DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cowok Keripik Jengkol Sheet 6

Sheet 6
by be_biant



Jam pelajaran Bu Litsa siang ini tak menarik. Meski ia rela mondar mandir mentransfer ilmu ke anak didiknya, namun hanya beberapa orang saja yang benar benar terbius oleh siraman rohani nya. Kadang Rakha ngerasa kasian sendiri, delapan5 persen siswa disini memilih tak memperdulikannya, sementara sisanya mendengar karna kepalang mata Bu Litsa menatap ke arah mereka. Setelah Bu Litsa selesai ceramah, keributan bertambah parah. Rakha tau kalo sifat Bu Litsa emang gak gampang marah, tapi kalo jatoh hari ulangannya,.. tenaaaang, masih bisa nego koq… cuman UAN UAS yang gak jamin, menurutnya.

Sementara cowok yang di juluki keripik jengkol itu sedang sibuk mengkhayal dan menuangkan isi hatinya lewat sebuah gambar. Bisa nebak? Yup! Manga. Saking konsen nya, ia pun sama sekali gak peduli dengan topic apa yang lagi hot hot nya diperbincangkan. Rakha berfikiran, untuk apa? Mengganggu privasi orang!

Karna bawaan rame, segala bentuk kebisingan bergabung jadi satu. Sempet juga terdengar suit suitan, Rakha keukeuh dengan diri sendiri. Lalu gumpalan kertas melayang di kepalanya. Masih gak bergeming. Lukisannya hampir jadi, ngapain ngurusin orang usil? Beberapa menit kemudian, seseorang mencolek punggung Rakha dari belakang. Kali ini ia merasa terintimidasi. Rakha pun dengan berat hati terpaksa noleh, Raihan sang pelaku gak mo disalahin, langsung nunjuk ke arah tempat duduk Tasya. Sok penting banget sih! Diliatnya mulut Tasya mangap-mingkem gak jelas.

“Ee Aa Rr Oo Ee Ee Uu Ma,..” dengan susah payah Tasya mengecilkan suaranya, karna takut ketauan. Jarak mereka cukup jauh, gak mungkin juga kalo berteriak.

Rakha belom connect, ia mengangkat bahunya. “Apa?”

Tasya komat kamit mengulang ucapannya, Rakha makin sulit menerjemahkan. Dan akhirnya menggeleng saja, ia nyerah! Tasya Agak sebel keliatannya. Tapi usahanya gak sampai situ saja. Ia mulai berisyarat pake bahasa tubuh, yang artinya juga.. masih gak tau. Selang waktu agak lamaan, lalu Rakha yang bertindak. Rakha nunjuk ke pergelangan tangan yang gak ada jamnya, lalu membentuk kedua belah tangannya seperti tanda T. Break! Istirahat,.. maksud Rakha jam rehat saja.! Tasya Mengangguk pelan. Over!

Rakha hendak melanjutkan ukirannya, namun kerasa colekan lagi. “Napa lagi, sih! Ga’ bisa nunggu jam istirahat aja?” Omelnya pelan. Gak tau, kalo yang usil kali itu Bu Litsa. Mukanya hanya beberapa senti ke muka Rakha seakan ancaman baginya dan bikin pipi Rakha merah padam. Asli, gak bisa menyangkal.

“Bisa focus dengan mata pelajaran Antropologi, Rakha. Bukan jam nya kesenian!”

Rakha Cuma bisa cemberut. Dari raut wajahnya, sepertinya Rakha menyesal sekali.

“Tapi tak ada salahnya Ibu menilai karya kamu, karna dulu Ibu juga penggemar Leonardo da Vinci!”

Kali ini Rakha memelas “Jangan, Bu. Ini Aib!” Aku Rakha, ini hal yang memalukan!

“Baiklah, Ibu kasih toleransi. Tapi mulai besok besok,….. gak ada lagi. Mengerti?!”

Bu Litsa terus terusan menatap jam tangannya. dalem hati menggerutu, lama bener jam berputar…begitu bunyi tanda jam pergantian. Bu Litsa pun tersenyum. Sebelum ia keluar, ia sempat meninggalkan pesan singkat.

“Buka halaman 4Enam,.. kerjakan soal itu dirumah masing masing. Kita bahas minggu depan!” Lantang nya di sela gemuruh pasar. Pidato terakhir Bu Litsa membuat keadaan kelas makin menggelegar.

Anak anak berusaha naik banding, tapi lagi lagi itu sudah vonis. Ya sudah, mau tak mau mereka menyadari kesalahan. Dari pada hukuman bertambah berat.

***

Tasya dan beberapa temennya mengapit tempat duduk Rakha. Seperti lagak mafia mafia yang serius menginterogasi missi rahasia mereka. Rakha menunggu salah satu dari mereka berbicara.

“Kelompok kita mau ngumpul bareng lagi di rumah Tasya, Ikut?” ujar Emili.

Rakha menggeser dikit pantatnya karna berasa area bangkunya terlalu mepet. Nah! Sekarang agak lega an. “Mmm,.. kapan??”

“Balik sekolah ini, resiko kalo nolak!”

“Siapa aja?”

“Pertanyaan yang sama,..” keluh Tasya, karna ia merasa ketidak hadiran Rakha kemarin diakibatkan oleh salah satu nama yang terlibat. “pokoknya lo harus ikut! Gak ada kompromi!”

“Iya, nih! Sesekali bergaul napa? Toh, kita juga pengin sharing bareng.”

“Tapi gue, gak bisa kasih solusi masalah. Mending kalian undang yang berpotensi di bidangnya!” bantah Rakha.

“Gak bisa!” penggal Corrie, sambil tangannya menggumpal “Lo musti ikut. Karna Lo bagian dari kita!”

Bagian apa? Sejak kapan terbentuknya? Sedang diskusi apa sih mereka ini? Gak ngerti! Demi mempersingkat dan mempermudah masalah, Rakha sebaiknya pilih damai.

***

Waktu menunjukan jam 2 siang, Rakha mengukur waktu ampe jam 4 sore. Dia musti kerja! Apapun yang terjadi, mudah mudahan ini tidak terulang lagi. Buang buang waktu sama buang buang tenaga. Biasanya jam segini, abis makan siang, Rakha tertidur sebentar untuk mengisi waktu luang. Tapi sekarang, ia kudu tergabung dalam organisasi apa? Latar belakang gak tau, ama formatur gank nya yang gak tau juga.. kira kira apa nama yang pantas untuk kelompok ini? Black Gankster! Berhubung Rakha paling putih dan bersih, imut dan kriuk. So, dia yang pasti jadi ketua nya… hehe ngarep!

Sesuai janji, Rakha menunggu kehadiran Tasya with the ganks. Satu persatu nama nama misterius mulai terungkap. Ada tujuh orang, yaitu Tasya, Corrie, Emili, Arjunot, Melani, Biant dan termasuk Rakha sendiri. Ini kan nama kelompok yang tertera dalam makalah tugas kimia kemaren. Sok rahasia rahasia an! Rakha kesel karna terpancing emosi sendiri.

“Ayo!” Ajak Tasya mengomandani, pasukan pun membuntuti gerak aba aba nya.

Perjalanan yang kami tempuh sampai 10 menit an dari lokasi sekolah. Sementara jalan pulang menuju ke rumah Rakha bisa tiga kali lipatnya. Di rumah Tasya sendiri tak banyak yang mereka lakukan, selain ngobrol. Gak ada satu topic pun yang membuat Rakha tertarik, itu yang membuat Rakha tampak boring.

Ke enamnya ngobrol secara berpasangan, sedang Rakha cowok paling mungil sendiri jadi suatu benda yang gak ada respon sama sekali. Kerjaannya bak manekin yang bisa bergaya sesuai ke inginannya. Tak ada satu maupun dua kata terlontar dari bibirnya sejak langkah kaki nya dari gerbang sekolah. Ia hanya memperhatikan kegembiraan temannya tanpa peduli dengan keadaan dirinya sendiri.

“Ngerjain pe er antropologi, yuuk!” Usul Emili kegirangan.

“Ya ya!” semua setuju, kecuali Biant.

Rakha selalu memperhatikan kedekatan Biant dengan Tasya, ada permainan apa sebenarnya? Kenapa harus Rakha sendiri yang sengaja tidak di pasangkan dengan siapa pun? Mencurigakan! Mengerjakan tugas, paling hanya trik atau alasan semata agar kenyatan kalau Rakha makhluk kuper adalah, jelas!

Rakha berjalan ke kamar kecil tanpa permisi ataupun minta di kasih intruksi. Setau Rakha, rumah Tasya siang ini sepi. Gak ada siapa pun, bahkan pembokat. Jadi Rakha lebih leluasa mengorbit isi rumah mewah ini. Ia hanya butuh waktu tiga menit untuk mencari kamar mandi. Usai buang air seni, lalu Rakha mampir ke kulkas yang ada di dapur. Niatnya, tentu tidak mencuri. Ia hanya ingin mengetahui seberapa banyak isi dalem kulkas ini. Tak ada yang bisa dimakan. Semua bahan mentah, kecuali..

Rakha mencomot serta mencaplok sossis, dan tiba saja muncul Biant dari balik tubuhnya. Biant sempat mengamati cara Rakha memilih dan memakan sossis, lalu secara misterius, Biant tersenyum. Sok manis!, memang ada yang salah dengan Sossis??

Rakha bengong ia menunjukkan sossis yang di pegangnya “Masalah??” itu kata pertamanya sejak seharian mereka ngumpul. “Bukan punya Lo juga, kan” desisnya. Maksudnya, semua barang yang ada dirumah ini milik keluarga Tasya, bukan sossisnya aja!

Biant tak berkata apapun sebagai jawaban. Ia hanya mengambil botol air minum di dalem kulkas dan membawa nya beserta beberapa gelas ke teras. Rakha mengekor. Sampai di depan rumah, mereka mengerjakan tugas antropologi. Tapi Rakha lebih memilih mengambil sepatu, memakai, mengikatnya dan beranjak hendak pergi.

“Mo kemana, Ka?!” tahan Corrie.

“Gue mo pulang sekarang. Ada kerjaan!” jawab Rakha sesukanya

“Bentar lagi aja, Ka. Tasya lagi masakin makanan buat kita kita” jelas Emili.

“Sorry,.. gue lagi ngejer waktu. kapan kapan kita bisa ngumpul bareng lagi, kan?!”

“Yaaahh,..” terdengar nada kecewa dari Melani. Dan kelimanya menatap kepergian Rakha. Karna Rakha akan melakukan apa yang jadi maunya, bukan sugesti maupun kepentingan orang lain, Rakha tak pernah mau peduli. Mungkin ini lebih baik. Tanpanya, mereka akan lebih bebas berekspresi. Maybe setelah ini, bakal ada sex party! Terkutuk kalian yang mempermainkan Rakha siang ini.

Meski Rakha Benci, tapi ia sangat menikmati semuanya. Tak ada alasan yang akurat untuk menyesali sikapnya bergabung dengan mereka. Itung itung Rakha tidak mengecewakan siapapun. Kecewa??? Rakha teringat sesuatu, bisa jadi saat itu Biant agak marah karna ke tidak hadirannya Rakha sewaktu perkumpulan pertama, Biant Kecewa?? Jelas sekali! Sebenarnya, harapan Biant ingin Rakha selalu membaur. Itulah! Ia sedang menguji seberapa tahan Rakha menjadi seorang yang penyendiri.

Pandangan Corrie, Melani, Arjunot sama Emili sekarang tertuju pada Biant, tatapan mereka berubah total jadi heran.

“Elo berantem sama Rakha, ya?” Tanya Junot berbasa basi.

Biant berlaku bego dan menepis keadaan, “Siapa bilang??”

“Lo berduaan baru aja ketemuan di dalem. Pasti berantem hingga buat Rakha pulang!” Prasangka Corrie.

“Maksud lo, kenapa nyuruh kita kumpul hari ini? Dan bilang pake ngerahasia in nama lo sebagai biang keladi.. atau jangan jangan,…” Praduga Emili gak kalah. Sebelum Emili meneruskan, dan Biant nyaris kikuk setengah mati. Tasya pun datang membawa hidangan cemilan. Matanya memutar kesegala ruangan luar

“Rakha kemana?” Tasya merasa kehilangan seseorang.

“Pulang!” sahut Melani agak menyesal

“Oh,..” jawab Tasya dengan nada datar seperti menganggap ini hal yang wajar.

“Lo tau alesan kenapa Rakha balik cepet, Tasy?” Junot penasaran

Tasya menjawab dengan tenang. “Dia mo kerja…”

“Kerjaaaa??” Yang laennya kaget sambil mengulang kata Tasya tadi.

Biant tiba saja beringgut dari tempatnya duduk “Emank kerja apaan?” kontan dia paling ekspresif kalo ngomongin kerahasiaan Rakha terbongkar.

“Mana Tasya tauu,.. napa gak tanya aja sendiri?” Tasya sendiri merasa bersalah karna telah melibatkan Rakha bergabung siang ini. Padahal ia tau waktu nya sangat sempit, bukan seperti remaja lain kebanyakan.

Sejenak mereka saling introfeksi dan mulai berfikir secara pribadi masing masing,.. sedang Rakha berjalan santai menuju ke rumahnya, ia tidak peduli pada isi fikiran temannya. yang saat ini bisa ia syukuri adalah dapat pulang lebih awal. Jadi ia sempat makan siang dulu sebelum berangkat kerja. Lapeer!

Where is the moment we needed the most
You kick up the leaves and the magic is lost
They tell me your blue skies fade to grey
They tell me your passion's gone away
And I don't need no carryin' on

You stand in the line just to hit a new low
You're faking a smile with the coffee to go
You tell me your life's been way off line
You're falling to pieces everytime
And I don't need no carryin' on

Cause you had a bad day
You're taking one down
You sing a sad song just to turn it around
You say you don't know
You tell me don't lie
You work at a smile and you go for a ride
You had a bad day
The camera don't lie
You're coming back down and you really don't mind
You had a bad day
You had a bad day

”Bad day - daniel powter”


to be continued




0 comments:

Post a Comment