DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 7

Sheet 7
by be_biant



Hari ini, tak jauh beda seperti hari hari sebelumnya. Kakak kakak kelas itu bertingkah memalukan. Mereka mulai hobi manggil manggil nama Rakha dengan sebutan yang menjijikan. Ganteng, imut, cakep, keren, adek manis, pokoknya semua julukan yang dianggap mereka puas, tapi bagi Rakha gak pantes. Bahkan ada cara memanggil yang bersifat merendahkan diri, yaitu siulan.

Terutama bagi kakak kelas yang cewek juga beranggapan ini adalah hal yang normal, Dengan maksud agar Rakha mau main kekelas dan bergerumul dengan kakak kakak yang tak tau diri itu. Pikiran mesum. Jangan harap Rakha bakal mau digoda seperti itu? Apa sebenarnya mereka menganggap Rakha ini cowok murahan?!

Rakha tak pernah menyamakan kelas mereka dengan 2belas IPA, itulah yang membuat kelas lainnya merasa iri. Kalo sekali saja Rakha mampir, yang ada dia bakal jadi korban keberingasan kaum kanibal. Gak separah itu sesungguhnya, contoh kecil saja seperti di cubit, di elus, di manja manja, bahkan sempat ada yang menggendongnya kayak anak balita. Siapa yang mo betah, coba! Kalo kehadirannya selalu di anggap bagai tumbal yang di arak arakan.

Kata narasumbernya, Rakha itu cowok yang ngegemesin, bikin geram, semua pengen ngaku mau jadi kakak angkatnya. Makanya, banyak juga yang mengira si Rakha itu Kriuk banget! Kayak sate, eh bukaaan,.. sate gak garing! Jadi kepengeeen,..

“Bang, sate bang. Sepuluh tusuk.. tapi tusukannya aja! Buat nusukin pantat kakak kelas..”

Siapa bilang Rakha suka diperlakukan kayak selebriti papan atas di kompleks sekolah? Justru ia muak. Teramat memalukan, lebih lebih sikap anak kecil yang gak masuk akal. Tidak bisakah mereka ngebayangin betapa ter tekannya hati, persaan, dan fikiran Rakha yang menjadi symbol ledekan? Nyaris setiap hari Rakha di terror dan membuatnya makin kebal tiap kalinya, kena serangan dari mereka.

“Brengsek!” terang aja, Rakha menyimpan kebenciannya.

“Ih, sombong!” sungut mereka “Dasar jengkol!”

Lagi lagi, mereka suka begitu karna Rakha juga yang terlalu menghina mereka pada awalnya. Kata narasumber, sikap Rakha yang cuek kadang bikin mahkluk lainnya tersinggung. Intinya, salah paham. Wajar kalo di sekolah ini punya system perang dingin antar kelas..

Langkah Rakha makin tergerak cepat, berusaha menghindari rasa paniknya. Namun, jarak kebangku miliknya serasa jauuhnya menggila. Cukup berkeringat mengejarnya.

Tasya mengawali perjumpaan mereka dengan senyuman yang membuat Rakha mau muntah. Alhasil, Tasya juga kena batunya. Rakha tak mengampuninya dan memilih melewatinya saja.

“Hei, sombong banget sih!” Tasya mendelik. Tetep bersih keras mengejar Rakha hingga masuk kelas.

Sementara di seputaran pintu masuk, lagi lagi Rakha ber tabrakan dengan seseorang.

“Lo gak apa apa kan, Ka?”

Rakha noleh ke korban tabrak nya kali itu, “Elo, Jun!”

Arjunot mengekori langkah Rakha yang super ngebut. “Kenapa sih, pagi ini? Kan gak telat telat amat datengnya, gak perlu buru buru gitu”

Rasanya Rakha mo melotot ke arah Arjunot. Kepalang si Tasya datang lebih dulu dan nyampur, kemudian ia memberi kabar angin yang lumayan ngagetin.

“Liat FB, sekarang!” perintah Tasya “Ada foto lu, Ka. Lagi ngelayanin tamu”

“What?!” Corrie kontan kaget. Langsung ngeluarin ponsel “Whats wrong with him?”

“Ya ampuuun, Rakha.. Lo ganteng banget” Emili terkagum sambil ngeliatin branda yang ada fotonya.

Dalam sekejap, semua nama nama anggota makalah pada ngumpul. Termasuk Biant ama Melani. Rakha Apatis, ia lebih memilih mengamati sekeliling pemandangan yang menurutnya janggal. Semua pada sibuk ketak ketik handphone masing masing, mengirim komentar atau sekedar nge like foto yang baru semalem di upload. Gawat, anak anak kelas sini juga terserang virusnya. Mereka pasti ikutan setuju kalo Rakha anak tanggung yang tidak pantas berada di sekolah ini.

Yah, karna Rakha terlalu punya gengsi untuk mencari sosok teman di lingkungan sini. Serta pikirannya masih membayang bayangi seolah impiannya bersama rombongan anak muda berkelas serta mengenakan uniform semacem jas, menyelesaikan tugas praktek bersama, mengenal lebih banyak hal hal yang berhubungan dengan perhotelan. Atau lebih memilih bermain computer dan berselancar di dunia maya tentunya. Disini, sama sekali gak ada satupun computer, bisanya selalu teori. Gimana bisa pinter, kalo gak ada praktek? Bandingin sekolah sini sama sekolah laen bikin Rakha selalu ingin mendengus. Wajar kalo SPP nya paling murah sejagat kota.

“Tapi apa yang aneh di foto ini? Prasaan gak ada istimewahnya, deh?” celetuk Emili.

Semua semakin focus pada pandangan ke objek, kecuali Biant yang nampak tersenyum geli. Serentak mata yang laennya tertuju pada laki laki semampai berkulit kecoklatan itu.

“Kalian terkecoh! Jawabannya ada di senyuman!” sangkal Biant pe de.

Sekali lagi semua asik merhati in balik ke fotonya. “Iya ya,.. emank di sini Lo keliatan jarang senyum, Ka. Apalagi ketawa… tapi di foto ini, lo keliatan seneng banget kerja ya?!” komentar si Melani, sementara detective lainnya rada ngikut.

Rakha kurang tertarik ngebahas masalah ini, sama sekali gak penting! Tapi se inget nya, pantes aja belakangan ini customers nya rada familiar dan emang gak asing di liat. Namun pertanyaannya kapan foto itu bisa di ambil?

“Gimana? Sebagai teman, apa yang seharusnya kita perjuangkan sebagai pembelaan?” saran Arjunot sok politisi.

“Gak usah ambil tindakan apapun. Ini bukan masalah besar. Dan gak usah diladenin, nanti bakal basi sendiri..” Sambar Rakha, bikin semua pada diem.

Beberapa menit kemudian, Arjunot angkat bicara lagi

“Lo duduk sendirian, Ka. Seharusnya mulai sekarang, lo musti di temenin!”

Spontan Biant sama Corrie yang antusias ber barengan mengajukan diri untuk duduk berdampingan Rakha “Gue aja!” bikin yang laen nya pada bengong.

“Koq, gue sama sekali gak tertarik ikut jadi kandidat, ya?” Junot keheranan sendiri sambil garuk rambut kritingnya yang rada gatel akibat ketombe. “Mmm,.. keputusan ada pada lo, Ka. Lo bebas mo pilih siapa yang bakal nemenin lo di bangku ini, termasuk gue!” ujung ujungnya, Arjunot ngebela diri

Rakha mikir sejenak. Tik tok, tik tok, tik tok,… sambil mandangin ketiga wajah yang tak tentu arah itu. Ide gila, begini juga gak bakal ada ngaruhnya sama sekali!

“Gue pilih,.. Corrie!” Tegas Rakha mantep sekaligus menyelesaikan masalah.

Corrie langsung Yess, dan Biant kecewa banget mendengarnya meski gak terlalu nampak. Sementara, Arjunot lebih keliat seneng karna emank gak ada niat mo pindah.

Wajah Biant bikin Rakha selalu gak konsen belajar cuma untuk nebak apa yang ada dipikirannya, serta lama lama deket dia bisa bikin jantungnya berdegup karna tak kuasa menahan waktu yang terbuang sia sia jika hanya mengisi kekosongan dengan kekosongan dalam diam. Mata nya memancarkan kehangatan tapi takut bibirnya membekukan keadaan. Sikapnya yang misterius terkadang membuat Rakha ingin mengagumi kebiasaannya. Maka itu ia memilih Corrie. Di benaknya, mungkin Corrie lah satu satunya teman yang sebaiknya teman. Bukan sekedar mainin perasaan!

“Biant Biant, sial banget nasib Lo!” ujar Melani turut menghibur


Hapuslah air matamu.. uu…
Kini ku hanya datang untukmu
Memang hidup kadang susah
Bikin gelisah ah ah ah ah
Genggamlah tanganku
Aku akan selalu
Mendukungmu setiap waktu
Curahkan semua kesal amarah lelah
Sampai hilang semua beban itu
Jangan hiraukan mereka yang benci
Menghina penuh iri dan melukai hati
Mungkin mereka ingin sepertimu
Tapi ternyata tak mampu
Lihatlah ke langit
Ke langit penuh warna
Yakinlah hujan inikan reda
Mari bernyanyi dididi dadada
Beragam kisah baru kan ada
Hapuslah air mata kita kan bahagia
Pasti kita kembali tertawa
Aku dan kamu kita akan bersama
Bersama dalam tawa duka
( Selalu bersama by Smash ) 
***

Rakha agak risih kalo duduk bareng orang asing, apalagi kalo jenis orangnya kayak Corrie yang hiperaktif. Gelabrak gelubruk sendiri, ngebuat kondisi makin kacau. Hidup Rakha jadi hampa kesehariannya, gak bisa mikir, gak bisa ngambar, gak bisa ngayal, termasuk juga gak bisa bergerak karna wilayah bangku udah dikuasai sepenuhnya sama dia. Padahal niat Corrie gak salah, ia ngelakuin itu agar menarik perhatianya Rakha yang dianggapnya cowok paling cool sekelas.

“Lu betah banget diem seharian?? Gak lagi sariawan, kan?” sindir Corrie

“Gue tuh mikir,.. lo nge charge berapa lama sehari? Kapan batre lo bisa abis?”

Corrie kontan nge check ponselnya, “Tiga jam!” jawabnya blo’on.

Rakha makin stress dibuatnya. Meski Corrie terus nambahin ocehannya “Baterai gue paling tahan lama, Ka. Makanya, kalo lo entar punya hape, kudu konsultasi bareng gue dulu. Kakak gue punya sohib yang buka counter HP. Do’i paling tau bocoran hape yang lagi trend sekarang, harga murah kualitas bagus” cerocosnya

“Buat apa tahan lama, kalo ternyata hapenya Lemot!” kilah Rakha dingin.

“Gak lemot koq!” bantahnya.

Detik bersamaan, Bel jam istirahat terngiang. Anak sekelas kegirangan mengusir halus pelajaran Ekonomi akun nya Pak Deny. Soal yang paling gampang di kerja in, halaman 5dua, yaitu ngumpulin duit lima ribu kali dua per orang, minggu depan wajib ada. Wanti wantinya jangan ada yang ngelapor! Tapi semua guru disini udah tau, koq…

“Hei, penganten baru…” Labrak Arjunot geli sendiri

Rakha ama Corrie tengsin berat ngedengernya. Biant pun gabung seraya melipat kedua tangannya ke dada dan bersandar ke tembok, pandangannya ke bangku Rakha.

“Kalo dari tadi gue perhati in, kalian berdua cocok banget!” Ledek Junot gak kalah terpingkal.

Biant berdehem “Ehem ehem,..” Arjunot ngakak lagi.

“Udah deh, kalian gak perlu malu malu ngungkapin yang sebenernya.. Haha! Kalian berdua cinta, kan?!” tambah nya.

Rakha menanggapinya tanpa ekspresi, sedang Corrie rada salting gitu.

“Salah satu dari kalian harus ada yang nyatain hari ini! Jangan terusan di pendem, sakit! Lagian, kaum homo sekarang bukan hal yang tabu lagi!”

“Sotoy banget ni anak!” gerutu Rakha. kepalanya terus terusan nunduk saking malunya.

“Ngomongin apa an, Sih?!” Tasya nyampur rada linglung.

“Eh, mo nitip gak? Kita kita mo ke warung beli jajanan..” penggal Emili.

“Gue aja,” Biant ngerogoh kantongnya dan nyerahin beberapa uang ribuan yang banyak. “Beli gorengan semuanya, kalo perlu, lu borong sama tukangnya!”

“Enak aja!” sambar Melani “Duitnya kuraaaang!!!!...”

“Perempuan emang gak pernah cukup dikasih duit, ya? Gimana mo jadi bini gua??” keluh Arjunot. Kepalanya langsung di toyor sama Emili.

“Lo mana bisa lari dari kodrat, ngasih duit ke bini itu wajib!”

“Kalo gue gak mo ngasih?!”

“Eh, kalo lo gak mao punya bini.. cari laki sono!” geram Emili “Sinting!” umpatnya dan mengajak Tasya ama Melani berlalu.

Tinggallah ke empat cowok most wanted dikelas yang suasananya mulai kerasa sepi. Rakha sama Corrie masih belum beranjak dari tempat duduk mereka, dan Arjunot menempelkan bokongnya ke atas meja belajarnya Rakha, sementara Biant masih standby bersandar di tembok kelas.

“Eh, jadi gimana tadi?” sambung Corrie “Gue masih penasaran kalo cowok sama cowok ada hubungannya”

Mendengar pernyataan Corrie bikin yang laenya jadi pada terpaku, gak ada yang berani angkat bicara. Lalu Biant pun mulai beragument

“Sekarang, releationship kayak gitu emang bukan lagi hal yang aneh, meski kadang wujudnya masih harus ditutupi. Dan Gak ada yang bisa menebak kalo di sekeliling kita pasti ada hal yang semirip dengan itu, hanya saja kita kurang meresponnya dan menganggap mereka adalah sampah serta masih dipandang sebelah mata karna budaya”.

“Gak bisa ngebayangin kalo diantara kita ada yang gituan!” Arjunot langsung ngayal. “Eh, kenapa kalo gue liat cewek gandengan, perasaan kita adalah hal yang lumrah. Tapi kalo gue liat cowok gandengan kayaknya udah pasti gak wajar!” pikirnya melayang.

Biant tersenyum “Kalo korban itu keduanya cowok tulen yang ngejalin hubungan, rata rata biasanya sukar keliatan. Mereka berteman wajar, tapi dibalik itu kita gak akan pernah tau hal apa saja yang pernah dicoba ama mereka, meski terkadang mampu menyangkal.

kata temen gue cowok yang biseks. Lebih enak ML sama cowok, kalo sama cewek tugas cowok lebih dominant kasih gerakan dan cuma nyenengin kemauan cewek doang. Tapi kalo sama sama cowok, Lo capek, pasangan lo yang bisa gantiin posisi itu. Enak sama sama, sakit juga sama sama. Ya, tergantung kesepakatan. Dan kita mesti tau juga resikonya lah

katanya lagi, Lo gak bakal nyiksa diri lo buat cari tempat yang romantis, gak akan ada waktu buat rayuan gombal, jangan pernah takut pasangan lo bakal ngambeg tiap bulan. Gak ada yang namanya payudara besar, agak maennya sedikit kasar, nikmat dan di manapun serta di tempat se sederhana apapun, bisa lo lakuin tanpa ada rasa ketakutan, selain tantangan!”

Arjunot sama Corrie melongo, sementara Rakha mencoba mengalihkan pandangan. Sok gak tertarik pada topic pembicaraan, ngawur semesta alam.

“Gitu ya, jadi penasaran.. kalo gitu gue bisa coba?” pikir Corrie belagak goblok.

“Siapa yang mau sama LU?” bantah Arjunot

“Selaen itu, Lu bisa coba ama siapapun, sohib lo, kerabat lo, kakak kandung lo, orang laen pun, tapi bukan anak dibawah umur, semuanya… asal lo lakuin suka ama suka tidak melalui tindak kekerasan.”

“Gimana kalo kita berdua aja, Ka?” Corrie langsung minta pendapatnya Rakha.

“AnjV4, Lo! gua mah OGAH!,.. soalnya gue udah punya cowok laen!” protes Rakha mengamuk tanpa sadar karna bawaan es teller, bukan! Emosi. Itu juga tanpa terlintas ingin menyinggung nama seseorang. Acaranya ngarang bebas.

Tiba saja Biant tersendak, dan yang laennya langsung merhatiin dan nolongin si Biant, tanpa berfikir panjang ada firasat apa barusan? Malah dianggap hal yang bersifat wajar.

“Tuh, kan! Ada yang ngomongin lo barusan. Nyebut makanya,.. but buut buut buuut,…” tanpa Corrie sadar, ia nyaris mengungkap salah satu fakta kebenaran. Namun sesuatu telah mengalihkan pembicaraan.

Tasya and the gank, dan makanan pun datang. Lumayan buat nambah isi perut dan ngurangi rasa lapar. Gorengan dari hasil patungan gak bakal abis dalem sekejap, stocknya bisa buat jam pelajaran berikutnya ampe menunggu jam pulang.

Rakha telah merasa tak canggung lagi berkumpul dengan gank nya, meski dia paling menonjol karna sikap ke diamannya masih belum ada perkembangan, tapi semua masih bisa saling maklum.

Sesekali Tasya memberikan perhatian lebih ke Rakha, gak ada salahnya kan? Tasya peduli sekali dengan tubuh Rakha yang paling kurus, sama bibirnya yang sulit sekali tersenyum, canda tawa saja tak kan bisa membuatnya terpancing untuk ketawa. Jangan pernah berharap akan itu, mungkin butuh waktu yang lama untuk mengembalikan nyawa se seorang yang pernah ngalami trauma batin!

Ketika ketujuh mahkluk itu bergabung, mereka mulai ngebahas topic lain yang lebih menarik perhatian, melupakan apa yang terjadi barusan. Serta tak pernah sekalipun terbayang kalo obrolan itu hanya angin yang bertiup sebentar, jam berikutnya arah mata angin telah berubah seperti waktu dan perasaan, selalu berubah... Bahkan kita sebagai makhluk biasa tak kan bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya, meski telah mendapatkan firasat sebelumnya, namun masih terlalu sulit menerjemahkannya. C’ ya! Next episode aja!,..

You and me, we sit and talk of friendship then I ask.
If you can see, if we could be together forever.
I see the light die in your eyes
Coz you're scared you'll hurt.
So you don't wanna try.

Well take a chance and come home with me, you could stay for eternity.
If you try then at least you'll see
Then you'll never regret the things we never did.

You turn to me, I see your eyes.
And somehow they cease to shine, you smile at me yet I can see.
You don't think we can make it
You see the light die in my eyes.
Coz I'm scared to lose you, I wish you would try.

(The things we never did by A1)


to be continued




0 comments:

Post a Comment