang diblog ini semuanya ga ada baunya kok
Emang baunya sex itu kayak gimana bro?? (*lugu mode on)
Waaaaah ga' nyangka endingnya capter 10 (17) kaya' gitu. Tp kurang greget dan kurang panjang dibanding chapter-chapter sebelumnya, klo boleh kasih saran cepet di slesein ceritanya deh soalnya klo dah kepanjangan dah kaya' sinetron. Sayang banget klo ceritanya semakin lama semakin berbelit, mending buat lagi dg judul yg baru. Makasih buat bang MARIO yg sudah suka rela mengorbankan waktu dan pikirannya untuk membuat cerita yg bagus ini, cepet di lanjut & di slesein aja deh SEMANGAT.
buat bang dazz god job.
"Tp kurang greget dan kurang panjang dibanding chapter-chapter sebelumnya"
koment yang sangat.....hahaha padahal udah jelas 10(17) kalo masalah cerita sih gatau ya..tapi sampe 10(17) itu sih udah lumayan nguras otak hehehe
@bang dazz " Mario sering mampir kesini kok, jadi u
cari aja sendiri hehehe"
rancu banget komennya..kesininya kemana?? ke rumah mu bang??
@baang
sangat apa bro? kok malah titik2 sih
disangat lebah ya ^_^
mampir ke blog lah, kalo mampir ke rumah, bingung ga ada yg disuguhin
ntar kasihan Marionya
hehehe
jangan-jangan bello itu emanng dennis???
Tuh kan bener dugaan gue sebelumnya si Bello itu Dennis!
keren ceritanya,
ka admin jangan lama2 yah updatenya yah hehehe :D
This is me, mampir.
Original author, bukan KW 1 bukan KW 2.
Hehe...
Thank you yang udah baca cerita saya.
Semoga bisa menghibur semuanya...
doakan bisa cepet update, meski of course, waktu pembuatan chapter berikutnya baru dimulai tanggal 20-an bulan juni, karena sampai hari itu, sayanya ada kesibukan lain...
keep contributing the ending, ya...
:)
Hahahah this is me..not.mario bastian hahaha #kidding #kabooorrr
Hahahahaha
great and nice story
keep writing :) @MarioBastian
Ini udah ada lanjutannya belom?
Apa saya yang ketinggalan jaman(?)? maklum saya fans baru XD
Sign
Les
Lanjutan'a blm ada ya ?
Plis dong.. aku ngefans sama zaki.. jangan bikin dia gak bahagia *puppyeyes
Post a Comment