DISCLAIMER:

This story is a work of fiction. Any resemblance to any person, place, or written works are purely coincidental. The author retains all rights to the work, and requests that in any use of this material that my rights are respected. Please do not copy or use this story in any manner without author's permission.

The story contains male to male love and some male to male sex scenes. You've found this blog like the rest of the readers so the assumption is that material of this nature does not offend you. If it does, or it is illegal for you to view this content for whatever the reason, please leave the page or continue your blog walking or blog passing or whatever it is called.



Cerita Secangkir Kopi Chapter 2g

Chapter Two Next -Sidestory : Karna, Pandawa Yang Terbuang-
by Caramel_machiatto

 Karna adalah salah satu tokoh penting dalam Mahabharata. Ia adalah putra tertua Kunti, sehingga merupakan saudara seibu Pandawa dan merupakan yang tertua dari keenam saudara tersebut.

Kunti, selagi masih belum menikah, memutuskan untuk mencoba mantra duryasa (mantra agar bisa melihat para dewa) dan memanggil dewa matahari, Surya. Ketika Surya menampakkan diri didepannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa, Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat ayahnya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak.

Dengan kesaktian Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi dan anting-anting untuk melindunginya.

Kunti kini berada dalam posisi yang memalukan sebagai seorang ibu seorang anak tanpa ayah. Karena tidak mau menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke dalam keranjang dan menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya (mirip dengan kisah Nabi Musa), berdoa agar bayi tersebut selamat.

Bayi Karna terhanyut di sungai dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta bernama Adhiratha, seorang Suta (campuran antara Brahmin dengan Ksatria). Adhiratha dan istrinya Radha membesarkan Karna sebagai anak mereka.

Karna ingin menjadi seorang prajurit besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura bersama dengan ayah dan adik angkatnya. Di sana, Karna menguasai ilmu kanuragan dengan belajar kepada Resi Dorna (guru Pandawa dan Kurawa), walaupun ia belajar tidak bersama dengan para pangeran (Pandawa dan Kurawa) karena dipandang berasal dari kasta yang rendah.

Ketika Pandawa diusir ke hutan selama 14 tahun, Duryodhana (saudara tertua dari kurawa) meminta Karna untuk menguasai Brahmastra, salah satu senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini termasuk Dorna, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak Dorna).

Karna pertama-tama mendekati Dorna, guru Pandawa dan Kurawa, tetapi Downa menolak untuk mengajarinya karena kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta Parashurama, guru besar yang lain, untuk mengajarinya seni berperang terutama untuk mnguasai Bhramashtra.

Parashurama tidak akan mengajari seorang ksatria karena rasa bencinya pada kaum ksatria yang telah membunuh orang tuanya. Maka untuk mendapatkan ilmu, Karna berbohong tentang asal usulnya dan mengaku sebagai seorang Brahmin (kasta brahma).

Suatu saat, ketika Parashurama sedang tidur dengan kepala di pangkuan Karna, seekor serangga menggigit pahanya. Ini menyebabkan paha Karna berdarah dan ia pun merasakan kesakitan yang amat sangat. Namun Karna bertahan untuk tidak bergerak agar gurunya tidak terbangun.

Darah yang menetes dari paha Karna memercik ke muka Parashurama dan membuatnya terbangun. Melihat apa yang terjadi Parashurama mengetahui bahwa Karna bukanlah seorang Brahmin karena hanya seorang ksatria yang dapat menahan sakit seperti itu.

Karna mengaku bahwa ia telah berbohong, dan Parashurama yang marah mengutuk Karna : "ia tidak akan bisa mengeluarkan ilmunya pada saat di mana ia paling membutuhkannya."

Sebelum Parashurama, seorang brahmin yang lain pernah mengutuk Karna bahwa Karna akan dibunuh ketika ia dalam keadaan tak berdaya, hal ini disebabkan karena Karna telah membunuh sapi kesayangan brahmin tersebut.

Suatu saat sebuah turnamen diadakan untuk menentukan perajurit yang terkuat setelah 'lulus' dari pendidikan Drona. Dalam perlombaan itu Arjuna keluar sebagai yang terbaik dan Duryodhana (saudara tertua di kurawa) takut padanya. Kemudian Karna muncul dan menantang Arjuna. Dalam pertanding yang berlangsung kemudian, Karna dapat mengimbangi semua keahlian Arjuna.

Untuk menentukan pemenang yang sesungguhnya, Karna menantang Arjuna untuk bertempur satu lawan satu di mana kemenangan salah satu pihak ditentukan dengan kematian lawannya. Dengan alasan bahwa Karna berasal dari kasta yang lebih rendah dari Arjuna, Dorna menolak usul Karna tersebut.

Ketika Pandava mengasingkan diri, Karna membebankan kepada dirinya sendiri tugas untuk menjadikan Duryodhana penguasa dunia. Karna memimpin pasukan ke negara-negara sekitar untuk menaklukkan raja-rajanya di bawah kekuasaan Duryodhana.

Karna berhasil menang dalam semua pertempuran yang dilaluinya, walaupun kepatuhan raja-raja tersebut tidak semuanya berlangsung lama (sebagian tetap memihak kepada Pandawa dalam perang Bharatayudha).
Pertemuan Dengan Kunti -



Sebelum perang Bharatayudha Dewi Kunti (ibu dari karna dan pandawa) mendekati Karna dan memintanya untuk bergabung dengan Pandawa dan menyatakan bahwa Karna adalah pewaris sebenarnya tahta Hastinapura (sebagai sulung dari Pandawa). Karna menolak tawaran ini karena Kunti membuangnya waktu kecil dan juga setelah ia dewasa.

Kunti lalu meminta Karna untuk berjanji untuk tidak membunuh kelima anaknya. Karna berjanji bahwa setelah perang Bharatayudha, lima anak Kunti akan tetap hidup.

Yang tersembunyi dari janji ini adalah bahwa sebenarnya Kunti memiliki enam orang anak (termasuk Karna sendiri), maka bila Karna bertemu dengan para Pandawa ia akan melepaskan mereka kecuali satu orang: Arjuna. Karena Karna adalah salah satu dari sedikit yang sanggup menghadapi Arjuna dan di antara mereka telah terjadi persaingan yang sengit.
Pertemuan Dengan Indra -




Indra, raja para dewa,menyadari bahwa baju besi dan anting Karna tidak dapat ditembus oleh senjata apa pun, dengan demikian menjadikan Karna tidak terkalahkan.

Ia memutuskan untuk menyamar sebagai seorang brahmana miskin tepat sebelum Karna mandi. Khrisna mengetahui keutamaan moral Karna dan bahwa Karna tidak akan menolak permintaan apapun baik dari seorang brahmana maupun seorang pengemis pada saat tersebut (setelah pemujaan terhadap Surya).

Surya, dewa matahari dan ayah Karna, mengingatkan Karna dalam mimpi bahwa Indra akan menyamar sebagai seorang brahmana dan meminta baju besi serta antingnya. Sayangnya, Karna tidak mengetahui bahwa Surya adalah ayahnya.

Seperti yang telah diduga oleh Surya, atas nasihat dari Khrisna, Indra yang menyamar mendekati Karna dan meminta sedekah berupa baju besi (kawacha) dan antingnya (kundala). Karna tahu bahwa dengan memberikan kedua hal tersebut, ia tidak lagi tak terkalahkan.

tetapi karena telah menjadi komitment-nya maka ia tetap memberikan kedua benda tersebut. Indra kagum akan kebaikan hati Karna, menawarkan Karna untuk memakai senjatanya (Shakti) tetapi hanya untuk satu kali saja.
Perang Bharatayudha -




Pada saat perang, Karna bertemu dengan masing-masing Pandawa (kecuali Arjuna), mengalahkan mereka, dan bahkan mampu untuk membunuh mereka. Tetapi Karna menepati janjinya kepada Kunti untuk tidak membunuh mereka.

Pada perang hari ketigabelas, Drona mengatur formasi pasukan yang disebut Chakrabyuha. Hanya Khrisna dan Arjuna di pihak Pandawa yang mengetahui cara membuyarkan formasi ini; tetapi Khrisna dan Arjuna dengan sengaja dialihkan perhatiannya oleh pihak Kurawa ke bagian lain dari pertempuran.

Abhimanyu, anak Arjuna, memiliki sebagian pengetahuan tentang formasi ini. Ia mendengarnya ketika masih dalam kandungan saat Khrisna menjelaskan tentang formasi ini kepada ibunya (ibu Abhimanyu adalah Subadra, adik Khrisna). Tetapi saat itu Khrisna tidak menjelaskan sampai selesai. Sehingga Abhimanyu mengetahui cara memasuki formasi tersebut, tetapi tidak mengetahui cara keluar darinya.

Pada hari itu tidak seorang pun sanggup mengalahkan Abhimanyu yang telah berada di dalam formasi Chakrabyuha. Sendirian ia menandingi jendral-jendral pihak Kurawa termasuk Karna, Dorna, dan Duryodhana.

Atas perintah Dorna, Duryodhana dan Karna mengeroyok Abimanyu (Karna memanah busur Abimanyu dan melumpuhkan keretanya, kemudian para Kurawa membunuh Abhimanyu. Jadi bukan Karna sendiri yang membunuh Abhimanyu).

Pada perang hari keempat belas, perang berlangsung sampai malam. Gatotkaca, putra Bima yang setengah raksasa, makin memporak-porandakan barisan Kurawa (golongan Ashura, termasuk raksasa, makin kuat di malam hari).

Karna terpaksa memakai senjata Shakti yang dipinjamnya dari Indra untuk membunuh Gatotkaca. Karena Indra hanya memperbolehkan Karna memakai senjata Shakti sekali saja, maka Karna kini tanpa senjata pamungkas dan baju besi serta antingnya yang tak tertembus senjata. Karna hanya bisa mengandalkan kesaktiannya sendiri dalam melawan Arjuna nanti.

Pada perang hari kelima belas, Dorna terbunuh dan Karna menjadi senapati pasukan Kurawa.

Pada hari ketujuh belas, Karna akhirnya bertemu dengan Arjuna dalam pertempuran yang seru dan setanding. Karena telah kehilangan senjata pamungkas dan baju besinya, Karna hanya mengandalkan keahlian dan kesaktiannya sendiri.

Dalam suatu kesempatan, Karna melakukan trik cerdik dengan keahliannya. Ia membuat Arjuna lumpuh sejenak dengan memanah dada Arjuna.

Ketika Arjuna belum pulih dari pukulan pertama tadi, Karna melepaskan panah ke arah kepala Arjuna untuk membunuhnya. Khrisna menyelamatkan Arjuna dengan menekan kereta mereka sampai amblas ke tanah beberapa senti, sehingga panah Karna meleset dari kepala Arjuna.

Saat pertempuran berlangsung, salah satu roda kereta Karna selip di tanah berlumpur. Ini diakibatkan oleh kutukan Brahmana yang sapinya pernah dibunuh oleh Karna. Shalya yang menjadi kusir kereta Karna tidak bisa membantu karena telah dilumpuhkan oleh Arjuna.

Karna meminta Arjuna untuk menghentikan pertempuran untuk menunggunya mengeluarkan roda kereta dari tanah berlumpur tadi. Arjuna setuju. Tetapi Khrisna menyuruh Arjuna melanggar kode keprajuritan dan membunuh Karna yang sedang tidak berdaya.

Roda kereta Karna tidak bisa digerakkan dan kutukan Parashurama membuatnya tidak bisa membela diri. Khrisna mengingatkan Arjuna kekejaman Karna ketika ikut mengeroyok Abimanyu yang sampai mati ketika bertarung tanpa kereta dan senjata.

Dengan penuh kemarahan dan kesedihan Arjuna melepaskan panah Anjalika ke arah Karna. Karna jatuh ke tanah dengan luka yang mematikan. Tetapi ujian untuknya belumlah berakhir.

Khrisna menyamar sebagai seorang pertapa dan meminta sedekah kepadanya. Karna yang terluka parah tidak memiliki apa pun untuk diberikan, kemudian ia ingat masih memiliki satu gigi emas.

Dengan penuh kesakitan Karna melepaskan gigi emasnya, membersihkannya kemudian memberikannya kepada Khrisna. Dengan demikian Karna menjadi satu-satunya manusia yang telah memberikan sedekah kepada Wisnu (Dewa Tertinggi dalam agama hindu) sendiri.

Terharu dengan kemurahan hati Karna, Khrisna memberikan kesempatan kepada Karna untuk mengajukan satu permintaan kepadanya. Karna meminta agar jenasahnya diperabukan di tempat yang paling suci di dunia. Sebagai Wisnu, Khrisna kemudian memperabukan jenazah Karna ditelapak tangannya.

Setelah kematian Karna, Kunti memberitahu Pandawa bahwa Karna adalah putranya dan saudara tertua mereka. Para Pandawa kemudian berkabung untuk Karna. Yudhistira, terutama, begitu terpukul mengetahui ibunya merahasiakan kenyataan bahwa Karna adalah saudara tertua mereka yang seharusnya mereka hormati dan patuhi.

Ia kemudian mengeluarkan sabda agar sejak saat itu semua perempuan tidak lagi bisa menyimpan rahasia apapun untuk diri mereka sendiri. Pada hari kedelapanbelas, Kaurava tertumpas. Perang Bharatayudha berakhir, dan Yudhistira menjadi raja Hastinapura.

Setelah lakon nya selesai kita mainkan, gw langsung menancapkan kayon, pertanda pertunjukan telah berakhir. karena kelelahan, gw langsung merebahkan badan gw ke lantai. melemaskan otot-otot lengan yang sedikit kram karena bermain wayang.

sedetik kemudian, argi pun merebahkan dirinya, menindih perut gw dengan punggung nya. kemudian gw memeluk argi sambil menerawang ke atas langit-langit, menikmati momen yang dulu hanya pernah ada di mimpi gw.

kita berdua hanya terdiam dalam suasana yang juga hening di studio. hanya ditemani dan disaksikan oleh puluhan pasang mata wayang-wayang yang tadi kita mainkan. gw menggenggam erat tangan argi, merasakan tiap bulir keringat dari telapak tangannya yang basah.



"sop..." ucap argi memecah kesunyian.



"apa gi?" tanya gw.



"Arjuna ganteng banget yah?"



"hmm...iya. soalnya banyak yang jatuh hati sama arjuna."



"klo bima, kuat banget yah?"



"iya, emang nya kenapa gi?"



"gpp, emang kenyataan nya ada yah orang yang kaya karna, arjuna, bima ato pandawa lima yang lain?"



"hmm...ngga tau gi. menurut kamu?"



"kalau pun ada, pasti indah banget, karena sosoknya mereka tuh sempurna."



"iyalah, apalagi sih yang kurang dari seorang laki-laki kalau dia ternyata kuat, perkasa, gagah, kasep pula."



"ada yang kurang sop."



"masa? emang apa nya yang kurang?"



"banyak."



"banyak? emang kurang apa gi?"



"mata nya kurang minus, kurang pendiam, sama ngga bisa main rampak kendang."



"hahaha...ada2 aja kamu mah gi."



"kenapa aku bisa suka sama kamu ya sop?"



"mmm...ngga tau atuh gi. yang tau kan kamu."



"soalnya kamu dalang."



"ha? maksudnya apa gi?"



"ya karena kamu dalang. dan aku wayang nya"



"hmm...koq kamu bisa bilang gitu gi?"



"aku tadi baru sadar, dalang tuh orang yang paling tahu karkteristik wayang yang dimainkannya. yang paling mengerti sifat wayangnya, ya dalang nya itu sendiri."



"mmm...iya bener, trus, apa hubungan nya sama aku?"



"dasar onceu! artinya, cuma kamu yang paling tau karakteristik aku, cuma kamu yang paling ngerti sifat aku. dan itu yang paling susah sop."



"susah apanya gi?"



"susah cari orang yang bisa ngertiin kita. yang tau kebutuhan kita apa."



"emang aku kaya gitu gi?"



"ya iyalah. ga tau kenapa, tapi klo ada kamu aku tenang sop."



"hehehe...bisa aja kamu gi."



"beneran ini mah."



"iya, aku juga sama gi."



"sop, aku boleh nitip ga?"



"nitip apa gi?"



"nitip hati aku"



"GOMBAL"



"hahahahaha....udah ngga mempan ya sekarang mah?"



"iya. gi, jangan ngegombal lagi atuh ih."



"emang kenapa sop?"



"sumpah, hati aku deg-degan banget. udah kaya orang gila klo denger kamu ngegombal teh."



"ya udah, sekarang kamu pilih sop."



"pilih apa gi?"



"pilih aku sering ngegombal, atau pilih aku sering cium kamu?"



"masyaalloh."



"lho kenapa?"



"pilhan yang sulit. ahahaha."



"yee...jadi pilih yang mana nih?"



"pilih di dicium aja ah! ahahahaha....."



"bener? okeeeeee......."



tiba-tiba argi membalikkan badan nya sehingga muka gw dan dia saling berhadap-hadapan. argi perlahan mendekatkan muka nya ke muka gw,
kemudian dengan lembut argi mencium kening gw, pipi kanan gw, pipi kiri gw, hidung gw, dagu gw, dan terakhir mencium bibir gw.

gw menyambut ciuman argi dengan lembut. membiarkan bibirnya menyentuh bibir gw, merasakan hawa hangat yang keluar dari mulutnya. dan membiarkan bibir gw basah oleh cinta yang argi berikan waktu itu.
ciuman nikmat itu berlangsung singkat, mungkin kurang dari satu menit. tapi dalam waktu yang sesingkat itu mampu mencairkan perasaan gw yang beku. ciuman itu mampu menghangatkan udara disekitar gw yang sedari tadi terasa begitu dingin menusuk tulang. dan gw sekarang percaya, bahwa sedikit cinta bisa membuat hatimu menjadi jauh lebih hangat.



16 tahun.

BANDUNG, Akhir Agustus 200x

STI





gusti, aku ingat dulu sewaktu masih kecil, aku paling maling malas kalau disuruh latihan mendalang oleh abah. aku berkata kepada abah, "abah untuk apa sih jaman sekarang aku masih diajari caranya mendalang?" tapi abah hanya diam saja dan tidak menjawab.

suatu ketika, aku juga pernah bertanya kepada abah, "abah, kenapa klo di sekolah, teman-teman yang lain selalu bercerita tentang gadis penjual korek api, hans n gretel, snow white, hamlet dan berbagai cerita anak-anak lainnya dari buku karya hans christian andersen, sementara abah sedari dulu hanya bercerita tentang mahabarata, tiap aku mau tidur pasti abah selalu bercerita siapa itu abimanyu, siapa itu gatot kaca, siapa itu hanoman, dan siapa itu pandawa lima." lagi-lagi abah hanya diam dan tersenyum. tapi hari ini, aku bersyukur! aku bersyukur pernah menjadi dalang!

aku belum pernah sebahagia ini menjadi dalang!

dan di malam minggu ini, bisa bermain wayang berdua bersama argi, merupakan salah satu momen terindah yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.
REGENTIJD - (Musim Penghujan)





"Argiii...nggeus tabuh sabaraha ieu teh? buru angkat ka sakola, bisi kabeurangan." teriak nyokap gw memecah kesunyian di suatu pagi.

(Argiii...udah jam berapa sekarang? cepet berangkat ke sekolah, nanti kesiangan.)



"Satengah tujuh mah, sakedap deui. keur ngantosan si sopi." jawab gw sambil melihat ke arah pagar, berharap sofi segera datang.

(setengah tujuh mah, sebentar lagi. masih nungguin si sopi)



Dengan perasaan cemas gw kembali melihat arloji di tangan kiri gw. tepat jam setengah tujuh. aneh, biasanya jam segini gw udah berangkat ke sekolah sama sofi, tapi koq sekarang malah belum dateng yah tuh anak.

gw kembali duduk di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran di teras depan rumah, meresletingkan jaket biru kesayangan kemudian menaikkan kedua kaki gw ke atas kursi sambil kedua tangan gw memeluknya karena cuaca bandung pagi hari ini sangat dingin. jauh lebih dingin dari biasanya.

kedua telapak tangan gw gesekkan dengan perlahan, berharap merasakan sedikit kehangatan tapi nampaknya sia-sia melawan hawa dingin yang membuat telapak tangan gw berwarna pucat dan sedikit keriput.

Entah sudah berapa kali gw mengusir rasa bosan menunggu dengan cara menghitung tetesan air hujan yang jatuh dari talang air membasahi pot-pot bunga milik nyokap gw. apa sopi telat datang karena hujan? tanya gw dalam hati.

bulan ini, bulan september, bandung mulai memasuki siklus dari angin muson barat yaitu angin yang berhembus ketika matahari sedang berada di bumi bagian selatan, menyebabkan benua asutralia bersuhu panas dengan tekanan minimum, sebaliknya benua asia bersuhu dingin dengan
tekanan maksimum.

dari pelajaran fisika yang gw baca dari buku catatan sofi, om buys ballot bilang kalau angin akan selalu bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan minimum.

angin dari benua asia yang kaya curah hujan pun berhembus melewati indonesia menuju benua australia maka dari itu, di pagi hari di bulan september ini awan yang bergelantungan di langit bandung menurunkan hujannya.

Awan kumulus yang berkumpul dengan banyaknya membentuk gugus awan kumulonimbus sebenarnya sudah terlihat dari kemarin sore, tapi hujan baru turun pagi harinya seakan-akan meyambut rasa malas orang-orang yang akan beraktivitas di pagi hari ini.
5 menit kemudian, sayup-sayup gw mendengar bunyi raungan khas knalpot motor sofi. sejurus kemudian sebuah motor berwarna hijau muda terlihat samar dari balik pagar rumah gw, sementara ada sebuah tangan yang basah oleh air hujan berusaha membuka kunci pagar dari sebuah lubang kecil berbentuk persegi dibawah pegangan pagar.

Dengan sekuat tenaga tangan itu mendorong pagar sampai terbuka lalu terlihat jelas sosok seseorang yang memakai helm half-face memasuki halaman rumah dengan baju seragamnya yang basah kuyup oleh hujan sementara tas nya terlihat dibungkus oleh kantong keresek berwarna hitam yang tergantung di bagian depan motor.

dengan segera gw masuk ke dalam rumah, mengambil sebuah payung besar untuk sofi kemudian berlari sambil memayungi sofi yang masih memakai helmnya. kami berdua berlari kecil menuju teras rumah, dan disaat gw menutup payung, sofi pun membuka helmnya.



"ya ampun ay, kamu basah banget." ucap gw sambil mengambil helm sofi lalu menaruhnya di atas kursi.



"hehe...iya gi. tadi waktu di jalan kehujanan ini teh." jawab sofi sambil mengelap kacamatanya yang juga basah oleh air hujan.



"kamu ngga bawa jas hujan ay?" tanya gw sambil membantu melepas sepatu sofi.



"lupa gi, tadi teh buru-buru pisan berangkatnya. mau balik lagi kagok, ya udah tancap gas weh kesini. tiris pisan euy." jawab sofi sambil menggigil.

(weh = aja) ; (tiris pisan euy = dingin banget nih)




"duh karunya pisan sih maneh sop. itu yang ada di kresek item apaan?" tanya gw sambil mengambil kresek item milik sofi.

(duh, kasian banget sih kamu sop.)




"oh...itu mah tas gi, sengaja dipalastikan biar bukunya ngga basah."



gw menaruh tas sofi yang selamat dari air hujan di atas kursi sementara sofi sedang mengibas-ngibaskan baju seragamnya sambil sesekali memeras celananya yang juga basah.

gw lalu mengambil tisu dari ruang tamu dan mengelap muka sofi yang sedikit basah. kasian banget si sofi, semua yang dia pakai mulai dari baju, celana, sepatu sampai kaos kakinya pun ikut-ikutan basah.
"ya alloh gusti, sopi? naha babasahan kitu?" tiba-tiba nyokap gw datang.

(ya alloh gusti, sopi? kenapa basah-basahan gitu?)



"kehujanan tante. tante maaf ini lantainya jadi basah gara-gara sofi." jawab sofi sambil mencium tangan nyokap gw.



"eh, meni karunya pisan ieu budak teh. mak iciiiiih...tolong bawa handuk kering buat sopi. cepetan. " ucap nyokap sambil mengusap-ngusap rambut sofi.

(eh, kasian banget ini anak satu.)



"pantesan datengnya telat, ternyata kehujanan. ngga bawa jas hujan gitu si kasep teh?"



"ngga tante, lupa. soalnya tadi sofi buru-buru."



kemudian mak icih pun datang membawakan handuk kering untuk sofi, nyokap gw pun langsung mengelap muka, tangan dan badan sofi dengan handuk.



"itu celananya dilipet dulu aja kasep, terus nanti di lap sendiri yah. klo udah, langsung masuk ke dalem, mandi terus ganti baju. argi, pinjemin seragam kamu buat si sopi. itu pakaian dalem kamu basah juga kasep?" tanya nyokap gw.



"iya tante. kayanya sofi langsung ganti baju aja deh tante, klo mandi dulu nanti bisa telat." jawab sofi sambil mengelap kakinya yang basah dengan handuk.



"udah kamu mandi dulu aja, biar nanti tante yang telfon ke sekolah. sekarang gurunya siapa yang ngajar?" tanya nyokap.



"pa..pa rahmat tante." jawab sofi gugup.



"ya udah biar nanti tante yang urus. sopi udah sarapan belum kasep?"



"be...belum tante."



"duh ieu budak teh karunya pisan. argi, eta si sopi diuruskeun nya."

(duh ini anak kasian banget. argi, itu si sopi diurusin ya.)



"siap jendral." jawab gw.



"nanti klo semuanya beres, sarapan dulu. nanti tante siapin. udah sana cepetan bisi asup angin."

(bisi asup angin = nanti masuk angin)



"i...iya tante makasih." jawab sofi.


gw lalu mengajak sofi masuk ke dalam, mengambil handuk baru lagi kemudian menyuruhnya mandi. sementara menunggu sofi mandi, gw menyiapkan semuanya, mulai dari pakaian dalem, baju seragam, celana dan ikat pinggang. 15 menit kemudian sofi selesai mandi dan berganti pakaian di kamar gw.
"waaaaaaaa......" teriak gw.



"aya naon gi?" tanya sofi heran.



"ayo buka handuknya! ayo cepetan! hahahaha."



"enak aja. tutup mata sana, aku mau ganti baju."



"NGGA MAU! mau liat kamu ganti baju. ayo cepetan bukaaaa...hahahaha."



"Dih...dasar cabul! atulah gi, aku mau pakai celana nih."



"gpp atuh sop, sama pacar ini. sini aku bantuin pakai celana nya. hihihihi."



"ngga mauuuuu....." teriak sofi.



"ngga mau kenapa ari kamu?"



"malu atuh gi..."



"oh...malu gara-gara tit*t kamu kecil ya sop? hahahaha."



"sia euy! emangnya maneh gi."

(kamu tuh!)



"tenang aja sop aku mah terima kamu apa adanya...biar kecil juga yang penting punya. lumayan kan bisa buat gantungan kunci. hahahaha."



"argiiiiii! gandeng sia maneh!!!!" teriak sofi sembari melempar buku dari meja belajar ke arah gw.

(argiiiiii! dasar berisik!!!!)



"aw aw aw....ampun sop ampun. huhu. ya udah sok atuh ganti baju. aku ngga liat da. demi."

(demi = sumpah)



"awas kamu klo liat-liat!!!" teriak sofi.



"hii...atut."



sofi kemudian berganti pakaian sementara gw kembali sibuk dengan kegiatan gw sebelumnya, menggambar sebuah desain kaos di atas sebuah kertas binder.
"maneh keur naon gi?" tanya sofi tiba-tiba.

(kamu lagi apa gi?)



"eh, udah beres ay? gimana baju sama celananya pas ga? lagi gambar ini teh."



"pas gi, tapi ini lengan bajunya pendek teuing gi. gambar naon kitu?"

(pas gi, tapi ini lengan bajunya kependekan gi. gambar apa gitu?)



"ah..ga kependekan da sop. pas. ini, lagi gambar desain kaos panitia."



"panitia apa gi?"



"itu, panitia bazaar, bentar lagi kan ada bazaar sop."

(bazaar = pensi)



"oh iya bener, naha kamu yang bikin kaos? bukannya kamu mah jadi seksi acara ya?"

(naha = kenapa)



"ah...da aku mah acara iya, danus juga nanti ikutan, dekor apalagi, pasti anak2 RB. lieur."

(lieur = pusing)



"meni karunya pacar aku teh. trus ini kaos kamu disuruh bikin juga?"

(kasian banget pacar aku teh)



"hehe...iya. soalnya anak-anak mau desain nya yang bagus, jadi weh aku yang kena suruh."



"deuh gaya...nggeus lah fix ieu mah, lulus sma maneh buka lapak di suci. jadi tukang sablon. hahaha."

(aduh gaya...udah fix berarti ini mah)

(suci ; jalan/daerah di bandung yang dipenuhi oleh toko-toko sablon/spanduk di sepanjang jalan nya.)



"hahaha...embung ah! maneh mah kitu sop."

(hahaha...ngga mau ah! kamu mah suka gitu sop.)



"hehe. emang kamu bikin desain nya gimana gi?"



"simpel weh sop, warna acukna hideung, aya tulisanna di hareup make ambigram ngan engke pas disablon, make glitter."

(simpel aja sop, warna kaosnya item, ada tulisannya di depan pake ambigram trus nanti waktu disablon , pake glitter)

(ambigram ; teknik menulis yang dibuat sedemikian rupa sehingga nanti tulisannya klo dibaca dari depan atau belakang tetap sama,
biasanya sering dijumpai di hiasan2 mural/grafiti/tato)
"Dih...kenapa sih tiap kaos panitia teh sering nya warna item?"



"hehe...biar gahar weh. emang kamu mau nya warna apa ay?" tanya gw sambil tetap menggambar di atas kertas.

(gahar = garang)



"yang cerah gitu gi. hmm...klo orange gimana?"



"orange? embung ah, bisi digebugan ku viking."

(orange? ga mau ah, nanti digebukin sama viking)

(viking ; suporter persib) (orange ; warna kebangsaan the jack, supporter persija, musuhnya persib.)



"klo kuning gimana gi?"



"kuning? embung ah, bisi diseblok. hahaha"

(kuning? ngga mau ah, entar disiram. haha) (kuning ; yg suka ada di wc. ;p)



"atulaaaah giii...aku teh serius, kamu mah kalahkah heureuy ih!"

(ya ampun argiii...aku teh serius, kamu nya malah becanda!)



"atulah aaaay...aku teh heureuy, kamu mah kalahkah serius ih. hahahaha."

(ya ampun aaaay...aku teh becanda, kamu nya malah serius ih. hahaha)



"hih...bisa gelo ngobrol jeung maneh mah." ucap sofi sambil melempar bantal ke arah kepala gw.

(hih...bisa gila ngobrol sama kamu mah)



"ahahaha...tong pundung atuh ay. sini geura." ucap gw sambil menarik badan sofi kemudian memeluknya.

(ahahaha...jangan marah atuh ay. sini deh.)



"gi..." ucap sofi sambil bersandar di badan gw, sementara tangan gw memeluknya dari belakang.



"kenapa ay?"



"enak yah..."



"enak kenapa?"



"dipeluk kamu. anget. hehe..."



"haha iya atuh...meni wangi badan kamu ay."



"kamu juga gi."



"ada untungnya juga yah sekarang ujan."



"emang untung nya apa gitu? yang ada malah aku kehujanan." gerutu sofi.



"ada dong. untungnya, gara-gara sekarang ujan, aku jadi bisa cium kamu. hehehe." ucap gw sambil mencium pipi sofi.



"waaaa..." teriak sofi mengagetkan gw.
lho kenapa ay? ngga suka?"




"bukan. lagi dong. lagi lagi lagi." jawab sofi semangat.



"hahahaha. dasar." ucap gw sembari mencium sofi sebanyak yang gw bisa.



"aduh gi, pipi aku jadi bau iler kamu nih."



"hahahaha...biarin. iler aku mah wangi tau."



"dih...klo emang bener wangi mah udah aku tadahin iler kamu, lumayan buat parfum."



"gyahahaha...boleh2 sop. sini biar tambah wangi aku ciduhan sekalian."

(ciduhan = di ludahin)



"sia wae eta mah. teu hayang urang mah."

(kamu aja sana diludahin. ngga mau aku mah.)



"hahaha. eh sop, aku boleh pinjem telunjuk kamu sebentar ngga?"



"buat apa gi?"



"mau aku ramal."



"hah? sejak kapan diramal pake jari telunjuk? bukannya telapak tangan?" tanya sofi sambil memberikan jari telunjuknya.



"eeh...cicing maneh. kieu2 oge masih turunan prabu siliwangi, masih boga elmu." jawab gw sambil memegang telunjuk sofi.

(eeh...diem kamu. gini2 juga masih turunan prabu siliwangi, masih punya ilmu.)



"ilmu naon? ilmu jadi tukang sablon?"

(naon = apa)



"heup ah. tong loba omong. ini teh lagi khonsenthrasi." jawab gw sambil mendelatlan jari telunjuk sofi ke mata gw.

(heup. jangan banyak omong, ini teh lagi konsentrasi.)



"maneh mah siga tukang ramal nu sok mangkal di gasibu tea gi."

(kamu mah kaya peramal yang suka mangkal di gasibu gi.)



"hmm...bentar lagi kamu bakal mengalami suatu kejadian sop." ucap gw dengan nada dan mimik muka yang serius.



"hah? kejadian apa gi?"



"kejadian yang bisa buat kamu teriak." jawab gw masih dengan nada serius.



"maenya? waduk ah. moal waka percaya aku mah."

(masa sih? bohong ah. ngga akan percaya aku mah)



"perlu bukti?"



"iya atuh."



"nih buktinya." ucap gw sambil memasukkan jari telunjuk sofi ke dalam hidung gw, kemudian gw putar-putar telunjuk sofi di dalam hidung gw.



"ANJISSSSSSSS!!! ETA TELUNJUK AING AYA LEHO MANEH!!! AAAAAAAAAAAAAAARRRRGGHHHHHHHH!!!!" teriak sofi kencang sambil menarik telunjuk nya dari hidung gw.

(ANJRITTTTTT!!! ITU TELUNJUK AKU ADA INGUSNYA KAMU!!! AAAAAAAAAAARRRRGGGGGGGHHHHHHH!!!)



"Bwahahaha...tuh kan bener ramalan aku, kamu bakalan teriak. gyahahaha."



"GEULEUH IH!" teriak sofi seraya loncat dari tempat tidur kemudian bergegas membuka pintu dan lari ke kamar mandi untuk cuci tangan.

(JIJIK IH!)



"HAHAHAHAHAHAHA......." gw tertawa puas.
beberapa menit kemudian



"ANJIS! fix ini mah gi! telunjuk aku pasti kena tetanus!"



"AHUAHUAHUA...berlebih ah. paling gatel-gatel doang."



"harus dicuci sama alkohol gi! boorwater kalo perlu!" teriak sofi.



"hahaha...sama air aki aja sekalian sop."



"punya pacar teh ASTAGFIRULOH pisan gelo nya!"



"hahahaha...aduh udah sop udah ah...cup ah nyerah. hahaha...lemes nie ketawa aja dari tadi."



"dasar kamu mah gi. blegug permanen. udah ah, aku mau ke bawah aja, ibu kamu udah nyuruh aku sarapan tuh."



"heuheu...maaf atuh ay...kan cuma becanda." pinta gw.



"iyaaa..." jawab sofi datar.
15.30





"Gi...pulangnya gimana nih? masih ujan aja. motor aku di rumah kamu lagi." tanya sofi ketika kita bertemu di lorong kelas, sesaat setelah pulang kegiatan ekskul.




"iya eung. kamu bawa payung ngga sop?"



"ngga. mau naik angkot aja gi? tapi lumayan jauh juga jalan nya."



"ya udah, aku telfon mang oleh aja deh, nyuruh jemput."



"oh...ya udah gi."
beberapa menit kemudian



"sop...mang oleh nya lagi nganter mamah, sejam lagi baru bisa jemput katanya. gpp?"




"ya gpp juga, mau buru-buru juga percuma gi, masih ujan soalnya. enaknya ngapain dulu?"



"hmm...nontonin anak cheers latian aja sop di aula! hahaha."



"euweuh gawe maneh gi."

(dasar ga ada kerjaan kamu gi)




"matakna ieu teh neangan pagawean. hayu atuh nongton, biasanya suka hot da. hahaha."


(makanya ini teh nyari kerjaan.)
*rrrt...rrrrt...rrrrt...rrrrt...*



"eh gi..bentar dulu yah, aku ada telfon." ucap sofi sambil sedikit menjauh dari gw.



"ok."



gw sedikit memperhatikan sofi sewaktu menerima telfon, entah kenapa sofi yang semula terlihat kalem tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi panik. terdengar sofi agak berteriak, mungkin karena sinyalnya kurang jelas atau karena ada sesuatu dengan lawan bicaranya.

sejurus kemudian sofi terlihat semakin panik, tangan nya memegang kepalanya dan mengacak-acak rambutnya sementara sofi terlihat mondar-mandir di sekitar lorong. tiba-tiba sofi jatuh terduduk di lorong sambil bersandar di tembok.

melihat hal itu, gw langsung mendekat ke arah sofi, penasaran dengan apa yang sedang terjadi, gw berusaha bertanya dengan bahasa isyarat tapi tidak digubris oleh sofi.

terdengar nada suaranya begitu panik, sementara raut mukanya terlihat sedih, dan matanya mulai nampak berkaca-kaca. gw lalu duduk di sebelah kiri sofi, berharap untuk segera tahu apa yang sedang terjadi. selesai menutup telfon, terlihat sofi mengusap-ngusap matanya, sedikit menahan tangis. gw pun memberanikan diri untuk bertanya.
"sop...kenapa? tadi telfon dari siapa?" tanya gw dengan lembut.



"......"



"Sop?"



"Gi...aku pergi duluan yah." tiba-tiba sofi berdiri dari duduknya kemudian berjalan cepat ke arah pintu gerbang.



"sop...kamu mau pergi kemana???" tanya gw setengah berteriak sembari menyusul langkah sofi.



"gi, ke rshs dari sini naik angkot apa?" tanya sofi sembari menengok ke arah gw sambil berjalan dengan cepat.

(rshs = rumah sakit hasan sadikin)



"hah? rshs? emang siapa yang sakit sop?"



"udah jangan banyak nanya. naik angkot apa aja?" jawab sofi ketus.



"iya2 sop. aduh bingung juga nih, 3 kali naik angkot soalnya sop."



"apa aja?"



"kamu naik stasiun hall-sadang serang didepan, turun di merdeka terus naik kalapa-ledeng, nanti di cipaganti, deket jalan eyckman kamu turun, terus naik caheum-ciroyom sop."



"oke. makasih gi." jawab sofi sambil berlari ke arah gerbang, menerobos hujan.



"sop! aku ikut sop!" teriak gw sambil mengejar sofi menerobos hujan.



cukup lama kita menunggu angkot di depan pengky sekaligus berteduh di bawah pohon yang besar. tapi angkot tak kunjung datang. terlihat sofi mulai tampak gelisah.
"gi, klo naik angkot lain bisa ga?"



"ya, klo stasiun hall-sadang serang ga ada, naik anatapani-ciroyom juga bisa sop."



kembali kita berdua menunggu angkot dalam diam, gw merasa takut untuk bertanya sama sofi.



"sop, harus sekarang banget ya ke rshs nya? ngga habis ujan aja?" tanya gw.



"iya." jawab sofi singkat.



"ya udah sop, gw tanya anak-anak dulu, siapa tau ada yang belum pulang." jawab gw sembari menelfon satu persatu teman gw yang biasanya membawa mobil.
*beberapa menit kemudian



"sop, si danu katanya bentar lagi mau ke sini, kita ikut dia aja. oke?"



"masih lama ga? itu angkotnya udah ada."



"bentar lagi sop, dia lagi di warq (baca; warki) da...sabar yah." bujuk gw.



"ok."



10 menit kemudian danu datang menjemput kita berdua, tanpa basa-basi lagi gw n sofi langsung masuk ke dalam mobil dengan baju yang sudah mulai basah oleh air hujan
"kemana kita bos?" tanya danu.



"rshs dan, teu make lila. ok?" jawab gw.

(rshs dan, ga pake lama, ok?)



"sip bos. mane rek naon ka rshs? mane gering?" tanya danu lagi.

(sip bos. lo mau ngapain ke rshs? lo sakit?)



"laing aing, eta nganterkeun si sopi."

(bukan gw, itu nganterin si sofi)




"emang mane rek naon sop ka rshs?" tanya danu.

(emang lo mau ngapain sop ke rshs?)



"abah urang kecelakaan." jawab sofi datar.



"hah?????? seriusan sop??????" tanya gw dengan nada yang sekaget-kagetnya.



"iya, masa becanda."



"gusti, kecelakaan kunaon sop? iraha?" tanya danu.



"sop, sing baleg ieu teh??????" tanya gw panik.

(sop, yang bener ini teh????)



"iya. harus bilang berapa kali lagi sih?? barusan tadi gw di telfon dan, katanya mobilnya tabrakan." jawab sofi yang langsung menjawab 2 pertanyaan sekaligus.



"maaf sop, habis aku kaget banget. trus skrg si abah kondisinya gimana? baik-baik aja?" tanya gw berusaha menenangkan suasana.



"iya gi, aku juga lagi panik ini teh. makanya bingung dari tadi. alhamdulillah selamat, tapi katanya lagi kritis gi." jawab sofi dengan suara parau.



melihat tatapan sofi yang kosong, gw memutuskan untuk pindah ke tempat duduk di belakang, berusaha membuat sofi tenang. gw rangkul pundaknya dan sesekali mengusap rambutnya.

sebenarnya gw pengen peluk dia sekarang, tapi berhubung ada danu, gw harus bersikap sewajarnya. terlihat kepala sofi mulai tertunduk, membuat danu yang masih penasaran ingin banyak bertanya menjadi enggan untuk melakukannya. sekarang bukan waktunya bertanya, fikir gw dan danu yang saling berpandangan satu sama lain.
20 menit kemudian kita bertiga sudah sampai di instalasi gawat darurat rshs, kita bertiga berjalan di sebuah lorong besar penuh sesak oleh pasien dan keluarga nya. dari waktu terakhir gw datang ke sini sampai dengan sekarang sekarang, instalasi gawat darurat rshs tidak berubah, selalu nampak kumuh, penuh sesak oleh pasien yang tidak terawat dengan baik oleh pihak rumah sakit.

sebenarnya ada beberapa ruangan kamar disana, tapi entah kenapa tidak semua pasien tidak semuanya diizinkan untuk masuk, sebagian besar berada di luar ruangan, berjajar di setiap dinding lorong dengan kondisi yang sesekali membuat gw merasa 'ngeri' untuk melihatnya. inilah salah satu potret buram rumah sakit milik pemerintah.

tiba-tiba sofi berlari ke arah ujung lorong, dan persis di depan sebuah ruangan yang tertutup pintu besi lebar berwarna hijau, gw melihat ibunya sofi ditemani oleh beberapa orang berseragam, mungkin teman kantornya. ibunya sofi langsung memeluk sofi dan menangis sejadi-jadinya sementara sofi terlihat bingung, berusaha menanyakan keadaan abahnya yang hanya dijawab oleh tangisan dan pelukan erat dari ibunya.


setelah tenang, dengan dibimbing oleh kedua rekan kerjanya, ibunya sofi bercerita tentang keadaan abah dengan suara yang terbata-bata. gw dan danu hanya bisa melihat dan mendengarkan saja apa yang sedang terjadi, kita berdua tidak berani berucap sepatah kata pun karena takut membuat suasana menjadi lebih buruk.

akhirnya ibunya sofi sudah bisa bersikap tenang sambil mengusap-ngusap rambut sofi yang basah, melihat itu gw lalu memberanikan diri untuk mencium tangan ibunya sofi, sementara ibunya sofi hanya mampu mengucap kata terima kasih berulang-ulang karena sudah mengantar sofi.

hampir setengah jam sudah gw dan danu berdiri di dekat sofi. dan semua yang ada disitu menunggu abah keluar dari ruangan. kata ibunya sofi, abah sedang di-scan tubuhnya karena kecelakaan yang menimpanya membuat kaki nya terluka cukup serius. gw hanya bisa mengusap-ngusap punggung sofi, berharap agar sofi bisa sedikit lebih tenang karena sedari tadi sofi masih terlihat bingung, tatapan matanya juga masih kosong, mungkin masih shock karena keadaan yang serba mendadak ini.

sekitar 10 menit kemudian, lampu merah di atas pintu nyalanya berubah menjadi warna hijau, pertanda proses scanning telah selesai, sejurus kemudian pintu ruangan pun terbuka. dibantu oleh 2 orang suster, terlihat seorang laki-laki yang sudah berumur mendorong sebuah ranjang yang langsung disambut oleh tangisan ibunya sofi. dari situ gw tau kalo yang
ada di ranjang itu abah. sofi terlihat mendekat ke arah ranjang tersebut, kemudian sejenak membuang pandangan nya ke arah lorong sambil menangis.

karena penasaran, gw dan danu coba mengintip abah dari balik kerumunan orang. gusti, sekarang gw ngerti kenapa tadi sofi sejenak mengalihkan pandangannya, ternyata kondisi abah cukup kritis, sisi kanan kepalanya terlihat dipenuhi luka dan darah, deretan luka membujur di sepanjang tangan dan dadanya, sebagian memang sudah dibersihkan tapi masih mengeluarkan banyak darah, kedua kakinya pun diperban.

perban yang semula berwarna putih terlihat kotor oleh bercak-bercak darah. kondisinya yang cukup naas benar-benar membuat gw dan danu tidak mampu berkata apa-apa. kita berdua masing-masing berpandangan dengan tatapan yang dipenuhi rasa iba.

setelah seorang dokter muda menyerahkan sebuah berkas kepada suster, maka kami pun langsung mendorong ranjang abah ke arah lorong. tadinya gw kira abah mau langsung dimasukkan ke icu melihat kondisinya yang sudah sedemikian parah, tapi lagi-lagi sebuah kejadian khas 'rshs bandung' ruang icu penuh sehingga abah masih harus menunggu di sini. di lorong yang penuh sesak oleh orang sakit lainnya. ya, memang beginilah rshs, sebuah rumah sakit yang membuat gw dan keluarga merasa kapok dan enggan untuk berobat ke sana.
cukup lama kami menunggu abah 'diparkir' di lorong ini tanpa mendapatkan perawatan untuk kondisi yang se-kritis ini. sesekali gw mendengar rintihan kesakitan dari arah ranjang abah. sementara sofi dan ibunya dengan telaten membersihkan noda-noda darah yang ada.

untuk yang kesekian kalinya gw menelfon nyokap gw, mengabarkan keadaan yang terjadi dan berharap untuk segera datang. satu-satunya orang yang bisa gw mintai tolong sekarang hanya nyokap gw. 10 menit berselang dari ujung lorong satunya terlihat nyokap gw setengah berlari menghampiri ke arah gw berada. melihat nyokap gw datang, ibunya sofi langsung memeluk erat dan kembali menangis.

gw mendengar nyokap gw menenangkan ibunya sofi, meyuruhnya untuk sabar dan perkataan semacamnya kemudian sambil dituntun oleh nyokap gw, ibunya sofi perlahan menceritakan seluruh kejadian yang menimpa abah sekarang.

dan begitu tau abah tidak segera mendapat pertolongan, nyokap gw langsung terlihat kesal. kebetulan dulu kakek gw pernah satu kali dirawat di rshs, tapi mendapat pelayanan yang kurang semestinya yang akhirnya segera dipindah ke rumah sakit yang lain. nyokap kemudian berkata kepada ibunya sofi untuk menunggu sebentar, sementara itu nyokap gw terlihat menelfon seseorang dengan nada suara yang kesal.

ajaibnya, beberapa menit setelah nyokap selesai menelfon, datang seorang dokter wanita yang sudah berumur ditemani seorang dokter muda menghampiri tempat dimana kita berada, bersalaman sebentar dengan nyokap dan terlibat sebuah omongan yang cukup serius karena gw bisa mendengar nada kesal dari setiap kata yang terlontar dari mulut nyokap.

akhirnya dua orang dokter itu masuk ke sebuah ruangan dan menyuruh nyokap untuk menunggu sebentar. nyokap gw berkata kepada ibunya sofi agar abah bersiap-siap untuk dipindahkan ke rumah sakit lain karena percuma menunggu disini karena ruang icu nya memang sedang penuh.

semula ibunya sofi terlihat ragu, tapi nyokap gw menyakinkan segala sesuatu akan diurus olehnya sampai tuntas. dokter paruh baya itu kembali menghampiri nyokap gw, menyerahkan sebuah berkas yang berisi surat rujukan ke rumah sakit lain, nyokap gw hanya tersenyum kemudian berkata agar dokter itu yang menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari ambulans, reka medik, dsb.

setelah semua urusan administrasi yang sebelumnya sempat terhambat sudah dibereskan semuanya oleh nyokap, kami segera memindahkan abah ke dalam sebuah ambulans untuk segera dibawa ke Rs. Borromeus.
ada 5 orang termasuk ibunya sofi yang ikut ke dalam ambulans, sementara gw sofi mengikuti dari belakang dengan mobil danu.

sesampainya di borromeus, sudah terlihat 3 orang suster yang menunggu kedatangan ambulans. disini segala sesuatunya jauh lebih siap dan teratur. tidak ada keruwetan proses administrasi karena pasien yang datang langsung dirawat tanpa perlu bertanya ini-itu lagi. prosesnya pun jauh lebih cepat, tidak perlu menunggu ruangan icu nya kosong seperti sebelumnya.

bahkan setelah melewati serangkaian pemeriksaan, abah terlihat keluar dari ruangan dengan kondisi yang jauh lebih bersih dari sebelumnya, tidak ada noda darah sedikitpun, pakaiannya pun sudah diganti sehingga tidak terlihat mengenaskan seperti sebelumnya
20.00 pm




keadaan sudah mulai tenang, ibunya sofi dan sofi sudah tidak menangis lagi. kondisi abah juga sudah sedikit membaik, setidaknya sudah melewati masa kritis. abah masih dirawat di ruang icu dengan berbagai macam selang terpasang di tubuhnya.

kami semua yang ada disitu terlihat lelah, bukan karena lelah menunggu tapi lelah karena terus mengkhawatirkan kondisi abah. saat ini hanya ada ibunya sofi, sofi, gw, uwa nya sofi,nyokap gw dan mang oleh sementara yang lainnya termasuk danu sudah pulang dari tadi.

nyokap gw sudah mulai terlihat letih, sehingga memutuskan untuk segera pulang. tadinya, sofi keukeuh ingin menemani abah di icu sampai abah sadar. tetapi atas saran uwa nya, maka sofi disarankan untuk pulang
terlebih dahulu karena ata dan ita nanti tidak ada yang mengurus, ditambah lagi ruang icu tidak bisa ditunggui oleh banyak orang. akhirnya sofi pun mengalah dan ikut bersama gw dan nyokap untuk pulang ke rumah.



"mah...nanti argi mau nginep di rumah sopi ya mah? kasian sopi ngga ada yang nemenin." pinta gw kepada nyokap.



"oh...ya udah, tapi sekarang pulang dulu ke rumah ya gi, baru nanti kamu pergi ke rumah sopi." jawab nyokap gw.



"mah, nanti argi boleh bawa mobil dulu ngga? takutnya nanti hujan lagi kaya hari ini. tadi aja kita repot waktu mau ke rshs, untung ada danu. susah juga kan mah klo momotoran pas musim hujan teh." bujuk gw.



"nanti motor sopi kumaha gi?" tanya nyokap.

(kumaha = gimana)



"ya, disimpen di garasi aja mah, tinggal nanti tiap hari dipanasin aja sama mang oleh."



"ya udah, mamah sih it's ok. tapi nanti kamu minta izin dulu sama papah yah." ucap nyokap gw.



"hehe...siap jendral."



setibanya tiba di rumah, secepat kilat gw langsung beberes pakaian dan kebutuhan lainnya yang gw perlukan selama nanti gw menginap di rumah sofi. sofi terlihat lesu, dudukdiatas kasur sambil memencet-mencet hpnya,
mungkin menanyakan kabar abah. gw juga memilih untuk tidak banyak berbicara untuk saat ini, takut merusak suasana hati sofi. setelah selesai beberes, gw mencium kening sofi, kemudian mengajaknya untuk segera pergi.
"mah...argi berangkat dulu yaa." ucap gw sambil mencium pipi nyokap.



"eh udah mau berangkat lagi ini teh? sopi, ngga istirahat dulu?" tanya nyokap.



"ngga tante, kasian si ata sama ita soalnya. hehe." jawab sofi dengan senyum yang sedikit dipaksakan.



"ya udah atuh sok berangkat, nih kasep,sekalian dibawa pernekel nya. tante udah siapin buat sopi." ucap nyokap.

(pernekel = perkakas yang terbuat dari krom / seng, khas perkakas jaman dulu)



"ini teh apa tante? meni beurat. hehe."



"itu teh nasi sama lauknya, kan sopi sama argi belum makan. nih, pernekel yang ini, buat makan malem, yang satunya lagi disimpen di magic jar buat sarapan besok. ok?"



"ya ampun tante, sopi jadi ngerepotin. haturnuhun pisan tante."



"eeh...ya ngga atuh kasep, nanti klo ada apa-apa bilang aja sama tante atau sama argi." ucap nyokap gw.



"siap tante. maaf ya tante jadi banyak ngerepotin tante."



"kamu yang sabar yah kasep, doain abah biar cepet sembuh, da doa anak soleh mah dijabah ku gusti alloh."



"iya tante...sopi mah pasti doain abah terus." jawab sofi sambil menahan tangis.



"udah udah...jangan nangis yah kasep, abah udah baikan sekarang. kamu mah sekarang jangan kepikiran abah terus, nanti biar tante sama om yang urus abah sama mamah. besok juga tante mau ke rumah sakit. jangan jadi pikiran yah kasep."



"iya tante. haturnuhun pisan. punten klo sofi sama ibu udah banyak ngerepotin tante sama argi." jawab sofi sambil mencium tangan nyokap.



"ya udah atuh, kamu sekarang cepetan pulang terus istirahat, jangan lupa makan. argi, kamu jagain sopi yah. klo ada apa-apa, telfon mamah."



"siap jendral!" jawab gw sembari merangkul sofi untuk mengajaknya pulang kembali ke rumahnya.
sepanjang perjalanan, sofi akhirnya bisa menumpahkan semua emosinya yang sempat tertahan. mungkin sofi tidak tega menangis di depan ibunya, takut membuat hati ibunya semakin sedih.

sangat wajar dalam kondisi seperti ini seorang sofi merasa sedih karena sosok abah adalah sosok yang paling ia kagumi dan ia sayangi sekarang sedang tergeletak tak berdaya di rumah sakit dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. selama itu pula sofi hanya bisa menangis dalam diam, menumpahkan buliran-buliran air mata kesedihan.

yang bisa gw lakukan saat ini hanyamemberikan sentuhan-sentuhan kecil tanpa kata-kata. karena gw yakin tidak ada kata-kata yang mampu menghibur sofi saat ini.

sebelum menuju rumah sofi, kita terlebih dahulu mampir ke rumah uwa-nya sofi di cijagra,menjemput ata dan ita yang waktu itu sudah terlelap, mungkin tertidur karena terlalu lama menunggu kami datang.

sesampainya di rumah sofi, ia langsung membopong kedua adik nya ke kamar tidur, kemudian menyelimutinya. sementara itu gw memilih untuk menyiapkan makanan yang sudah disiapkan oleh nyokap gw untuk makan kita berdua.

setelah selesai makan, mandi dan sedikit beberes, kita berdua memutuskan untuk segera tidur karena hari ini benar-benar melelahkan, baik fisik maupun mental.

gw lalu membantu sofi menggotong kasur ke ruang keluarga. kita memutuskan untuk tidur disini untuk berjaga-jaga seandainya tengah malam nanti ata atau ita tiba-tiba terbangun. kalau kita tidur di kamar, bisa-bisa ata dan ita menangis karena tidak menemukan siapa-siapa di dekat mereka, kebetulan ruang keluarga letaknya persis di depan kamar ata dan ita, pintu kamarnya pun sengaja kita biarkan terbuka.

entah kenapa kasur sofi terasa begitu empuk di badan gw, atau memang tubuh gw yang sudah terlalu letih. yang jelas, kasur ini terasa nyaman. gw menyempatkan diri untuk bercanda dengan sofi, sekadar melepas penat dan membuat sofi sedikit melupakan kejadian yang menimpanya hari ini. setelah kita berdua bosan bercanda, gw lalu memeluk sofi dengan erat sampai sofi sedikit meronta. Hehe
gi..." bisik sofi lembut.



"apa ay?" balas gw sambil mengusap-ngusap rambutnya.



"makasih yah. aku bisa gila klo hari ini ngga ada kamu. demi-nya ini mah."



"iya ay. kamu yang sabar ya. klo ada apa-apa teh cerita sama aku, siapa tau aku bisa bantu."



"aku mah kebayang gi klo misalnya tadi kamu ngga telfon ibu kamu, bisa-bisa sekarang si abah masih di rshs, dan pasti masih belum diapa-apain."



"sssh...udah atuh gpp, yang penting mah sekarang abah udah baikan, udah lewat masa kritisnya."



"seumur-umur aku baru da ngeliat abah luka sampe berdarah-darah gitu gi, apalagi waktu masih di rshs teh si abah sempet bilang sakit, bilang perih,ngga tega sumpah gi ngeliatnya." ucap sofi sambil menahan tangis.



"iya aku sama danu juga tadi ngga kuat liatnya sop, darahnya banyak banget. ari itu teh gimana kejadiannya sop?" tanya gw sembari mengusap-ngusap punggung sofi.



"kata ibu mah waktu abah lagi nyetir teh tiba-tiba ditabrak dari belakang sama angkot, ya karena di depan nya ada mobil lagi jadi si abah teh kajempet gi. cuma untungnya sempet ngerem jadi lukanya ngga terlalu parah."



"gusti, untung masih salamet sop. trus itu mobil yang nabrak nya teh gimana?"



"ga tau itu mah gi, katanya sih ikutan ringsek oge."



"ya udahlah sop itu mah ngga usah diurusin, yang penting mah abah sekarang baik-baik aja."



"iya gi. duh, besok teh harus bangun pagi-pagi eung. harus nyiapin sarapan, mandiin ata sama ita, nganter ke sekolah juga. huaaaa....lieur aku gi. huhu."

(lieur = pusing)



"hehe...jadi ibu rumah tangga ini teh ceritanya. tenang aja atuh, kan ada suaminya yang kasep siap membantu."



"sia euy! masa aku dibilang ibu-ibu sih. ngga mau ah. hehe."



"yaudah atuh maunya dibilang apa? tante-tante?"



"yee...udah ah, mendingan aku tidur aja. ngantuk."



"hehehe....pundungan ih si ayank mah. hayu kita bobo ay. sini atuh deketan, pengen peluk kamu."



"sok atuh peluk, jangan sampe lepas ya. huhu."



"ngga akan atuh. udah ah tidur. bismikaallohummaahyawabismikaemuttt."



"heh...wabismikaammut ai kamu. maunya emat-emut aja."



"hihihi....iya iya...bismikaallohummaahyawabismikaammut."



"met bobo gi."



"argi sayang sopi" bisik gw ke telinga sofi.



"sofi sayang argi." balas sofi.
16 tahun.

BANDUNG, September 200x

Santo Borromeus





sudah hampir 1 minggu abah di rawat disini dan selama itu pula aku bergantian menjaga abah dengan uwa dan ibu. uwa berjaga dari pagi sampai siang,sedangkan aku berjaga dari sepulang sekolah sampai malam kemudian dilanjutkan ibu menjaga abah sampai pagi menjelang.

banyak sekali perkembangan yang sudah dicapai abah selama satu minggu dirawat disini, abah sudah bisa berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, sudah bisa makan walaupun masih harus disuapi, hanya saja yang membuat aku miris yaitu melihat abah yang hanya bisa berbaring di tempat tidur.

kaki abah masih luka sehingga masih belum bisa digerakkan sebagaimana mestinya dan aku yakin hal itulah yang membuat abah tersiksa. abah termasuk orang yang tidak bisa diam, selalu ingin melakukan sesuatu.

sewaktu hari libur dan tidak bekerja, abah selalu bepergian bersama ibu atau sekadar membuat patung di halaman belakang. sendiri dan tidak bisa melakukan apa-apa adalah sebuah siksaan bagi abah yang selalu mencintai kesibukan.

aku yakin baik ibu atau abah tidak bisa tidur dengan nyenyak disini, masalahnya hampir tiap jam selalu ada suster yang datang untuk mengecek kondisi pasien, memang bagus kalau aku lihat dari segi pelayanan, tapi terkadang mengganggu karena kita pasti terjaga tiap jam nya.

kasihan ibu dan abah, mereka berdua mungkin kurang istirahat. tapi banyak hal yang membuat aku senang selama menjaga abah, disini susternya ramah-ramah bahkan aku sering diberi roti dan kueh oleh mereka.

dokter yang tiap sore datang untuk melihat kondisi abah juga sangat baik, beliau selalu senang mendengar cerita abah tentang berbagai macam hal, kebetulan dokter nya juga senang dengan dengan hal-hal yang berbau budaya sunda, entah itu cerita tentang wayang golek, cerita tentang sinden, atau beliau sesekali mendengarkan aku nembang lagu yang beliau minta. aku juga suka diberi uang jajan oleh beliau, katanya sekedar uang tip karena aku sudah mau menyanyikan lagu untuknya. hehe...

sudah banyak hal yang berubah semenjak abah dirawat di rumah sakit, buat aku sendiri, tiap usai belajar di sekolah yang biasanya aku selalu betah berlama-lama tinggal di sekolah harus berganti menjadi rutinitas menemani abah di rumah sakit.

dan biasanya setelah isya ibu baru datang ke rumah sakit membawa makanan yang selalu kami makan bertiga karena abah hanya mau makan masakan ibu saja, tidak mau makan makanan yang disediakan rumah sakit. kata abah mah rasanya hambar.

setelah jam 8 lewat, barulah argi datang menjemput aku pulang ke rumah di buah batu. semenjak abah dirawat, tiap malamnya argi selalu menginap
di rumah, menemani gw,ita dan ata. dan pagi nya aku dan argi mengantar ata dan ita ke sekolah terlebih dahulu baru kemudian kita pergi ke sekolah.

sungguh suatu hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya, membayangkan nya saja bahkan aku belum pernah. mungkin kebersamaan bersama argi adalah secuil kebahagiaan yang Gusti Alloh sisipkan di tengah-tengah cobaan yang tengah aku jalani ini.

tidak pernah ada kesedihan tanpa sebuah kebahagiaan yang menyertainya. Gusti, semoga aku selalu diberi kesempatan untuk menjadi hamba yang tidak pernah berhenti bersyukur. Alhamdulillah ya Allah.

semoga abah lekas sembuh. amin.

1997


aku sedang mengendarai motor mengelilingi jalan kota bandung. hari ini kebetulan hari minggu, sehingga aku libur dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. sudah hampir satu tahun aku bekerja sebagai pns di kantor pemprov jabar. sebuah pekerjaan yang susah payah aku dapatkan setelah melalui seleksi yang sangat ketat melawan ribuan orang.

aku ingat ketika pertama kali melihat namaku ada di dalam daftar cpns yang lolos seleksi tahap akhir, benar-benar suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri buatku. yah, walaupun orang bilang pns itu gajinya kecil, kerjaannya cuma baca koran dan nulis surat, tapi aku tidak peduli, itu hanya tanggapan yang keluar dari mulut orang-orang yang tidak lulus seleksi test saja pikirku.

yang penting abah dan ambu dikampung sangat bahagia mendengar kabar bahagia itu, bagaimana tidak, sebab banyak orang di kampung aku yang rela mengeluarkan uang belasan bahkan puluhan juta hanya untuk lolos sebagai pns, sementara aku, uang yang aku keluarkan hanya untuk sekedar ongkos bolak-balik test nya saja. kabar kelulusanku itu langsung menyebar bak bunga dandelion yang tertiup angin. menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru kampung karena di kampungku, sangat jarang orang yang lulus tes cpns tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, apalagi untuk tes cpns di daerah, yang benar-benar sarat dengan KKN.

hari jumat kemarin, aku dan teman-teman kantor sepakat untuk rekreasi bersama-sama mengelilingi daerah lembang dan sekitarnya. kami mengawali 'tur' kecil-kecilan ini disebuah kolam renang air hangat di kawasan cipaku, setiabudi. sebenarnya letaknya cukup jauh dari kost-kostanku yang berada di sekitar jalan bawean, tapi tak apalah, sekali-kali refreshing itu memang perlu.

setelah selesai berenang, tur dilanjutkan menuju gunung tangkuban parahu, dan pulangnya kami menyempatkan diri untuk singgah disebuah kebun strawberry, permintaan khusus dari kaum perempuan yang ikut dalam tur kali ini yaitu ingin mampir ke kebun strawberry dan memetiknya langsung.

aku berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh barisan pohon perdu strawberry yang kebanyakan sudah berbuah berwarna merah tua. beberapa orang tampak sibuk berlomba memasukkan strawberry sebanyak-banyaknya ke dalam sebuah keranjang kecil yang mereka bawa, tetapi aku lebih memilih untuk mengelilingi kebun ini terlebih dahulu sementara keranjang kosong milikku ini aku tenteng di tangan kiriku, persis seperti ibu-ibu yang sedang menenteng tas belanjaannya kala pergi ke pasar.

dari kebun strawberry ini, aku bisa melihat pemandangan luar biasa indah dari tatar parahiangan ini. lansekap perbukitan di daerah lembang membuat mataku sempat tak berkedip barang beberapa saat saking indahnya. pohon-pohon pinus dan hamparan sawah terhampar luas sejauh mata memandang, sementara alveoli di dalam paru-paruku pasti merasa kegirangan karena sudah lama mereka tidak memompa udara yang sebersih dan sesejuk ini.

hmm...aku mulai mengambil nafas yang sangat panjang sehingga hidunggku terasa dingin, setelah paru-paru terasa penuh barulah aku menghembuskannya secara perlahan. udara pegunungan memang menyenangkan. tanpa sadar, kedua tanganku aku angkat agak tinggi, berpose layaknya jack dalam film titanic, yes, i'm the king of the world! teriak aku dalam hati.

tapi tiba-tiba...bruk! tangan kananku seperti menyenggol sesuatu yang berat, dengan cepat aku buka kedua mataku yang sempat terpejam kemudian melihat ke arah sekeliling. ternyata disebelah kanan dari tempat aku berdiri, ada seorang gadis yang jatuh terduduk di tas tanah sambil tangannya mengusap-ngusap dahinya.

barulah aku sadar kalau tadi tanganku mengenai dahi gadis itu sampai-sampai ia terjatuh. dengan sopan aku mengulurkan tangan, bermaksud untuk menolongnya. tangan aku ternyata disambut hangat olehnya, gadis itu menggenggam erat tanganku kemudian berdiri seperti sebelumnya. aku lalu tersenyum sopan kepadanya, sementara dia masih tampak bingung melihat aku yang seuseurian sorangan. (senyum-senyum sendiri)


"neng ngga kenapa-kenapa kan?" tanya aku dengan sopan sambil tersenyum ke arahnya.


"iya a, ngga apa-apa. cuma jatuh." jawabnya cuek sembari membersihkan tanah yang menempel di celana jeansnya.


"tadi kena tangan saya ya?" tanya aku lagi dengan nada yang sangat lembut.


"kayanya sih iya a, habis ngga ada orang lain lagi sih disini. hehe..." jawab gadis itu sambil menyeringai lebar.


"oh kitu...aduh...maaf atuh yah neng, da aa tadi ngga tau ada orang disamping aa." jawab aku setengah panik.


"ngga apa-apa a, lain kali jangan merem ya a klo lagi jalan, nanti bisa bahaya." balas gadis itu.


"haha...bisa aja si neng. eh iya, kalau aa boleh tau, neng namanya siapa?" tanya aku memberanikan diri.


"nila. kalau aa namanya siapa?" jawab gadis itu sembari mengulurkan tangan kanannya.


"nila? oh klo aa mah, namanya mujaer." balas gw nakal lalu menerima uluran tangannya dengan hangat.


"ih si aa mah, ditanya serius malah heureuy (becanda)." jawab gadis itu tersipu malu.


***
ternyata, dari perkenalan iseng dan sederhana itu, hubungan aku dan nila terus berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. masa berpacaran kami terbilang singkat, hanya 3 bulan dan aku langsung memutuskan untuk menikah atas desakan orang tua nila.

akhirnya dengan modal nekat aku berkata kepada kedua orang tuaku di kampung, mereka berdua tampak sangat terkejut karena keputusanku yang sangat mendadak ini apalagi ambu. ternyata jauh-jauh hari ambu sudah berniat untuk menjodohkan aku dengan seorang gadis desa pilihannya bahkan orang tua gadis itu pun sudah setuju.

Dengan halus aku menolak perkataan ambu, aku beralasan karena aku ingin mencari jodohku sendiri tanpa menyusahkan orang tua. akhirnya dengan berat hati, ambu merestui hubungan aku dan nila.

sampai saatnya tiba hari 'H' pernikahan aku dan nila, ambu masih saja menawarkan perjodohan dengan gadis pilihannya, 'setidaknya lihatlah dulu orangnya baru berkata iya atau tidak' begitu ucap ambu. tapi kali ini dengan tegas aku menolak sehingga ambu pun akhirnya menyerah.

Resepsi pernikahan pun akhirnya digelar secara sederhana disebuah gedung yang terletak di jalan gatot subroto bandung. ratusan undangan datang untuk memberi selamat di hari bahagia kami berdua.

tiba-tiba, di tengah kerumunan undangan yang hadir, mataku menangkap sosok seorang perempuan di kejauhan. perlahan tapi pasti, perempuan itu berjalan mendekat ke arah pelaminan untuk memberi ucapan selamat.

Aku langsung tercekat ketika sosok perempuan itu ternyata adalah sosok yang sangat aku kenal selama ini, hampir 4 tahun lamanya tidurku tidak nyenyak karena memikirkan dia. sosok perempuan yang sudah aku hafal tiap helai rambutnya, tiap gurat wajahnya, tiap lekuk tubuhnya bahkan aku masih hafal bahasa tubuhnya ketika dia berjalan.

YA! dia adalah perempuan yang dulu selalu lewat di depan rumahku ketika aku sedang menyapu halaman di pagi hari. aku masih ingat selama empat tahun aku hanya mampu memandangi dan mengagumi parasnya saja tanpa mampu berkata apa-apa, tapi kali ini, dia hadir, sunguh nyata, sangat nyata. sosok itu sekarang sedang berdiri persis dihadapanku, memakai kebaya berwarna putih, dia terlihat sangat-sangat mempesona.

benar-benar sosok yang dahulu pernah sangat kudamba, kucinta dan kupuja. akhirnya setelah sekian lama aku bisa bersentuhan tangan dengannya, tangan aku mungkin terasa begitu dingin sekarang, keringat pun mengucur deras dari keningku, sementara hati ini mau meledak rasanya. tiba-tiba aku mendengar suaranya yang langsung membuatku serasa terbang melayang-layang. dengan penuh kelembutan dia berucap ; "wilujeng ngiring bingah kang." (selamat berbahagia kang).

kenapa? kenapa momen yang aku tunggu-tunggu selama empat tahun ini terjadi dalam suasana yang salah? kenapa hanya aku yang memakai baju pengantin? jujur, di dalam lubuk hatiku yang terdalam aku menginginkan dia yang berada bersama di pelaminanku sekarang, bukan nila.

tapi apa daya, tangan lembutnya hanya bisa kurengkuh barang sebentar
saja. kemudian dia pun berlalu meninggalkan aku di pelaminan dengan perasaan nelangsa. melihat perempuan itu berlalu, ibu menggamit lenganku kemudian berbisik ;


"Cep, eta teh si mesti, anu ku ambu dek dijodohkeun ka kamu. kumaha, geulis nya? pilihan ambu mah moal gagal atuh." ucap ibuku dengan penuh rasa bangga.

(Cep, itu tuh si mesti, yang mau ibu jodohin sama kamu. gimana, cantik kan? pilihan ibu mah ngga mungkin salah.)


aku langsung menatap dengan tatapan yang penuh rasa kaget ke arah ambu, sementara ambu hanya menyunggingkan bibirnya. serta merta aku langsung terduduk lemas di pelaminan, meratapi nasibku yang tak mau menuruti nasihat orang tua, nasihat ambu, seseorang yang seharusnya aku kecup kakinya yang harum wangi surga. tapi apa daya, sesal memang datangnya selalu belakangan.
18.30 pm



Kedatangan ibu mengagetkan gw yang sedang asik menulis cerita di buku harian, refleks gw langsung menutup buku harian itu lalu dengan segera memasukkannya kembali ke dalam tas. ketika gw sedang mencium tangan ibu, tiba-tiba argi datang bersama teman-temannya. ada danu, fanny, rashid, dll.

satu per satu dari mereka semua mencium tangan ibu, kemudian menyerahkan hantaran berupa buah dan yang lainnya. setelah itu baru mereka bersalaman dengan abah sambil memperkenalkan diri satu persatu.

ibu gw sampai kaget melihat keramaian mereka semua karena selama gw sekolah baru kali ini ibu melihat teman-temanku yang ajaib seperti ini, biasanya rata-rata temanku dulu ngga seramai dan selucu ini. abah juga merasa sangat terhibur oleh kedatangan mereka semua dan bilang kalau abah tidak percaya mereka semua mau berteman sama gw yang pendiam ini. hehehe.

karena merasa senang, ibu akhirnya menyuruh mereka semua untuk makan masakan yang ibu bawa, dan benar saja, mereka langsung kesetanan sewaktu menyantap masakan ibu. ternyata mereka semua belum makan semenjak pulang sekolah.

selesai makan, argi dan teman-temannya memutuskan untuk pamit pulang karena mau kerja kelompok (baca : nyontek pr) biologi yang penyelesaian soalnya cukup panjang. gw pun ikut pulang, meninggalkan ibu sendirian di rumah sakit bersama abah.

semenjak argi menginap di rumah gw, maka otomatis argi tidak bisa main seperti biasanya, makanya kali ini anak-anak yang mendatangi argi di rumah gw.

sesampainya di rumah, anak-anak langsung berebut buku pr gw. laris manis deh buku gw tiap kali ada pr yang butuh jawaban agak panjang. kebetulan pr biologi sekarang tentang gambar struktur tumbuhan yang terbagi dua menjadi jaringan meristem (akar) dan jaringan dewasa. simpel sih soalnya, cuma disuruh menggambar dan diberi penjelasannya di bawahnya. masalahnya, anak-anak cuma senang menggambar tapi tidak senang menjelaskannya. hehehe.
"ih ini apaan sih membran sel perismatik teh? bingung fanny mah. mending belajar reproduksi aja tau." ucap fanny sambil memilin-milin rambutnya.



"eh...fanny, hayu atuh kita belajar reproduksi aja, sini cepetan ke kamer." ajak danu.



"Dih...ngga mau ah sama kamu mah. fanny mah maunya cuma sama argi." elak fanny sambil memegang tangan argi.



"emangnya kamu mau belajar apaan fan?" tanya argi



"itu...fanny mah belum tau klo sel sperma teh kaya apa bentuknya, emang kaya kecebong yah gi?"



"oh itu...shid, cepetan coli. katanya si fanny pengen liat." suruh argi.



"iiih...koq rashid sih! fanny kan pengen liat punya argi." teriak fanny sambil mengerlingkan matanya.



"hehehe...dasar maneh gelo fan." balas argi.

(hehehe...dasar kamu gelo fan)



"heureuy atuh ih...tapi klo mau serius juga fanny layani dengan senang hati gi. hahaha." kilah fanny.

(becanda atuh ih...tapi klo mau serius juga fanny layani dengan senang hati gi. hahaha.)



"fanny, maneh keur ngagambar naon sih? naha beda sorangan?" tanya meira.

(Fanny, kamu lagi gambar apa sih? kenapa beda sendiri?)



"oh ini teh fanny lagi gambarin tato buat si abang, desainnya fanny yang bikin."



"lanceuk maneh dek di tato naon fan?" tanya febi.

(abang (kakak) kamu mau di tatto apa fan?)



"eta...gambar phoenician kitu feb, siga mural weh. argi mau di tato ngga? nanti fanny yang gambarin desainnya."

(itu...gambar phoenician gitu feb, kaya mural aja.)



"hmm? tato? mau ah...tapi ngga mau gambar." jawab argi



"maunya apa gitu?" tanya fanny.



"argi mah maunya tatto tulisan aja biar bisa dibaca sama orang."



"ih mau tulisan apa gi? ambigram?" tanya fanny.



"ngga ah, maunya tulisan 'DOA IBU'" jawab argi sambil tetap menggambar di buku tulisnya.



"HAHAHA...alus gi, aing ge hayang ah di tato model kitu, tulisanna 'KUTUNGGU JANDAMU'" timpal rashid.

(HAHAHA...bagus gi, gw juga mau di tato model itu, tulisannya 'KUTUNGGU JANDAMU')



"FIX ini mah! aing ge erek ah, tulisanna 'JAGA JARAK, REM BLONG'" kali ini febi yang menimpali.

(FIX ini mah! gw juga mau ah, tulisannya 'JAGA JARAK, REM BLONG')



"Ih...kalian mah dasar supir treuk semua! yang manfaat atuh klo mau bikin tulisan teh." ujar meira.



"oh ya udah atuh argi ganti tato nya jadi 'MUSOLA SEBELAH KANAN'" balas argi cuek.



"wah brader...alus euy! aing kabita dek nato 'KEBERSIHAN SEBAGIAN DARIPADA IMAN'" ucap danu bangga.

(wah brader...bagus euy! gw kepengen juga di tato 'KEBERSIHAN SEBAGIAN DARIPADA IMAN')



"ah maraneh mah kempina salerana, jiga urang atuh, 'INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN' " seno mencoba untuk unjuk gigi.

(ah lo semua seleranya kampungan, kaya gw dong, 'SAYA TITIP TAJUG DAN FAKIR MISKIN')
"wuooo...dasar wong ndhermayu edhan! kelek mu mambu ora?" serang danu.

(wuooo...dasar orang indramayu edan! ketek lo bau ngga?)

*dulu ada teman orang indramayu yang punya kebiasaan ngomong 'kelek mu mambu ora?'*



"ya beli jeh...kelek kita sih wangi." balas seno dengan sengit.

(ya ngga dong...ketek gw sih wangi)



"jah jeh jah jeh...iya tah? ngga jeh. hahahahahahaha" ejek argi.

*logat indramayu/cirebonan selalu memakai imbuhan 'jeh' untuk kalimat berita dan 'tah' untuk kalimat tanya. sama seperti 'teh' dan 'mah' pada orang sunda.*



"wah gi, aja mentang-mentang ira ganteng isun blesak trus dadi wani ngenyek." balas seno dengan logat dhermayu nya yang kental.

(wah gi, jangan mentang-mentang lo ganteng gw jelek trus jadi berani ngehina.)



"hahahahaha. maneh ngomong naon sia jurig? buru balikkeun eta pilem bokep urang nu diinjeum maneh!" ucap argi.

(hahahahaha. lo ngomong apa sih? cepet balikin itu film bokep yang lo pinjem!)



"waduh mainannya euy...ampun juragan. aing can beres nontonna. kalem atuh gi da heureuy." jawab seno kembali dengan logat sunda nya.

(waduh mainannya euy...ampun juragan. gw belum beres nontonnya. sabar atuh gi kan cuma becanda.)



sewaktu seno dan argi sedang berbicara tiba-tiba datang satu orang lagi, kemal yang terlambat datang, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. bertambahlah lagi satu orang perusuh di rumah gw. huhu.
"assalamualaikum!" teriak kemal sambil mengangkat kedua tangan nya ala salam abang none jakarte punye.



"waalaikum salam pa haji. tos balik ceramah ti mana ieu teh?" tanya fanny.

(waalaikum salam pa haji. habis pulang dari ceramah di mana ini teh?)



"heh...saha maneh? ojol-ojol datang ka imah batur bari jeung telat deui." ucap febi.

(heh...siapa lo? tiba-tiba dateng ke rumah orang pake telat segala lagi.)



"waalaikum salam. hapunten sadayana, nepangkeun wasta pun kawula kemal, kawit ti bandung, yuswa 16, linggih di padasuka." jawab kemal sok jaim.

(waalaikum salam. mohon maaf semuanya, perkenalkan nama saya kemal, asal dari bandungm umur 16, tinggal di padasuka (cicaheum).)



"anjis maneh siga nu keur ngiluan mojang jajaka siah. naha maneh telat mal?" tanya argi.

(anjrit lo kaya lagi orang yang ikutan mojang jajaka. kenapa lo telat mal?)



"anjis gi, aing teu bisa kaluar, jalan di komplek imah urang diblokir." jawab kemal sembari duduk di sofa.

(ajnrit gi, gw ngga bisa keluar, jalan di komplek rumah gw diblokir.)



"diblokir kunaon kitu? aya galian pipa? atawa galian singset?" tanya argi lagi.

(diblokir kenapa? ada galian pipa? atau galian singset?)



"Sia euy! eta aya nu gantung diri deukeut imah aing siah gi. watir pisan. tadi ge loba pulisi jeung wartawan. rame pisan lah." jawab kemal dengan semangat.

(itu ada yang gantung diri deket rumah gw tau gi. menghawatirkan banget, tadi juga banyak polisi sama wartawan. rame banget lah.)



"alah siah. gantung diri dimana mal?" tanya danu.



"eta dina tangkal cau." jawab kemal asal.

(itu di pohon pisang)



"hush...ulah ngomong lalawora. maenya dina tangkal cau, pasti dina tangkal toge nya mal?" ucap argi.

(hush...jangan ngomong sembarangan. masa gantung diri di pohon pisang, pasti di pohon toge ya mal?)



"hahaha...dasar manaeh gi. eta bunuh diri kunaon mal?" tanya rashid.

(hahaha...dasar lo gi. itu kenapa bisa bunuh diri mal?)



"teuing, cenah mah dipegatkeun ku kabogohna matak stres trus gantung diri weh." jawab kemal.

(ngga tau, katanya mah diputusin sama pacarnya makanya stres trus gantung diri aja gitu.)



"wah...siga maneh atuh mal? kade ah bisi maneh rek bunuh diri, eta utang maneh ka urang dibayar heula nya." ucap febi.

(wah...kaya lo dong mal? awas ah nanti lo juga mau bunuh diri lagi, itu utang lo sama gw dibayar dulu ya.)



"wah...emang kemal putus ya? kenapa ih? ko fanny baru tau sekarang yah." ujar fanny ikutan nimbrung.



"enya fan, eta kabogohna si kemal dimaok ku dulurna sorangan." sergah danu.

(iya fan, itu pacarnya si kemal direbut sama sodaranya sendiri.)



"anjis si kemal karunya pisan. karek ge dipegat ku kabogohna eh isukan ulangan fisika." ucap rashid ikut memanas-memanasi si kemal.

(anjrit si kemal kasian banget. baru juga diputusin sama pacarnya eh besoknya langsung ulangan fisika.)



"wah...eta mah mun ceuk paribasa teh sudah jatuh tertimpa taleus!" argi ikut-ikutan memanas-manasi kemal.

(wah...itu mah klo kata peribahasa, sudah jatuh tertimpa taleus!)



"mal, aing turut berduka cita lah. hirup maneh karunya pisan. ieu aing ge nepi ka seuseurian pedah ku sedih pisan." kali ini seno yang ikut-ikutan mengompori.

(mal, gw turut berduka cita lah. hidup lo kasian banget. ini gw sampe ketawa saking sedih banget mal.)



"anjis maraneh garelo kabeh! gandeng pisan! cicing heula, ieu aing dek nyontek heula ka si sopi." teriak kemal sembari sibuk menyalin jawaban dari buku gw.

(anjrit lo semua emang gila! berisik banget! diem dulu dong, ini gw mau nyontek dulu ke si sopi.)
22.30 pm




anak-anak yang super berisik itu akhirnya pulang meninggalkan gw dan argi dalam kesunyian. huhu. tapi efek dari kedatangan mereka terlihat dengan jelas, ruang tamu yang tadi dipakai nongkrong jadi super berantakan, banyak gelas dan piring kotor pula. haduh-haduh....banyak banget kerjaan yang mesti diberesin malem ini padahal besok paginya ada ulangan fisika ditambah biologi lagi. parahu pisan ini mah.

minggu ini, di sekolah gw sudah dimulai musim ulangan yang disebut pekan ulangan. dan selama satu minggu itu full diisi dengan ulangan-ulangan plus pr yang cukup banyak. parahnya, yang namanya pekan ulangan itu tidak ada her/remedial, jadi kita harus legowo menerima nilai yang ada walau merah sekalipun.

biasanya saat-saat pekan ulangan seperti ini, tiap siswa berlomba-lomba memfotokopi catetan dari anak-anak yang termasuk golongan rajin mencatat atau sibuk mencari bocoran soal ke kelas sebelah lalu sibuk untuk membuat contekannya. namanya juga anak sma. hehehe.



"sop...cucian pring sama gelas udah beres semua nih. kamu udah belum beberes ruang tamu nya?" tanya argi sambil mengelep keningnya yang berkeringat sehabis mencuci piring.



"udah beres juga gi. makasih yah gi, kamu baik banget." jawab gw sembari mencium kening argi.



"hehehe...lagi dong, masa cuma satu kali doang. kan nyuci piring nya banyak." pinta argi.



"ya udah nanti klo mau tidur ajah. aku mau cuci kaki gosok gigi dulu." ucap gw.



"ok ay...aku tunggu." balas argi sambil tidur-tiduran di atas kasur.


***

to be continued

0 comments:

Post a Comment