DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 14

Sheet 14
by be_biant




Di sekolah yang bukan tujuan ini, selalu mengingatkan Rakha akan hal hal yang menjijikan. Pertama, ia harus rela bermukim berhari hari dengan suasana yang bukan jadi prioritasnya. Ini semua tameng! Ia juga masih dihadapi oleh murid murid yang tak tau diri, mereka masih terus membicarakan akan keburukan seseorang tanpa peduli sesakit apa, hati yang telah mereka korbankan? Menjadi bulan bulanan topic, bukan hal yang paling di inginkan seorang Rakha. Apalagi nama nya belakangan ini sering disebut sebut sebagai pecundang. Bagi yang punya hati sensitive, mungkin mereka tak kan lama betah di sekolah yang menganggap ‘gossip itu adalah culture’.

Dan yang ketiga, Rakha musti berjodoh dengan seseorang lelaki yang misterius. Alesan yang terakhir ini bikin dunia Rakha berasa indah, tak kusam seperti pada awalnya. Tapi terkadang Rakha juga berfikir, lebih baik ia menghindar sejauh mungkin dengan manusia itu sebelum takdir hidupnya berubah total!

Satu semester telah berakhir, seperti badai yang telah berlalu. Rakha melewati dua minggu kekosongan tanpa belajar itu dengan beristirahat total dirumah. Ia sudah lama tak memikirkan hantunya. Itu malah kerasa jauh lebih relax dari hari kemarin. Gak ada nama Biant, dunia serasa tenang berkepanjangan.

Hari yang baru, namun suasana nya masih tampak sama. Semua gambaran tetap menyebalkan! Gak ada yang menarik ketika berada sekolah ini. Bangunan sekolah seperti rumah tua, halaman nya hampir mirip kebun binatang. Dan lebih parahnya, fasilitas eksternalnya bagai hutan pelantara. Jauh sekali dari hiruk pikuk kesibukan kota, serta jauh dari pemandangan gedung gedung tinggi yang menjulang. Masih harus jalanin 2setengah tahun lagi menjadi orang yang tersembunyi di daerah yang terisolir. Siapa yang tahan coba? Untung aja, sinyal selular masih bisa nangkep!

Walau Rakha ngerasa begitu penatnya udara kelas, iapun masih harus mengimbangi waktu lainnya dengan bekerja di sebuah rumah makan tenda di seputaran jalan R E Martadinata. Cukup membuat pengalaman hari harinya dikejar akan waktu yang sangat berharga. Ini semua sangat di nikmatinya! Tak terasa, kurang lebih 6bulan terlewati. Namun hasilnya belom terlalu nampak, seragam yang dikenakan Rakha masih bekas, ia masih terlalu apatis dengan dandanannya. Padahal, melihat Rakha melintas saja bisa bikin separuh nafas cewek cewek terhenti, apalagi sampe Rakha moles kulitnya dikit? Rakha bisa saja punya kesempatan jadi playboy sekolah kalo dia mau, namun yang ada dipikirannya, sikap kayak gitu hanya akan menyia nyiakan waktu luangnya.

“Hei, guys! Pak Deny Resign,..” begitu menurut kabar ter anyar akhir pekan semester kedua ini. Dalam batin Rakha bertanya, tapi sisi lainnya berontak kalau ini sudah cukup membuat hatinya tersenyum lega, karna nilai pelajaran itu takkan membuat muridnya pintar hanya dengan membayar uang!

Pak Deny emang contoh guru yang gak sportif, nilai Raport Rakha jeblok abis ketika namanya sendiri tak ikut menyumbang dalam daftar mata pelajarannya. Gak jelas, sumbangan itu berlatar belakang apa? Jadi Rakha masa bodo’. Permainan pak Deny emang terlalu hebat, terlalu professional sebagai seorang pemimbing masa depan anak muda jaman sekarang!

Pagi ini, pelajaran Ekonomi akuntansi. Rakha sudah berancang ancang karna katanya ada guru baru yang bakal menggantikan Pak Deny, siapa beliau? Mudah mudahan yang terpenting bukan mata duitan atau mata keranjang. Jam ini kelas pertamanya, jadi belom ada yang berani berkomentar tentang dia.

Kelas jadi sunyi, ketika muncul sosok lelaki paruh baya yang nampak sangat asing. Perawakannya kayak Chinese, tinggi 170/72, ganteng, beribawa, dan mata sipitnya penuh daya tarik yang bisa bikin nafsu sama mata pelajaran akuntansi kali ini.

“Cihui, semangat semangat semangat” batin anak anak.

Meski katanya keturunan tiong hoa, tapi namanya Muslim. Ia Mu’alaf, istrinya Islam, dan katanya masih perlu banyak belajar lagi dengan urusan agamanya, ia paling senang ketika mendengar ceramah, dan ngajinya akunya masih terlalu buruk sekali.

Jam luang buat perkenalan amat sangatlah singkat, karna yang utama baginya ialah ingin mengetahui sampai sebatas mana pelajaran yang pernah Pak Deny ajarkan ke kami. Sayangnya, system belajar Pak Muslim jauh berbeda. Jadi kudu mulai beradaptasi lagi.

“Di halaman 7lima ada soal, kita bahas langsung saja…” kata Pak Muslim to the point. Ini yang paling Rakha doyan, orangnya gak banyak basa basi. “Bapak perlu salah satu dari kalian maju, untuk mengerjakan soal nomer satu.” Lengang sejenak, suasana nampak sunyi seketika “Gak ada yang minat? Mana yang juara satu? Karishaa” Pak Muslim keliat celingak celingukan.

Rishaa dengan pedenya langsung angkat tangan, mau tak mau ia kudu tergerak menyelesaikan soal itu di papan, karna ini jua pertaruhan reputasinya. Semua mata tertuju padanya, memperhatikan Cara kerjanya yang santai, raut wajahnya gak keliatan panic seolah baginya, ini soal yang gampang! bahkan Pak Muslim sesekali nge receck hasil analisanya.

“Bagus!” komentar Pak Muslim agak sedikit tersenyum. Tidak mengecewakan menurutnya. “Selanjutnya, soal berikutnya akan kita lihat oleh seseorang yang punya jabatan sebagai runner up pertama. Mohad! Silahkan, tak usah berlama lama... Karna waktu kita tinggal satu jam lagi..”

Kalo yang satu ini keliat mau tapi setengah hati. Mohad datang menghampiri papan tulis dengan tampang yang agak bingung, apa yang akan dilakukannya? Ia hanya membuang buang waktu di depan kelas. Pak Muslim telah memperkirakan limitnya sampe over time. Sementara Mohad masih belom sampai kelar mengerjakan tugasnya.

“Bagaimana, Mohad? Bapak izinkan kamu istirahat disamping meja Bapak.” Maksudnya kena hukum berdiri. “Sampai ada yang bisa mengerjakan soal itu, kamu baru boleh duduk.”

Mohad berjalan dengan lunglai, ia kesal karna juga harus nahan malu.

“Siapa yang berani menggantikan posisi Mohad?” Lantang Pak Muslim selanjutnya.

Kontan Rakha langsung angkat tangan, waktunya unjuk gigi. Dengan lagak yang penuh percaya diri serta bisa meyakini diri sendiri untuk bisa mengerjakan soal tersebut. Rakha mulai pelan pelan menulis bagan, no faktur, debet, kredit, keterangan, dll. Maaf maaf saja, Mohad. Ia telah salah penempatan yang menurut cerita soal harus berada di debet tapi malah diletakkan Mohad di kredit, pantas saja Pak Muslim agak mencurigai prestasinya.

“Trimakasih, Mmm,..” Pak Muslim tidak tau namanya, namun mati terkesan oleh sebuah sjawaban

“Rakha, Pak!” ujarnya mengoreksi

“Iya Rakha, analisa kamu bagus.! Silahkan duduk” Pak Muslim menyuruh Rakha duduk tapi malah Mohad yang semangat tuk bergerak.

“Tunggu,!” tahan Pak Muslim. Spontan dua duanya, si Rakha dan si Mohad mematung dan noleh kearah beliau. “Mohad, kamu boleh duduk asal lakukan push up sepuluh kali di depan kelas ini”

Dan Mohad lebih milih push up ketimbang lama lama memamerkan diri, jadi manekin di depan kelas. Ha ha, Rasain! Rakha lalu kembali duduk ke bangkunya.

“Berapa nominal kamu sumbangkan untuk mata pelajaran Ekonomi sampe bisa jadi juara kelas?” Sindir Pak Muslim menyelangi. Otomatis, ekspresi Mohad nampak kurang senang dengan guru barunya, batinnya pasti menggerutu gak jelas.

“It’s good Show, Mohad!” batin Rakha cukup membuatnya puas. Lalu pandangan Rakha berikutnya tiba saja mengarah ke tempat duduk Rishaa, melihatnya sedang memperhatikan Rakha sedari tadi, entah berapa lama? Cantik, dan wajar kalo hati Rakha mulai merasakan hal yang tidak beres. Sesuatu yang telah membuatnya Aneh, Risha pasti menyukai Rakha!

***

Rakha masih penasaran sama yang namanya Rishaa. Padahal, cewek satu itu gak punya sesuatu yang unik maupun menarik sedikitpun. Cantik enggak, manis juga enggak, Cuma agak kesel aja karna dia satu satunya saingan terberat bagi Rakha untuk menghadapi semester kedepannya.

Rakha ingin sekali mengenalnya lebih jauh, tapi cewek satu itu gak kalah sombong, mentang mentang istilah juara sekarang melekat pada namanya.

“Ini bukan final, Rishaa.. asal sekali saja lo beri kesempatan agar kita saling mengenal.” Kata hati Rakha, biasanya kelemahan manusia itu ada pada perhatian. Itulah alasannya kenapa Rakha sampai bertekad selalu mencuri curi pandang terhadapnya, minimal sampe tu cewek di bikin kelepek kelepek sama ketampanan Rakha. Sekarang ini, siapa yang mo nolak cowok cakep yang gak norak?

Alhasil, kerja keras Rakha pun bisa dibilang sukses. Di suatu kesempatan, di saat ketemu jam pelajaran kosong, alias guru yang ngajar mata pelajaran Sejarahnya gak masuk, jadi kelas sepuluh dapet tugas nyalin catetan dipapan tulis, giliran si Erica - temen sebangkunya Rishaa - yang nulis. Jadi otomatis, Rishaa duduk sendirian dan peluang besar untuk Rakha mendatanginya.

Tadinya Rishaa kaget akan kehadiran Rakha, tapi ia berusaha tenang. Dan berharap agar jantungnya tak cepat cepat jatuh cinta sama cowok Brilliant, innocent yang dibilang cowok keripik jengkol yang cute kali itu.

“Boleh gue duduk disini, bentar?” tembak Rakha

Si Rishaa pura pura gak denger, tapi matanya masih melirik ke Rakha. Artinya, boleh! Rakha terpaksa duduk di sampingnya, sekedar pengen interogasi untuk beberapa pertanyaan.

“Nama gue, Rakha. Udah pernah denger, kan?”

Si Rishaa hanya tersenyum. Namanya lebih pantas di sebut keripik jengkol, karna nickname itu yang lebih sering di dengar di facebooknya.

“Gue keberatan!” alih si Rishaa

“Kenapa? Tapi gue udah terlanjur duduk, jadi gak gampang di usir balik”

“Lo musti tanggung jawab kalo bentar lagi bakal ada yang nge gosipin kita berdua”

“Elo takut? Gue biasa aja!”

“Karna gue gak siap jadi terkenal saat ini. Cuma gara gara deket sama cowok yang pura pura bodoh, padahal otaknya cemerlang!”

“Gue bisa buktiin kalo yang pantes jadi juara hanya elo! Gue sebenernya lebih bodoh”

“Gue gak suka sama cowok yang gak jujur sama dirinya sendiri, bagaimana orang itu mau jujur sama orang laen?” bantah Rishaa agak serius. Diam sejenak “Gue denger nem lo tinggi, lo terdaftar di sekolah unggulan perhotelan. Lo punya mimpi yang bisa kewujud disitu, tapi sayang mimpi itu harus tertunda oleh suatu hal. Dan gue sama kayak lo, nem kita sama, hanya bedanya SMA unggulan gue gak nerima nem yang kurang satu dua angka, itu yang menjijikan. Padahal nyokap gue bersih keras perjuangin gue sampe bayar ini itu supaya bisa ikut test, tapi percuma!”

“Keluarga lo pasti sayang banget ama lo, ya?”

“Gue anak pertama”

“Tapi setidaknya, lo masuk sekolah yang emang sejalan ama jurusan lo walao swasta. Sedang gue enggak!”

“Jangan putus asa!” katanya menghibur “Biar bagaimana pun kita udah terjun disekolah ini. Jadi, mau tak mau masih harus kita syukuri”

“Gue setuju ama, lo” Rakha belagu “Lebih jujurnya lagi, gue bosen banget sekolah disini” keluhan Rakha bikin si Rishaa malah tersenyum lagi.

“Gue juga sama, gak ada praktek computer disini, gak ada labor, dan siswanya gak ada yang mau bersaing nilai. Jadi efeknya, kita gak termotivasi oleh segala hal. Iya kan?”

Yup! Rakha setuju sama prinsipnya Rishaa, berasa nyambung banget ampe gak kerasa di jamnya istirahat. Anak anak masih tampak meributkan soal perut, dan gak sabar pengen ngunjungi warung nasi di ruang terpisah di sudut sekolah.

“Kapan kapan, gue boleh duduk sini lagi, ya? Sekedar sharing!” Rakha berpamit

Rishaa gak ngejawab, tapi anggukannya justru adalah syarat kalo kapan aja Rakha berhak mampir ke bangkunya. Izin duduk udah resmi dapet, tinggal izin mengambil hatinya!

There’s this girl, the one and only wonder of this world (my world)
And it don’t matter if the road gets rough (yeah) if me rich or poor (yeah)
She stay down with me if me go to war (my girl)

Love you cuz you are, every single star
In the constellation, that’s enlightening my heart
Special gift from Jah, wherever you are
Girl you got more presence than a hundred santa clauses,
And I know (I know) we’ll stand together when the world falls down
And I know (I know) that our forever’s gonna start right now, yeah

There’s this girl, the one and only wonder of this world (my world)
And it don’t matter if the road gets rough (yeah) if me rich or poor (yeah)
She stay down with me if me go to war (my girl)
There’s this girl, the one and only wonder of this world (my world)
And it don’t matter if the road gets rough (yeah) if me rich or poor (yeah)
She stay down with me till we in the floor (my girl)

These are hardest times, love’s so hard to find
Blessed is the man who has a woman at his side
This for you I write, never do me wrong
If you’re ever missing me just listen to this song
And you know (you know) we lay together when the sun goes down
And I know (I know) still be together when it comes back ’round (back round, yeah)

"This Girl by Laza morgan"

***

Belakangan ini, emang jadi waktu antara Rakha dan Rishaa di kelas. Rakha lebih sering ninggalin Corrie menyendiri di bangku itu, dan lebih milih duduk berdampingan dengan cewek pinter. Kalo dapet soal sulit, mereka lebih suka kerja bareng. Corrie juga ngerasa gak rugi untuk biarin sohibnya pindah sana sini kayak kucing beranak, yang penting ia kebagian contekan. Itu saja!

Biant pun lebih sibuk dengan ke anggotaan barunya di Osis. Ia jarang sekali di kelas, kecuali lagi latihan soal ataupun ulangan harian. Kalo ketemu jamnya nyatet, biasanya Biant lebih mentingin proker terbaru Osis. Emang, frekuensi antara Biant sama Rakha akhir akhir ini jarang keliat bersamaan, gak pernah lagi malah. Jadi gak ada kesan kalo antara keduanya bak sahabat yang cenderung suka jalan atau bercanda bareng.

“Lo mo makan apa, Rish?” tawar Rakha ke Rishaa.

“Gak usah!”

“Gue beli in makanan ringan aja, ya! Buat ngemil jam makan siang”

Rishaa ketawa ngedengernya. Gak tau kalo itu udah jadi kebiasaan Rakha.

“Yang banyaaak, Ka!” pinta Erica sok ngebos. Ya iyalah, itukan tempat duduknya Erica jadi dia juga sangat berperan penting hingga Rakha bisa sampe punya kesempatan duaan bareng Rishaa.

Rakha lalu bergegas jalan sendiri ke warung andalan sekolah. Pas di tengah jalan, Biant nongol tiba tiba dari ruang perpustakaan. Ia berusaha memanggil nama Rakha sedari tadi, tapi Rakha cuek, pikirnya orang yang gak penting.

“Ka, lo mo kemana?” tahan Biant gak jelas

“Mo kewarung, kenapa? Mo nitip?”

“Enggak, gue denger lo lagi deket sama Karishaa?”

Kenapa lagi ni anak? “Iya, kenapa? Lo cemburu?”

“Bukan, Ka. Lo jangan salah paham dulu. Lo tau kan kalo Rishaa itu gebetannya Mohad sejak awal masuk.”

“Sorry, gue gak tau. Tapi itu juga gak penting, kan! Emang Rishaa belom jadi miliknya Mohad kan. Apa salahnya kalo gue deket sama dia?”

“Ka, lo jangan tambeng. Lo gak tau siapa Mohad, Ka! Ini semua demi kebaekan lo!”

“Gue bisa jaga diri, Iant. Makasih lo udah perhatian ama gue.”

Dan Rakha sebaiknya berlalu, daripada ngurusin hantunya yang kian menjadi setan karna pengaruhnya. Dan terus terang, Rakha kecewa sama sikap Biant. Ia telah mampu melupakan segala hal, termasuk perasaan sayang dulunya kini berkurang. Setiap kali punya waktu luang, Rakha pasti selalu mergokin Biant lagi deket sama Emili. Kayaknya, rasa itu mulai diambil alih. Sekarang, Emili bisa saja berpura pura jadi temen akrabnya. Tapi nanti, takutnya ada kemungkinan diantaranya jadian, itu yang bikin hati Rakha gak karuan. Sebab Emili adalah ancaman terbesar bagi Rakha!

Itulah kenapa Rakha sekarang belajar mendekati lawan jenis, ini sebenernya ialah tak tik bulus supaya Biant mau kembali lagi berpaling. Sayangnya, Biant tetaplah seorang Biant. Ia masih saja galau dengan hatinya, mau bilang cinta tapi dia sadar ini gak mungkin terjadi padanya, tapi kalo gak dibilang tingkahnya suka kelabakan gak jelas. ‘Terserah ama lu, dah Biant. Rakha gak mo lagi bayangin kita berdua bisa jadian suatu saat nanti’

***

Pulang sekolah, Rishaa sepakat mo balik bareng sama Rakha. Mereka berdua kayak nya sedang menikmati canda gurau. Masa bodok dengan pandangan orang kali itu yang menganggap mereka sedang pendekatan. Tinggi keduanya setara, hanya beda warna kulit Rishaa agak kecoklatan. Rishaa sedikit minder gara gara warna badan, tapi Rakha sedikit minder gara gara tinggi badan. Keduanya sama sama grogi!

Baru mo keluar dari pintu pagar sekolah, tiba saja suara klakson memekakan telinga mereka. Rakha melengos sekejap. Tak heran, Itu Mohad dengan motor King nya. Mohad terhenti sejenak tepat di muka Rakha dan Rishaa.

“Mo ikut gak?” tawarnya baek ke Rishaa.

Rakha gak sempet mempengaruhinya, jadi ia hanya bisa menunggu keputusan Rishaa. Sementara Rishaa agak bingung, satu sisi ia gak enak sama Rakha satu sisinya lagi Rishaa paling gak mau panas panas diajak jalan kaki. So?

“Sorry ya, Ka!” Rishaa memelas

Rakha ngeti koq, emang itu udah jadi pilihannya. “Gak papa, Rish. Rumah lo kan jauh. Mending ikut dia aja!”

Menit berikutnya, Rakha sudah tertinggal jauh sama kendaraan yang brengsek itu. Pengen rasanya bisa ngendarain motor, tapi mo belajar gak ada motor yang bisa dikorbanin? Rakha juga bukan keluarga yang kaya kayak mereka, mampu beli kendaraan. Punya tabungan sedikit, sebaiknya beli yang penting penting aja. Motor bisa belakangan! Artinya, kalo mo nyari cewek kayak Rishaa juga kudu sabar, minimal sampe bisa bawa kendaraan. Kalo gak sepeda,… ya si becak roda tiga!

“Rakhaa” seseorang telah menghentikan niat Rakha yang mo balik sendirian.

Itu suaranya Tasya! Rakha noleh sebentar. “Lo kenapa?” sambil mandangin Tasya yang ngos ngosan bak habis ngejer kereta yang meninggalkannya.

“Ka, gue mo ngomong sama lo” ujarnya masih dengan nafas yang gak normal.

“Soal apa, sih? Serius amat!”

“Iya, gue serius, Ka! Gue nekad ngomong ini karna gue takut, Ka!”

“Lo makin gak jelas ngomongnya, Tasy.. intinya apa sih?”

“Ka, sebenernya gue cemburu kalo liat lo jalan sama Rishaa. Sebenernya, gue udah lama suka ma lo, Ka. Gue gak mau denger lo sampe jadian, makanya gue terpaksa nembak lo duluan. Pliss Ka,.. gue minta jawaban lo sekarang.”

Rakha diem sesaat, pandangannya berputar sekedar mengalihkan. Dan melintaslah seorang Biant diantara keduanya. Rakha kaget, Biant pasti sudah mendengarkan pembicaraan sebelumnya. Nah lo, Rakha jadi serba salah. Kalo emang mo bikin Biant jealous, mungkin gak sekilat ini kayaknya. Rakha belom punya rencana besar, itu masalahnya.

“Gimana, Ka? Lo kan cowok, lo pasti bisa jawab ini tanpa harus berfikiran panjang. Gue bisa ngeyakinin elo kalo guelah pilihan terbaik lo kini.”

Rakha Cuma bisa diem dan cemberut.

“Seandainya lo udah tau perasaan gue, apa lo masih mo perjuangin cinta lo sama Rishaa, Ka? Lo barusan liat sendiri kan. Rishaa itu udah ada yang punya. Gue gak mo liat lo patah hati, Ka”

“Itu alesannya, lo nembak gue?” sergah Rakha.

“Ka, apapun kata lo. gue paling gak bisa ngomong, apalagi bicara sama orang yang bener bener gue sayangi. Gue kadang suka salah tingkah sendiri.”

“Ini bukan Biant yang nyuruh lo, kan?”

“Biant? Apa sih maksud Lo? koq ada nama Biant, sih?”

“Udahlah, lo gak usah pura pura! Gue belom mo nanggepi masalah ini, Tasy.. kepala gue puyeng mikirinnya,.. lebih baek lo lupain kejadian ini.”

Rakha langsung caboot, ninggalin Tasya yang sendirian bersedih atas perasaannya. Si hantunya Biant sudah terlalu jauh untuk dikejar, tadinya maksud Rakha pengen nanyain keterlibatannya sampe Tasya nekad nembak.

Dia memang hanya dia
Ku s’lalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Harta yang paling terindah
Di perjalanan hidupku
Sejak derap denyut nadiku
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Reff:
Ku ingin kau tahu isi hatiku
Kaulah yang terakhir dalam hidupku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada
Ku ingin kau selalu di pikiranku
Kau yang selalu larut dalam darahku
Tak ada yang lain
Hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

Geisha Takkan Pernah Ada


to be continued




0 comments:

Post a Comment