DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



My Gay Bestfriend - ALTY

A Letter To You

Jam dinding di kamar Aidan sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam, tapi si empunya kamar masih saja terjaga di meja belajarnya.
Aidan tampak sedang berkutat dengan selembar kertas di hadapannya, ia sedang menulis sebuah surat,

dear Liam,

Apa kabar, kawan ?
Kau pasti heran menerima surat dariku, yeah, kita sama-sama tahu bahwa aku belum pernah menulis surat untukmu sebelumnya,
Tapi besok aku, Alan, Samuel dan Gwen akan ke makammu, dan aku terlalu malu untuk bicara langsung padamu di depan mereka, jadi satu-satunya cara agar aku bisa bicara bebas padamu adalah dengan ini, dengan menulis surat.

Kau tahu aku belum pernah menulis surat apapun sebelumnya, jadi kalau isinya berantakan, kumohon jangan tertawa,

Well, sudah setahun saja rupanya kau pergi meninggalkan kami, sampai detik inipun aku masih merasa kalau kau masih ada bersama kami di sini,
terkadang, saat aku sedang sendirian di rumah, sempat terpikir olehku untuk bermain ke rumahmu dan menghabiskan waktu luang di kamarmu seperti yang biasa kulakukan kalau sedang tidak ada kerjaan, aku sudah hampir beranjak menuju pintu ketika kemudian aku tersadar bahwa kau sudah tidak lagi menempati kamar di seberang kamarku ini.
Menyebalkan memang, aku jadi tidak tahu harus menghabiskan waktu dengan siapa lagi,
Kalau sudah begitu biasanya aku menelepon Alan dan mengajaknya ke cafe,

Ya, kawan,
sesuai dengan pesanmu padaku sebelum kau pergi, sekarang kami sering menghabiskan waktu bersama, kami bersahabat, sekarang aku yang mengantar jemputnya ke kampus, ternyata kami cocok satu sama lain, aku menikmati menghabiskan waktu dengannya, tapi kau jangan salah sangka dulu, ya teman, hubungan kami hanya sebatas sahabat, aku masih tetap laki-laki normal, aku sayang padanya, tapi rasa sayangku padanya sama seperti rasa sayangku padamu, lagipula Alanpun tampaknya belum mau membuka hati untuk orang lain,

Dan bicara soal rasa sayang, aku sudah punya pacar sekarang,
Ingat Rea, salah satu teman sekelas Alan ? yang waktu itu meninju wajahku gara-gara aku memberitahu anak-anak di kampus bahwa Alan gay ? sekarang kami berpacaran, kau pasti kaget, well, anak-anak yang lainpun sama kagetnya denganmu, tapi yang namanya cinta kan tidak bisa ditebak, siapa yang tahu akan berpacaran dengan siapa kita nantinya, ambil saja contoh dirimu dan Alan, sebelumnya kan kau tidak pernah sama sekali menyebut-nyebut namanya, tapi tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan berita bahwa kau menyukainya, dan bahwa kalian sudah berpacaran,

Sampai sekarang aku masih menyesal karena sampai hari-hari terakhirmu, aku masih belum bisa menjadi orang yang cukup kau percaya untuk kau curhati,
Aku menyesal sudah membuatmu menyimpan rahasia tentang orientasi seksualmu selama 15 tahun dariku, andai saja aku tidak sebegitu bencinya dengan kaum homoseksual, kau pasti akan lebih leluasa untuk bercerita padaku tentangmu dan tentang rasa sukamu pada Alan,
Aku belum bisa menjadi sahabat yang baik untukmu, kawan,

Karena itulah sekarang aku mau menebusnya dengan melakukan satu-satunya hal yang bisa kulakukan, yaitu menjaga orang yang kau cintai.
Terkadang, aku sering memergoki Alan sedang menangis diam-diam saat sedang sendirian, aku tahu dia pasti kangen sekali padamu, Alan lah yang paling menderita atas kepergianmu, sampai saat ini dia masih sendiri, padahal banyak perempuan dan juga laki-laki yang mau menjadi pacarnya, tapi dia menolak mereka semua, hatinya masih milikmu seutuhnya,

Tahun ini Alan terpilih lagi untuk menjadi ketua panitia natal, karena kerjanya tahun kemarin bagus sekali, tapi dia menolaknya, dia bilang, kalau dia jadi ketua panitia natal lagi, dia pasti akan teringat padamu, karena selama ia menjadi ketua panitia natal tahun kemarin, ia banyak dibantu olehmu, menjadi ketua natal lagi hanya akan mengingatkannya kembali akan kenangan-kenangan indah bersamamu yang pasti akan membuatnya menangis,
Tapi kau bisa tenang di atas sana, aku tidak akan pernah membiarkan Alan bersedih, sebisa mungkin aku akan selalu ada di sisinya, menghiburnya dan menjaganya, Alan aman bersamaku, siapapun yang berani mengganggunya, mereka akan berurusan denganku, dan Samuel tentu saja.

Oh iya, sampai saat ini Samuel masih berpacaran dengan Gwen, mereka makin mesra saja tiap harinya, sepertinya sudah dipastikan begitu lulus kuliah mereka akan langsung menikah,
Aku ikut senang tentu saja, semenjak aku dekat dengan Alan, aku juga jadi dekat dengan mereka, kami jadi sering menghabiskan waktu bersama, rasa sukaku pada Gwen sudah tidak ada lagi, lagipula kan sekarang aku sudah punya pacar.

Tanggal 22 September kemarin merupakan hari yang paling suram bagiku dalam satu tahun ini, itu hari ulang tahunmu, dan sepanjang hari itu yang kulakukan hanya berdiam diri di dalam kamar sambil mengingat apa saja yang selalu kita lakukan di hari ulang tahunmu yang sebelum-sebelumnya, kau pasti melihat dari atas sana kalau aku menangis saat itu, sial !!

Ahh iya, kau tahu, terkadang kalau aku tidak sengaja memandang ke arah jendela kamarmu, aku sering melihat ibumu duduk sendirian di atas tempat tidurmu sambil memeluk bantal kesayanganmu, tak jarang juga aku melihatnya menangis,
Kalau kau ada waktu mampirlah biar hanya ke mimpinya dan katakan bahwa kau baik-baik saja di atas sana, kau sendiri dulu yang pernah mengatakan padaku untuk tidak membuat seorang ibu menangis.

Untuk urusan ini kau bisa tenang juga, ibuku selalu siap siaga membuat ibumu sibuk sehingga ia tidak punya banyak waktu meratapi kepergianmu, kau tahu sendiri mereka berdua dari dulu hobi sekali belanja dan menghabiskan uang ayah-ayah kita.

Kalau lancar tahun depan kami akan lulus kuliah, sekarang inipun kami sudah mulai sibuk, doakan saja agar kami bisa lulus dengan lancar.
Mungkin kali ini cukup itu saja, tahun depan aku akan menulis lagi padamu,

Sekali lagi kumohon jangan tertawa saat kau membaca suratku ini, biar bagaimanapun ini pengalaman pertamaku menulis surat, DAMN, seharusnya aku sering-sering menulis padamu ketika kau masih hidup, well, penyesalan selalu datang terlambat kan ? kau sendiri yang mengajarkanku tentang hal itu.
Besok pagi-pagi sekali kita bertemu di depan makammu.

Your Best Dude,
Aidan


Aidan meletakkan penanya kemudian membaca ulang surat buatannya sekali lagi, ia tersenyum puas dengan hasil tulisannya, ia kemudian melipat surat tersebut dan memasukkannya ke dalam amplop putih yang sudah ia persiapkan kemudian meletakkannya dengan hati-hati di atas meja belajarnya.
Aidan menguap lebar sambil menatap jam dinding di kamarnya,
Pukul satu malam, sudah saatnya ia tidur kalau ia tidak mau kesiangan bangun pagi ini, ia berjanji akan menjemput Alan ke rumahnya jam tujuh tepat.
Aidan kemudian berdiri dan beranjak menuju tempat tidurnya, sesaat pandangannya tertuju pada jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan jendela kamar Liam di rumah sebelah,
Ia tersenyum sejenak kemudian mematikan lampu kamarnya dan menjatuhkan diri di atas tempat tidurnya yang nyaman.

⃰©⃰©⃰©⃰©⃰

0 comments:

Post a Comment